بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
SILSILAH MAJLIS ROMADHON
✳ LAILATUL QODARI ✳
1 Asal muasal penamaan Lailatul Qodari ?
Ibnu Qudamah rohimahulloh mengatakan:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ هِيَ لَيْلَةٌ شَرِيفَةٌ مُبَارَكَةٌ مُعَظَّمَةٌ مُفَضَّلَةٌ
ثُمَّ قَال : وَقِيل : إِنَّمَا سُمِّيَتْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ لأَِنَّهُ يُقَدَّرُ
فِيهَا مَا يَكُونُ فِي تِلْكَ السَّنَةِ مِنْ خَيْرٍ وَمُصِيبَةٍ ، وَرِزْقٍ وَبَرَكَةٍ
“Lailatul qodari adalah malam mulia, penuh
berkah, diagungkan dan dilebihkan dari yang lain.” Kemudian beliau melanjuntukan:
“Ada yang mengatakan: dinamakan lailatul qodari karena pada malam itu
ditetapkan apa yang akan terjadi pada tahun tersebut dari perkara baik maupun
buruk, dari rizqi dan berkah"
[lihat📙“Al-Mughni” (3/178)]
As-Sindi rohimahulloh mengatakan:
بِفَتْحِ القَافِ وَإِسْكَانِ الدَّالِ سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِعِظَمِ قَدْرِهَا
أَيُّ ذَاتِ القَدْرِ العَظِيْمِ لِنُزُولِ القُرْآنِ فِيْهَا ، وَوَصْفُهَا بِأَنَّهَا
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ أَوْ لِمَا يَحْصُلُ لِمُحْيِيْهَا بِالعِبَادَةِ مِنَ القَدْرِ
الجَسِيْمِ أَوْ لِأَنَّ الأَشْيَاءَ تُقَدَّرُ فِيْهَا ، وَتَقْضِي لِقَولِهِ تَعَالَى
: {فِيْهَا يُفْرَقُ كُلِّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ} وَتَقْدِيْرُ اللهِ تَعَالَى سَابِقٌ فَهِيَ
لَيْلَةُ إِظْهَارِ اللهِ تَعالَى ذَلكَ التَّقْدِيْر لِلْمَلاَئِكَةِ.
“Dengan menfathahkan qof dan mensukunkan dal,
dinamakan dengan hal tersebut karena agungnya kadar malam tersebut yakni
mempunyai kedudukan yang agung karena turunnya Al-Qur’an pada malam tersebut
dan karena penyifatannya dengan malam yang lebih baik dari 1000 malam, atau
(karena) apa yang terjadi dari menghidupkan malam tersebut dengan ibadah dari
kadar yang banyak, atau karena sesuatu ditaqdirkan pada waktu itu, dan yang
menguatkan hal itu adalah firman Alloh ta’ala:
{فِيْهَا يُفْرَقُ كُلِّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ}
“Pada malam itu dijelaskan segala perkara yang
penuh hikmah."
Dan pentaqdiran Alloh telah mendahului, maka itu
adalah malam yang Alloh menampakkan taqdir tersebut kepada para Malaikat” [lihat📗“Hasyiyah As-Sindi” (1/263)]
2 Keutamaan lailatul Qodari.
✅ PERTAMA👇:
Amal sholih pada malam itu lebih baik daripada
amal sholih selama 1000 bulan yang tidak ada padanya lailtul qodari.
Alloh ta’ala berfirman
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْر
“Lailatul qodari lebih baik daripada 1000 bulan.”
[📌QS. Al-Qodari]
✅ KEDUA👇:
Malam yang penuh berkah.
Alloh ta’ala berfirman:
{فِيْهَا يُفْرَقُ كُلِّ
أَمْرٍ حَكِيْمٍ}
“Pada malam itu dijelaskan segala perkara yang
penuh hikmah.”
✅ KETIGA👇:
Turunnya Malaikat pada malam itu dengan membawa
rohmat.
Alloh ta’ala berfirman:
تَنَزَّل الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُل أَمْرٍ
“Malaikat dan Ruh (Malaikat Jibril) turun pada
(malam) itu dengan seidzin Robb mereka untuk mengatur segala urusan.” [📌QS. Al-Qodari:4]
Al-Qurthubi rohimahulloh mengatakan:
أَيْ تَهْبِطُ مِنْ كُل سَمَاءٍ وَمِنْ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى فَيَنْزِلُونَ
إِلَى الأَْرْضِ وَيُؤَمِّنُونَ عَلَى دُعَاءِ النَّاسِ إِلَى وَقْتِ طُلُوعِ الْفَجْرِ
، وَتَنْزِل الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ بِالرَّحْمَةِ بِأَمْرِ
اللَّهِ تَعَالَى وَبِكُل أَمْرٍ قَدَّرَهُ اللَّهُ وَقَضَاهُ فِي تِلْكَ السَّنَةِ
إِلَى قَابِلٍ
“Yakni turun dari setiap langit dan dari Sidariotul
Muntaha menuju Bumi dan mengaminkan do’a manusia sampai waktu Fajr. Malaikat
dan Ruh (Malaikat Jibril) pada lailatul qodari dengan membawa rohmat dan dengan
membawa segala urusan yang telah Alloh taqdirkan dan tetapkan pada tahun
tersebut sampai yang akan datang.”
✅ KEEMPAT👇:
Lailatul Qodari adalah malam keselamatan.
Alloh ta’ala berfirman:
سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit
fajr.” [📌QS. Al-Qodari]
Mujahid rohimahulloh mengatakan:
هِيَ لَيْلَةٌ سَالِمَةٌ لاَ يَسْتَطِيعُ الشَّيْطَانُ أَنْ يَعْمَل فِيهَا
سُوءًا وَلاَ أَذًى
“Itu adalah malam yang selamat, yang tidaklah
mampu syaithon untuk melakukan padanya kejelekan dan tidak pula gangguan” [lihat📕“Tafsir Al-Qurthubi” (20/133)]
3 Lailatul Qodari terjadi pada 10 terakhir
bulan Romadhon.
Asy-Syaikh ‘Abdulloh Alu Bassam rohimahulloh
mengatakan:
وَيُمْكِنُ تَصْنِيْفُ هَذِهِ الأَقْوَالِ إِلَى أَرْبَعِ فِئَاتٍ:
الأُوْلَى: مَرْفُوضَةٌ كَالقَولِ بِإِنْكَارِهَا فِي أَصْلِهَا أَوْ رَفْعِهَا.
الثَّانِيَةُ: ضَعِيْفَةٌ كَالقَوْلِ بِأَنَّهَا لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ
شَعْبَانَ.
الثَّالِثَةُ: مَرْجُوْحَةٌ كَالقَولِ بِأَنَّهَا فِي رَمَضَانَ فِي غَيْرِ
العَشْرِ الأَخِيْرِ مِنْهُ.
الرَّابِعَةُ: هِيَ الرَّاجِحَةُ وَهِيَ كَوْنُهَا فِي العَشْرِ الأَخِيْرِ
مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ وَأَرْجَاهَا أَوْتَارُهَا، وَأَرْجَحُ الأَوْتَارِ لَيْلَةُ
سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ.
“Mungkin pembagian pendapat (dalam permasalahan
ini) dibagi menjadi 4 kelompok:
🔀 PERTAMA👇:
Tertolak, seperti pendapat yang mengingkari
lailatul qodari tentang asalnya dan diangkatnya (hal tersebut).
🔀 KEDUA👇:
Lemah, seperti pendapat yang mengatakan bahwa hal
tersebut pada malam nisfu Sya’ban.
🔀 KETIGA👇:
Terbantahkan, seperti pendapat yang mengatakan
lailatul qodari di bulan Romadhon, yang terjadi pada selain 10 hari terakhir
dari Romadhon.
🔀 KEEMPAT👇:
Rojih (yang kuat pendapatnya), yang hal itu
terjadi pada 10 hari terakhir dari bulan Romadhon, dan diharapkan terjadi pada
(malam) ganjilnya, dan paling kuat adalah pada malam 27”
[lihat📓“Taudhihul Ahkam” (hadits no.589)]
4 Lailatul Qodari senantiasa ada sampai
akhir zaman.
An-Nawawi rohimahulloh mengatakan:
وَأَجْمَعُ مَنْ يَعْتَدُّ بِهِ عَلَى وُجُودِهَا وَدَوَامِهَا إِلَى آخِرِ
الدَّهْرِ لِلاَحَادِيْثِ الصَّحِيْحَةِ المَشْهُورَةِ.
“Dan telah bersepakat orang-orang yang teranggap
tentang adanya lailatul qodari dan senantiasanya sampai akhir zaman,
sebagaimana ditunjukkan hadits-hadits shohih yang masyhur”
[📘Syarh Shohih Muslim]
5 Kapan Lailatul Qodari?
Dan lailatul qodari terjadi pada 10 hari terakhir
dari Romadhon, dan Nabi ` memerintahkan untuk mendapatkan pada hari-hari yang
ganjil, dan yang paling kuat pada malam ke-27 Romadhon:
«الْتَمِسُوْهَا فِي
الوِتْرِ مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ»
“Carilah (lailatul Qodari) pada (hari) yang
ganjil dari 10 hari terakhir”
[📌HR. Al-Bukhori (no.2016) dari Abi Sa’id
dan ‘Aisyah rodhiyaAllohu anha. Dan dikeluarkan Muslim (no.1167) dari Abi
Sa’id.]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ ب قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «تَحَرَّوْهَا لَيْلَةَ
سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ»
Dari Ibnu ‘Umar rodhiyaAllohu anhuma berkata:
bersabda Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam: “Carilah pada malam 27.”
Yakni lailatul Qodari.
[📌HR. Ahmad (no.4808) dan hadits
dishohihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil rohimahulloh dalam Al-Jami’us Shohih
(no.1510)]
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ
أَبِي سُفْيَانَ ا ، عَنِ النَّبِيّ ﷺ ِ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ، قَالَ: «لَيْلَةُ القَدْرِ
لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ»
Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan rodhiyaAllohu anhu
dari Nabi shollallohu alaihi wa sallam tentang lailatul Qodari, Bersabda:
“Lalilatul Qodari malam 27”
[📌HR. Abu Dawud (4/264) dan hadits
dishohihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil rohimahulloh dalam Al-Jami’us Shohih
(no.1509) dan berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam “Bulughul Marom”: diriwayatkan
Abu Dawud dan yang benar mauquf.]
Ibnu ‘Abdil Bar rohimahulloh mengatakan:
وَيَدُلُّ هَذَا الحَدِيْثُ
وَمَا كَانَ مِثْلُهُ عَلَى أَنَّ الأَغْلَبَ فِيْهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشرِيْنَ
وَيُمْكِنُ أَنْ تَكُونَ لَيْلَةُ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ.
“Hadits ini menunjukkan dan apa yang semisalnya
bahwa kebanyakan terjadinya lailatul qodari adalah malam 27 dan mungkin bisa
terjadi pada malam 23” [lihat📔“Al-Istidzkar”
(3/416)]
Dan apabila seseorang beribadah pada malam
lailatul qodari, akan tetapi dia tidak tahu bahwasanya pada malam itu adalah
lailatul qodari, maka dia tetap mendapatkan pahala.
Dan ini adalah pendapat Ibnu Jarir Ath-Thobari,
Ibnul ‘Arobi. Dan ini yang dikuatkan oleh Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin
rohimahumulloh.
6 Lailatul Qodari kekhususan umat Islam.
Ibnu ‘Abdil Bar rohimahulloh mengatakan:
أَنَّ لَيْلَةَ القَدْرِ لَمْ يُعْطِهَا إِلاَّ مُحَمَّدٌ وَأُمَّتُهُ صَلَّى
اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ.
“Bahwasanya lailatul qodari tidaklah diberikan
kecuali kepada Muhammad dan umatnya shollallohu alaihi wa sallam” [lihat📙“Al-Istidzkar” (3/416)]
7 Lailatul Qodari berpindah-pindah pada
setiap tahun.
Abu Qilabah rohimahulloh mengatakan:
لَيْلَةُ القَدْرِ تَنْتَقِلُ فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ فِي كُلِّ وِتْرٍ.
“Lailatul qodari berpindah-pindah pada 10 hari
terakhir di setiap (malam) ganjil”
[lihat📓“At-Tamhid” (2/204)]
An-Nawawi rohimahulloh mengatakan:
وَقَالَ المُحَقِّقُونَ إِنَّهَا تَنْتَقِلُ فَتَكُونُ فِي سَنَةٍ لَيْلَةُ
سَبْعِ وَعِشْرِيْنَ وَفِي سَنَةٍ لَيْلَةُ ثَلاَثٍ وَسَنَةٍ لَيْلَةُ احْدَى وَلَيْلَةُ
أُخْرَى وَهَذا أَظْهَرُ وَفِيْهِ جَمَعَ بَيْنَ الأَحَادِيْثِ المُخْتَلِفَةِ فِيْهَا.
“Para muhaqqiqun mengatakan bahwa lailatul qodari
berpindah-pindah, maka suatu tahun pada malam 27, dan pada suatu tahun pada
malam 23, dan pada malam lainnya. Dan ini lebih nampak (mendekati kebenaran)
dan padanya telah tergabung diantara hadits-hadits yang berbeda-beda padanya”
[lihat📗“Syarah Nawawi ‘ala Muslim”
(6/43)]
Al-Qurthubi rohimahulloh mengatakan:
وَالحَاصِلُ مِنْ مَجْمُوعِ الأَحَادِيْثِ ، وَمِمَّا اسْتَقَرَّ عَلَيْهِ
أَمْرِ رَسُولِ اللِه ـ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ـ فِي طَقَبِهَا : أَنَّهَا
فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ، وَأَنَّهَا مُنْتَقِلَةٌ فِيْهِ ، وَبِهَذَا
يَجْتَمِعُ شَتَّاتِ الأَحَادِيْثِ المُخْتَلِفَةِ الوَارِدَةِ فِي تَعْيِيْنِهَا.
“Dan hasilnya dari kumpulan hadits-hadits tersebut,
dan apa yang tetap dari perkara Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam- adalah
lailatul qodari terjadi pada Romadhon, dan hal itu berpindah-pindah. Dan dengan
ini akan tergabungkan macam-macam hadits yang datang berbeda-beda tentang
penetapannya.
[lihat📕“Al-Mufhim” (10/26)]
8 Lailatul Qodari adalah malam paling mulia
dalam setahun.
Al-Munawi rohimahulloh mengatakan:
هِيَ أَفْضَلُ لَيَالِي العَامِ مُطْلَقًا وَذَهَبَ بَعْضُهُمْ إِلَى تَفْضِيْلِ
لَيْلَةِ الإِسْرَاءِ عَلَيْهَا وَاعْتَرَضَ وَتَوَسَّطَ البَعْضُ فَقَالَ : لَيْلَةُ
الإِسْرَاءِ أَفْضَلُ فِي حَقِّ المُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَيْلَةُ
القَدْرِ أَفْضَلُ لِأُمَّتِهِ وَصَوَّبَ ابْنُ تَيْمِيَّةَ تَفْضِيْلَ لَيْلَةِ القَدْرِ
مُطْلَقًا.
“(Malam tersebut) adalah seafdhol-afdhol malam
dalam setahun secara muthlaq. Sebagian memandang tentang pemuliaan malam Isro
atas lailatul qodari. Dan ada yang menyanggah dan menengahi seraya berpendapat:
malam Isro’ afdhol bagi Musthofa shollallohu alaihi wa sallam, dan lailatul qodari
afdhol bagi umatnya, dan Ibnu Taimiyyah membenarkan pemuliaan lailatul qodari
secara mutlak"
[lihat📘“Faidhul Qodir” (5/395)]
9 Hikmah tidak diketahui terjadinya
lailatul qodari.
Ibnu Rojab rohimahulloh mengatakan:
إِبْهَامُ لَيْلَةِ القَدْرِ أَدْعَى إِلَى قِيامِ العَشْرِ كُلِّهِ ، أَوْ
أَوْتَارِهِ فِي طَلَبِهَا ، فَيَكُونُ سَبَبًا لِشِدَّةِ الاِجْتِهَادِ وَكَثْرِتِهِ.
“Penyamaran (kapan terjadi) lailatul qodari lebih
mendorong untuk menegakkan (sholat teraweh) pada 10 hari (terakhir) semuanya,
atau pada witirnya untuk mendapatkannya, maka hal itu sebab untuk semakin
bersemangat dan memperbanyaknya” [lihat📙“Fathul
Bari” oleh Ibnu Rojab (1/104)]
[ 🔟 ] Tanda-tanda Lailatul Qodari.
✳ [PERTAMA]:
Turunnya hujan pada malam itu.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أُنَيْسٍ رضي الله عنه: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أُرِيْتُ لَيْلَةَ القَدَرِ ثُمَّ أُنْسِيْتُهَا،
وَأَرَانِي صُبْحَهَا أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَ طِيْنٍ» قَالَ: فَمُطِرْنَا لَيْلَةَ ثَلاَثٍ
وَعِشْرِيْنَ، فَصَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ، فَانْصَرَفَ
وَإِنَّ أَثَرَ المَاءِ وَالطِّيْنِ عَلَى جَبْهَتِهِ وَأَنْفِهِ
Dari ‘Abdillah bin Unais rodhiyaAllohu anhu:
bahwasanya Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
“Aku melihat lailatul Qodari kemudian dilupakan,
dan aku melihat subuhnya, aku sujud di atas air dan tanah.” Berkata (‘Abdulloh
bin Unais rodhiyaAllohu anhu):
“Maka hujan pada malam 23, kemudian kami sholat
bersama Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, kemudian setelah selesai, air
dan tanah masih membekas di dahi dan hidungnya”
[📌HR.Muslim (no.1168)]
✳ [KEDUA]:
Sinar matahari pada pagi harinya tidak terlalu
kuat;
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ: «وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيْحَةٍ،
يَوْمِهَا بَيْضَاءَ، لاَ شُعَاعَ لَهَا»
Dari Ubay bin Ka’ab rodhiyaAllohu anhu: “Dan
tanda-tandanya matahari terbit pada pagi harinya, putih, bersinar tidak terlalu
kuat.”
[📌HR. Muslim (no.762) Abu Dawud (no.1378)
At-Tirmidzi (no.793) lihat Shohih Sunan Abi Dawud (no.1247) oleh Asy-Syaikh
Al-‘Allamah Al-Muhaddits Muhammad Nashiriddin Al-Albani rohimahulloh]
Al-Munawi rohimahulloh mengatakan:
وَقِيْلَ : مَعْنَى لاَ شُعَاعَ لَهَا أَنَّ المَلاَئِكَةَ لِكَثْرَةِ اخْتِلاَفِهَا
فِي لَيْلَتِهَا وَنُزُولِهَا إِلَى الأَرْضِ وَصُعُودِهَا تَسْتُرُ بِأَجْنِحَتِهَا
وَأَجْسَامِهَا اللَّطِيْفَةِ ضَوْءَ الشَّمْسِ.
“Ada yang mengatakan: bahwa makna tidak kuat
cahaya matahari adalah para Malaikat dengan sangat banyak macamnya pada
lailatul qodari serta turunnya mereka ke Bumi dan naiknya, sampai menutupi
dengan sayap-sayap mereka yang lembut cahaya matahari" [lihat📔“Faidhul Qodir” (5/396)]
Ibnu Mas’ud rodhiyaAllohu anhu mengatakan:
أَنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ كُل يَوْمٍ بَيْنَ قَرْنَيْ شَيْطَانٍ إِلاَّ صَبِيحَةَ
لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Bahwa matahari terbit setiap hari diantara dua
tanduk syaithon kecuali pada pagi hari lailatul qodari"
[📌AR. Ibnu Abi Syaibah (3/75-76)]
✳ [KETIGA]:
Malam harinya sedang, tidak panas dan tidak pula
dingin;
Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
إِنِّي كُنْتُ أُرِيْتُ لَيْلَةَ القَدْرِ ثُمَّ نُسِّيْتُهَا وَهِيَ فِي
العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ لَيْلَتِهَا وَهِيَ لَيْلَةٌ طَلْقَةٌ بَلْجَةٌ لَا حَارَةٌ
وَلاَ بَارِدَةٌ.
“Aku sesungguhnya diperlihatkan lailatul qodari
kemudian dilupakan, hal itu terjadi pada 10 hari terakhir dari malam-malamnya,
malam yang cerah ketika awal muncul fajrnya, tidak gerah cuacanya dan tidak
pula dingin.”
Syaikhuna Muhammad bin Hizam Al-Ba’dani
hafidzohulloh mengatakan:
“Hadits Jabir rodhiyaAllohu anhuma riwayat Ibnu
Khuzaimah (no.2190) dan Ibnu Hibban (no.3688) dan dalam sanadnya ada Al-Fudhoil
bin Sulaiman dan dia seorang yang dho’if (lemah). Dan datang juga juga dari
hadits ‘Ubadah bin Ash-Shomit rodhiyaAllohu anhu riwayat Ahmad (5/324) dan
dalam sanadnya ada Baqiyyah bin Walid dan didalamnya juga ada keterputusan
sanad, karena Ma’dan bin Kholid tidak mendengar dari ‘Ubada bin Ash-Shomit
rodhiyaAllohu anhu. Dan datang juga hadits Ibnu ‘Abbas riwayat Ibnu Khuzaimah
(no.2192) dan Al-Bazzar dalam “Kasyful Astar” (no.1034) dan dalam sanadnya ada
Zam’ah bin Sholih dan dia seorang yang lemah. Dan hadits naik menjadi hasan
dengan keseluruhan syawahid (pendukung).
[Lihat📗Ithaful Anam (hal.244)]
✳ [KEEMPAT]:
Melihat dalam mimpi terjadi lailatul qodari.
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahulloh berkata:
أن الله يُري الإنسانَ الليلةَ في المنام، كما حصل ذلك لبعض الصحابة
“Alloh menampakkan kepada seorang tentang
lailatul qodari dalam mimpi, sebagaimana yang terjadi terhadap sebagian
shohabat"
[lihat📕“Asy-Syarhul Mumti’” (6/496)]
⚠TANBIH PERTAMA👇:
An-Nawawi rohimahulloh mengatakan:
اعْلَمْ أَنَّ لَيْلَةَ القَدْرِ يَرَاهَا مَنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنْ
بَنِي آدَم كُلُّ سَنَةٍ فِي رَمَضانَ كَمَا تَظاهَرَتْ عَلَيْهِ الاَحَادِيثُ وَأَخْبَارُ
الصَّالِحِيْنَ بِهَا وَرُؤْيَتُهُمْ لَهَا أَكْثَرُ مِنْ أَنْ تُحْصَرَ.
“Ketahuilah bahwa lailatul qodari bisa dilihat
siapa saja yang Alloh kehendaki dari Bani Adam pada setiap tahun pada (bulan)
Romadhon sebagaimana telah nampak hadits-hadits dan khobar orang-orang sholih
tentang hal tersebut dan penglihatan mereka adalah sangat banyak untuk dihitung"
[lihat📓“Al-Majmu’ Syarhul Muhadzab”
(6/461)]
⚠TANBIH KEDUA👇:
Al-Munawi rohimahulloh mengatakan:
وَلَا يَلْزَمُ مَنْ تَخَلَّفَ العَلاَمَةَ عَدَمُهَا وَرُبَّ قَائِمٍ فِيْهَا
لَمْ يَحْصُلْ مِنْهَا إِلَّا عَلَى العِبَادَةِ وَلَمْ يَرَ شَيْئًا مِنْ عَلاَمَاتهَا
وَهُوَ أَفْضَلُ عِنْدَ اللهِ مِمَّنْ رَآهَا وَأَكْرَمُ.
“Dan tidaklah mengharuskan orang yang tidak
mendapati tanda-tandanya ia tidak mendapatkannya (lailatul qodari).
Terkadang seorang yang berdiri beribadah pada
malam itu ia tidak mendapati darinya kecuali ia senantiasa diatas ‘ibadah dalam
keadaan ia tidak melihat sesuatu apapun dari tanda-tandanya, maka ia lebih
afdhol dan mulia daripada yang melihat tanda-tanda (lailtul qodari)"
[Lihat📘“Faidhul Qodir”]
10 Mustahab untuk menyembunyikan lailatul qodari
Al-Mawardi rohimahulloh mengatakan:
وَيُسْتَحَبُّ لِمَنْ
رَأَى لَيْلَةَ الْقَدْرِ أَنْ يَكْتُمَهَا ، وَيَدْعُوَ بِإِخْلَاصِ نِيَّةٍ وَصِحَّةِ
يَقِينٍ بِمَا أَوْجَبَ مِنْ دِينٍ وَدُنْيَا ، وَيَكُونُ أَكْثَرُ دُعَائِهِ لِدِينِهِ
، وَآخِرَتِهِ
Disukai bagi orang yang melihat lailatul qodari
untuk menyembunyikannya, dan (hendaknya) ia berdoa dengan mengikhlaskan niat
dan kebenaran yakin dengan apa yang Alloh wajibkan dari (perkara) agama dan
dunia. Dan hendaknya kebanyakan doanya adalah untuk (perkara) agama dan
akhiratnya"
[lihat📔“Al-Hawi” (3/484)]
Ibnu Hajar rohimahulloh mengatakan:
وَاسْتَنْبَطَ السُّبُكِي الكَبِيْرُ فِي الحَلَبِيَّاتِ مِنْ هَذِهِ القِصَّةِ
اسْتِحْبَابُ كِتْمَانِ لَيْلَةِ القَدْرِ لِمَنْ رَآهَا قَالَ: وَوَجْهُ الدِّلَالَةِ
أَنَّ اللهَ قَدَّرَ لِنَبِيِّهِ أَنَّهُ لَمْ يُخْبِرْ بِهَا وَالخَيْرُ كُلُّهُ فِيْمَا
قُدِّرَ لَهُ فَيُسْتَحَبُّ أَتْبَاعُهُ فِي ذَلِكَ وَذَكَرَ فِي شَرْحِ المِنْهَاجِ
ذَلِكَ عَنِ الحَاوِى قَالَ وَالحِكْمَةُ فِيْهِ أَنَّهَا كَرَامَةٌ وَالكَرَامَةُ
يَنْبَغِي كِتْمَانُهَا بِلاَ خِلاَفٍ بَيْنَ أَهْلِ الطَّرِيْقِ مِنْ جِهَّةِ رُؤْيَةِ
النَّفْسِ فَلَا يَأْمَنُ السَّلْبِ وَمِنْ جِهَّةِ أَنْ لاَ يَأْمَنُ الرِّيَاء وَمِنْ
جِهَّةِ الأَدَبِ فَلاَ يَتَشَاغَلُ عَنِ الشُّكْرِ لِله بِالنَّظَرِ إِلَيْهَا وَذَكَرَهَا
لِلنَّاسِ وَمِنْ جِهَّةِ أَنَّهُ لاَ يَأْمَنُ الحَسَدَ فَيُوقِعُ غَيْرَهُ فِي المَحْذُورِ
وَيُسْتَأْنَسُ لَهُ بِقَولِ يَعْقُوبُ عَلَيهِ السَّلاَمَ يَا بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ
رُؤْيَاكَ عَلَى اخْوَتِكَ الآية.
“As-Subuki Al-Kabir beristinbat dalam “Al-Halabiyyat
dari kisah tersebut tentang mustahabnya menyembunyikan lailatul qodari bagi
siapa yang melihatnya, ia mengatakan:
sisi pendalilannya adalah Alloh telah
mentaqdirkan kepada NabiNya bahwa beliau tidak mengabarkan lailatul qodari, dan
kebaikan keseluruhannya adalah yang ditaqdirkan untuknya, maka (oleh karena
itu) disukai untuk mengikutinya dalam hal tersebut. Dan dIsebutkan juga dalam
“Syarhul Minhaj” hal ini dari (kitab) Al-Hawi:
“Dan hikmah dari hal tersebut adalah perkara
tersebut termasuk dari karomah, dan karomah sepantasnya untuk disembunyikan
tanpa ada perselisihan diantara Ahlut Thoriq.
Dan dari segi melihat diri seseorang, maka ia
tidaklah merasa aman hal tersebut akan dicabut.
Dan dari segi dia tidaklah aman dari riya’.
Dan dari segi adab, hendaknya ia tidaklah
menyibukkan diri yang dengannya ia lalai dari bersyukur kepada Alloh dengan
melihat perkara tersebut yang kemudian ia menyebuntukan kejadian lailatul qodari
kepada orang-orang.
Dari segi bahwa ia tidaklah merasa aman dari
hasad yang akan muncul dari yang lainnya dari perkara yang terlarang, dan
disandarkan pendapat ini dengan ucapan Ya’qub alaihis salam:
يَا بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى اخْوَتِكَ الآية
“Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu
kepada saudara-saudaramu.”
[lihat📙“Fathul Bari” (4/268)]
💎faedah 📝ust. Fuad Hasan Abu
Muhammad Ngawi hafidzhohulloh