Bagian Pertama: Syirik Besar & Macam-macamnya
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢِ
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺤَﻤْﺪَ ﻟﻠﻪ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ
ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩُ، ﻭَﻧَﻌُﻮْﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ
ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ، ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ
ﻟَﻪُ، ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَّ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ، ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ
ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ . ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ :
Kesyirikan adalah perkara yang sangat disukai iblis [1] ,
oleh karena itulah dia beserta bala tentaranya berusaha
semaksimal mungkin untuk menjerumuskan manusia ke dalamnya. Hal ini tentunya
sangat menghawatirkan orang-orang yang peduli dengan keselamatan dirinya. Sebab
apabila seseorang terjatuh ke dalamnya dan belum bertaubat darinya, maka Alloh
tidaklah akan memberikan ampunan kepadanya, hal ini merupakan kecelakaan yang
sangat besar.
Alloh berfirman:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳَﻐْﻔِﺮُ ﺃَﻥْ ﻳُﺸْﺮَﻙَ
ﺑِﻪِ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮُ ﻣَﺎ ﺩُﻭﻥَ ﺫَﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀ .
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain darinya (syirik)
bagi orang-orang yang Dia kehendaki.” [QS. An-Nisaa: 48]
Belum lagi dengan bahaya-bahaya kesyirikan lainnya yang
sudah selayaknya bagi setiap muslim untuk berusaha mengetahui perkara ini dan
memahaminya dengan sebaik mungkin sehingga tidak terkecoh dengan tipu daya
syaithon, seiring dengan doa agar Alloh memberikan keselamatan dan
menghindarkan kita semua dari terjatuh dalam kesyirikan. Alloh telah berfirman:
ﻟَﻘَﺪْ ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﺁﻳَﺎﺕٍ ﻣُﺒَﻴِّﻨَﺎﺕٍ
ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻁٍ ﻣُﺴْﺘَﻘِﻴﻢٍ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan
ayat-ayat yang menjelaskan, dan Allah akan memberikan petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus”. (QS. An-Nur: 46)
Ketahuilah, semoga Alloh merahmatimu, bahwa kesyirikan itu
amatlah banyak ragamnya. Namun secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua
macam: Syirik besar dan syirik kecil. Pada masing-masing golongan ini, para
ulama membagi lagi menjadi beberapa macam agar kaum muslimin bisa dengan mudah
dalam memahami dan mengenal bentuk-bentuk kesyirikan. Sebab Ahlul batil dalam
setiap zaman berusaha untuk menampilkan kebatilannya dengan pakaian dan
selubung sehingga nampak seperti kebenaran. Apabila seseorang telah memiliki
pemahaman yang mapan dalam suatu perkara, maka dia tidak akan terkecoh dengan
hiasan-hiasan tersebut. Demikian pula dalam permasalah kita ini, kesyirikan
sejak zaman dulu hakekatnya sama, oleh karena itu pahamilah penjelasan berikut
ini dengan seksama, semoga Alloh memberikan taufiqNya kepada kita semua.
PEMAPARAN SECARA RINGKAS TENTANG PEMBAGIAN SYIRIK BESAR
Syirik besar terjadi pada tiga hal utama:
Pertama: Syirik dalam Rububiyyah
Kedua: Syirik dalam Uluhiyyah. Syirik ini terbagi lagi
menjadi empat macam: Syirik dalam ibadah dan doa, Syirik dalam tujuan dan
niatan, syirik dalam ketaatan, dan terakhir; syirik dalam kecintaan.
Ketiga: Syirik dalam Asma’ wa Shifat (nama-nama Alloh dan
sifat-sifat Nya), yang terbagi menjadi dua: Syirik Ta’thil dan Syirik Tamtsil.
Inilah pembagian syirik besar secara global yang
perinciannya akan pembaca dapatkan pada ulasan di bawah ini. Semoga Alloh
memberikan pertolonganNya kepada kita semua.
SYIRIK BESAR, PENGERTIAN & PEMBAGIANNYA
Syirik besar adalah semua perkara yang telah ditetapkan oleh
syareat bahwa hal tersebut merupakan kesyirikan yang berakibat keluarnya orang
yang melakukannya dari agama islam. Bentuk Syirik jenis ini adalah dengan
menjadikan tandingan bagi Alloh pada perkara-perkara yang merupakan kekhususan
Alloh. [Syarh Tsalatsatul Ushul-Al ‘Utsaimin: 42]
Sebagaimana tauhid terbagi menjadi tiga macam, yaitu tauhid
Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma wa Shifat, maka syirik besar ini juga terjadi
pada ketiga perkara yang merupakan kekhususan Alloh tersebut.
Pertama: Syirik Besar pada Rububiyyah
Syirik besar pada Rububiyyah adalah penyerupaan selain Alloh
dengan Alloh pada perkara-perkara yang merupakan kekhususan Rububiyyah.
Bentuk penyerupaan ini adalah dengan memberikan kepada
selain Alloh salah satu dari perkara-perkara yang berkaitan dengan
Rububiyyatulloh, seperti: penciptaan, pemberian rizki, pengaturan jagad raya,
kekuasaan untuk menghidupkan dan mematikan, penurunan hujan, penurunan bala dan
malapetaka, serta perkara-perkara lainnya yang tidak bisa melakukannya kecuali
Alloh semata.
Syaikhul Islam –rohimahulloh- berkata: “Sesungguhnya Robb
yang maha suci, dialah yang merajai (segala sesuatu), yang mengatur, memberi,
mencegah, menimpakan kemadhorotan, memberikan kemanfaatan, merendahkan,
meninggikan, memuliakan, dan menghinakan. Barangsiapa yang bersaksi bahwa yang
memberi atau mencegah atau menimpakan kemadhorotan atau memberikan kemanfaatan
atau memuliakan atau menghinakan itu selain-Nya, maka sungguh dia telah berbuat
syirik pada Rububiyyah.” [Majmu’ Fatawa: 1/ 92]
Hal ini akan semakin jelas bila kita datangkan contoh nyata
yang banyak terjadi pada masyarakat kita, semoga Alloh memberikan hidayah-Nya
kepada mereka.
Diantara contohnya adalah: Keyakinan sebagian orang bahwa
mbah wali A atau yang lainnya bisa mendatangkan rezki yang melimpah, atau bisa
memberikan anak sehingga mereka berduyun-duyun mendatangi kuburannya untuk
meminta hal tersebut darinya. Padahal hanya Allohlah Dzat pemberi rizki yang
sesungguhnya. Dia berfirman:
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﺃَﻭْﺛَﺎﻧًﺎ ﻭَﺗَﺨْﻠُﻘُﻮﻥَ ﺇِﻓْﻜًﺎ ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻟَﺎ ﻳَﻤْﻠِﻜُﻮﻥَ ﻟَﻜُﻢْ ﺭِﺯْﻗًﺎ ﻓَﺎﺑْﺘَﻐُﻮﺍ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮِّﺯْﻕَ ﻭَﺍﻋْﺒُﺪُﻭﻩُ
ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭﺍ ﻟَﻪُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥ
“Sesungguhnya apa yang kamu sembah
selain Allah itu adalah berhala, dan kamu telah membuat kedustaan (-dengan
pernyataanmu bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat di sisi Allah-).
Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidaklah mampu memberikan rezki
kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya. hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan”.
(QS. Al-Ankabut: 17)
Contoh lain: Keyakinan sebagian orang bahwa danyang penunggu
tempat tertentu, seperti laut kidul, gunung bromo, telaga sarangan,
jembatan-jembatan tertentu atau tempat- tempat lainnya, bisa memberikan
kecelakaan jika tidak diberikan sesajian atau tumbal, sehingga mereka pun
diliputi kekhawatiran bahwa makhluk-makhluk tersebut akan mencelakakannya.
Sekedar adanya keyakinan dan ketakutan ini seseorang telah
terjatuh dalam syirik Rububiyyah. Adapun jika keyakinan tersebut membuahkan
amalan berupa pemberian sesajian kepadanya maka dia telah masuk pada syirik
jenis lain yaitu syirik uluhiyyah, sebagaimana yang akan datang penjelasannya
–Insya Alloh-. Padahal hanya Allohlah dzat yang bisa memberikan kecelakaan dan
keselamatan. Dia berfirman:
ﻭَﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻧِﻪِ ﺁﻟِﻬَﺔً ﻟَﺎ
ﻳَﺨْﻠُﻘُﻮﻥَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻭَﻫُﻢْ ﻳُﺨْﻠَﻘُﻮﻥَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻤْﻠِﻜُﻮﻥَ ﻟِﺄَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﺿَﺮًّﺍ ﻭَﻟَﺎ
ﻧَﻔْﻌًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻤْﻠِﻜُﻮﻥَ ﻣَﻮْﺗًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﺣَﻴَﺎﺓً ﻭَﻟَﺎ ﻧُﺸُﻮﺭًﺍ
“Kemudian mereka mengambil
sesembahan-sesembahan selain-Nya, yang mereka itu tidak menciptakan apapun,
bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu
kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) suatu kemanfaatanpun
dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.”
(QS. Al-Furqon: 3)
Contoh lain: Keyakinan sebagian orang bahwa benda tertentu
bisa menolak bala dan malapetaka, yang hal ini biasa disebut oleh orang-orang
dengan jimat. Sehingga karena keyakinan ini mereka menggantungkannya di leher
atau tangan atau rumah atau barang-barang lainnya yang ditakutkan terkena
melapetaka. Keyakinan yang seperti ini juga termasuk dalam jenis syirik ini
yang banyak sekali dari kaum muslimin yang tidak menyadarinya.
Demikian pula keyakinan bahwa orang-orang tertentu yang
telah mati, seperti Syaikh ‘Abdul Qodir Al-Jaelany, sunan-sunan tertentu,
jin-jin atau yang lainnya bisa menyelamatkan dari bahaya, sehingga mereka
ber-istighotsah (meminta pertolongan dari petaka yang menimpanya) dengan
memanggil-manggil mereka, padahal orang-orang tersebut telah meninggal dan
tidak bisa mendengar seruan mereka apalagi untuk memenuhi panggilan mereka.
ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺴْﺘَﻮِﻱ ﺍﻟْﺄَﺣْﻴَﺎﺀُ ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟْﺄَﻣْﻮَﺍﺕُ
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳُﺴْﻤِﻊُ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﺑِﻤُﺴْﻤِﻊٍ ﻣَﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻘُﺒُﻮﺭ
“Dan tidak (pula) sama orang-orang
yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan
orang yang didalam kubur dapat mendengar.” (Fathir: 22)
Inilah Rosululloh –Shollallohu ‘alaihi wa sallam-, makhluk
yang paling mulia secara mutlak menyatakan bahwa dirinya tidaklah mampu untuk
mendatangkan manfaat atau mencegah madhorot sedikitpun, lalu bagaimana dengan
selain beliau??!! Alloh berfirman:
ﻗُﻞْ ﻟَﺎ ﺃَﻣْﻠِﻚُ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻲ ﻧَﻔْﻌًﺎ ﻭَﻟَﺎ
ﺿَﺮًّﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻟَﻮْ ﻛُﻨْﺖُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐَ ﻟَﺎﺳْﺘَﻜْﺜَﺮْﺕُ
ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻣَﺎ ﻣَﺴَّﻨِﻲَ ﺍﻟﺴُّﻮﺀُ ﺇِﻥْ ﺃَﻧَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻧَﺬِﻳﺮٌ ﻭَﺑَﺸِﻴﺮٌ ﻟِﻘَﻮْﻡٍ
ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ
“Katakanlah (wahai Muhammad): “Aku
tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Sekiranya saja aku mengetahui yang
ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan
ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa
berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (Al-A’raf: 188)
Inilah beberapa contoh konkret yang kita dapati banyak
terjadi, baik di masa-masa terdahulu atau pada masa kita ini. Tentunya masih
banyak contoh-contoh lainnya, tapi apabila penjelasan di atas telah dipahami,
tentu dengan mudah seseorang dapat mengetahui bahwa suatu perkara termasuk
dalam syirik jenis ini atau bukan.
Satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa
perbuatan-perbuatan di atas digolongkan pada syirik besar yang mengakibatkan
pelakunya keluar dari islam dan di akherat mereka kekal di dalam neraka adalah
karena keyakinan bahwa makhluk-makhluk itulah yang memberi manfaat dan
mengangkat madhorot dan perkara-perkara lainnya yang telah disebutkan di depan.
Adapun jika berkeyakinan bahwa mereka itu hanyalah sebab, sedangkan yang
menurunkan dan mengangkat madhorot secara hakiki adalah Alloh, maka yang
demikian ini termasuk dalam syirik kecil, sebagaimana yang akan datang
penjelasannya –Insya Alloh- .
Jenis syirik besar yang kedua: Syirik besar pada
Uluhiyyah .
Yaitu penyerupaan selain Alloh dengan Alloh pada
perkara-perkara yang merupakan kekhususan uluhiyyah.
Alloh adalah satu-satunya dzat yang berhak diibadahi,
barangsiapa memberikan peribadatan kepada selainNya, berarti telah memberikan
sesuatu yang merupakan kekhususan Alloh kepada selain-Nya. Inilah yang
dimaksudkan dengan Syirik pada Uluhiyyah.
Syirik jenis ini adalah syirik yang paling besar dan paling
banyak didapati, sebagaimana dikatakan oleh imam Al-Qurthuby:
“Asal kesyirikan yang diharamkan
adalah keyakinan adanya sekutu bagi Alloh dalam hal peribadatan. Inilah syirik
terbesar. Dan inilah kesyirikan yang dilakukan orang-orang jahiliyyah. Kemudian
tingkatan dibawah kesyirikan jenis ini adalah keyakinan adanya sekutu bagi
Alloh pada perbuatannya, yaitu perkataan seseorang: bahwa ada sesuatu selain
Alloh yang berdiri sendiri dalam mengadakan dan menciptakan suatu perbuatan,
walaupun orang tersebut tidak meyakini sesuatu (yang berdiri sendiri itu)
sebagai sesembahannya. (Inilah yang dimaksud dengan syirik Rububiyyah
sebagaimana yang telah lewat penjelasannya-pen). [lihat: Taisirul ‘Azizil
Hamid: 27]
Karena banyaknya bentuk kesyirikan yang masuk dalam jenis
ini, para ulama membaginya membaginya menjadi empat golongan.
Pertama: Syirik dalam ibadah dan do’a.
Doa adalah sebesar-besar ibadah, bahkan ia merupakan inti
dari ibadah, sebagaimana perkataan Nabi kita:
ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻫﻮ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ
“Doa adalah ibadah” (HR. At-Tirmidzy
(223) dan dishohihkan oleh: Imam Al-Albani dan Imam Muqbil Alwadi’y)
Bahkan semua ibadah bisa dikatakan sebagai doa. Sebab
tidaklah seseorang beribadah dengan ibadah yang benar kecuali dia berharap
untuk dimasukkan dalam surgaNya dan diselamatkan dari api nerakaNya.
Barangsiapa memalingkan doa ini kepada selain Alloh dengan berdoa kepada nabi,
malaikat, wali, kuburan, batu-batu atau makhluk-makluk lainnya maka dia telah
terjerumus ke dalam syirik besar pada Uluhiyyah, sehingga dengannya dia keluar
dari agama Islam, sebagaimana firman Alloh:
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺪْﻉُ ﻣَﻊَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻟَﻬًﺎ ﺁﺧَﺮَ
ﻟَﺎ ﺑُﺮْﻫَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺑِﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﺣِﺴَﺎﺑُﻪُ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺑِّﻪِ ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳُﻔْﻠِﺢُ
ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥ
“Barangsiapa berdoa kepada
sesembahan selain Alloh bersamaan dengan doanya kepada Allah, padahal tidak ada
suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Robb-nya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidaklah beruntung.”
(Al-Mu’minun: 117)
Contohnya: doa-doa sebagian orang kepada para wali meminta
untuk diberikan rizki yang melimpah, atau diberikan anak, dan
permintaan-permintaan lainnya, padahal mereka itu telah mati.
Demikian pula sesajian yang diberikan kepada tempat-tempat
tertentu. Hal ini termasuk dalam syirik jenis ini karena adanya unsur
ketundukan dan harapan serta permintaan agar tertolak madhorot atau yang
lainnya, baik secara langsung atau tidak.
Jadi dengan ini kita bisa ketahui hubungan erat antara
syirik dalam rububiyyah dan uluhiyyah. Orang-orang yang melakukan doa-doa
syirik ini tidaklah akan melakukannya kecuali ada keyakinan pada mereka bahwa
para wali itu punya hak rububiyyah. Dan orang yang jatuh dalam syirik
rububiyyah konsekuensinya akan terjatuh dalam syirik uluhiyyah. Nas alulloh
al-‘afiyah.
Contoh lain: Thowaf yang dilakukan di kuburan orang-orang
yang dianggap wali, sebagaimana yang pernah penulis saksikan sendiri di kuburan
orang yang dinamakan sunan Kalijaga. Mereka berdesak-desakan seperti
berdesak-desakannya para jamaah haji di sekeliling ka’bah. Sungguh pemandangan
yang sangat memilukan, belum lagi dengan doa-doa dan seruan-seruan untuk si
sunan yang penuh dengan kesyirikan. Segala puji bagi Alloh yang telah
menyelamatkan kita dari bencana yang menimpa mereka.
Kedua: Syirik dalam tujuan dan niatan
Hal ini terjadi ketika seseorang meniatkan amalannya
semata-mata untuk dunia atau karena ingin dilihat atau
didengar manusia.
Inilah yang didapati pada amalan orang-orang munafiq tulen.
Mereka sama sekali tidak mengharapkan dengan amalannya keridhoan Alloh dan
keselamatan di negeri akherat.
Barangsiapa yang melakukan hal yang demikian berarti dia
telah terjatuh dalam kesyirikan jenis ini dan dihukumi kafir, keluar dari agama
Islam. Alloh telah mengancam mereka dalam firmanNya:
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ
ﻭَﺯِﻳﻨَﺘَﻬَﺎ ﻧُﻮَﻑِّ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﻫُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻟَﺎ ﻳُﺒْﺨَﺴُﻮﻥَ
^ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﻭَﺣَﺒِﻂَ ﻣَﺎ
ﺻَﻨَﻌُﻮﺍ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﺑَﺎﻃِﻞٌ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥ
“Barangsiapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh bagian di akhirat,
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (Huud: 15-16)
Sungguh celaka orang yang demikian, capek dan lelah di
dunia, neraka dan siksaan Alloh yang menyambutnya di akhir hayatnya.
Sebagai contoh: Orang yang masuk Islam semata-mata karena
ingin keselamatan dunia, agar tidak dibunuh atau yang lainnya. Orang seperti
ini telah terjatuh dalam syirik besar pada niatannya dan hukumnya tetap dalam
kekafiran, walaupun kita di dunia menghukumi mereka sebagai bagian kaum
muslimin berdasarkan perkara yang nampak dari mereka. Inilah yang didapati pada
islamnya orang-orang munafiq, mereka menunjukkan secara lahir keislaman namun
batinnya penuh dengan kekafiran.
Contoh lain: seseorang yang melakukan amalan sholeh seperti
sholat, haji atau yang lainnya. Namun sejak awal melakukannya dia tidaklah sama
sekali meniatkannya karena Alloh, tapi karena ingin mendapatkan pujian atau
karena malu dari manusia. Orang seperti ini telah terjatuh dalam syirik besar
dan keluar dari islam. Sebab seorang muslim tidaklah mungkin melakukan amalan
tanpa ada harapan sedikitpun untuk mendapat keridhoan dan
pahala dari Pencipta-Nya. Hal seperti ini tidaklah ada kecuali pada orang yang
hatinya penuh dengan kemunafikan. Para ulama menyebut perbuatan seperti ini
dengan Riya’ Akbar. [lihat: Syarh Kitabut tauhid oleh ‘Allamah Ahmad An-Najmy]
Perlu dibedakan dengan orang yang beramal karena Alloh juga
karena selain-Nya, karena pembahasan yang demikian itu –Insya Alloh- akan
datang pada permasalahan Syirik kecil. Adapun pembahasan kita saat ini adalah
orang yang membangun amalannya semata-mata karena selain Alloh.
Kemudian ketahuilah, semoga Alloh memberikan hidayah-Nya
kepada kita semua, bahwa syirik dalam niatan ini sangatlah tersembunyi karena
berhubungan dengan hati yang tidak dapat melihatnya seorangpun. Bahkan
terkadang seseorang tidak merasa bahwa dirinya telah terjatuh di dalamnya.
Karena itulah ia sangat berbahaya yang hendaknya setiap muslim senantiasa waspada
serta mengoreksi niatan-niatan yang ada di dalam hatinya.
Ibnul Qoyyim berkata: “Adapun syirik dalam tujuan dan
niatan, itu adalah lautan yang tak bertepi, sangat sedikit orang yang bisa
selamat darinya. Barangsiapa yang beramal tidak mengharapkan wajah Alloh,
meniatkan selain untuk mendekatkan diri kepadaNya dan mengharap balasan
dari-Nya, maka sungguh dia telah melakukan kesyirikan dalam tujuan dan
niatannya.” (Al-Jawabul Kafi:135)
Ketiga: Syirik dalam ketaatan
Barangsiapa mentaati makhluk dalam menghalalkan apa-apa yang
diharamkan Alloh, atau mengharamkan apa-apa yang dihalalkan Alloh, serta
meyakini di dalam hatinya bahwa boleh bagi mereka untuk menghalalkan dan
mengharamkan, serta berkeyakinan bahwa boleh baginya untuk mentaati yang
demikian itu padahal dia mengetahui bahwa hal tersebut bertentangan dengan
agama Islam, maka orang yang seperti ini telah menjadikan orang-orang yang
ditaati itu sebagai sesembahan selain Alloh, sehingga dengannya dia telah
terjatuh dalam syirik besar yang mengeluarkannya dari keislaman.
Kesyirikan jenis inilah yang terjadi pada orang-orang
Nashrani, sebagaimana dijelaskan dalam hadits ‘Adi bin Hatim –Rodhiyallohu
‘anhu-, beliau berkata: “Aku menemui Rosululloh –Shollallohu ‘alahi wasallam-
dan di leherku saat itu tergantung salib dari emas, maka aku mendengar beliau
berkata:
ﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﺃَﺣْﺒَﺎﺭَﻫُﻢْ ﻭَﺭُﻫْﺒَﺎﻧَﻬُﻢْ
ﺃَﺭْﺑَﺎﺑًﺎ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪ
“Mereka (orang-orang Nashrani) telah
menjadikan alim-alim mereka dan pendeta-pendeta mereka sebagai Rabb-rabb (yang
disembah) selain Alloh”
Akupun menjawab: “Wahai Rosululloh, mereka itu tidaklah
beribadah kepada (pendeta-pendeta itu)!”
Beliau berkata:
ﺃَﺟَﻞْ، ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻳُﺤِﻠُّﻮﻥَ ﻟَﻬُﻢْ ﻣَﺎ
ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪ ﻓَﻴَﺴْﺘَﺤِﻠُّﻮﻧَﻪُ، ﻭَﻳُﺤَﺮِّﻣُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻣَﺎ ﺃَﺣَﻞَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻓَﻴُﺤَﺮِّﻣُﻮﻧَﻪُ،
ﻓَﺘِﻠْﻚَ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗُﻬُﻢْ ﻟَﻬُﻢْ
“Ya, akan tetapi mereka (para
pendeta) menghalalkan untuk (orang-orang Nashrani) apa-apa yang diharamkan
Alloh maka (orang-orang Nashrani) itu pun ikut menghalalkannya. Dan mereka
mengharamkan bagi (orang-orang Nashrani) apa-apa yang dihalalkan Alloh, maka
(orang-orang Nashrani)-pun mengharamkannya, inilah bentuk peribatan
(orang-orang Nashrani) itu kepada (para pendeta mereka). [HR. al-Baihaqy dan
dihasankan oleh Syaikh Al-Albany di Ash-Shohihah: 3293]
Syirik ini juga terjadi pada umat ini, sebagaimana yang kita
dapati pada sebagian kelompok-kelompok islam yang menyimpang, mereka mentaati
segala yang ditentukan oleh pemimpin-pemimpin mereka tanpa memperdulikan hukum
yang telah Alloh tentukan padanya. Misalnya: nikah mu’tah atau yang dikenal
dalam bahasa kita dengan kawin kontrak. Pernikahan seperti ini telah jelas
pengharamannya dalam syariat islamiyah, tapi karena pemimpin sekte yang
dianutnya mengatakan halal maka diapun mentaatinya.
Keempat: Syirik dalam kecintaan
Imam Ibnul Qoyyim berkata ketika menjelaskan definisi syirik
ini: “Syirik kepada Alloh dalam kecintaan dan pengagungan adalah kecintaan
seseorang kepada makhluk sebagaimana kecintaannya kepada Alloh. Syirik ini
termasuk dalam syirik yang tidak diampuni oleh Alloh, yaitu syirik yang Alloh
telah berfirman tentangnya:
ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﺨِﺬُ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ
ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻧْﺪَﺍﺩًﺍ ﻳُﺤِﺒُّﻮﻧَﻬُﻢْ ﻛَﺤُﺐِّ ﺍﻟﻠَّﻪِ
“Diantara manusia ada orang-orang
yang menjadikan selain Alloh sebagai tandingan-tandingan (Nya); mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.” (Al-Baqarah: 165)
Orang-orang yang jatuh dalam kesyirikan jenis ini berkata
kepada sesembahan-sesembahan mereka ketika neraka telah mengumpulkan mereka:
ﺗَﺎﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨَّﺎ ﻟَﻔِﻲ ﺿَﻠَﺎﻝٍ ﻣُﺒِﻴﻦٍ
^ ﺇِﺫْ ﻧُﺴَﻮِّﻳﻜُﻢْ ﺑِﺮَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦ
“Demi Allah, sungguh kita dahulu (di
dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kalian dengan Rabb
semesta alam.” (Asy-Syu’ara: 97-98)
Dan merupakan hal yang telah diketahui bahwa mereka tidaklah
menyamakan (sesembahan-sesembahan itu) dengan (Alloh) yang Maha Suci dalam
penciptaan, pemberian rizki, dalam mematikan dan menghidupkan, dalam
kepemilikan dan kekuasaan. Akan tetapi, mereka menyamakannya dengan (Alloh)
dalam kecintaan dan pengagungan serta ketundukan dan perendahan diri kepada
(sesembahan-sesembahan) itu.” [Al-jawabul Kafi: 92]
Syirik jenis ini kembalinya ke permasalahan hati, karena
kecintaan dan pengagungan itu kembalinya ke hati seseorang. Dan perlu diketahui
bahwa tidaklah seseorang memalingkan suatu peribadahan kepada selain Alloh atau
berdoa selain kepada Alloh kecuali karena adanya kecintaan di dalam hatinya
kepada sesuatu yang dia ibadahi itu. [Lihat: Nawaqidhul Iman Al-I’tiqidiyyah:
1/ 414]
Oleh karena itulah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan
bahwa asal segala amalan-amalan kesyirikan adalah syirik dalam kecintaan.
[Lihat: Qo’idatun fil Mahabbah: 69]
Wahai saudaraku, tatalah dan bersihkanlah hatimu, jangan
sampai engkau menjadikannya penuh dengan kecintaan kepada selain Alloh, karena
jika hal ini menimpamu, sungguh kecelakaan telah menyambutmu. Alloh telah
berfirman:
ﻗُﻞْ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺁﺑَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻭَﺃَﺑْﻨَﺎﺅُﻛُﻢْ
ﻭَﺇِﺧْﻮَﺍﻧُﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺯْﻭَﺍﺟُﻜُﻢْ ﻭَﻋَﺸِﻴﺮَﺗُﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻣْﻮَﺍﻝٌ ﺍﻗْﺘَﺮَﻓْﺘُﻤُﻮﻫَﺎ ﻭَﺗِﺠَﺎﺭَﺓٌ
ﺗَﺨْﺸَﻮْﻥَ ﻛَﺴَﺎﺩَﻫَﺎ ﻭَﻣَﺴَﺎﻛِﻦُ ﺗَﺮْﺿَﻮْﻧَﻬَﺎ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻭَﺟِﻬَﺎﺩٍ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِ ﻓَﺘَﺮَﺑَّﺼُﻮﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﺗِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﺄَﻣْﺮِﻩِ
ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘِﻴﻦَ
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya”.
Dan Allah tidaklah akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
(At-Taubah: 24)
Penjelasan di atas tidak boleh dipahami bahwa seseorang sama
sekali tidak boleh mencintai sesuatu selain Alloh. Sebab, Alloh telah
menjadikan hati manusia itu cenderung untuk mencintai hal-hal yang mereka tidak
bisa terlepas darinya, seperti anak, istri, orang tua, saudara-saudara, dan
perkara-perkara lainnya. Mencintai perkara seperti ini pada asalnya adalah
diperbolehkan, bahkan apabila seseorang mencintai hal-hal tersebut karena Alloh
maka jadilah kecintaan itu ibadah tersendiri yang seseorang mendapatkan pahala
karenanya.
Namun apabila kecintaan tersebut menghalanginya dari
perintah-perintah Alloh, bahkan menyebabkannya terjerumus dalam
larangan-laranganNya maka inilah kecintaan yang terlarang. Dan lebih parahnya,
apabila kecintaan kepada hal-hal di atas mendominasi dirinya sehingga melebihi
kecintaannya kepada Alloh, inilah kecintaan syirik yang sekarang sedang menjadi
pembahasan kita. [ Lihat: Al-Irsyad ila Shihihil I’tiqod: 63 ]
Syirik Besar jenis ketiga adalah Syirik pada Nama-nama dan
Sifat-sifat Alloh.
Yaitu penyerupaan selain Alloh dengan Alloh pada salah satu
dari nama-nama dan sifat-sifat Nya.
Syirik jenis ini terbagi menjadi dua macam:
Pertama: Syirik Ta’thil , yaitu pengingkaran terhadap adanya
Alloh, sebagaimana yang terjadi Fir’aun. Alloh berfirman:
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥُ ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟْﻤَﻠَﺄُ
ﻣَﺎ ﻋَﻠِﻤْﺖُ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺇِﻟَﻪٍ ﻏَﻴْﺮِﻱ ﻓَﺄَﻭْﻗِﺪْ ﻟِﻲ ﻳَﺎ ﻫَﺎﻣَﺎﻥُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻄِّﻴﻦِ
ﻓَﺎﺟْﻌَﻞْ ﻟِﻲ ﺻَﺮْﺣًﺎ ﻟَﻌَﻠِّﻲ ﺃَﻃَّﻠِﻊُ ﺇِﻟَﻰ ﺇِﻟَﻪِ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻭَﺇِﻧِّﻲ ﻟَﺄَﻇُﻨُّﻪُ
ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜَﺎﺫِﺑِﻴﻦ
“Fir’aun berkata: “Hai pembesar
kaumku, aku tidak mengetahui sesembahan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai
Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi
supaya aku dapat naik melihat sesembahan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar
yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”. (Al-Qoshosh: 38)
Syirik jenis ini adalah sejelek-jelek kesyirikan,
sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Sulaiman bin Abdillah Alu Syaikh.
[lihat: Taisirul ‘Azizil Hamid: 26]
Kedua: Syirik Tamtsil, yaitu penyerupaan antara Alloh dan
selainNya dalam sifat-sifatNya. Syirik ini terbagi menjadi dua macam:
Pertama : Penyerupaan makhluk dengan Alloh, sebagaimana yang
terjadi pada orang-orang Nashrani yang menyerupakan ‘Isa dengan Alloh sehingga
mereka mengangkatnya sebagai sesembahan.
Contoh yang terjadi pada umat ini adalah apa yang terjadi
pada kelompok syi’ah ekstrim, yang mereka mengangkat ‘Ali -Rodhiyallohu ‘anhu-
sampai menyerupai Alloh, sehingga mereka menyerahkan peribadatan kepadanya,
padahal ‘Ali sendiri berlepas diri dari mereka.
Kedua : kebalikan yang pertama, yaitu penyerupaan Alloh
dengan makhluk. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada kelompok Musyabbihah yang
mengatakan bahwa sifat-sifat Alloh itu seperti sifat-sifat makhluk.
Misalnya: perkataan mereka bahwa Alloh mempunyai mata
seperti matanya makhluk, mempunyai tangan seperti tangannya makhluk, dan
perkataan-perkataan kekafiran yang lainnya.
Inilah pembagian syirik besar beserta beberapa contohnya,
semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya. Janganlah seseorang merasa aman dari terjatuh ke dalamnya, tapi
hendaknya setiap muslim senantiasa khawatir dan merasa takut untuk terjerumus
ke dalamnya.
Adapun untuk pembahasan tentang syirik kecil –Insya Alloh-
pada artikel yang akan datang.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﻟَﺎ
ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ .
Ditulis Oleh: Abu Zakaria Irham Al-Jawiy
Darul Hadits, Rabu sepertiga akhir Rojab 1433
Semoga Alloh Menjaganya
Sumber: ahlussunnah.web.id