ORANG YANG MENINGGALKAN SHOLAT ITU TERSESAT

ORANG YANG MENINGGALKAN SHOLAT ITU TERSESAT

Ditulis Oleh :
Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
------------------------------------

Orang yang meninggalkan sholat itu tersesat

Sesungguhnya Alloh ta’ala telah menjadikan penegakan sholat itu sebagai salah satu sebab datangnya hidayah, sebagaimana dalam firman-Nya:

﴿إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ الله مَنْ آمَنَ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا الله فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِين﴾ [التوبة/18]،

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Alloh itu orang-orang yang beriman pada Alloh dan Hari Akhir, menegakkan sholat, membayar zakat, dan tidak takut kecuali kepada Alloh. Maka semoga mereka itulah yang akan menjadi orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”

Firman-Nya:

﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُون﴾ [البقرة/2، 3].

“Yang Kitab ini tiada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang beriman pada yang ghoib (tersembunyi), menegakkan sholat, dan mereka menginfaqkan sebagian dari apa yang Kami rizqikan pada mereka.”

Dan dari Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anh yang berkata: __“Barangsiapa suka untuk besok berjumpa Alloh sebagai seorang muslim, maka hendaknya dia menjaga sholat-sholat tersebut kapan saja dia diseru untuk menunaikannya, karena sesungguhnya Alloh telah mensyariatkan untuk Nabi kalian shollallohu ‘alaihi wasallam sunnah-sunnah petunjuk, dan sesungguhnya sholat-sholat tadi termasuk dari sunnah-sunnah petunjuk. Seandainya kalian sholat di rumah-rumah kalian sebagaimana sholatnya orang yang tertinggal ini di rumahnya, sungguh kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Dan jika kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, pastilah kalian itu tersesat. Dan tiada seorangpun yang bersuci, lalu memperbagus pensuciannya, kemudian sengaja berangkat ke masjid dari masjid-masjid ini, kecuali Alloh akan mencatat untuknya dengan setiap langkahnya satu kebaikan, dan mengangkat dengannya satu derajat, dan menghapuskan dengannya darinya satu kejelekan. Dan sungguh kami telah melihat tidak ada yang tertinggal dari sholat-sholat tadi kecuali munafiq yang telah diketahui kemunafiqannya. Dan sungguh dulu ada orang yang didatangkan dipapah di antara dua orang hingga diberdirikan dalam shoff (barisan).” 

(HR. Muslim (654)).__

Maka orang yang meninggalkan sholat jama’ah, sungguh dia telah meninggalkan jalan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam . Dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh dia telah tersesat. Maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan sholat sama sekali? Tidak diragukan lagi bahwasanya dirinya berada dalam kesesatan yang nyata.
Sementara itu, sang hamba itu sangat perlu pada hidayah (petunjuk) Alloh di setiap waktu.

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Dan telah diketahui bahwasanya perkara yang tidak diketahui oleh hamba itu berlipat-lipat daripada apa yang telah diketahuinya, dan bahwasanya setiap perkara yang telah diketahuinya bahwasanya itu adalah benar, maka jiwanya tidak maau menaati dirinya untuk menginginkan perkara tadi. Seandainya dia menginginkan perkara yang benar tadi, pastilah dia tidak sanggup untuk melakukan kebanyakannya. Maka sang hamba amat perlu di setiap waktu kepada hidayah yang terkait dengan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
Adapun untuk yang telah lalu: maka dia itu perlu untuk mengoreksi dirinya sendiri: apakah dia telah berjalan dengan lurus sehingga dia bersyukur pada Alloh atas taufiq untuk lurus tadi, dan memohon agar kelurusan tadi dilestarikan? Ataukah dia dalam perbuatan yang telah lalu justru keluar dari kebenaran, sehingga harus bertobat pada Alloh ta’ala dari itu, mohon ampunan pada-Nya dan bertekad untuk tidak kembali kepada kesalahan tadi?


__Adapun hidayah yang terkait dengan yang terjadi sekarang: maka memang hidayah inilah yang sedang dicari, karena sang hamba adalah pelaku amalan pada masa sekarang, maka dia perlu untuk mengetahui hukum perbuatan-perbuatan yang sedang dilakukannya: benar ataukah keliru?
Adapun hidayah yang terkait dengan masa depan: maka keperluan sang hamba padanya lebih jelas lagi agar alur perjalanannya itu tepat di jalan yang benar.__

Jika demikian inilah nilai hidayah, diketahuilah bahwasanya sang hamba itu memang paling amat perlu padanya, dan bahwasanya pertanyaan rusak yang didatangkan oleh sebagian orang yaitu: “Jika kita memang telah di atas petunjuk, maka apa perlunya kita untuk minta agar Alloh menunjuki kita lagi? Bukankah ini namanya menghasilkan perkara yang telah ada?” merupakan pertanyaan yang paling rusak dan paling jauh dari kebenaran. Dan ini menunjukkan bahwasanya yang bertanya itu tidak tahu makna hidayah, dan tidak mengerti hakikatnya dan kandungan dari istilah itu.” 

(“Miftah Daris Sa’adah”/1/hal. 87).
---------------

( “Nashihatun Mu’ajjalah Li Man Shoma Romadhon Wa Tarokash Sholatal Maktubah” Terjemah Bebas: “Empat Puluh Tiga Kerugian Jika Sholat Wajib Ditinggalkan” )

🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar