Syarah kitab tauhid Syaikh bin Baz oleh Asy-Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin soekojo Al Indonesiy Al Jawiy Hafidzahullah
Download Pdf Kitab Tauhid Syarah Syaikh Bin Baz
Syarah kitab tauhid Syaikh bin Baz dars1
Beberapa dari kumpulan faedah - faedah yang bermanfaat, yang in syaa allah dapat mengantarkan kita menuju taman taman surganya allah, .
Syarah kitab tauhid Syaikh bin Baz oleh Asy-Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin soekojo Al Indonesiy Al Jawiy Hafidzahullah
Download Pdf Kitab Tauhid Syarah Syaikh Bin Baz
Syarah kitab tauhid Syaikh bin Baz dars1
بسم الله الرحمن الرحيم
*MENYINGKAP SEKULARISME*
Khusus, tapi ini sering-sering disebut jelas masalah-masalah sekularisme.
Jadi sekularisme itu bahasa Arab-nya adalah علمانية. Betul ya pakai ain, علمانية.
Yaitu apa? Yaitu
السأي في فصل بين الدين والدولة
atau
بين الدين والإمارة
Yaitu usaha untuk memisahkan antara agama dengan pemerintahan.
Katakan agama sila kalian ibadah di masjid kalian atau rumah kalian. Namun untuk masalah pemerintahan biar kami yang membuat undang-undang sendiri.
*Ha ini sekularisme.*
*DAN INI ADALAH KEKUFURAN.*
Kenapa? Karena Allah taala berfirman,
إن الحكم إلا لله
Tidak ada hukum kecuali milik Allah, ال nya adalah Istirokhiyah. Thayyib.
Dan juga dalil-dalil yang lain banyak sekali,
والله يحكم لا مأقبل حكمه
Allah-lah yang menghukumi dan tidak boleh ada yang lancang untuk mengkritik hukum Allah.
Karena hukum Allah sudah pasti benarnya, sudah pasti adilnya, dan sudah pasti tepatnya.
وتمت كلمة رب صدقا وعدلا
Telah sempurna kalimat Rabb-mu
صدقا أي صدقا في أحباره وعدلا في احكامه
yaitu dalam keadaan kalimat Allah itu sudah jujur di dalam pemberitaannya dan adil di dalam hukumnya.
Thayyib kalau sudah jujur dan adil, apalagi yang layak untuk dikritiki.
Apalagi yang layak untuk kemudian apa? Diperbaiki lagi dan di salah-salahkan.
Yang ada, adalah kewajiban untuk beriman.
Allah subhanahu wa taala telah berfirman,
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍۢ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًا مُّبِينًا
Tidak layak bagi orang mukmin yang lelaki demikian pula mukmin yang perempuan, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu keputusan, berarti apa? Ini masuk dalam hukum. Hukum apa pun. Kemudian mereka memiliki pilihan yang lain dari urusan mereka. Barangsiapa durhaka pada Allah, dan rasul-Nya, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang jauh.
Orang yang mukmin inilah langkahnya, tidak layak untuk memilih langkah yang lain. Allah taala telah berfirman,
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Hanyalah ucapan orang-orang yang beriman, apabila diseru apabila mereka diajak kepada Allah dan rasul-Nya untuk rasul itu memberikan keputusan di antara mereka, يَحْكُم, ini adalah bersifat umum karena tidak disebutkan مفعول به nya, menunjukkan dia umum.
Sama saja perkara duniawi ataukah perkara ukhrawi. Perkara agama ataukah perkara pemerintahan ataupun yang lain.
Semuanya masuk di situ yang memang diurus oleh Allah تعالى dan rasul-Nya. Tidak layak kemudian mereka memiliki pilihan yang lain ,mmm yaitu apa? Mereka hanyalah mengatakan kami mendengar dan kami taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dan dalil banyak sekali tentang masalah ini, bahkan ayat yang paling di hafal oleh Mu'minin, oleh kaum Muslimin di dalam solat-solat mereka, ketika mengatakan,
الحمدلله رب العالمين
Segala puji bagi Allah, Robb alam semesta.
Rububiyah itu di antaranya adalah apa? Alhukum, yaitu menetapkan hukum, karena bagian dari Rububiyyah التدبير yaitu apa? Mengatur, mentadbir alam semesta.
Berarti apa? Allah taala lah yang mengatur segala perundangan. Tidak layak untuk kita menyombongkan diri dengan akal yang sangat pendek, lalu membuat hukum ini, hukum itu yang menyelisihi hukum Allah dan rasulNya.
Maka ini semua dalil-dalil seperti ini, ini adalah dalil yang menunjukkan tentang batilnya akidah sekularisme yang ditebarkan oleh orang-orang kuffar.
Yang mengatakan apa? Bahawasanya tidak perlulah para orang-orang yang di tempat ibadah itu mengurusi, mengurusi masalah pemerintahan. Ini urusan kita, Tidak perlu.
Soal Jawab Agama, [03/12/2020 20:20]
Thayyib. Dan ini sebenarnya akidah sekularisme ini, (walaupun kita tidak mengatakan pasti awalnya), namun betul-betul munculnya itu dengan sangat, sangat, apa istilahnya itu, sangat gempa, sangat membahana adalah di masa abad pertengahan. Yaitu yang dikatakan sebagai masa "Renaisance", kelahiran kembali.
Di karenakan orang-orang Kristian, mereka sudah muak dengan pemerintahan para gereja.
Para apa namanya? Pendeta-pendeta gereja, para Padri, para Paus dan sebagainya. Karena banyak "corruption". Dan banyak ajaran-ajaran yang sangat tidak masuk akal.
Lalu mereka dari kalangan para sasterawan dan dari kalangan para jurutera, mereka melakukan pemberontakan.
Yang dikatakan sebagai abad "Renaissance", abad kelahiran kembali itu. Agama. Dan demikian pula apa?
Para dewan-dewan gereja tidak layak untuk mengurusi pemerintahan. Kami lebih tahu daripada para pendeta.
Demikian pula tidak layak untuk mengurusi cara berniaga yang betul, kami lebih tahu.
Demikian pula masalah cara bergaul, kami lebih tahu cara bergaul yang menguntungkan, para pendeta tidak perlu ikut campur, dan seterusnya.
Lalu, dengan sebab pemberontakan itu, mereka juga memaksakan kaum Muslimin ikut seperti itu.
Sebagaimana mereka tidak mau taat kepada para pendeta mereka, kaum Muslimin tidak perlu taat pada para ulama.
Dan ujung-ujungnya apa? Tidak perlu taat kepada ajaran Allah taala dan rasul-Nya. Ah cukup ajaran itu diamalkan di rumah atau di tempat ibadah saja.
Thayyib dan ini adalah kekufuran, karena Allah taala telah meletakkan syariat secara sangat lengkap, baik urusan dengan ahlu zimah, baik urusan apa saja syarat-syarat ahlu zimah, demikian pula apa syarat-syarat adanya muhaadanah dan naqdul, muwaadaah dan hudnah yaitu apa? Apa syarat adanya Perjanjian Damai dengan negara lain dan apa syarat-syarat itu dikatakan bahwasanya perjanjian tadi telah dilanggar.
Kalau dilanggar lalu apa yang harus dilakukan. Tidak boleh kemudian kita eh menyengaja untuk membuat musuh itu melanggar, dalam keadaan kita, pasukan kita sudah di, sudah di perbatasan, sudah di Sempadan.
Lalu begitu musuh melanggar langsung kita serang. Ini adalah pengkhianatan. Syariat melarang itu.
Tapi apa, biarkan mereka membuktikan mereka melanggar perjanjian, baru kaum muslimin mengumumkan, karena kalian melanggar perjanjian, kami akan mempersiapkan pasukan dan seterusnya.
Ini menunjukkan keindahan Islam dan Islam sudah mengatur itu semua.
Demikian pula larangan untuk muslah didalam peperangan, larangan untuk mencincang orang di dalam peperangan, dan juga larangan untuk menzalimi tawanan. Bahkan diperintahkan untuk memberikan makan, memberikan elsikap-sikap yang baik, perlakuan yang baik pada tawanan kerana ini bagian dari dakwah.
Demikian pula masalah perniagaan, tidak boleh riba, tidak boleh gharar, tidak boleh dhorar, tidak boleh zalim, tidak boleh memaksa, dan seterusnya. Ajaran Islam sudah lengkap.
Kalaupun kalian orang-orang sekuler, kalian menyesali atas sikap gereja, itu urusan kalian. Memang agama kalian cacat. Layak kalian berontak pada gereja kalian.
Namun apa? Allah taala telah memansohkan ajaran gereja dengan ajaran Islam yang terakhir yang sempurna.
Tidak layak untuk orang-orang memberontak kepada Allah تعالى dan seterusnya.
Nah inilah yang namanya sekularisme. Usaha untuk memisahkan agama dari pemerintahan, dari kemasyarakatan dan seterusnya.
*Dan ini adalah kekufuran.*
Karena pada hakikatnya manusia ini ظلوما جحولا,
lalu bagaimana setelah itu dia melarang Allah taala untuk menerapkan hukum-Nya di bumi dia. Padahal ini bumi-Nya Allah taala.
Barang siapa tidak rida maka sila dia pergi cari bumi yang lain kalau mampu.
Baru dia menetapkan hukum sesuka dia, terserah.
Tapi selama dia masih di bumi Allah, selama dia makan minum dari rezekinya Allah, tidak layak untuk dia menyombongkan diri dengan akal yang pendek itu.
Kena penyakit sikit Aje, sudah langsung stroke, kena sejuk sikit saja mungkin langsung apa? Kena gout.
Soal Jawab Agama, [03/12/2020 20:20]
Sudah selemah itu ternyata apa, ternyata lalu sombong di muka bumi. Ini tidak layak sama sekali.
Dan termasuk yang sering mendengung-dengungkan, memerangi sekularisme adalah Ikhwanul Muslimin.
Mereka mengejek para salafiyun. Kalian sibuk dengan syirkul kubur. Tapi kalian tidak memperhatikan masalah syirkul kusur, katanya. Syirik-syirik yang di istana-istana itu, yang mereka tidak menerapkan hukum Allah.
Kita katakan alhamdulillah semuanya dijalankan, nasihat-nasihat juga disampaikan. Kita mengurusi kubur, kita juga mengurusi kusur, dan dan seterusnya. Istilah-istilah yang kalian pakai itu.
Kita menasihati masyarakat, kita juga menasihati pemerintah.
Insya Allah dakwah kita, walaupun kita tidak langsung ke istana negara, sampai saja ke sana. Spy itu banyak dan seterusnya.
Rekaman-rekaman itu senang sampai ke sana-sana. Tidak perlu kita takut dakwah tidak sampai. Nasihat tidak sampai dan seterusnya.
Thayyib. Sementara mereka Ikhwanul Muslimin, praktiknya di Mesir. Ikhwanul Muslimin asalnya Mesir. Mereka sendiri di dalam dakwahnya ketika masa-masa kempen masa-masa mau pemilihan raya, mereka sudah bilang di hadapan umat Kristiani yang pada waktu itu jumlahnya kurang lebih adalah 45%.
Demi mendapatkan suara mereka, maka Ikhwanul Muslimin mengatakan, kami tidak akan membiarkan para rijaluddin berkuasa di negara ini.
Tokoh-tokoh agama mereka adalah sekadar ba'baah, ba' baqoh, kata mereka. Itu beo saja, membeo.
Disuruh pemerintah bilang apa mereka akan bilang. Disuruh syariat bilang apa, mereka akan bilang. Mereka tidak memperhatikan kemaslahatan negara.
Kami tidak akan demikian. Jangan khawatir saudara-saudara kami para Masihiyin. Kalau kami terpilih, kami tidak akan menerapkan syariat Islam. Jangan khuatir Anda.
Thayyib. Berarti siapa yang 'Ilmani sekarang, mereka yang 'Ilmani.
Ha sekarang itu dulu. Itu di zaman Syeikh Ahmad Najimi, beliau membongkar kata-kata mereka.
Sekarang di masa yang sekarang Erdogan. Thayyib, Yang dikatakan sebagai amirul mukminin sekarang.
Atau calon Amirul mukminin atau perwakilan Amirul Mukminin.
Setelah sekian lama di Turki, mana syariat Islam mereka tegakkan, tidak ada. Masih presiden saja. Masih cara apa itu? Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian pula, tidak ada hudud ditegakkan.
Namun pagi sore siang malam, mereka mencela Saudi yang betul-betul menegakkan syariat Islam.
Thayyib ini menunjukkan Ikhwanul Muslimin, mereka adalah sekuler itu sendiri.
Makanya mereka sering diejek oleh Imam Al-Albani rahimahullah taala, yaitu kalian mengagungkan Hasan al Banna, namun kalian sendiri tidak menerapkan ucapan dia. Yang mana dia mengatakan apa, sebelum kita menegakkan hukum di masyarakat, kita tegakkan hukum di diri kita sendiri.
Kalian tidakak menegakkan hukum kalian. Thayyib, sibuk-sibuk ngurus memerintah kan negara untuk menegakkan hukum Islam, kalian sehari-hari tidak menegakkan hukum Islam, padahal kalian mampu di rumah kalian dan seterusnya.
Jadi Ikhwanul Muslimin itulah yang sekuler sebenarnya. Tayib. Dan pembahasannya panjang masalah praktik-praktik sekularisme dari Ikhwanul Muslimin baik yang di Mesir atau pun yang di Sudan, dan juga yang di tempat-tempat lain.
والله اعلم
Apa itu Syirik ?
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺤَﻤْﺪَ ﻟﻠﻪ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩُ، ﻭَﻧَﻌُﻮْﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ، ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ، ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَّ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ، ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ . ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ :
Merupakan perkara yang hendaknya terpatri dalam diri setiap muslim bahwa dirinya diciptakan oleh Alloh untuk semata beribadah kepadaNya, yang hal ini merupakan realisasi dari persaksian “ laa ilaaha illalloh ”.
Untuk tujuan yang agung ini pulalah Alloh turunkan kitab-kitab dan utus para rosul. Sebab tidaklah mungkin seorang hamba bisa beribadah dengan benar kecuali dengan tuntunan kitab dan penjelasan para Rosul. Dari sini pula kita ketahui bahwa suatu ibadah tidaklah bisa diterima kecuali jika terpenuhi padanya dua syarat utama:
Syarat pertama adalah ikhlas, yaitu memurnikan peribadatan semata-mata kepada Alloh dengan mengharap keridhoanNya dan dimasukkan ke dalam jannah-Nya serta mengharap untuk dijauhkan dari Neraka yang penuh dengan adzab dan siksa-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
ﻗُﻞْ ﺇِﻧِّﻲ ﺃُﻣِﺮْﺕُ ﺃَﻥْ ﺃَﻋْﺒُﺪَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻣُﺨْﻠِﺼًﺎ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪِّﻳﻦ
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan agama semata-mata kepada-Nya.” (QS. Az Zumar: 11)
Syarat kedua adalah kesesuaian amalan tersebut dengan petunjuk Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam yang telah Alloh utus untuk menjelaskan bagaimana cara ibadah yang benar sehingga sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Alloh Dzat Pencipta alam. Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﻋَﻤَﻠًﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﻣْﺮُﻧَﺎ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ
“Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak”.
(HR. Bukhory-Muslim)
Inilah dua syarat yang tidak boleh tidak harus terpenuhi dalam setiap amalan. Kapan saja salah satu dari keduanya terluputkan maka tidaklah bermanfaat susah payah yang dia curahkan. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan keduanya, dengan senantiasa meneliti niatannya untuk siapa dia beramal, dan meneliti amalan yang akan dia amalkan sudahkah sesuai dengan petunjuk Rosululloh
Shollallohu ‘alaihi wasallam atau belum?
Dari sini pula diketahui bahwa menuntut ilmu agama yang dengannya seorang hamba bisa mengetahui cara beribadah dengan benar merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Bagaimana bisa benar jika tidak tahu tuntunan agama pada permasalahan yang dia kerjakan??! Bagaimana bisa sesuai tuntunan jika tidak mau duduk mendengarkan kajian atau meluangkan waktu untuk membaca kitab-kitab yang dengannya hilang kebodohan??!
Jika penjelasan yang telah lewat kita pahami, maka ketahuilah –semoga Alloh memberikan taufiq-Nya kepada kita semua- bahwa jalan yang ditempuh seorang muslim dalam mewujudkan tujuan dirinya diciptakan tidaklah mulus tanpa ujian dan hambatan, tapi jalan tersebut penuh dengan onak, duri dan hambatan yang melintang serta musuh yang siap untuk mengobarkan peperangan. Alloh berfirman tentang tekad iblis yang terlaknat:
ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺒِﻤَﺎ ﺃَﻏْﻮَﻳْﺘَﻨِﻲ ﻟَﺄَﻗْﻌُﺪَﻥَّ ﻟَﻬُﻢْ ﺻِﺮَﺍﻃَﻚَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢَ ۞ ﺛُﻢَّ ﻟَﺂﺗِﻴَﻨَّﻬُﻢْ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﺃَﻳْﺪِﻳﻬِﻢْ ﻭَﻣِﻦْ ﺧَﻠْﻔِﻬِﻢْ ﻭَﻋَﻦْ ﺃَﻳْﻤَﺎﻧِﻬِﻢْ ﻭَﻋَﻦْ ﺷَﻤَﺎﺋِﻠِﻬِﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺠِﺪُ ﺃَﻛْﺜَﺮَﻫُﻢْ ﺷَﺎﻛِﺮِﻳﻦَ .
“Iblis menjawab: “Karena engkau telah menghukumi saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
(QS. Al A’ Rof: 16-17)
Cermati benar-benar ayat di atas, wahai saudaraku muslim, semua arah telah iblis usahakan untuk menyimpangkanmu dari jalan keridhoan Rabbmu. Disebutkan dalam ayat empat arah tanpa menyebut arah bawah dan atas karena dari keempat arah itulah kebanyakan musuh datang menyerang. [Fathul Qodir]
Imam As-Sa’dy Rohimahulloh berkata: “Alloh mengingatkan kita tentang apa-apa yang diucapkan dan ditekadkan (iblis) untuk dilakukan tidak lain agar kita waspada dari musuh kita dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya, serta mengambil perlindungan darinya dengan pengetahuan kita akan jalan-jalan yang dia datang darinya dan celah yang dia masuk melaluinya.”
[Tafsir As-Sa’dy: 285]
Sungguh, pernyataan iblis di atas tidak boleh dianggap remeh, sebab Alloh telah menjelaskan bahwa persangkaannya itu tidaklah meleset, Alloh berfirman:
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺻَﺪَّﻕَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺇِﺑْﻠِﻴﺲُ ﻇَﻨَّﻪُ ﻓَﺎﺗَّﺒَﻌُﻮﻩُ ﺇِﻟَّﺎ ﻓَﺮِﻳﻘًﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
“Sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman”. (QS. Saba’: 20)
Bahkan Alloh telah mengabarkan bahwa mayoritas manusia terjatuh dalam perangkapnya dan mengikutinya dalam kesesatan. Alloh berfirman:
ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻟَﺎ ﻳَﺸْﻜُﺮُﻭﻥ
“Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah bersyukur.”
(QS. Al-Baqoroh: 243)
ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻟَﺎ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ
“Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah beriman.” (QS. Hud: 17)
ﻭَﻣَﺎ ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَﻟَﻮْ ﺣَﺮَﺻْﺖَ ﺑِﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
“Tidaklah kebanyakan manusia itu beriman walaupun kamu (wahai Muhammad) sangat menginginkannya.”
(QS. Yusuf: 103)
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺻَﺮَّﻓْﻨَﺎﻩُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻟِﻴَﺬَّﻛَّﺮُﻭﺍ ﻓَﺄَﺑَﻰ ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺇِﻟَّﺎ ﻛُﻔُﻮﺭًﺍ
“Sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya), maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).” (QS. Al-Furqon: 50)
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺿَﻞَّ ﻗَﺒْﻠَﻬُﻢْ ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﺍﻟْﺄَﻭَّﻟِﻴﻦَ
“Sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy) kebanyakan orang-orang yang dahulu.” (QS. Ash-Shoffat: 71)
Adakah jalan selamat..? Tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Alloh dengan meminta pertolongan, hidayah dan taufiq-Nya, serta mengikhlaskan seluruh peribadatan hanya kepada-Nya. Jika engkau bisa melaksanakannya maka bergembiralah karena engkau telah menang dalam medan pertempuran. Alloh telah mengabarkan tentang ketidakkuasaan iblis dari orang-orang yang ikhlas dalam firmanNya:
ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺒِﻌِﺰَّﺗِﻚَ ﻟَﺄُﻏْﻮِﻳَﻨَّﻬُﻢْ ﺃَﺟْﻤَﻌِﻴﻦَ ۞ ﺇِﻟَّﺎ ﻋِﺒَﺎﺩَﻙَ ﻣِﻨْﻬُﻢُ ﺍﻟْﻤُﺨْﻠَﺼِﻴﻦَ
“Iblis menjawab: “Demi kekuasaanMu aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (QS. Shod: 82-83)
Diantara sebab yang dengannya seseorang bisa selamat adalah dengan mempelajari apa-apa yang telah Alloh dan RosulNya jelaskan tentang tipu daya si iblis terlaknat ini, sehingga dengannya seorang hamba bisa memilah dan memilih, jalan mana yang benar-benar akan mengantarkannya ke tempat tujuan dan mana yang menjerumuskannya ke jurang kesesatan.
Dengarkanlah penuturan Imam Robbany Ibnul Qoyyim
Rohimahulloh berikut ini, sehingga tergambar padamu betapa dahsyatnya permusuhan Syaithon serta semangatnya mereka dalam usaha menyesatkan manusia, beliau berkata:
“Banyaknya kejelekan-kejelekan syaithon yang menimpa seorang hamba, sehingga tidak bisa si hamba itu menghitung jenis-jenis kejelekan tersebut, terlebih lagi untuk menghitungnya satu persatu. Sebab, segala kejelekan yang terjadi di alam ini dialah sebabnya. Akan tetapi kejelekan tersebut dapat dibatasi pada enam jenis. (Syaithon) ini akan terus menggoda anak adam sampai dia jatuh pada salah satunya atau lebih.
Kejelekan yang pertama : kejelekan kekafiran dan kesyirikan serta permusuhan kepada Alloh dan Rosul-Nya. Apabila dia bisa mengalahkan anak adam pada tahapan ini berhentilah rintihannya dan lega dari capeknya bersama si hamba tadi. Inilah hal pertama kali yang dia inginkan dari seorang hamba. Dia akan terus-menerus menggodanya sampai berhasil, dan jika telah berhasil maka diapun menjadikan si hamba tadi) sebagai anak buah dan bala tentaranya, serta menggantikan kedudukannya untuk menggoda orang-orang yang semisalnya sehingga jadilah para hamba itu sebagai juru-juru dakwah iblis dan para penggantinya….”
Kemudian beliau menyebutkan langkah-langkah selanjutnya yang ditempuh syaithon apabila langkah pertama ini tidak berhasil:
Langkah kedua : menjerumuskan dalam kebid’ahan.
Langkah ketiga: menjerumuskan dalam dosa-dosa besar.
Langkah keempat: menjerumuskan dalam dosa-dosa kecil.
Langkah kelima: menjerumuskan dalam perkara-perkara yang diperbolehkan tapi tidak mengandung keutamaan.
Langkah keenam: memalingkan hamba dari perkara-perkara ynag utama pada perkara-perkara yang lebih rendah keutamaannya, sehingga hamba tadi terluputkan dari keutamaan yang banyak. [Badai’ul Fawaid: 1/ 483]
Lihatlah saudaraku –semoga Alloh jaga kita dari kejelekan Syaithon dan bala tentaranya- bagaimana musuh satu ini begitu sabar berpindah dari satu cara ke cara yang lain, tidak mengenal lelah, walaupun terkadang dia harus berpenampilan seakan-akan menyeru kebaikan demi menyeret manusia kepada kejelekan, atau paling tidak menghalangi mereka dari kebaikan. Siapakah diantara kita yang mengaku bahwa dirinya selamat dari enam tahapan ini???
Kalau dalam tahapan pertama saja sudah banyak manusia terjerembab jatuh apalagi pada tahapan-tahapan yang berikutnya yang lebih samar dan penuh dengan tipuan. Hanya kepada Alloh-lah kita memohon perlindungan.
Saudaraku, semoga Alloh memberikan hidayahNya kepada kita semua, dari ulasan di atas kita dapat ambil kesimpulan bahwa mengetahui jalan-jalan yang ditempuh syaiton merupakan perkara yang tidak boleh dikesampingkan. Oleh karena itu dalam tulisan ini marilah kita pelajari beberapa hal penting tentang sesuatu yang paling diinginkan syaithon yaitu kesyirikan, dengan harapan agar kita semua bisa menghindari dan menjaga diri dari terjatuh di dalamnya. Sebab kebanyakan manusia yang terjatuh peda kesyirikan sebab utamanya adalah kebodohan mereka tentang hal yang mencelakakan tersebut.
Pengertian Syirik dan Hakekatnya:
Syirik adalah penyamaan selain Alloh dengan Alloh pada hal-hal yang merupakan kekhususan Alloh. [Hasyiyah Kitabit Tauhid Libni Qosim]
Dalilnya adalah perkataan Alloh tentang orang-orang musyrik yang ada di neraka, mereka mengatakan:
ﺗَﺎﻟﻠﻪ ﺇِﻥْ ﻛُﻨَّﺎ ﻟَﻔِﻲ ﺿَﻠَﺎﻝٍ ﻣُﺒِﻴﻦٍ ۞ ﺇِﺫْ ﻧُﺴَﻮِّﻳﻜُﻢْ ﺑِﺮَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦ
“Demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kalian (sesembahan selain Alloh) dengan Rabb semesta alam”. (QS Asy-Syu’aro: 97-98)
Syirik bentuknya banyak sekali, seperti penyerahan peribadatan kepada kepada selain Alloh; baik itu malaikat, para nabi, jin maupun para wali. Demikian pula permintaan sebagian manusia kepada mereka perkara-perkara yang tidak bisa melakukannya kecuali Alloh, seperti; rezki, anak, hujan dan lain sebagainya. [1]
Akan tetapi, bentuk yang bermacam-macam itu semuanya kembali kepada hakekat yang satu. Apabila seorang muslim memahami hakekat ini mudahlah baginya untuk mengetahui suatu perkara itu syirik atau bukan, walaupun ditutup dan dihias oleh syaithon dengan warna-warni yang beraneka ragam. Hakekat tersebut adalah adanya penyerupaan makhluq dengan Alloh Dzat Pencipta semesta alam pada hal-hal yang merupakan kekhususan-Nya. [Jawabul Kafi: 94]
Bahaya Kesyirikan:
Tidaklah mengherankan jika iblis sangat berambisi agar manusia terjatuh dalam kesyirikan, karena syirik merupakan perkara yang sangat dimurkai Alloh. Tidaklah para Rosul itu diutus kecuali untuk mengentaskan manusia dari jurang kesyirikan menuju peribabadatan yang benar yang akan mengantarkan pada syurga-Nya yang kekal dan penuh kesenangan.
. ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺑَﻌَﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺭَﺳُﻮﻟًﺎ ﺃَﻥِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕَ ﻓَﻤِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﻫَﺪَﻯ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﺣَﻘَّﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻀَّﻠَﺎﻟَﺔُ ﻓَﺴِﻴﺮُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻓَﺎﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻛَﻴْﻒَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﺎﻗِﺒَﺔُ ﺍﻟْﻤُﻜَﺬِّﺑِﻴﻦَ .
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (segala sesuatu ayng disembah selain Alloh) itu.” Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS Qn Nahl: 36)
Dalil-dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah menunjukkan bahwa syirik mempunyai bahaya yang sangat besar dan akibat yang sangat fatal.
Pertama: Syirik adalah sebesar-besar dosa dan kedholiman.
Alloh berfirman:
ﻭَﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻟُﻘْﻤَﺎﻥُ ﻟِﺎﺑْﻨِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻳَﻌِﻈُﻪُ ﻳَﺎ ﺑُﻨَﻲَّ ﻟَﺎ ﺗُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﺎﻟﻠﻪ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙَ ﻟَﻈُﻠْﻢٌ ﻋَﻈِﻴﻢٌ
“(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu men-syirikkan Allah, sesungguhnya syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13)
Berkata Syaikhul Islam Rohimahulloh : Sesungguhnya puncak keadilan adalah peribadatan kepada Alloh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana puncak kezholiman adalah syirik. Sebab kzholiman adalah peletakan sesuatu bukan pada tempatnya, dan tidaklah ada yang lebih zholim dari orang yang meletakkan ibadah bukan pada tempatnya dengan beribadah kepada selain Alloh. [Jami’ Masail libni Taimiyah: 5/ 165]
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda ketika beliau ditanya: “Dosa apakah yang paling besar di sisi Alloh.” Beliau menjawab:
ﺃَﻥْ ﺗَﺠْﻌَﻞَ ﻟِﻠﻪ ﻧِﺪًّﺍ ﻭَﻫُﻮَ ﺧَﻠَﻘَﻚَ
“(Yaitu) engkau membuat bagi Alloh tandingan, padahal Dialah yang telah menciptakanmu.” (HR. Bukhory-Muslim)
Beliau juga bersabda:
ﺃَﻟَﺎ ﺃُﻧَﺒِّﺌُﻜُﻢْ ﺑِﺄَﻛْﺒَﺮِ ﺍﻟْﻜَﺒَﺎﺋِﺮِ .. ؟
“Maukah kalian kuberi tahu tentang dosa besar yang paling besar?”
Mereka (para sahabat) menjawab: “Tentu, wahai Rosululloh.”
Beliau bersabda:
ﺍﻟْﺈِﺷْﺮَﺍﻙُ ﺑِﺎﻟﻠﻪ، ﻭَﻋُﻘُﻮﻕُ ﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ
“(Dosa besar yang paling besar) adalah Syirik kepada Alloh dan durhaka terhadap kedua orang tua.” (HR. Bukhory-Muslim)
Kedua: Syirik adalah dosa yang tidak diampuni oleh Alloh kecuali dengan taubat.
Alloh berfirman:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻟَﺎ ﻳَﻐْﻔِﺮُ ﺃَﻥْ ﻳُﺸْﺮَﻙَ ﺑِﻪِ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮُ ﻣَﺎ ﺩُﻭﻥَ ﺫَﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀ .
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain darinya (syirik).”
(QS. An-Nisaa: 48)
Ketiga: Syirik menghapuskan segala amalan orang yang terjatuh ke dalamnya.
Alloh berfirman:
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺃُﻭﺣِﻲَ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﺇِﻟَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻟَﺌِﻦْ ﺃَﺷْﺮَﻛْﺖَ ﻟَﻴَﺤْﺒَﻄَﻦَّ ﻋَﻤَﻠُﻚَ ﻭَﻟَﺘَﻜُﻮﻧَﻦَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮِﻳﻦ
“Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu melakukan kesyirikan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az Zumar: 65)
Keempat: Pelaku kesyirikan amalnya tidaklah akan diterima di sisi Alloh sampai dia meninggalkan kesyirikannya.
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda dalam hadits Qudsi:
ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠﻪ ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ : ﺃَﻧَﺎ ﺃَﻏْﻨَﻰ ﺍﻟﺸُّﺮَﻛَﺎﺀِ ﻋَﻦ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙِ، ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﻋَﻤَﻠًﺎ ﺃَﺷْﺮَﻙَ ﻓِﻴﻪِ ﻣَﻌِﻲ ﻏَﻴْﺮِﻱ ﺗَﺮَﻛْﺘُﻪُ ﻭَﺷِﺮْﻛَﻪُ .
“Alloh –Tabaroka wa Ta’ala- telah berfirman: Aku adalah sekutu yang paling tidak butuh dengan sekutu (selain Ku). Barangsiapa melakukan suatu amalan dalam keadaan dia mensekutukan Ku pada amalan itu dengan selain Ku, maka Aku akan tinggalkan dia dan sekutunya.”
(HR. Muslim)
Kelima: Barangsiapa yang mati dalam keadaan membawa syirik akbar, maka dia tidak akan masuk ke dalam syurga dan kekal di neraka.
Alloh berfirman:
ﺇِﻧَّﻪُ ﻣَﻦْ ﻳُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻘَﺪْ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻭَﻣَﺄْﻭَﺍﻩُ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﻭَﻣَﺎ ﻟِﻠﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﻣِﻦْ ﺃَﻧْﺼَﺎﺭٍ .
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Al Maidah: 72)
Saudaraku muslim, semoga Alloh berikan hidayahNya kepada kita semua, inilah sebagian dari bahaya kesyirikan dan akibat yang ditimbulkannya. Tentunya orang yang mempunyai kepedulian dengan keselamatan dirinya di akherat kelak tidaklah menginginkan dirinya termasuk orang-orang yang terjerumus dalam kesyirikan. Bahkan merupakan kewajiban untuk merasa takut dan khawatir dari terjatuh di dalamnya.
Inilah Nabi Ibrohim, bapaknya orang-orang yang bertauhid berkata, sebagaimana yang dikabarkan Alloh dalam firman Nya:
ﻭَﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢُ ﺭَﺏِّ ﺍﺟْﻌَﻞْ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﺒَﻠَﺪَ ﺁﻣِﻨًﺎ ﻭَﺍﺟْﻨُﺒْﻨِﻲ ﻭَﺑَﻨِﻲَّ ﺃَﻥْ ﻧَﻌْﺒُﺪَ ﺍﻟْﺄَﺻْﻨَﺎﻡَ ۞ ﺭَﺏِّ ﺇِﻧَّﻬُﻦَّ ﺃَﺿْﻠَﻠْﻦَ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻓَﻤَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻨِﻲ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣِﻨِّﻲ ﻭَﻣَﻦْ ﻋَﺼَﺎﻧِﻲ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻏَﻔُﻮﺭٌ ﺭَﺣِﻴﻢٌ .
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan
jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala . Ya Rabb-ku, Sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau adalah (Ghofur) Maha Pengampun lagi (Rohim) Maha Penyayang.” (QS. Ibrohim: 35-36)
Berkata Al ‘Allammah Ibnu Qosim Rohimahulloh : “Apabila Al-Kholil (yakni Ibrohim) imamnya orang-orang yang cenderung pada tauhid dan meninggalkan syirik, yang Alloh telah menjadikannya umat seorang diri dan Alloh telah mengujinya dengan perintah dan larangan kemudian dia menyempurnakannya, serta dialah yang telah menghancurkan berhala-berhala dengan tangannya, dia takut terhadap dirinya dari terjatuh dalam kesyirikan, maka bagaimana seseorang yang lebih rendah kedudukan darinya beberapa derajat merasa aman?! Bahkan orang yang seperti ini tentu lebih berhak untuk merasa takut dan tidak merasa aman dari terjatuh di dalamnya.” [Hasyiyah kitabit Tauhid Libni Qosim: Bab Khouf minasy Syirk]
Memang demikianlah keadaan manusia, ketika tidak tahu besarnya bahaya suatu perkara maka kesalahan dalam menyikapinya pun sesuai dengan kadar ketidak tahuannya itu.
Al-‘Allamah Abdurrohman bin Hasan Alu Syaikh Rohimahulloh mengatakan: “Tidaklah seseorang merasa aman dari terjatuh dalam kesyirikan kecuali orang yang tidak tahu tentang kesyirikan dan tentang apa saja yang bisa menyelamatkan darinya yang berupa: ilmu tentang Alloh dan tentang perkara-perkara yang dibawa oleh rosulNya berupa: tauhid dan larangan dari syirik. [Fathul Majid: 131]
Perkara selanjutnya yang hendaknya diketahui bahwa ketakutan dari terjatuh dalam kesyirikan bukanlah sekedar perasaan takut belaka yang tidak membuahkan darinya amalan yang diinginkan oleh Alloh dan Rosul-Nya. Sebab hal yang seperti ini tidaklah bermanfaat. Akan tetapi hakekat takut yang diinginkan adalah sebagaimana yang dijelaskan Al ‘Allammah Ibnu Qosim
Rohimahulloh dalam perkataan beliau:
“Hakekat takut dari kesyirikan adalah sungguh-sungguh dalam kembali kepada Alloh dan bersandar kepadaNya, serta bersungguh-sungguh dan merendahkan diri kepada-Nya (dalam meminta keselamatan). Juga dengan melakukan pembahasan dan penelitian tentang syirik dan jalan-jalannya serta perkara-perkara yang mengantarkan kepadanya agar bisa selamat dari terjatuh ke dalamnya.” [Hasyiyah kitabit Tauhid Libni Qosim: Bab Khouf minasy Syirk]
Inilah hakekat takut dari kesyirikan yang dituntut ada pada diri setiap muslim, yang darinya pula seorang muslim hendaknya semakin bersemangat dalam menuntut ilmu agama. Semoga Alloh menyelamatkan kita dari kesyirikan dan memberikan kepada kita kekokohan untuk tetap istiqomah di atas dakwah tauhid yang mulia ini sampai ajal menjemput.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ .
APA ITU TAUHID ?
ﺇﻥ ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻧﺤﻤﺪﻩ ﻭﻧﺴﺘﻌﻴﻨﻪ ﻭﻧﺴﺘﻐﻔﺮﻩ ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺗﺴﻠﻴﻤﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ :
Pembahasan yang akan dilalui dalam tulisan ini merupakan perkara terpenting yang wajib diketahui seorang muslim, tanpanya kebahagiaan akhirat tidak akan tercapai. Kenapa perkara ini menjadi begitu besar ?
Karena pembicaraan adalah seputar hak-hak Al-Akbar (Dzat Yang Maha Besar).
PENGERTIAN TAUHID
Secara bahasa, kalimat “Tauhid” bisa diartikan pengesaan. Adapun secara istilah yang dipakai dalam pembahasan ilmu-ilmu syar’i, terdapat beragam penggunaan. Terkadang kata ini -oleh sebagian orang- dipakai secara meluas, mencakup seluruh pembahasan-pembahasan tentang akidah baik yang berhubungan dengan Alloh dan sifat-sifat-Nya, ataupun yang berhubungan dengan kedudukan para nabi, akhirat dan perinciannya, serta perkara-perkara ghaib yang lain. Sebagaimana di sisi lain sebagian orang yang memakai kata tersebut dalam arti sempit yaitu pada perkara yang berhubungan dengan Dzat Alloh dan sifat-sifat-Nya.
Namun para ulama yang mempelajari dalil-dalil Al-Qur’an dan Sunnah secara mendalam dan terperinci mendapatkan bahwa pada hakikatnya pembicaraan masalah tauhid tidak terlepas dari tiga aspek, yaitu:
1. Pengesaan Alloh dalam penciptaan, pengaturan-Nya dan penguasaan terhadap segenap makhluk-Nya, yang disebut dengan Tauhid Rububiyyah . Tauhid ini juga mengandung keimanan akan wujud Alloh, karena sesuatu yang tidak ada, tidak bisa disifati dengan sifat-sifat tersebut.
2. Pengesaan Alloh dalam peribadatan, yang disebut dengan Tauhid Uluhiyyah
3. Pengesaan Alloh dalam masalah nama-nama dan sifat-sifat-Nya, yang disebut dengan Tauhid Asma’ wa Shifat
Dengan makna inilah tauhid dikenal dikalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah-Salafiyyah, karena memang seluruh dalil-dalil tentang tauhid terhentinya pada tiga perkara ini –tidak ada yang keempat-.
TAUHID RUBUBIYYAH
Perkara ini hampir tidak ada yang menyelisihi, karena fithrah manusia mengetahui bahwa Allohlah yang mencipta, memberikan rezki, mengatur alam dan menguasai semuanya.
Tidak diketahui adanya manusia –terdahulu- yang mengingkari perkara ini kecuali beberapa kelompok, diantaranya Ad-Dahriyyah yaitu orang-orang yang mengingkari adanya pencipta, mereka meyakini bahwa alam semesta ini terwujud dengan sendirinya, sebagaimana mungkin sekarang ditemukan pada sebagian orang yang berpemahaman komunis. Alloh menyebutkan perkataan mereka di dalam kitab-Nya:
ﻣَﺎ ﻫِﻲَ ﺇِﻟَّﺎ ﺣَﻴَﺎﺗُﻨَﺎ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻧَﻤُﻮﺕُ ﻭَﻧَﺤْﻴَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﻳُﻬْﻠِﻜُﻨَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮ
“Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja. Kita mati dan kita hidup, tidak ada yang membinasakan kita kecuali masa” (QS Al-Jatsiyah 24)
Kelompok lain adalah Majusy yang meyakini adanya dua pencipta. Cahaya sebagai pencipta kebaikan dan kegelapan sebagai pencipta kejelekan.
Namun ketika ada di kalangan manusia yang menyelisihi perkara ini dengan mengadakan sekutu bagi Alloh dalam perkara ini seperti keyakinan adanya orang yang bisa mengatur alam (sebagaimana keyakinan Rofidhoh terhadap para imam mereka atau keyakinan shufiyyah terhadap para wali mereka), Alloh telah membantah mereka menutup semua celah yang muncul dari dugaan-dugaan mereka. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻭَﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﻌَﻪُ ﻣِﻦْ ﺇِﻟَﻪٍ ﺇِﺫًﺍ ﻟَﺬَﻫَﺐَ ﻛُﻞُّ ﺇِﻟَﻪٍ ﺑِﻤَﺎ ﺧَﻠَﻖَ ﻭَﻟَﻌَﻠَﺎ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺑَﻌْﺾٍ ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﻤَّﺎ ﻳَﺼِﻔُﻮﻥ
“Tidak ada sembahan lain yang bersamanya. Apabila sembahan-sembahan itu banyak maka masing-masingnya akan pergi dengan ciptaannya., dan sebagian sembahan tersebut akan menundukkan sebagian yang lain. Maha suci Alloh dari apa yang mereka sifatkan” (QS Al-Mukminun 91)
Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah Rahimahulloh dalam kitabnya Ash-Showa’iqul Mursalah mengatakan: “Perhatikanlah penjelasan yang luas dengan lafazh yang jelas lagi terang. Bahwasa Ilah (Dzat Yang Berhak Diibadahi) yang benar mestilah sang pencipta, pemilik perbuatan yang menyampaikan manfaat kepada hambanya dan menolak bahaya atas hambanya itu. Apabila bila bersamanya adanya Ilah yang lain, tentunya
Ilah tersebut juga memiliki ciptaan dan perbuatan. Maka ketika hal ini terjadi Ilah yang satu tidak akan ridho dengan keberadaan Ilah yang lain bersamanya. Bahkan kalau dia mampu untuk menundukkan Ilah yang lain sehingga dia menjadi satu-satunya yang diibadahi, maka dia akan melakukannya. Apabila dia tidak mampu untuk itu maka dia akan menyendiri dengan makhluknya dan pergi bersama mereka sebagaimana halnya raja-raja di dunia yang masing-masingnya dengan kerajaannya apabila dia tidak mampu manundukkan atau berkuasa atas raja-raja yang lain.
Maka mesti berada dalam satu dari tiga perkara: kekuasaannya.
Sebagian Ilah menguasai sebagian yang lain dalam kekuasaan salah satu Ilah . Ilah (yang berkuasa tersebut) bisa berbuat apa saja pada Ilah-Ilah yang lain sementara Ilah-Ilah
tersebut tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya. Mereka tidak bisa menjalankan hukum mereka terhadapnya namun dia bida menerapkan hukumnya terhadap mereka. Maka dialah Ilah yang berhak, dialah yang diibadahi, dialah yeng mengatur dan menguasai semuanya.
Teraturnya perkara alam semesta baik di langit dan di bumi, serta keterkaitan setiap perkara satu sama lain, dan berjalannya semua itu dalam pengaturan yang sempurna, tidak berselisih dan tidak ada yang cacat, menunjukkan bahwa pengaturnya adalah satu, tidak ada
llah selainnya” Selesai
Adapun perkataan Fir’aun ‘Alaihi La’natulloh
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
ﻗَﺎﻝَ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥُ ﻭَﻣَﺎ ﺭَﺏُّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦ
“Fir’aun berkata: “Siapakah Robbul ‘Alamin ?” (QS Asy-Syu’aro’ 23)
Ini hanyalah tindakan pura-pura bodoh dan kesombongan dari seorang hamba durhaka. Buktinya adalah perkataan Musa ‘Alaihissalam kepadanya:
ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻘَﺪْ ﻋَﻠِﻤْﺖَ ﻣَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﻫَﺆُﻟَﺎﺀِ ﺇِﻟَّﺎ ﺭَﺏُّ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺑَﺼَﺎﺋِﺮ
“Musa berkata: “Engkau telah mengetahui bahwa yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu tidak lain hanyalah Robb langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata” (QS Al-Isro’ 102)
ﻭَﺟَﺤَﺪُﻭﺍ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺍﺳْﺘَﻴْﻘَﻨَﺘْﻬَﺎ ﺃَﻧْﻔُﺴُﻬُﻢْ ﻇُﻠْﻤًﺎ ﻭَﻋُﻠُﻮًّﺍ
“Mereka menentang mukjizat-mukjizat itu sebab kezholiman dan kesombongan mereka padahal hati mereka meyakini kebenarannya” (An-Naml 14)
Orang-orang musyrikin Quraisy meyakini Tauhid Rububiyyah ini dan tidak menjadikan sembahan-sembahan mereka sebagai sekutu bagi Alloh dalam kekuasaan dan pengaturan-Nya. Alloh Ta’ala menyebutkan tentang keyakinan para musyrikin tersebut dalam perkara ini:
ﻗُﻞْ ﻣَﻦْ ﻳَﺮْﺯُﻗُﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺃَﻡْ ﻣَﻦْ ﻳَﻤْﻠِﻚُ ﺍﻟﺴَّﻤْﻊَ ﻭَﺍﻟْﺄَﺑْﺼَﺎﺭَ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺨْﺮِﺝُ ﺍﻟْﺤَﻲَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳُﺨْﺮِﺝُ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺤَﻲِّ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺪَﺑِّﺮُ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮَ ﻓَﺴَﻴَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﻘُﻞْ ﺃَﻓَﻠَﺎ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥ
“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Siapakah yang memberikan kalian rezki dari langit dan bumi. Atau siapakah yang berkuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan serta mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, serta yang mengatur segala urusan ?”. Mereka akan menjawab: “Alloh”. Maka katakanlah: “Maka kenapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya ?” (QS Yunus 31)
Alloh Jalla wa ‘Ala berfirman:
ﻗُﻞْ ﻟِﻤَﻦِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽُ ﻭَﻣَﻦْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ۞ ﺳَﻴَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻟِﻠﻪِ ﻗُﻞْ ﺃَﻓَﻠَﺎ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ ۞ ﻗُﻞْ ﻣَﻦْ ﺭَﺏُّ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﺍﻟﺴَّﺒْﻊِ ﻭَﺭَﺏُّ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴﻢِ ۞ ﺳَﻴَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻟِﻠﻪِ ﻗُﻞْ ﺃَﻓَﻠَﺎ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥَ ۞ ﻗُﻞْ ﻣَﻦْ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻣَﻠَﻜُﻮﺕُ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻭَﻫُﻮَ ﻳُﺠِﻴﺮُ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺠَﺎﺭُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ۞ ﺳَﻴَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻟِﻠﻪِ ﻗُﻞْ ﻓَﺄَﻧَّﻰ ﺗُﺴْﺤَﺮُﻭﻥَ
“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Siapakah pemilik bumi dan apa-apa yang ada padanya apabila kalian mengetahui?”. Mereka akan mengatakan: “Milik Alloh”. Maka katakanlah: “Lantas kenapa kalian tidak mengingatnya ?”. Katakanlah: “Siapakah Robb (Dzat Yang Memiliki Seluruh Sifat Rububiyyah) pemilik langit yang tujuh dan ‘Arsy yang agung ?”. Mereka akan mengatakan: “Milik Alloh”. Maka katakanlah: “Lantas kenapa kalian tidak bertakwa kepada-Nya ?”. Katakanlah: “Siapakah
yang di tangan-Nya berada kekuasaan segala sesuatu, Dialah yang melindungi dan tidak ada yang bisa terlindung dari azab-Nya, jika kalian mengetahui ?” Mereka akan mengatakan: “Alloh”. Maka katakanlah: “Lantas kenapa kalian sampai tertipu ?”. (QS Al-Mukminun 84-89)
Bahkan dengan keyakinan kaum musyrikin terhadap
Tauhid Rububiyyah inilah Allah menjadikannya sebagai dalil yang jelas bagi mereka –dan segenap manusia- akan wajibnya Tauhid Uluhiyyah, karena yang berhak diibadahi hanyalah yang menciptakan mereka, mengatur kehidupan dan rezki mereka, mengangkat kesusahan mereka, adapun yang tidak memiliki peran sedikitpun dalam perkara-perkara tersebut bagaimana bisa diibadahi ? Alloh Ta’ala berfirman:
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥَ ۞ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﻓِﺮَﺍﺷًﺎ ﻭَﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀَ ﺑِﻨَﺎﺀً ﻭَﺃَﻧْﺰَﻝَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻣَﺎﺀً ﻓَﺄَﺧْﺮَﺝَ ﺑِﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺜَّﻤَﺮَﺍﺕِ ﺭِﺯْﻗًﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﺠْﻌَﻠُﻮﺍ ﻟِﻠﻪ ﺃَﻧْﺪَﺍﺩًﺍ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ
“Wahai para manusia !! Ibadahilah Robb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. Dialah yang menjadi bumi bagi kalian sebagai hamparan dan langit sebagai atap serta menurunkan air dari langit sehingga dengannya keluar buah-buahan sebagai rezki bagi kalian. Maka janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi Alloh sementara kalian mengetahui”. (QS Al-Baqoroh 21-22)
Alloh Ta’ala berfirman:
ﻗُﻞِ ﺍﺩْﻋُﻮﺍ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺯَﻋَﻤْﺘُﻢْ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻟَﺎ ﻳَﻤْﻠِﻜُﻮﻥَ ﻣِﺜْﻘَﺎﻝَ ﺫَﺭَّﺓٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﻟَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻭَﻣَﺎ ﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻴﻬِﻤَﺎ ﻣِﻦْ ﺷِﺮْﻙٍ ﻭَﻣَﺎ ﻟَﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣِﻦْ ﻇَﻬِﻴﺮٍ ۞ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨْﻔَﻊُ ﺍﻟﺸَّﻔَﺎﻋَﺔُ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﻤَﻦْ ﺃَﺫِﻥَ ﻟَﻪ
“Katakanlah (wahai Muhammad): “Serulah mereka yang kalian anggap sebagai sembahan selain Alloh. Mereka tidak memiliki kekuasaan seberat biji zarrah pun dilangit maupun di bumi. Mereka sama sekali tidak memiliki peran dalam penciptaan keduanya dan tidak ada diantara mereka yang menjadi pembantu-Nya. Syafaat disisi-Nya tidak bermanfaat kecuali hanya bagi orang yang diizinkan-Nya”. (QS Saba’ 22-23)
Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah Rahimahulloh dalam kitabnya Ash-Showa’iqul Mursalah mengatakan: “Perhatikanlah bagaimana ayat ini membantah kaum musyrikin dari berbagai jalan masuk mereka terhadap kesyirikan, serta menutupnya dengan sempurna dan rapat. Sesungguhnya seorang hamba menggantungkan hatinya dengan yang diibadahi, dikarenakan apa yang bakal dia dapatkan berupa manfaat, kalau dia tidak mengharapkan manfaat maka hatinya tidak akan tergantung dengan yang diibadahinya tersebut.
Maka ketika ini yang diibadahi mestilah: memanfaatkannya
atau sekutu bagi pemiliknya
atau pembantu, penolongnya kehormatan dan kedudukan disisinya
apabila keempat perkara ini tidak terdapat dan batal dari seluruh sisi maka hilanglah sebab-sebab kesyirikan dan terputuslah unsur-unsurnya”. Selesai
TAUHID ULUHIYYAH
Inilah perkara utama yang didakwahkan para nabi, yaitu mengikhlaskan ibadah hanya bagi Alloh. Baik ibadah tersebut bisa berbentuk amalan hati, ataupun perkataan dan perbuatan. Alloh berfirman:
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺑَﻌَﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺭَﺳُﻮﻟًﺎ ﺃَﻥِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕَ
“Kami telah mengutus rasul pada setiap umat yang mengatakan: “Beribadahlah kalian kepada Alloh dan jauhilah Thogut (apa-apa yang diibadahi selain Alloh dan dia ridho dengannya)” (QS An-Nahl 36)
Perkara inilah yang diingkari oleh musuh-musuh para nabi. Alloh berfirman:
ﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻧُﻮﺣًﺎ ﺇِﻟَﻰ ﻗَﻮْﻣِﻪِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﻗَﻮْﻡِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻣَﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺇِﻟَﻪٍ ﻏَﻴْﺮُﻩُ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺧَﺎﻑُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﻳَﻮْﻡٍ ﻋَﻈِﻴﻢٍ ۞ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤَﻠَﺄُ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻣِﻪِ ﺇِﻧَّﺎ ﻟَﻨَﺮَﺍﻙَ ﻓِﻲ ﺿَﻠَﺎﻝٍ ﻣُﺒِﻴﻦ
“Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia berkata: “Wahai kaumku, Ibadahilah Alloh. Tidak ada yang pantas diibadahi bagi kalian selain-Nya. Sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (kiamat). Pemuka-pemuka kaumnya berkata: “Sesungguhnya kami melihatmu benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS Al-A’rof 59-60)
ﻭَﺇِﻟَﻰ ﻋَﺎﺩٍ ﺃَﺧَﺎﻫُﻢْ ﻫُﻮﺩًﺍ ﻗَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﻗَﻮْﻡِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻣَﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺇِﻟَﻪٍ ﻏَﻴْﺮُﻩُ ﺃَﻓَﻠَﺎ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥَ ۞ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤَﻠَﺄُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻣِﻪِ ﺇِﻧَّﺎ ﻟَﻨَﺮَﺍﻙَ ﻓِﻲ ﺳَﻔَﺎﻫَﺔٍ ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﻟَﻨَﻈُﻨُّﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜَﺎﺫِﺑِﻴﻦ
“Kepada kaum ‘Ad Kami mengutus saudara mereka Hud, maka dia berkata: “Wahai kaumku, Ibadahilah Alloh. Tidak ada yang pantas diibadahi bagi kalian selain-Nya. Maka tidakkah kalian bertakwa ?”. Pemuka-pemuka orang kafir dari kaumnya berkata: “Sesungguhnya kami melihatmu benar-benar tolol dan sungguh kami mendugamu termasuk para pendusta”. (QS Al-A’rof 65-66)
ﻭَﺇِﻟَﻰ ﺛَﻤُﻮﺩَ ﺃَﺧَﺎﻫُﻢْ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﻗَﻮْﻡِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣَﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺇِﻟَﻪٍ ﻏَﻴْﺮُﻩ
“Kepada kaum Tsamud Kami mengutus saudara mereka Sholih, maka dia berkata: “Wahai kaumku, Ibadahilah Alloh. Tidak ada yang pantas diibadahi bagi kalian selain-Nya”. (QS Al-A’rof 73), sampai kepada firman-Nya
ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤَﻠَﺄُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺳْﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻣِﻪِ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺳْﺘُﻀْﻌِﻔُﻮﺍ ﻟِﻤَﻦْ ﺁَﻣَﻦَ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﺃَﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ﺃَﻥَّ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻣُﺮْﺳَﻞٌ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻪِ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺇِﻧَّﺎ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﺭْﺳِﻞَ ﺑِﻪِ ﻣُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ۞ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺳْﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ ﺇِﻧَّﺎ ﺑِﺎﻟَّﺬِﻱ ﺁَﻣَﻨْﺘُﻢْ ﺑِﻪِ ﻛَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ
Pemuka-pemuka yang sombong dari kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yaitu orang-orang yang telah beriman dari kaumnya: “Apakah kalian yakin bahwa Sholih diutus dari Robbnya ?”. Mereka menjawab: “Kami beriman dengan apa yang disampaikannya”. Orang-orang yang sombong itu berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kalian imani” (QS Al-A’rof 75-76)
ﻭَﺇِﻟَﻰ ﻣَﺪْﻳَﻦَ ﺃَﺧَﺎﻫُﻢْ ﺷُﻌَﻴْﺒًﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﻗَﻮْﻡِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣَﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺇِﻟَﻪٍ ﻏَﻴْﺮُﻩ
“Kepada kaum Madyan Kami mengutus saudara mereka Syu’aib, maka dia berkata: “Wahai kaumku, Ibadahilah Alloh. Tidak ada yang pantas diibadahi bagi kalian selain-Nya”. (QS Al-A’rof 85), sampai kepada firman-Nya
ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤَﻠَﺄُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺳْﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻣِﻪِ ﻟَﻨُﺨْﺮِﺟَﻨَّﻚَ ﻳَﺎ ﺷُﻌَﻴْﺐُ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻣَﻌَﻚَ ﻣِﻦْ ﻗَﺮْﻳَﺘِﻨَﺎ ﺃَﻭْ ﻟَﺘَﻌُﻮﺩُﻥَّ ﻓِﻲ ﻣِﻠَّﺘِﻨَﺎ
Pemuka-pemuka yang sombong dari kaumnya berkata: “Kami benar-benar akan mengeluarkanmu dan orang-orang yang beriman bersamamu dari dari negre kami kecuali kamu kembali kepada agama kami” . (QS Al-A’rof 88)
Karena mengingkari perkara inilah para musyrikin tidak dikatakan beriman walaupun mereka telah meyakini
Tauhid Rububiyyah , dan inilah makna kalimat Laa ilaha illalloh . Karena kalimat tersebut menuntut pelepasan diri dari seluruh jenis yang diibadahi selain Alloh dalam seluruh bentuk peribadatan. Pada kalimat itu juga terdapat tuntutan untuk mengesakan Alloh saja dalam seluruh peribadahan. Disebabkan dua tuntutan inilah maka para penentang rosul menolak kalimat yang mereka dakwahkan ini.
Alloh menyebutkan tentang mereka:
ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﺇِﺫَﺍ ﻗِﻴﻞَ ﻟَﻬُﻢْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻳَﺴْﺘَﻜْﺒِﺮُﻭﻥَ ۞ ﻭَﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺃَﺋِﻨَّﺎ ﻟَﺘَﺎﺭِﻛُﻮﺍ ﺁَﻟِﻬَﺘِﻨَﺎ ﻟِﺸَﺎﻋِﺮٍ ﻣَﺠْﻨُﻮﻥ
“Sesungguhnya mereka, jika dikatakan kepada mereka “Tak ada yang berhak diibadahi kecuali Alloh” mereka menyombongkan diri. Mereka mengatakan: “Apakah kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penya’ir yang gila ?”. (QS Ash-Shoffat 35-36)
ﻭَﻋَﺠِﺒُﻮﺍ ﺃَﻥْ ﺟَﺎﺀَﻫُﻢْ ﻣُﻨْﺬِﺭٌ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ ﻫَﺬَﺍ ﺳَﺎﺣِﺮٌ ﻛَﺬَّﺍﺏٌ ۞ ﺃَﺟَﻌَﻞَ ﺍﻟْﺂَﻟِﻬَﺔَ ﺇِﻟَﻬًﺎ ﻭَﺍﺣِﺪًﺍ ﺇِﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﻟَﺸَﻲْﺀٌ ﻋُﺠَﺎﺏٌ
“Mereka heran dengan kedatangan pemberi peringatan dari kelangan mereka. Orang-orang kafir berkata: “Orang ini adalah penyihir yang banyak berdusta, apakah dia ingin menjadikan sembahan-sembahan itu menjadi sembahan yang satu saja ? Sungguh ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan”. (QS Shod 4-5)
Mereka mengetahui kalau mereka menerima seruan kepada Tauhid Uluhiyyah maka mereka harus beribadah kepada Alloh saja dan meninggalkan sembahan-sembahan mereka, karena itulah mereka mengingkarinya.
Karena Tauhid Uluhiyyah merupakan keharusan dari penetapan Tauhid Rububiyyah maka sebaliknya tidak bisa seseorang dikatakan telah menetapkan Tauhid Uluhiyyah tetapi dia menyekutukan Alloh dalam Tauhid Rububiyyah seperti meyakini adanya orang yang mengetahui perkara ghoib, atau adanya benda yang bisa memberi manfaat dan bahaya dengan sendirinya.
Tauhid Uluhiyyah juga mengharuskan seseorang menetapkan apa yang Alloh tetapkan bagi diri-Nya dan meniadakan apa yang Alloh tiadakan, karena itulah bentuk ketundukan dan peribadahan seorang hamba. Makanya dari sisi ini orang yang menetapkan Tauhid Uluhiyyah mestilah menetapkan Tauhid Asma’ wa Shifat dengan pemahaman yang benar. Rusaknya Tauhid Asma’ wa Shifat pada diri seorang hamba menyebabkan kerusakan pada Tauhid Uluhiyyah.
Syaikh Sholih Alu Syaikh Hafizhohulloh dalam At-Tamhid
(434-437) mengatakan: “Demikian juga Tauhid Asma’ wa Shifat merupakan bukti akan Tauhid Uluhiyyah. Barangsiapa yang sesat dalam Tauhid Asma’ wa Shifat
maka sesungguhnya kesesatan dalam masalah Tauhid Uluhiyyah akan mengikutinya. Karena itulah anda dapatkan para mubtadi’ yang menyimpang dalam masalah nama-nama Alloh dan sifat-sifat-Nya dari umat ini, dari kalangan Al-Jahmiyyah, Al-Mu’tazilah, Ar-Rofidhoh, Al-Asya’iroh, Al-Maturidiyyah dan yang semisal mereka, anda mendapatkan ketika mereka menyimpang dalam Tauhid Asma’ wa Shifat, mereka tidak mengetahui hakikat makna Tauhid Uluhiyyah. Maka mereka mantafsirkan makna “Ilah” selain maknanya, dan mengartikan “Laa ilaha illalloh” tidak sesuai dengan makna yang ditunjukkan secara bahasa (arab) ataupun istilah syari’at. Demikian juga mereka tidak mengetahui keterkaitan-keterkaitan Asma’ wa Shifat dan pengaruh-pengaruhnya terhadap kekuasan Alloh ‘Azza wa Jalla”. Selesai
TAUHID ASMA’ WA SHIFAT
Mengenal Alloh baik nama-nama-Nya maupun sifat-sifat-Nya, mana yang wajib kita tetapkan bagi-Nya ataupun apa yang mesti kita sucikan dari-Nya, adalah merupakan perkara ghoib yang ilmunya hanya dari-Nya.
Tauhid ini dibangun di atas dua landasan yaitu: pertama menyucikan Alloh ‘Azza wa Jalla dari menyerupakan-Nya dengan makhluk. Adapun yang kedua adalah mengimani apa yang disifatkan Alloh akan diri-Nya dengan sisi yang layak dengan kesempurnaan-Nya. Bersamaan dengan itu seorang hamba mesti memutus keinginan untuk mengetahui hakikat penyifatan tersebut karena Alloh berfirman:
ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻳْﺪِﻳﻬِﻢْ ﻭَﻣَﺎ ﺧَﻠْﻔَﻬُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺤِﻴﻄُﻮﻥَ ﺑِﻪِ ﻋِﻠْﻤًﺎ
“Dia mengetahui apa yang akan mereka mereka hadapi berupa apaha dan azab serta apa yang mereka tinggalkan di dunia, sementara ilmu mereka tidak bisa membatasi ilmu, dzat dan sifat-Nya”. (QS Thoha 110)
Allohlah yang tahu tentang diri-Nya Subhanahu wa Ta’ala , dan kita tidak bisa mengetahui melainkan dari firman-Nya atau lewat sabda Rosul-Nya dan kita tidak dibebankan lebih dari itu. Apa yang Dia tetapkan maka kita tetapkan dan apa yang Dia tiadakan maka kita tiadakan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahulloh
dalam Al-Aqidah Al-Wasithiyyah mengatakan: “Karena Dia Subhanahu yang paling tahu dengan diri-Nya dan selainnya, yang paling benar perkataannya, paling baik perkataan dari pada makhluknya. Kemudian para rosul-Nya orang-orang yang jujur dan terpercaya. Berbeda dengan orang-orang yang berkata tentang-Nya dengan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Karena itulah Dia
Subhanahu mengatakan:
ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺭَﺑِّﻚَ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓِ ﻋَﻤَّﺎ ﻳَﺼِﻔُﻮﻥَ ۞ ﻭَﺳَﻠَﺎﻡٌ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﻴﻦَ ۞ ﻭَﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ
“Maha Suci Robb-mu Robb segala keperkasaan, dari apa yang mereka sifatkan. Selamat bagi para Rosul dan segala puji bagi Robb semesta alam”. (QS Ash-Shoffat 180-182)
Maka Dia mensucikan dirinya dari apa-apa yang disifatkan oleh orang-orang yang menyelisihi para rasul, lalu (Dia) mengucapkan selamat kepada para rosul karena selamatnya perkataan-perkataan mereka dari kekurangan dan aib” Selesai
Karena pentingnya masalah ini banyak dalil-dalil yang mewajibkan penyucian Alloh dari pensifatan yang dilakukan oleh para penyelisih. Ketika Nashoro menyifatkan dan menamakan Alloh sebagai “Tuhan Bapa”, Alloh berfirman:
ﻗُﻞْ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻠﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﻭَﻟَﺪٌ ﻓَﺄَﻧَﺎ ﺃَﻭَّﻝُ ﺍﻟْﻌَﺎﺑِﺪِﻳﻦَ ۞ ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺭَﺏِّ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﻋَﻤَّﺎ ﻳَﺼِﻔُﻮﻥَ
“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Ar-Rohman tidak memiliki anak, sementara akulah orang yang pertama kali menentang dan tidak menyukai perkara itu. Maha Suci Robb langit dan bumi serta Robb ‘Arsy yang agung dari apa yang mereka sifatkan” . (QS Az-Zukhruf 81-82)
Penolakan salah satu nama ataupun sifat Alloh yang telah dia tetapkan pada hakikatnya adalah pendustaan terhadap-Nya. Adapun keluar tidaknya mereka dari Islam sesuai jenis penyimpangan yang mereka lakukan dan udzur syar’i yang ada pada mereka.
Perlu dicermati banyak orang keliru menganggap bahwa dua landasan Tauhid Asma’ wa Shifat yang telah disebutkan di atas bertolak belakang. Sesungguhnya penetapan nama dan sifat Alloh tidak berarti kita menyerupakan-Nya dengan Alloh, karena Alloh berfirman:
ﻟَﻴْﺲَ ﻛَﻤِﺜْﻠِﻪِ ﺷَﻲْﺀٌ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﺍﻟْﺒَﺼِﻴﺮ
“Dia benar-benar tidak serupa dengan apapun, dan Dia adalah As-Sami’ (Dzat Yang Maha Mendengar) dan Al-Bashir (Dzat Yang Maha Melihat)”. (QS Asy-Syuro 11)
Dalam ayat ini Alloh meniadakan adanya penyerupaan dengan-Nya, namun setelah itu Alloh menetapkan bagi diri-Nya sifat mendengar dan sifat melihat padahal manusia juga disifati dengan kedua sifat tersebut.
Hal ini disebabkan karena tidak mesti sesuatu yang memiliki penyebutan yang sama maka hakikatnya harus sama. Kita punya kaki, dan kursi pun punya kaki, apakah sama kaki kita dengan kaki kursi, padahal keduanya dinamakan kaki ? Maka kaki manusia adalah sesuatu yang layak dengan manusia dan kaki kursi adalah yang layak dengannya. Pada makhluk saja perbedaannya bisa dimaklumi, maka bagaimana bisa penetapan hakikat sifat Alloh dianggap penyerupaan ?
Sebagai misal firman Alloh Ta’ala:
ﺑَﻞْ ﻳَﺪَﺍﻩُ ﻣَﺒْﺴُﻮﻃَﺘَﺎﻥِ ﻳُﻨْﻔِﻖُ ﻛَﻴْﻒَ ﻳَﺸَﺎﺀ
“Bahkan kedua tangan-Nya terbentang, dia menafkahkan sebagaimana yang Dia kehendaki”. (QS Al-Ma’idah 64)
Karena Alloh menetapkan dua tangan bagi-Nya maka Ahlus Sunnah pun menetapkan sifat dua tangan Alloh yang layak bagi-Nya tidak sama dengan makhluk-Nya, sempurna tidak ada kekurangan dari sisi apapun. Adapun bagaimana hakitat tangan-Nya hanya Alloh yang tahu, kita tidak diberi ilmu untuk itu dan kita meyakini bahwa kedua tangan-Nya tidak seperti tangan-tangan makhluk-Nya. Karena itulah tidak boleh bagi seseorang membayang-bayangkan hakikat tangan Alloh karena secara tidak sadar orang tersebut telah menetapkan suatu bentuk dalam khayalannya, sementara khayalan itu sendiri adalah makhluk.
Maka berbahagialah orang-orang yang bisa memahami perkara ini sebagaimana para shohabat dahulu memahaminya, mereka tidak memberat-beratkan diri dengan pemikiran-pemikiran yang aneh yang menyebabkan orang-orang setelahnya banyak yang sesat bahkan sampai keluar dari Islam. Ibnul Qoyyim
Rahimahulloh dalam At-Tibyan fi Ahkamil Qur’an (1/144) mengatakan: “Apabila seorang hamba memperoleh pemahaman dalam masalah Asma’ was Shifat maka hal dia akan mendapatkan manfaatnya, manfaat yang agung dan sempurna dalam mengetahui mana yang benar dan yang salah dari pendapat-pendapat, tarikat-tarikat, madzhab-madzhab dan keyakinan-keyakinan”. Selesai
SEMPURNAKAN TAUHIDMU !!
Barangsiapa yang sempurna tauhidnya, memenuhi syarat-syaratnya dan menunaikan tuntutan-tuntutannya, maka dosa-dosanya akan diampuni dan mendapatkan ketenangan di dalam dirinya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻠْﺒِﺴُﻮﺍ ﺇِﻳﻤَﺎﻧَﻬُﻢْ ﺑِﻈُﻠْﻢٍ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟْﺄَﻣْﻦُ ﻭَﻫُﻢْ ﻣُﻬْﺘَﺪُﻭﻥَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kesyirikan apapun, mereka mendapatkan rasa aman dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk”. (Al-An’am 82)
Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkata:
ﻳﺎ ﺍﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﺇﻧﻚ ﻟﻮ ﻟﻘﻴﺘﻨﻲ ﺑﻘﺮﺍﺏ ﺍﻷﺭﺽ ﺧﻄﺎﻳﺎ ﺛﻢ ﻟﻘﻴﺘﻨﻲ ﻻ ﺗﺸﺮﻙ ﺑﻲ ﺷﻴﺌﺎ ﻷﺗﻴﺘﻚ ﺑﻘﺮﺍﺑﻬﺎ ﻣﻐﻔﺮﺓ
“Wahai anak Adam Sesungguhnya kamu jika menemui-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, lantas kamu menemui-Ku tanpa adanya kesyirikan sedikitpun, maka sungguh Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi”. (HR Tirmidzi dari Anas Rodhiyallohu ‘Anhu. Hadits ini di shohih kan Syaikh Al-Albany Rahimahulloh)
Maka barangsiapa yang betul-betul menyempurnakan tauhidnya, pada dirinya terdapat rasa takut yang sangat untuk terjatuh kepada kesyirikan baik syirik besar maupun kecil.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ
KITAB-KITAB SEPUTAR MASALAH INI: Marrot Biha wa Masyahir Du’atiha karya Syaikh Muhammad Kholil Haros
Rahimahullohu Ta’ala Qoyyim Al-Jauziyyah Rohimahullohu Ta’ala
Al-Adhwa’ul Bayan Fi Idhohil Qur’an bil Qur’an karya Imam Asy-Syinqithy Rohimahullohu Ta’ala Syaikh Sholih bin ‘Abdil ‘Aziz Alu Syaikh Hafizhohulloh Ta’ala
Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...