🎋🔭 SIAPA " TEMAN DUDUK " MU..? 🏖🎋

🎋🔭 SIAPA " TEMAN DUDUK " MU..? 🏖🎋

 

Alloh Azza wa Jalla menciptakan ruh dan menciptakan sifat-sifat khusus untuk ruh tersebut. Diantara sifat ruh (jiwa) adalah dia tdk mau berkumpul dan bergaul dgn selain jenisnya.

 

Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan hakekat ini melalui lisanya yg mulia:

 

*الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ*

🎋 " Ruh² itu bagaikan pasukan yg berkumpul (berkelompok²). (Oleh karena itu), jika mereka saling mengenal maka mereka akan bersatu, dan jika saling tdk mengenal maka akan berbeda (berpisah²)" 

[HR. Bukhori no.3336 dan Muslim no.6708]

 

Memilih teman yg baik pemahaman agamanya adalah sesuatu yg tak bisa dianggap remeh. Karena itu, Islam mengajarkan agar kita tak salah dlm memilihnya.

 

Sebagaimana perkataan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam:

 

*الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ*

🎋 " Seseorang itu diatas agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yg dijadikan teman."

[HR. Abu Dawud no.4833 dan At Tirmidzi no.2378. (Ash Shohihah no.927)]

 

Adalah suatu keniscayaan yg difahami, bahwa seorang teman memiliki pengaruh yg sangat besar terhadap temannya. Teman bisa mempengaruhi agama, pandangan hidup, kebiasaan dan sifat-sifat seseorg.

 

Sebagaimana beliau sholallohu ‘alaihi wa sallam juga berkata:

 

*الْفَخْرُ وَالْخُيَلاَءُ فِي الْفَدَّادِينَ أَهْلِ الْوَبَرِ وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ*

🎋 "Kesombongan dan keangkuhan terdapat pada org² yg meninggikan suara di kalangan pengembala onta. Dan ketenangan terdapat pada pengembala kambing."

[HR. Bukhori no.3499 dan Muslim no.187]

 

® CONTOHNYA :

❌ Berteman dgn bandar / pengedar / pengguna narkoba, maka org tsb tentu akan teranggap sama dgn teman²nya oleh polisi 👎🏼

❌ Berteman dgn aktifis, poli-tikus, koruptor, pengurus partai, jgn salahkan jika org lain menilai bahwa tujuan hidupnya hanyalah ingin merebut kursi kekuasaan saja 👎🏼👎🏼

Berteman dgn ahlul bid'ah dan hizbiyyun ; yg hobi beribadah dikuburan² ; yg hobi lebih mementingkan melancong ke I-P-B dan menelantarkan nafkah anak istrinya daripada beribadah umroh ke haromain ; yg hobi nonton TiVi dan berzinah mata menikmati wajah ganteng berwibawa para aktor ustadz selebritis, maka begitu jugalah kualitas agama ybs 👎🏼👎🏼👎🏼

BERTEMAN DGN AHLUSSUNNAH TSABITIN (org² yg slalu berusaha kokoh diatas alhaq), mengambil dan mengamalkan pemahaman agamanya hanya dgn "copy-paste saja" dari salaf ash sholeh (para sahabat rosululloh, tabi'in dan atba'ut tabi'in) tanpa sedikitpun lancang mengedit terhadapnya, maka merekalah org² yg beruntung di dunia dan akheratnya 👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼

 

⁉ Lalu apakah dari dalil² diatas berarti kita  tidak boleh (harom) mempunyai teman yg awam dlm agamanya atau bahkan dia seorang muslim yg fasik (org yg sdh tahu kebenaran namun lebih suka condong ikuti hawa nafsunya melanggar syariat) ..?!?

 

🍃 Simaklah penjelasan Syaikh Muhammad Al 'Utsaimîn -rohimahulloh- yg dpt dijadikan sbg "Rambu² Pergaulan Bermasyarakat"  utk kaum muslimin wabil khususnya utk ahlissunnah, beliau berkata: 

“Jika di dalam pergaulan dgn orang² fasik menjadikan sebab datangnya hidayah baginya, maka tidak mengapa berteman dgnnya. Engkau bisa undang dia ke rumahmu, kamu datang ke rumahnya atau kamu jalan² bersamanya, dgn syarat tdk mengotori kehormatan dirimu dlm pandangan masyarakat. Betapa banyak org² fasik mendapatkan hidayah dgn sebab bertemankan org² yg baik.”

[At Ta’lîquts Tsamîn ‘Ala Syarhi Ibni Al 'Utsaimîn Li Hilyati Tholabil ‘Ilmi hal.24]

 

⚠ PERINGATAN:

Ditengah² pergaulan bermasyarakat, jika anda tdk memilih teman yg baik agamanya, maka dibawah ini kemungkinannya -in sya Alloh- :

1⃣ Andakah yg akan mempengaruhi org² tersebut utk menjadi lebih baik agamanya  ....atau....

2⃣ Andakah yg menjadi korban pengaruh buruk dari lingkungan (kawan²) anda.


Tambahan faedah. Barokallohu fiykum.

 

Ibnu Mas`ud  –radhiyallohu `anhu- berkata:  

“Seseorang itu hanyalah akan mengajak berjalan dan bersahabat dengan orang disukainya dan yang seperti dirinya” 

(“Al Ibanah” 2/476/ karya Imam Ibnu Baththoh -rahimahulloh-).

 

Dan dalam satu riwayat:  “Nilailah seseorang itu dengan orang yang bersahabat dengannya, karena  dia itu hanya akan bersahabat dengan orang yang semisal dengannya.”

Syu’bah –rowi atsar ini- berkata: Aku dapati tertulis di kitabku:  “Seseorang itu hanyalah akan bersahabat dengan orang disukainya.” 

  (“Al Ibanah”/no. 505). Atsar Ibnu Mas’ud ini juga diriwayatkan oleh Abdurrozzaq di “Aly Mushonnaf” no. 7894, dan Al Baihaqiy di “Syu’abul Iman” no. 8994. Atsar ini jayyid dengan seluruh jalannya.

 

Kita tidak tahu isi hati manusia, akan tetapi As Salafush sholih membimbing kita untuk melihat kepada sahabat orang itu, karena seseorang itu tidaklah bersahabat kecuali dengan orang yang sesuai dengannya. Dan ini diambil dari Rosululloh صل الله عليه وسلم yang bersabda:

 

الأرواح جنود مجندة فما تعارف منها ائتلف وما تناكرمنها اختلف

 

Ruh-ruh adalah tentara yang berkelompok-kelompok. Yang saling mengenal akan saling condong, dan yang tidak saling mengenal akan saling berselisih.” (HR. Muslim di “Shohih” (2638), Al Bukhori di “Al Adabul Mufrod” (901) dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu). Dan diriwayatkan Al Bukhoriy secara mu’allaq dalam “Shohih”, dan bersambung di “Al Adabul Mufrod” (900) dari Aisyah radhiyallohu `anha)

 

Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه Rosululloh صل الله عليه وسلم bersabda:

 

«الرجل على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل».

 

Seseorang itu berdasarkan agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang dari kalian memperhatikan siapakah yang dijadikan sebagai teman dekatnya.” (HSR. Imam Ahmad (8249), Abu Dawud (4835) dan At Tirmidziy (2552),hadits hasan. Dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله dalam “Ash Shohihul Musnad” (1272)).

 

Dan di atas inilah Salaf berjalan, semoga Alloh meridhoi mereka semua.

 

Dan Al Imam Al Auza’iy رحمهالله berkata: “Barangsiapa bersembunyi dari kami dengan bid’ahnya, tidaklah tersamarkan teman dekatnya.” (“Syarh Ushul I’tiqod” (Al Lalikaiy/no. 257), dan “Al Ibanah” (Ibnu Baththoh/ 2/479), atsar ini hasan).

 

Al Fudhoil bin ‘Iyadh رحمه الله berkata: “Sesungguhnya Alloh memiliki para malaikat yang mencari majelis-majelis dzikir. Maka perhatikanlah: majelismu itu bersama siapa, jangan sampai bersama pelaku bid’ah, karena Alloh tidak melihat pada mereka. Dan alamat kemunafiqan adalah: seseorang itu berdiri dan duduk bersama pelaku bid’ah.”

 

Beliau juga berkata: “Barangsiapa duduk bersama pelaku bid’ah dia tak akan diberi hikmah.”

 

Beliau juga berkata: “barangsiapa mencintai pelaku bid’ah, Alloh akan menggugurkan amalannya, dan mengeluarkan cahaya Islam dari hatinya.”

 

Beliau juga berkata: “Janganlah engkau duduk bersama pelaku bid’ah, karena aku takut akan turun kepadamu kutukan”.

 

Seluruh atsar beliau ini diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Baththoh رحمه الله dalam “Al Ibanatul Kubro” no. 443 dengan sanad yang hasan insya Alloh.

 

Sayyar bin Ja’far رحمه الله berkata: Aku mendengar Malik bin Dinar berkata: “Manusia itu berjenis-jenis seperti jenis-jenis burung. Burung dara bersama burung dara, burung gagak bersama burung gagak, bebek bersama bebek, sho’wu (sejenis burung kecil) bersama sho’wu. Dan setiap manusia itu bersama dengan orang yang sekarakter dengannya.”

 

Aku mendengar Malik bin Dinar berkata: “Barangsiapa melakukan pencampuran, maka diapun akan mengalami pencampuran. Dan barangsiapa bersikap bersih, maka diapun akan disikapi dengan bersih. Dan aku bersumpah pada Alloh, jika kalian bersikap bersih, maka kalianpun akan disikapi dengan bersih".

 

Seluruh atsar beliau ini diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Bathhthoh رحمه الله dalam “Al Ibanatul Kubro” no. 517 dengan sanad yang hasan.

 

Yahya bin Sa’id Al qoththon رحمه الله berkata: “Ketika Sufyan Ats Tsauri tiba di Bashroh beliau mulai memperhatikan keadaan Ar Robi’ -yaitu Ibnu Shubaih- dan kedudukannya di mata masyarakat.

Beliau bertanya, “Apa madzhabnya?”

Mereka menjawab, “Tiada madzhabnya kecuali as Sunnah.” Beliau bertanya, “Siapa teman dekat di sekelilingnya?”

Mereka berkata, “Qodariyyah (pengingkar taqdir)”

Beliau berkata, “Berarti dia qodari.” (“Al Ibanah”/Ibnu Baththoh/2/453/no. 426/sanadnya hasan).

 

Mu’adz bin Mu’adz رحمه الله berkata: Aku berkata pada Yahya bin Sa’id: “Wahai Abu Sa’id, seseorang itu walaupun dia menyembunyikan pendapatnya, tak akan tersembunyi pada anaknya, teman dekatnya dan teman duduknya.” (“Al Ibanah”/Ibnu Baththoh/2/474/no. 514/dengan sanad yang shohih).

 

Muhammad bin Ubaid Al Ghulabi رحمه الله berkata: Dulu dikatakan: “Para pengekor hawa nafsu saling menyembunyikan segala sesuatu kecuali keakraban dan persahabatan.” (“Al Ibanah”/Ibnu Baththoh/2/479/no. 515/atsar ini minimal hasan).

 

Abu Hatim Ar Roziy رحمه الله berkata: Tibalah Musa bin ‘Uqbah Ash Shuriy di Baghdad. Maka hal itu diceritakan kepada Ahmad bin Hanbal, maka beliau berkata: “Perhatikanlah oleh kalian, dia singgah ke rumah siapa, dan ke rumah siapa dia bernaung.”

Ini diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Baththoh رحمه الله dalam “Al Ibanatul Kubro” (no. 46) dengan sanad yang shohih, lalu beliau berkata: “Maka perhatikanlah, semoga Alloh merohmatimu, siapakah yang kalian ajak bersahabat, dan kepada siapa kalian duduk. Maka kenalilah oleh kalian setiap orang itu dengan teman dekatnya, dan setiap orang dengan sahabatnya.”

 

Dan Fadhilatusy Syaikh Ahmad An Najmi رحمه الله berkata: “Sebagian Salaf berkata: “Barangsiapa menyembunyikan aqidahnya dari kami, tidaklah tersembunyi dari kami teman akrabnya” yaitu jama’ah yang dia akrabi tidaklah tersembunyi dari kami jika dia pergi dan datang bersama hizbiyyin maka dia itu hizbiy semisal mereka.” (“Al Fatawal Jaliyyah”/hal.86/Darul Atsar).

 

Maka jika demikian, jangan belajar pada mereka.

 

Belajar dengan sarana yang disyariatkan seperti kaset-kaset dan kitab-kitab serta surat-menyurat dengan para salafiyyin ghoyurin tsabitin dengan keselamatan manhaj, itu lebih utama daripada banyak wawasan dan hapalan tapi dengan bayaran kegoncangan manhaj karena belajar ke para pengikut hawa nafsu.

 

Muhammad bin Sirin -rahimahulloh- berkata:

 

إن هذاالعلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم

 

sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka perhatikanlah kepada siapa kalian mengambil agama kalian.” (Muqoddimah Shohih Muslim).

 

Al Hasan Al Bashri -rahimahulloh- berkata:

 

يا ابن آدم, دينك دينك,  فإنما هولحمك ودمك, فإن تسلم فيا لها من راحة ويا لها من نعمة, وإن تكن أخرى فنعوذ بالله فإنما هي نار لا تطفأ وحجر لا تبرد ونفس لا تموت

 

Wahai anak Adam, jaga agamamu, jaga agamamu, karena hanya agama itulah daging dan darahmu. Kalau engkau selamat, maka alangkah tentramnya dan alangkah nikmatnya. Tapi jika yang terjadi adalah selain itu, maka -kita berlindung kepada Alloh- dia itu hanyalah api yang tidak padam, batu yang tidak dingin dan jiwa yang tidak mati” (riwayat Al Firyabi -rahimahulloh- di “Shifatun Nifaq”/no. 49/dishahihkan Syaikh Abdurraqib Al Ibbi -hafidhahulloh-)




Telegram: @fawaaidassunnah 
https://t.me/fawaaidassunnah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar