🍃 Apakah orang yang musafir dalam menunaikan umroh meninggalkan semua sholat Sunnah rawatib.??

نصـيـحـة للـنــساء:

🍃 Apakah orang yang musafir dalam menunaikan umroh meninggalkan semua sholat Sunnah rawatib.??

📙 Soal dari Humairo Jakarta digroup wa Nashihatulinnisa 

Titipan pertanyaan : jika seorng dr mlysia umroh travel buat progrm madinah enam hr, mekkah tujuh hr, apkh selama dimdnah dam kota makkah tidak sholat sunnah rawatib sm skli krn trhitung musafir

💐💐💐💐💐💐💐💐

🔴 Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Hafs bin Ashim bin Umar  ia berkata:

 صَحِبْتُ ابْنَ عُمَرَ فِى طَرِيقِ مَكَّةَ – قَالَ – فَصَلَّى لَنَا الظُّهْرَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَقْبَلَ وَأَقْبَلْنَا مَعَهُ حَتَّى جَاءَ رَحْلَهُ وَجَلَسَ وَجَلَسْنَا مَعَهُ فَحَانَتْ مِنْهُ الْتِفَاتَةٌ نَحْوَ حَيْثُ صَلَّى فَرَأَى نَاسًا قِيَامًا فَقَالَ مَا يَصْنَعُ هَؤُلاَءِ قُلْتُ يُسَبِّحُونَ. قَالَ لَوْ كُنْتُ مُسَبِّحًا لأَتْمَمْتُ صَلاَتِى يَا ابْنَ أَخِى إِنِّى صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى السَّفَرِ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ حَتَّى قَبَضَهُ اللَّهُ وَصَحِبْتُ أَبَا بَكْرٍ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ حَتَّى قَبَضَهُ اللَّهُ وَصَحِبْتُ عُمَرَ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ حَتَّى قَبَضَهُ اللَّهُ ثُمَّ صَحِبْتُ عُثْمَانَ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ حَتَّى قَبَضَهُ اللَّهُ وَقَدْ قَالَ اللَّهُ (لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ ) 

“Aku pernah menemani Ibnu ‘Umar di suatu jalan di Makkah,“Dia lalu shalat zhuhur dua raka’at mengimami kami, setelah itu dia berjalan dan kami pun berjalan bersamanya hingga dia mendatangi barang-barang bawaannya. Lalu dia duduk dan kami pun duduk bersamanya, kemudian dia menoleh ke tempat yang sebelumnya beliau pergunakan untuk shalat. Dia melihat orang-orang berdiri, dia bertanya; “Apa yang sedang mereka lakukan?” Aku menjawab; “Mereka tengah melakukan shalat sunnah!” Ibnu Umar berkata; “Sekiranya aku melakukan shalat sunnah, niscaya aku akan menyempurnakan shalatku (maksudnya tidak diqashar -pent) wahai anak saudaraku, aku pernah menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam safar, beliau tidak menambah lebih dari dua rakaat hingga Allah mewafatkannya, dan aku juga pernah menemani Abu Bakar, namun dia tidak pernah (mengerjakan shalat) lebih dari dua rakaat hingga Allah mewafatkannya, aku juga pernah menemani Umar bin Khattab, namun dia tidak pernah (mengerjakan shalat) lebih dari dua rakaat hingga Allah mewafatkannya, kemudian aku menemani Utsman bin Affan, namun dia tidak pernah (mengerjakan shalat) lebih dari dua rakaat hingga Allah mewafatkannya, sedangkan Allah berfirman; Sungguh pada diri Rasulullah terdapat teladanan yang baik bagimu.” QS. Ahzab 21.

👉🏼 Sisi pendalilannya :

pengingkaran Ibnu Umar terhadap pelaksanaan shalat sunnah baik rawatib atau lainnya, ketika safar, kecuali hanya melaksanakan dua rakaat (di qashar). Dan seandainya jika ada (shalat Sunnah) tentunya Ibnu Umar akan memilih melaksanakan shalat wajib sempurna, bukan dengan qashar ketika safar

🔴Dan dari Ibnu Umar ketika haji dalam keadaan safar di Muzdalifah

dari Ibnu’ Umar radliallahu ‘anhuma berkata; 

جَمَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِجَمْعٍ كُلُّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بِإِقَامَةٍ وَلَمْ يُسَبِّحْ بَيْنَهُمَا وَلَا عَلَى إِثْرِ كُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا 

“Nabi Shallallahu’alaihiwasallam menjama’ shalat Maghrib dan ‘Isya’ di Jama’ (Muzdalifah), pada setiap shalat tersebut iqamat sholat, namun beliau tidak shalat sunnah diantara keduanya dan juga tidak setelah keduanya”. (Hadits riwayat Imam Bukhari).

👉🏼 Sisi pendalilannya :

secara manthuq (apa yang ditunjukkan oleh lafazh) menafikan adanya shalat rawatib ba’diyah ketika safar, secara mafhum muwafaqah (sesuatu yang didiamkan itu sesuai dengan terhadap apa yang dilafadzkan dengannya) termasuk didalamnya salat rawatib qabliyah. 

👍🏻Tapi itu tidak menafikan akan adanya shalat Sunnah sebelum subuh sebagai pengecualian, dan juga sholat Sunnah lainnya.

 Dari Aisyah Rodhialloohu Anha berkata :

لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ 

 “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memiliki perhatian yang luar biasa dalam menjaga shalat Sunnah (rawatib dalam keadaan mukim ataupun safar) selain shalat sunnah fajar.” (Hadits riwayat imam Bukhari)

Dari shohih muslim dari Abi Qatadah bahwa 

أن النبي صلى الله عليه وسلم صلى راتب الغجر فى السفر

Nabi shollallaahu alaihi wa sallam sholat Sunnah rawatib fajr (dua raka'at sebelum subuh) dalam safar.

Dan juga dalam shohih Bukhori dan Muslim 

أن النبي صلى الضحى ثمان ركعات فى مكة يوم فتح الله عليه مكة

Bahwa Nabi shollallaahu alaihi wa sallam sholat Dhuha 8 raka'at di Makkah pada hari di mana Alloh memberikan kemenangan Makkah atas beliau.

Dan juga diriwayatkan oleh imam Bukhari 

 أن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صلى الوتر في السفر . 

Bahwa Nabi shollallaahu alaihi wa sallam sholat witir dalam safar

🖋 Berkata Imam Ibnul Qayyim Rohimahullooh :

وكان من هديه فى سفره الإقتصار على الفرض ولم يحفظ عنه أنه صلى سنة الصلاة قبلها ولا بعدها الا ما كان من الوتر وسنة الفجر فإنه لم يكن ليدعهما حضرا ولا سفرا

Dan diantara dari petunjuk beliau dalam safarnya adalah dengan mencukupkan sholat wajib, dan tidak terjaga dari beliau akan hadits bahwa ia sholat Sunnah qabliyyah (sebelum sholat wajib) dan ba'diyyah (setelah sholat wajib) kecuali dari sholat Sunnah witr, dan Sunnah fajar, sebab Nabi Shollallaahu Alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan kedua sholat Sunnah tersebut dalam keadaan muqim dan tidak pula safar.

📚 Zaadul Ma'ad 1/473

🖋 Karena itulah Asy Syaikh Al Utsaimin Rohimahullooh Berkata:

"وأما الرواتب ، فإنني تأملت ما جاءت به السنة في النوافل ، وتبين لي أن راتبة الظهر ، والمغرب ، والعشاء لا تصلى ، وما عدا ذلك من النوافل فإنه يصلى مثل سنة الفجر ، وسنة الوتر ، وصلاة الليل ، وصلاة الضحى ، وتحية المسجد حتى النفل المطلق أيضا" اهـ .

Adapun sholat Sunnah rawatib, maka aku telah perhatikan apa yang Sunnah telah datang dengannya dalam sholat Sunnah Nafilah, dan telah nampak padaku bahwa rawatib Dzuhur, magrib , isya itu tidak dilakukan , adapun selain itu dari sholat Sunnah, maka ia sholat, semisal sholat Sunnah fajar, sholat malam, sholat Dhuha, tahiyyatul masjid, sampai juga sholat Sunnah mutlak.

📚 Majmu Fatawa 15/258.

🔎 Kesimpulan : Orang yang musafir maka ia boleh sholat Sunnah yang ia inginkan, kecuali sholat Sunnah rawatib sebelum dan sesudah dzhuhur, dan Sunnah rawatib setelah Maghrib dan isya, adapun selain itu dari sholat sholat Sunnah, maka ia lakukan, seperti sholat witir, dua raka'at sebelum subuh, sholat malam qiyamullail, sholat yang mempunyai sebab seperti sholat setelah wudhu, tahiyyatul masjid, dua raka'at setelah thawaf, dan sholat mutlak lainnya.

👉🏼 Soal penanya kami ajukan pada ulama Yaman 

[9/10 19:32] ابو حنان : السلام عليكم ورحمه الله وبركاته 

احسن الله اليك يا شيخنا 

رجل من ماليزيا سيعتمر،وهو سيمكث فى مدينة خمسة أيام، وفى مكة خمسة أيام،هذا الجدوال من الوكالة. فهل الأفضل له أن يصلى سنة الرواتب الظهر، والمغرب والعشاء، أو يتركها؟؟؟ مع أنه سيصلى فى مسجد النبوي ومسجد الحرام مع الجماعة مع الإمام المقيم

📝 Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh, Ahsanalloohu ilaika ya syaihkana , seorang akan umroh dari Malaysia, dan akan tinggal di Madinah lima hari, dan di Makkah lima hari, dan ini adalah program dari travel, apakah yang afdhol untuknya ia sholat Sunnah rawatib Dzuhur, magrib , isya atau ia meninggalkannya??

Bersamaan dengan itu ia akan sholat di masjid Nabawi dan masjid Al haram bersama jamaah dengan imam yang muqim ??

🖋 Jawaban fadhilatusy Syaikh Al faqih Abu Hamzah Hasan basy syuaib hafidzahullooh :

[11/10 02:17] الشيخ حسن بالشعيب: هو مسافر

والمسافر تشرع له جميع السنن النوافل إلا راتبة الظهر والمغرب والعشاء فالأفضل تركها

Dia adalah seorang musafir, dan musafir itu disyariatkan untuknya seluruh sholat Sunnah Nafilah kecuali sholat rawatib dzhuhur, magrib, isya, maka yang afdholnya ia meninggalkan ketiga sholat Sunnah rawatib tersebut.

🖋 Jawaban fadhilatusy Syaikh Abdul Hamid Al hajury hafidzahullooh

[9/10 19:37] الشيخ عبد الحميد الحجوري حفظه الله: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته يتركها

Ia meninggalkan sholat Sunnah rawatib dzhuhur, magrib, isya.

✍ Diterjemahkan oleh:

 Abu Hanan As-Suhaily Utsman As Sandakany

14 safar 1441- 13 Oktober 2019.

🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾