Beberapa Langkah Mengobati Pedihnya Musibah -3

Beberapa Langkah Mengobati Pedihnya Musibah

Ditulis Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
------------------------------

Yang ketiga: menghibur diri dengan keutamaan-keutamaan musibah.

Keutamaan musibah itu banyak, di antaranya adalah:
Keutamaan pertama: mendapatkan sholawat dari Alloh.

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وبشر الصابرين * الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون * أولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة وأولئك هم المهتدون﴾ [البقرة : 155].

“Dan berikanlah kabar gembira untuk orang-orang yang bersabar, yaitu orang-orang yang jika tertimpa musibah mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah milik Alloh, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali.” Mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan sholawat dari Robb mereka dan rohmat, dan mereka itulah orang-orang yang mengikuti petunjuk.”

Keutamaan kedua: mendapatkan rohmah.

Keutamaan ketiga: mendapatkan petunjuk.

Keutamaan keempat: mendapatkan pahala.
Orang yang tertimpa musibah, lalu dia bersabar, maka sungguh dia akan mendapatkan pahala kesabaran, yang mana Alloh ta’ala berfirman:

﴿إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ﴾ [الزمر: 10].

“Hanyalah orang-orang yang bersabar itu yang pahala mereka dicukupi tanpa batas.”

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

يقول الله تعالى ما لعبدي المؤمن عندي جزاء إذا قبضت صفيه من أهل الدنيا ثم احتسبه إلا الجنة

“Alloh ta’ala berfirman: “Tidak ada bagi hamba-Ku mukmin pahala di sisi-Ku jika Aku mengambil orang kesayangannya dari penduduk dunia, lalu dia mengharapkan pahala dari itu kecuali Syurga.” (HR. Al Bukhoriy (6424)).

Keutamaan kelima: mendapatkan keridhoan Alloh.
Dari Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

إن عظم الجزاء مع عظم البلاء وإن الله إذا أحب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضا ومن سخط فله السخط

“Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya musibah. Dan sesungguhnya Alloh jika mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa ridho dengan itu, maka dia akan mendapatkan keridhoan. Dan barangsiapa marah, maka dia akan mendapatkan kemarahan.” 

(HR. At Tirmidziy (2396) dan Ibnu Majah (4031)/hadits hasan).

Keutamaan keenam: mendapatkan ganti yang lebih baik.
Dari Ummu Salamah rodhiyallohu ‘anha yang berkata:

سمعت رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم، يقول: «ما من عبد تصيبه مصيبة، فيقول: ﴿إنا لله وإنا إليه راجعون﴾ [البقرة: 156] ، اللهم أجرني في مصيبتي، وأخلف لي خيرا منها، إلا أجره الله في مصيبته، وأخلف له خيرا منها»، قالت: فلما توفي أبو سلمة، قلت كما أمرني رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم، ثم قلت ومن خير من أبي سلمة؟ فأخلف الله لي خيرا منه، رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم.

“Aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiada seorang hambapun yang tertimpa musibah lalu dia berkata: “Sesungguhnya kami adalah milik Alloh, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Alloh berilah saya pahala dalam musibah saya dan berilah saya ganti yang lebih baik daripadanya” kecuali pasti Alloh akan memberinya pahala dalam musibahnya dan memberinya ganti yang lebih baik daripadanya.”

Ummu Salamah berkata: “Manakala Abu Salamah meninggal, aku berkata sebagaimana yang diperintahkan oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu aku berkata:”Siapakah yang lebih baik daripada Abu Salamah?” Lalu Alloh memberiku ganti yang lebih baik daripada dia, yaitu: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam.” 

(HR. Muslim (918)).

Al Imam Abul Walid Al Bajiy rohimahulloh berkata: __“Yang demikian itu karena kebaikan yang diketahui oleh Ummu Salamah dari Abu Salamah, yaitu keutamaannya, agamanya, dan kebaikannya, dan dia mengira bahwasanya dia tidak akan mendapatkan ganti yang lebih baik daripada Abu Salamah. Dan dia tidak mengira bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam akan menikahinya. Andaikata dia tahu itu niscaya dia tidak akan mengucapkan perkataan tadi. Maka Alloh memberinya ganti dengan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam yang mana beliau lebih baik daripada Abu Salamah.” 

(“Al Muntaqo Syarhul Muwaththo”/2/hal. 29).__

Keutamaan ketujuh: penghapusan dosa.
Dari Al Aswad rohimahulloh yang berkata:

دخل شباب من قريش على عائشة -رضي الله عنه- وهي بمنى وهم يضحكون فقالت: ما يضحككم؟ قالوا: فلان خرّ على طنب فسطاط فكادت عنقه أو عينه أن تذهب. فقالت: لا تضحكوا، فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «ما من مسلم يشاك شوكة فما فوقها إلا كتبت له بها درجة ومحيت عنه خطيئة».

“Beberapa pemuda dari Quroisy masuk mengunjungi ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha ketika beliau ada di Mina, dalam keadaan mereka tertawa. Maka ‘Aisyah bertanya: “Apa yang membuat kalian tertawa?” Mereka menjawab: “Si Fulan jatuh tertelungkup di atas tali kemah, hampir-hampir lehernya atau matanya hilang.” Maka beliau berkata: “Janganlah kalian tertawa. Kerana sesungguhnya aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam berkata: “Tiada seorang muslim pun yang tertusuk duri atau yang lebih besar daripada itu, kecuali ditulis untuknya satu derajat, dan dihapus darinya satu kesalahan.” 

(HR. Muslim (2572)).

Al Imam An Nawawiy rohimahulloh berkata: “Di dalam hadits-hadits ini ada kabar gembira yang amat besar bagi kaum muslimin, bahwasanya jarang sekali seseorang itu terlepas dari musibah-musibah ini sesaat saja. Dan di dalamnya ada penghapusan kesalahan-kesalahan, dengan sebab penyakit-penyakit, musibah-musibah duniawi dan kesedihannya, sekalipun kesulitan tadi hanya sedikit saja. Dan di dalamnya ada peningkatan derajat-derajat dengan sebab perkara-perkara tadi, dan tambahan kebaikan-kebaikan. Dan inilah pendapat yang benar dari mayoritas ulama.” 

(“Al Minhaj”/16/hal. 364).

Keutamaan kedelapan: penaikan derajat.
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن الرجل ليكون له عند الله المنزلة، فما يبلغها بعمل فما يزال الله يبتليه بما يكره، حتى يبلغه إياها».

“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguh ada seseorang yang memiliki suatu kedudukan di sisi Alloh, tapi dia tidak mencapainya dengan amalan. Maka Alloh terus-menerus mengujinya dengan perkara yang dibencinya sampai Alloh menyampaikan dia kepada kedudukan tadi.” 

(HR. Abu Ya’la (6095) dan yang lain, sanadnya hasan).

Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata: “Dan jika ujian itu membesar, maka yang demikian itu bagi orang mukmin yang sholih adalah menjadi sebab ketinggian derajat dan besarnya pahala, …” 

(“Majmu’ul Fatawa”/28/hal. 152-153).

(Dikutip dari buku : Ketentraman Jiwa Saat Musibah Melanda | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman Al Jawiy حفظه الله )



🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar