Tampilkan postingan dengan label Manhaj. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manhaj. Tampilkan semua postingan

Buat Yang Memerangi Kebatilan Dengan Identitas Samaran

Buat Yang Memerangi Kebatilan
Dengan Identitas Samaran



Ditulis Oleh:


Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo
Al Qudsi Al Indonesi ‘afallohu ‘anhu



بسم الله الرحمن الرحيم

Dari: Al Faqir Ilalloh Abu Fairuz Abdurrohman bin Sukaya Aluth Thury Al Qudsy
Al Indonesy 'afallohu 'anhu
Kepada: Seluruh kelompok atau individu yang memerangi kebatilan
namun tanpa memakai identitas asli.
di manapun mereka berada.


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
﴿ يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون﴾ .
﴿يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا﴾
﴿ يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما .﴾
أما بعد: فإن خير الحديث كلام الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وعلى آله وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.

Yang pertama, ana menyatakan kegembiraan atas kecemburuan Antum semua demi agama Alloh ini. Semoga hal ini sebagai salah satu alamat kuatnya iman, rasa cinta dan kesetiaan Antum pada Alloh ta'ala. Alloh ta'ala berfirman:

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴾ [المائدة/54]

"Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa murtad dari agamanya dari kalian, maka nanti Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka, dan mereka juga mencintai Alloh. Mereka lembut terhadap orang mukminin dan keras terhadap orang-orang kafir, dan mereka berjihad di jalan Alloh dan tidak takut pada celaan orang yang mencela. Yang demikian itu adalam karunia Alloh yang diberikannya pada orang yang Dia kehendaki. Dan Alloh itu Wasi' (Mahaluas) lagi 'Alim (Maha Mengetahui)". 

(QS Al Ma'idah 54)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahulloh- berkata:

فمن المعلوم ان من احب الله المحبة الواجبة فلا بد ان يبغض أعداءه ولا بد ان يحب ما يحبه من جهادهم كما قال تعالى : ﴿إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ﴾ ، والمحب التام لا يؤثر فيه لوم اللأئم وعذل العاذل بل ذلك يغريه بملازمة المحبة

"Maka termasuk perkara yang telah diketahui bersama bahwasanya barangsiapa mencintai Alloh dengan kecintaan yang wajib, maka haruslah bagi dirinya untuk membenci musuh-musuh-Nya, dan harus mencintai perkara yang dicintai-Nya, yaitu jihad memerangi mereka, sebagaimana firman Alloh ta'ala: "Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya secara berbaris rapi seakan-akan mereka adalah bangunan yang kokoh."
Dan orang yang cinta dengan sempurna tak akan terpengaruh celaan orang yang mencela, ataupun cercaan orang yang mencerca. Bahkan yang demikian itu mendorong dirinya untuk komitmen dengan cinta tersebut." 

("At Tuhfatul 'Iroqiyyah" 1/hal. 50)


Ibnu 'Aqil -rahimahulloh- berkata:

فَأَيْنَ رَائِحَةُ الْإِيمَانِ مِنْكَ وَأَنْتَ لَا يَتَغَيَّرُ وَجْهُكَ فَضْلًا عَنْ أَنْ تَتَكَلَّمَ، وَمُخَالَفَةُ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَاقِعَةٌ مِنْ كُلِّ مُعَاشِرٍ وَمُجَاوِرٍ فَلَا تَزَالُ مَعَاصِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالْكُفْرُ يَزِيدُ، وَحَرِيمُ الشَّرْعِ يُنْتَهَكُ، فَلَا إنْكَارَ وَلَا مُنْكِرَ، وَلَا مُفَارَقَةَ لِمُرْتَكِبِ ذَلِكَ وَلَا هِجْرَانَ لَهُ. وَهَذَا غَايَةُ بَرَدِ الْقَلْبِ وَسُكُونِ النَّفْسِ وَمَا كَانَ ذَلِكَ فِي قَلْبٍ قَطُّ فِيهِ شَيْءٌ مِنْ إيمَانٍ؛ لِأَنَّ الْغِيرَةَ أَقَلُّ شَوَاهِدِ الْمَحَبَّةِ وَالِاعْتِقَادِ. ("الآداب الشرعية "ج 1 ص 178)

"Maka manakah aroma iman darimu sementara engkau tidak berubah wajahmu –lebih-lebih lagi untuk mau berbicara- dalam keadaan penyelisihan terhadap Alloh subhanahu wa ta'ala dilakukan oleh keluarga dan tetangga. Terus-menerus kedurhakaan pada Alloh azza wa jalla dan kekufuran bertambah, garis batas syariat dilanggar, tapi tiada pengingkaran dan tidak ada orang yang mengingkari, dan tiada pula perpisahan diri dari orang yang melanggar syariat. Dan ini adalah puncak dari kebekuan hati dan diamnya jiwa. Dan tiada lagi tersisa iman dari dalam hati, karena kecemburuan adalah alamat cinta dan keyakinan yang paling kecil." 

("Al Adabusy Syar'iyyah" 1/hal. 178)


Yang kedua, ana juga menyampaikan jazakumullohu khoiron atas upaya Antum semua untuk menegakkan al haq di muka bumi, dan memberantas kebatilan. Semoga hal itu menjadi alamat tingginya derajat Antum semua di sisi Alloh ta'ala. Alloh ta'ala berkata:

﴿كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ﴾

"Kalian adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Alloh." 

(QS Ali Imron 110)

Yang ketiga adalah bahwasanya ana ingin menyampaikan nasihat kepada Antum semua, sebagai bentuk realisasi dari sabda Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam-:

المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضًا

"Seorang mukmin dengan mukmin yang lain adalah bagaikan satu bangunan, sebagiannya memperkuat bagian yang lain." 

(HSR Al Bukhory/2314 dan Muslim/2585 dari Abu Musa Al Asy'ary rodhiyallohu 'anhu)

Ana ingin mengingatkan bahwasanya Islam itu sudah sempurna, baik secara aqidah, manhaj, fiqh, akhlaq, dakwah sampai juga metode membantah ahli batil.
Dan bukanlah termasuk manhaj Salaf membikin tulisan untuk memerangi ahli bida' dan para penyeleweng secara gelap (tanpa menyertakan identitas sama sekali, atau berusaha mengaburkan jati diri).

Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam- dalam surat-suratnya beliau menyebutkan nama, dan tidak takut kemarahan para raja yang disurati.

Demikian pula para Salaf dalam nasihat dan kitab-kitab bantahan mereka, dalam keadaan mereka tahu bahwasanya kebanyakan ahlul bid'ah punya hubungan dengan penguasa, tapi Ahlul Haq tidak takut akan resiko dakwah dan menegakkan kebenaran.

Justru yang menulis secara gelap dia akan dicap sebagai orang yang majhul dan tidak diterima beritanya. Dan juga hal itu termasuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan para hizbiyyin. Dan kita dilarang untuk menyerupai seluruh orang fasiq ataupun golongan yang cacat dan kurang secara agama.

Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴾ [الحشر/19]

"Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Alloh, sehingga Alloh menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasiq." 

(QS Al Hasyr 19)


Dan masing-masing mendapatkan balasan sesuai dengan amalannya dan tidaklah sama orang sholih dan orang fasiq. Maka untuk apa mengikuti jalan mereka?

Alloh ta'ala berfirman:

﴿أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ ﴾ [القلم/35]

"Maka apakah Kami jadikan muslimin itu sama dengan mujrimin?" 

(QS Al Qolam 35)


Alloh ta'ala berfirman:

﴿أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ﴾ [ص/28]

"Apakah Kami jadikan orang-orang yang beriman dan beramal sholih itu seperti orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Apakah Kami jadikan orang yang bertaqwa itu seperti orang yang fajir?" 

(QS Shod 28)


Dan juga berfirman:

﴿أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لَا يَسْتَوُونَ﴾ [السجدة/18]

"Maka apakah orang yang beriman itu seperti orang yang fasiq? Tidak sama." 

(QS As Sajdah 18)


Dan para ahli bid'ah dan hizbiyyah adalah orang fasiq dan kurang agamanya.
Termasuk dari trik-trik hizbiyyin dalam memerangi ahlissunnah adalah penulisan dengan menyembunyikan identitas asli.


Wahai para penulis, - hafidzakumulloh -

Maka ana nasihatkan pada Antum sekalian untuk menjunjung tinggi kejujuran dan keberanian di jalan Alloh ta'ala.

Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam- bersabda:

شر ما في رجل شح هالع وجبن خالع

"Sejelek-jelek sifat yang ada pada seorang lelaki adalah sifat pelit yang penuh dengan keluhan, dan sifat penakut yang amat sangat." 

(HSR Ahmad dan At Tirmidzy dari Abi Huroiroh rodhiyallohu 'anhu. Lihat "Al Jami'ush Shohih" 5/131 karya Imam Al Wadi'y -rahimahulloh-)


Juga Syaikh Robi' Al Madkholi -hafidhahulloh- berkata:

فهذا من أهم مواطن الصدق والإقدام والرجولة والشجاعة ، ولا ينبغي للشجعان أن يتواروا عن مواجهة هذه الفتنة.

"Dan ini termasuk posisi kejujuran, kemajuan, kejantanan, dan keberanian yang paling penting. Dan tidak pantas bagi para pemberani untuk bersembunyi dari menghadapi fitnah ini." 

("Jama`ah wahidah"/160/ Syaikh Robi' Al Madkholi)


Adapun buat orang atau kelompok yang menamakan dirinya "Anti Luqman" atau yang semisal dengan itu, maka ana ucapkan jazakumullohu khoiron atas partisipasi kalian. Ana dan teman-teman ana di sini belum mengenal kalian. Bisa jadi kalian memang orang-orang yang memendam dendam lama pada Luqman, atau tidak menutup kemungkinan kalian itu mata-mata aparat. Atau mungkin juga kalian adalah kawanan hizbiyyun yang memanfaatkan kekeruhan untuk menghantam Luqman. Atau mungkin juga kalian adalah kawan Luqman sendiri yang pura-pura menyerang Luqman dari balik tembok alam maya, sehingga apabila Ahlussunnah menyerang anak buahnya Luqman yang berperang membela dirinya dengan nama palsu, Luqman bisa berkata pada Ahlussunnah,"Kalian juga sama saja." Atau mungkin juga kalian adalah Ahlussunnah yang ingin beramal baik akan tetapi belum paham akan salahnya cara tersebut.

Maka ana katakan: Ana tidak bermaksud menghina ataupun merendahkan kalian. Hanya saja karena kalian tidak memperkenalkan diri, dan juga menempuh cara yang tidak benar, dan juga karena saratnya hizbiyyun dengan makar, maka jangan salahkan kaum muslimin jika berbagai dugaan itu muncul, sesuai dengan beranekaragamnya kemungkinan, tanpa adanya qorinah yang kuat.

Yang pasti kami berlepas diri dari setiap penulisan yang tidak menyertakan jati diri yang benar, setelah dan sebelum nasihat ini ditulis. Bukan berarti kita harus menyertakan nama kecil kita meskipun sudah dirubah karena tidak Islamy. Tapi yang diinginkan adalah jati diri yang dengannya dia dikenal oleh orang yang dia bantah, dan dikenal oleh ahlussunnah yang lain, sehingga memudahkan untuk diketahui dari pihak manakah si penulis tersebut? Dan agar mudah untuk dimintai pertanggungjawaban secara syariah. Dan perkara terakhir ini yang amat ditakuti oleh para hizbiyyun.

Dan ana juga sudah menulis bantahan secara agak terperinci terhadap Luqman Ba Abduh di dalam risalah(1) yang insya Alloh sudah tersebar, sudah diperiksa oleh beberapa masyayikh dan diidzinkan oleh Fadhilatusy Syaikh Yahya -hafizhahulloh- untuk disebarkan. Dan tentu saja masih banyak kebatilan Luqman yang belum tertulis di dalamnya. Jika antum semua hendak melengkapinya dengan tulisan yang terpisah, maka itu adalah hak antum, tapi dengan adab-adab yang diajarkan oleh Salafush Sholih. 

Antum semua terlalu mulia untuk mengikuti jalan seorang hizby hina yang menamakan dirinya Abu Mahfudh Ali bin Imron dst. Beraninya membikin kedustaan dan memutarbalikkan fakta, sambil berusaha mengadu domba para pejuang fi sabilillah dan mengaburkan hakikat, tapi tak berani dengan jujur menampakkan identitas aslinya pada kami. Mengaku ada di Dammaj tapi tak kami temukan batang hidungnya. Kami ingin mengunjunginya dan memperkenalkan dirinya pada Syaikh Yahya - hafidzahulloh -. Tapi sampai sekarang tak berani unjuk pantat.

Sementara itu dia dengan bangga berkata: "Tak akan membahayakan diriku orang yang tidak mengenalku. Cukuplah teman-temanku mengenalku, dan yang tahu adalah hujjah terhadap yang tidak tahu."

Bagaimana jadi hujjah sementara para komplotannya juga tak berani mengaku kenal akan dirinya!? Seperti inikah thoriqotus Salaf dan penerapan kaidah Salaf?

Inilah nasihat yang bisa ana sampaikan pada kesempatan ini, semoga Alloh senantiasa mengokohkan kita di atas tauhid dan sunnah, dan tegar di atas manhaj Salaf. Bisa jalan ini pahit secara lahiriyyah tapi manis secara batiniyyah. Mungkin awalnya berat tapi akhirnya adalah kebahagiaan dan ketentraman serta istirahat yang abadi dan nyaman di Jannah. Penatnya perjuangan di dunia pasti akan mencapai garis akhir.

Imam Al Murrudzy -rahimahulloh- berkata:

سَمِعْت أَبَا عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ لِشُجَاعِ بْنِ مَخْلَدٍ يَا أَبَا الْفَضْلِ إنَّمَا هُوَ طَعَامٌ دُونَ طَعَامٍ وَلِبَاسٌ دُونَ لِبَاسٍ ، وَإِنَّهَا أَيَّامٌ قَلَائِلُ .

"Aku mendengar Abu Abdillah (Ahmad bin Hanbal) berkata pada Syuja' bin Makhlad: "Wahai Abul Fadhl, sesungguhnya (dunia) ini hanyalah makanan yang bukan makanan sejati, dan pakaian yang bukan pakaian sejati. Dan dia itu hanyalah hari-hari yang singkat belaka."

("Al Adabusy Syar'iyyah" 2/hal. 350)


Imam Ibnul Qoyyim -rahimahulloh- berkata:

يا أقدام الصبر احملي بقى القليل تذكر حلاوة الوصال يهن عليك مر المجاهدة قد علمت أين المنزل

"Wahai tapak-tapak kesabaran, pikullah, tinggal sedikit lagi. Ingatlah manisnya perjumpaan, maka dengannya akan menjadi enteng bagimu pahitnya perjuangan. Engkau telah mengetahui di manakah tempat beristirahat (di Jannah)" 

(Al Fawa'id 1/hal. 78).


والحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Selesai ditulis:
pada tanggal 8 Shofar 1430 H
oleh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo
Al Qudsi Al Indonesi ‘afallohu ‘anhu


sumber: http://maktabahfairuzaddailamiy.blogspot.com/

╭─┅─═ঊঊঈ═─┅─╮ 
       SEBARKANLAH 
       ENGKAU AKAN 
       MENDAPATKAN 
           PAHALANYA 
╰─┅─═ঊঊঈ═─┅─╯ 

 🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 

apakah hukum ahlus sunnah yang tawaqquf dalam fitnah yang bergejolak antara ahlus sunnah dan ahlul ahwa?

Al 'allamah An Najmi rahimahullah di tanya apakah hukum ahlus sunnah yang tawaqquf dalam fitnah yang bergejolak antara ahlus sunnah dan ahlul ahwa?

Maka beliau menjawab: 

"Barangsiapa yg termasuk dari kalangan penuntut ilmu dan berdiri dgn tawaqquf disebabkan kebingungan dan kerancuan dia tidak tahu siapa dari dua kelompok di atas kebenaran dan siapa yang di atas kebatilan

Maka dia di ajari dan dijelaskan padanya apa2 yg ada di sisi ahlul ahwa berupa jauhnya dari kebenaran dan permusuhan terhadap pengemban kebenaran dan barangsiapa yg terus pada sikapnya setelah penjelasan maka dia dihukumi sama dangan ahlul ahwa".

Al Fatawa Al Jaliyyah 2/71


سئل العلامة النجمي رحمه الله
ما حكم اهل السنة الواقفين في الفتن بين اهل الاهواء واهل السنة؟

فأجاب(من كان من طلبة العلم ووقف وقوف حيرة وارتباك لا يدري من من الفئتين على الحق ومن على الباطل فهو يعلم ويبين له ما عند اهل الاهواء من بعد عن الحق ومعاداة اهله ومن اصر بعد البيان يلحق باهل الاهواء)
الفتاوى الجلية(71/2)

@markiztoraut


🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 

Dakwah dengan jalan meminta-minta (open donasi) , maka itu bukanlah contoh dari para salaf!



 قال ابن رجب رحمه الله:

ﻭﻛﺎﻥ اﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﻳﺪﻋﻮ ﻭﻳﻘﻮﻝ: اﻟﻠﻬﻢ ﻛﻤﺎ ﺻﻨﺖ ﻭﺟﻬﻲ ﻋﻦ اﻟﺴﺠﻮﺩ
ﻟﻐﻴﺮﻙ ﻓﺼﻨﻪ ﻋﻦ اﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﻟﻐﻴﺮﻙ.

تفسير ابن رجب 1/72

Imam ibnu Rajab rahimahullah berkata:

"Dahulu Imam Ahmad berdoa seraya berkata: Ya Allah sebagaimana Engaku menjaga wajahku dari sujud kepada selainMu maka jagalah ia dari meminta kepada selainMu.

Tafsir ibnu Rajab 1/72.



Adapun dakwah Luqmaniyyun dan Rodjaliyyun dan semacam mereka yang mengaku bermanhaj salaf sangat jauh dari amalan salaf ini.

Mereka tidak menjaga muka mereka dari meminta-minta bahkan tanpa malu menganggap itu adalah perbuatan kebaikan dan ibadah dan mecerca orang yang menasehati mereka agar meninggalkan perbuatan itu, wallahul musta'an

Kami ingatkan mereka dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagai berikut:

مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ

Senantiasa seseorang meminta-minta kepada manusia hingga pada hari kiamat ia datang tiada sekerat daging oada wajahnya. Muttafaqun 'alaihi dari hadits ibnu 'Umar rhadiyallahu 'anhuma. Walhamdulillah.


@markiztoraut

🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 

faedah Bagi Pemula Di Dalam Tauhid, Fiqih dan Aqidah Bagian 2

  

٤- إذا قيل لك: *مَا دِيْنُكَ ؟*

4- Jika katakan kepadamu: *APAKAH AGAMAMU ?*

 

فَقُلْ: *دِيْنِي هُوَ دِيْنُ الإِسْلَامِ الْحَقُّ*

Maka katakanlah: *Agamaku adalah agama Islam*

 

وَالدَّلِيْلُ قَوْلُ اللهِ تَعَالَى:

Dan dalilnya adalah perkataan Alloh Ta'ala:

 

﴿إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ الْإِسْلامُ﴾ آل عمران: 19

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Alloh hanyalah Islam.” (QS Al-Imron: 19)

 

وَقَوْلُهُ تَعَالَى:

Dan perkataan-Nya Ta'ala: 

 

﴿هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ﴾ التوبة: 33

Dialah yang telah mengutus Rosul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan agama yang benar.” (At-Taubah: 33)

 

وَقَوْلُهُ تَعَالَى:

Dan perkataan-Nya Ta'ala:

 

﴿وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾ آل عمران: 85

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Al-Imron: 85)


lihat bagian ke-1 📃


Telegram: @fawaaidassunnah 

https://t.me/fawaaidassunnah

Dialog Bersama Ikhwani Bagian ke-2

Baca Bagian Pertama 📄


(Sebuah Kesaksian & Penjelasan Atas Penyimpangan Manhaj Dakwah Ikhwanul Muslimin -Kalau di Indonesia Mereka Adalah PKS; Partai Keadilan Sejahtera)_

 

✍🏼 Oleh: Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad Asy-Syihhi

 

_*PASAL SATU : KONDISI SEBAGIAN PIMPINAN KELOMPOK INI DAN KONDISI SEBAGIAN PIMPINAN KELOMPOK INI DAN MANHAJ MEREKA*_

 

Saudaraku, mudah-mudahan Allah Ta'ala menjagamu...

 

Saya ingin bertanya kepadamu satu pertanyaan, tidak hanya satu, bahkan beberapa pertanyaan:

❓Apa yang kamu ketahui tentang jamaah (kelompok) yang kamu ada di dalamnya?

❓ Apa yang kamu ketahui tentang manhaj dari jamaah

ini...?

❓ Dan apa yang kamu mengerti dari sebagian pimpinan dan pendiri jamaah ini...? Seperti Hasan Al-Banna, Tilmisani, dan ... dan ...

❓ Apakah mereka berada dalam al-haq atau tidak?

 

Jangan kamu tergesa-gesa dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan ini... kenapa..? Dikarenakan jika kamu mengatakan kepadaku bahwa mereka diatas al-haq, maka akan saya tanyakan kepadamu: Apa dalilnya...?

 

قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

"Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu adalah orang yang benar." (An Naml: 64)

 

Oleh karenanya saya katakan, kemarilah bersamaku untuk melihat dan menelaah: Apakah jamaahmu berada dalam al-haq atau tidak? Dan apa dalilnya...?

 

Maka kita memulai dengan menyebut para pendiri jamaahmu dan pimpinannya agar kita mengetahui manhaj mereka dan sedikit dari perbuatan mereka, akan tetapi... janganlah kamu marah, dan gelisah dulu, juga jangan ta'ashub (fanatik golongan)! Dan janganlah kamu menyangkal, kecuali dengan dalil !

 

Apabila kamu merasa ragu atau diragukan dengan apa yang saya nukil dari sebagian perkataan dan perbuatan mereka... maka tidak ada jalan lain bagimu, kecuali kamu merujuk kembali kepada rujukan-rujukan yang akan saya jelaskan, dan rujukan itu adalah dari hasil karya para pemimpin jamaahmu sendiri, bukan dari orang lain.

 

Saudaraku... -Mudah-mudahan Allah Ta'ala menjagamu-, apa yang akan kamu katakan, kalau seandainya ada

seseorang yang mengabarkan kepadamu akan dirinya bahwa dia merayakan bid'ahnya perayaan Maulid Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dalam waktu 12 hari, dari awal bulan Rabi'ul Awwal setiap tahun, mengelilingi kampung bersama para pengikutnya, bersuka ria sambil

 mendendangkan nasyid-nasyid..? Maka apakah kamu akan menyetujui dan diam (terhadap kemungkaran itu)..?

 Apakah kamu akan mengikutinya? Dan menjadikannya sebagai pimpinanmu? Tidak ragu dan tidak bimbang lagi: Tidak (jawabnya, pent), jika engkau dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah ! Kenapa? Karena apa yang dilakukannya adalah bid'ah sebagaimana telah kamu ketahui !  Sekarang tahukah kamu siapa dia? Dialah Hasan Al-Banna pendiri kelompok Ikhwanul Muslimin.

 

Jangan... jangan... jangan marah dulu ! Karena dia sendiri yang berkata akan dirinya, bukan saya. Sebagaimana disebutkan dalam bukunya Mudzakkiraat ad-Da'wah wa ad-Da'iyyah halaman 48 dalam judul Contoh yang Baik, ketika beliau mengatakan: "Aku sebutkan bahwasanya sebagian dari kebiasaan kami adalah keluar pada acara Maulid Nabi shalallahu 'alaihi wasallam pada sebuah arak-arakan setelah sebelumnya

kumpul. Hal ini berlangsung setiap malam dari awal sampai tanggal 12 Rabi'ul Awwal, dimulai dari rumah salah seorang ikhwan. Suatu malam secara kebetulan kami bertemu, dan saat itu giliran pertemuan ada di rumah

saudara kami Syaikh Syalaby ar-Rajjaal, maka kami pergi ba'da Isya' sebagaimana biasa, maka kami dapati sebuah rumah yang terang benderang, bersih dan semua serba

siap. Kemudian dibaginya minuman kopi dan qirfah (sejenis makanan dari kulit kambing) sebagaimana biasa. Dan kami keluar pada sebuah arak-arakan sambil mendendangkan nasyid-nasyid tertentu dengan penuh suka cita dan bahagia."

 

Perhatikanlah dan renungkanlah... mudah-mudahan Allah

merahmatimu.

 

Bahkan saudara dia (yakni Hasan Al-Banna), yaitu Abdurrahman Al-Banna, menguatkan masalah ini sebagaimana di kitabnya Hasan Al-Banna bi Aqlaami talaamidzatihi wa mu'ashirihi yang ditulis oleh Jabir Rizq, dalam judul "Hasan Al-Banna zamiil ash-Shibaa wa Rafiq asy Syabab". Di mana Abdurrahman Al-Banna mengatakan di halaman 71-72: "Maka berjalanlah -yakni Hasan Al-Banna- dalam sebuah arak-arakan, sambil mendendangkan nasyid-nasyid pujian kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam ketika hilal bulan Rabi'ul Awwal telah nampak. Kami berjalan dalam sebuah arak-arakan di sore hari pada setiap malam sampai malam 12 Rabi'ul Awwal sambil mendendangkan kasidah-kasidah pujian kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dan diantara kasidah terkenal yang kami dendangkan di acara yang penuh berkah ini:

 

"Bershalawat sang Ilah kepada Nur yang telah nampak bagi alam yang melebihi matahari dan bulan."

 

Bait yang mulia didendangkan secara koor, sedangkan aku dan saudaraku (yakni Hasan Al-Banna) mendendangkan bersama bait-bait di bawah ini:

 

"Sang kekasih bersama yang lain telah hadir Mengampuni semua yang telah lewat dan berlalu Sungguh-sungguh beliau memutar khamrnya Hampir-hampir cahayanya menghilangkan pandangan. Wahai Sa'ad, ulangilah bagi kami penyebutan kekasih ini. Benar-benar mengacaukan pendengaran kami wahai penyanyi. Sungguh beliau tidak menyusun larangan yang miring pakaiannya Tidak diragukan lagi bahwa kekasih kaum telah hadir."

 

Tahukah kamu siapakah Al-Habib (kekasih) yang mereka maksudkan telah hadir di tengah-tengah mereka..? Dan mengampuni dosa-dosa mereka..? Tidak lain maksud mereka adalah Nabi shalallahu 'alaihi wasallam ! Laa haula wala quwwata illa billah.

 

Wahai saudaraku... demi Allah, kamu mesti sadar dari kelalaianmu.. cemburulah kepada syariat dan akidahmu ! Karena, bagaimana mungkin kamu ikuti orang yang mendudukkan nabimu memiliki sifat maghfirah (mengampuni) yang itu adalah hak khusus bagi Allah Ta'ala saja.

 

Mereka beri'tikad bahwa nabi kita dan teladan kita Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam telah menghadiri bid'ah mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka. Maha Suci Engkau, wahai Rabb kami, ini adalah kedustaan yang

besar.

 

Saudaraku... mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepadaku dan kepadamu ke jalan yang lurus.... Apa yang akan kamu katakan, kalau seandainya seseorang bercerita kepadamu bahwa dia bergaul dengan ahli bid'ah dan mengambil bid'ah dari mereka, bahkan terbiasa dengan majlis-majlis bid'ah mereka yang mereka namakan hadhrah (kehadiran) tiap malam... sampai dia berterus-terang kepadamu tentang masalah ini bahwasanya dia telah sangat kenyang dengan fikrahnya (pemikiran) tarikat Al-Hashafiyyah yang bid'ah itu...!? Tidak ragu lagi pasti dan pasti kamu akan sangat mengingkarinya... hal ini dikarenakan dia telah berbuat bid'ah dalam ad diin ini.

 

Saya katakan: Tenanglah... jangan marah dulu, dikarenakan Hasan Al-Banna adalah pimpinan jamaahmu ! Dia berkata di bukunya: Mudzakirat ad-Da'wah wa ad-Da'iyah hal 23: "Dan aku berkawan dengan orang-orang Al-Hashafiyyah di Damanhur, dan aku biasa hadir di masjid At-Taubah setiap malam. Dan di halaman 27 dari kitab ini juga dia berkata: "Aku singgah di kota Damanhur dalam kondisi kenyang dengan fikrah Al Hashafiyyah, kota Damanhur ini adalah tempat dimakamkannya Syaikh Sayyid Hushain al-Hashafi, Syaikhnya Tarikat Al-Hashafiyyah yang pertama.

 

Sekarang tahan sedikit dengan pertanyaanku... Apa yang akan kamu katakan tentang menganggap entengnya Al-Banna pada khilaf yang terjadi antara Salaf dan Khalaf tentang sifat Allah Ta'ala...? Dan apa yang kamu katakan pula tentang tuduhannya (Al-Banna) kepada Salaf, bahwasanya Salaf itu kadang-kadang menta'wil, kadang-kadang ghuluw (berlebihan) dan kadang-kadang melampaui batas dalam hal ini (yakni dalam memamahi

sifat Allah Ta'ala)? Dan apa yang akan kamu katakan

tentang adopsi kepada madzhab Tafwidh? Mudah-mudahan Allah menyelematkan aku dan engkau dari penyimpangan dan kesesatan.

 

Inilah yang dia (Al-Banna) jelaskan dalam kitabnya Al-'Aqaid hal 74, tatkala dia mengatakan setelah membeberkan dua jalan, Salaf dan Khalaf: "Dan dua tarekat ini (Salaf dan Khalaf) merupakan sumber khilaf yang besar di antara ulama ahlul kalam dari imam-imam kaum muslimin. Dan masing-masing mendasari madzhabnya dengan hujjah-hujjah dan dalil-dalil, seandainya kamu teliti masalah ini pasti kamu akan mengetahui bahwasanya jarak perselisihan di antara dua jalan ini (Salaf dan Khalaf) tidak berarti sedikitpun (dari perselisihan ini), seandainya masing-masing dari dua kelompok ini meninggalkan sikap memberontak dan melampaui batas, dan bahwasanya pembahasan dalam permasalahan seperti ini tidak membawa hasil pada akhirnya kecuali satu, yaitu tafwidh bagi Allah Ta'ala."

 

Dan perkataannya juga tentang tuduhannya kepada Salaf dengan ta'wil hal 26: "Apabila telah ditetapkan ini, maka sepakatlah antara Salaf dan Khalaf dalam asas ta'wil." Dan perkataannya juga pada hal 77-78: "Dan kesimpulan dari pembahasan ini ialah bahwasanya Salaf dan Khalaf telah bersepakat bahwa yang dikehendaki adalah bukan zhahir yang diketahui diantara manusia, maka inilah ta'wil secara umum. Dan kedua kelompok ini (Salaf dan Khalaf) sepakat pula bahwasanya setiap ta'wil yang berlawanan dengan dasar-dasar syariat adalah tidak diperbolehkan. Maka perselisihan ini terbatas hanya pada menta'wil lafazh-lafazh yang dibolehkan oleh syara', dan ini masalah yang sepele sebagaimana kamu lihat. Dan

masalah yang mestinya orang-orang salaf kembali lagi kepadanya. Sementara masalah yang paling penting untuk diarahkan dan diperhatikan oleh kaum muslimin

saat ini adalah mengarahkan dan menuju kepada persatuan barisan dan penyatuan kalimat semacam kita."

 

Aku katakan: Nukilan ini sebagaimana kamu lihat -mudah-mudahan Allah menjagamu- tidak ada satu makalah pun (perkataannya Al-Banna), kecuali ada tiga point yang mestinya diperhatikan.

 

PERTAMA : Tuduhannya (Al-Banna) kepada Salaf bahwa mereka kadang-kadang Tafwidh *[1]*, dan kadang-kadang suka menta'wil, dan orang-orang salaf berlepas diri dari tuduhan ini.

 

_________________

_*Catatan Kaki :*_

*[1]* ketika dia (alBanna) berkata tentang madzhab salaf dalam mengimani sifat-sifat Allah Ta'ala hal 75: "Aku telah mengetahui bahwa madzhab orang salaf pada ayat-ayat dan hadits-hadits yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah Ta'ala, mereka menyikapi ayat-ayat dan hadits-hadits itu sebagaimana adanya dan mereka diam dari menafsirinya *[#]* atau menta'wilnya." Pada hal 66 dia berkata: "Adapun orang-orang salaf -semoga Allah meridhai mereka-, mereka mengatakan: "Kami beriman dengan ayat-ayat dan hadits-hadits ini sebagaimana adanya, dan kami membiarkan penjelasan maksudnya Allah Ta'ala." Maka menetapkan adanya tangan, maka bersemayam (istiwa'), sifat tertawa, sifat heran.. dan sebagainya, yang semua itu dengan makna-makna yang kita tidak mengetahuinya." (Kitab 'Aqa'id). Aku katakan: Yang nampak olehku -wallahu a'lam- bahwa Al-Banna belum jelas baginya madzhab as-salaf dalam masalah ini. Hal ini terlihat jelas pada perkataannya tentang orang-orang salaf dalam mengimani sifat- sifat Allah Ta'ala, bahwa mereka dia dari menafsirinya. Dan perkataannya juga, bahwa semua itu yakni "menyikapi sifat-sifat Allah dengan makna-makna yang kita tidak mengetahuinya", tidak ragu lagi bahwa ini adalah tafwidh. Dan salaf rahimahullah berlepas diri dari tuduhan ini sebagaimana kamu ketahui, bahwa mereka menafsiri sifat-sifat Allah dari sisi makna tidak dari sisi hakikat dan keberadaannya.

*[#]* Sementara imam Sufyan Ibnu Uyainah berkata: "Semua apa yang Allah Ta'ala telah menyifati diri-Nya dalam kitab-Nya maka tafsirnya adalah membacanya dan diam." (Lihat Aqidatus Salaf Ashabul Hadits, hal. 70). Pent.

 

Bersambung... (Ke Bagian 3) in sya Alloh


Telegram: @fawaaidassunnah 
https://t.me/fawaaidassunnah

RINGKASAN FATWA2 ‘ULAMA AHLUSSUNNAH SEPUTAR DAKWAH DGN VIDEO BERGAMBAR

 🏮 RINGKASAN FATWA2 ‘ULAMA AHLUSSUNNAH SEPUTAR DAKWAH DGN VIDEO BERGAMBAR

 

1⃣ Lajnah Dâimah

SOAL:

هَلِ التَّصْوِيْرُ الَّذِي تَسْتَخْدِمُ فِيْهِ كَامِيْرَا الفِيْدِيُو يَقَعُ حُكْمُهُ تَحْتَ التَّصْوِيْرِ الفُوتُوغْرَافِي؟

Apakah gambar yg menggunakan pdnya kamera video hukumnya sperti gambar fotografi..?"

JAWAB:

نَعَم ، حُكْمُ التَّصْوِيْرِ بِالفِيدِيُو حُكْمُ التَّصْوِيْرِ الفُوتُوغْرَافِيِّ بِالمَنْع وَالتَّحْرِيمِ لِعُمُومِ الأَدِلَّةِ».

Iya, hukum gambar dgn video adlh hukum gambar dgn fotografi dlm larangan dan keharomannya sesuai dgn keumuman dalil.” [📚 fatwa (no.16259)]

2⃣ Asy-Syaikh Muhammad Nâshiruddîn Al-Albânîy rohimahullôh mengatakan:

كُلُّ الصُّوَرِ مُحرَّمَةٌ سَوَاءٌ كَانَتْ يَدَوِيَّةٌ أَو فُوتُو غْرَافِيَّةٌ أَو هَذِهِ (الموضة) الجَدِيْدَةُ الَّتِي سَمَّيْتَهَا -آنِفاً- (فِيْدِيُو)، كُلُّ هَذِهِ وَهَذِهِ وَهَذِهِ مُحرَّمَةٌ».

Setiap gambar adlh harom, sama saja dgn cara tangan, fotografi atau model baru yg skrg engkau namakan dgn (video), maka semua ini, ini dan ini adlh harom.” [📚 “Al-Ibrôz li aqwâlil ‘Ulamâ fie hukmit tilfâz” (hal.14)]

3⃣ Asy-Syaikh Ibnu Bâz rohimahulloh.

SOAL:

س: مَا حُكْمُ التَّغْسِيْلِ وَالتَّكْفِيْنِ عَنْ طَرِيْقِ الفِيْدِيُو؟

Apa hukum memandikan dan mengkafani (jenazah) melalui cara video ?"

JAWAB:

ج: التَّعْلِيْمُ يَكُونُ بِغَيْرِ الفِيْدِيُو لِمَا فِي الأَحَادِيْثِ الكَثِيْرَةِ الصَّحِيْحَةِ مِنَ النَّهْيِ عَنِ التَّصْوِيْرِ وَلَعْنِ المُصَوِّرِيْنَ».

Pengajaran dilakasanakan dgn tanpa video karena terdpt pd hadits2 yg byk lagi shohih, yg melarang dari menggambar dan melaknat org2 yg menggambar.” [📚 “As’ilah Al-Jam’iyyah Al-Khoiriyyah bi Syaqrô”]

Beliau juga mengatakan:

«وَظُهُورُ صُورَتِي لَيْسَ دَلِيْلاً عَلَيَّ اِجَازَتِي التَّصْوِيْر وَلاَ عَلَى رِضَايَ بِهِ فَاِنِّي لَمْ أَعْلَمْ أَنَّهُمْ صَوَّرُونِي».

Nampaknya gambarku bukanlah dalil pembolehan dariku ttg gambar, tdk pula juga bentuk keridhoanku pdnya, karena aku tdklah tahu bhwasanya mrka (mengambil) gambarku.” [📚 “Lajnah Dâimah” (1/460)]

4⃣ Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdî Al-Wâdi’îy rohimahulloh mengatakan:

»وَمُنْكَرٌ عَظِيْمٌ أَنْ يَقُومَ المُحَاضِرُ فِي المَسَاجِدِ يُحَاضِرُ النَّاسَ وَالمُصَوَّرَة أي الكَامِيْرَا مُوَجَّهَةٌ اِلَيْهِ ..... وَالبَثُّ المُبَاشِرُ أَيّ النَّقْلُ الحَيُّ دَاخِلٌ فِي التَّحْرِيْمِ فَهُوَ يُعْتَبَرُ صُوْرَةً وَالنَّاسُ يُسَمَّونَهَا صُورَةً فَهِيَ مُحَرَّمَةٌ«

Kemungkaran yg besar adlh ketika seorg pemberi ceramah di Masjid; memberikan ceramah kpd org2 dlm keadaan kamera menghadap ke arahnya... dan siaran langsung masuk juga pdnya dlm hal yg harom, maka hal tsb termasuk gambar, dan org2(pun) menamakannya juga gambar, dan ini adlh harom.”

[📚 “Hukmu Tashwîr” (70-71)]

5⃣ Asy-Syaikh Ahmad bin Yahyâ An-Najmîy rohimahullôh mengatakan:

«أَمَّا يَعْنِي ظُهُورُهُ عَلَى الشَّاشَةِ هَذَا لاَ شَكَّ أَنَّهُ مُنْكَرٌ ..»

Adapun nampaknya da’i di layar (TV), ini tdklah diragukan bhw itu mungkar.” [📚 “Al-Ibrôz li aqwâlil ‘Ulamâ fie hukmit tilfâz” (hal.32)]

6⃣ Asy-Syaikh Shôlih Al-Fauzân hafidzohullôh.

SOAL:

مَا حُكْمُ اسْتِخْدَامِ الوَسَائِلِ التَّعْلِيْمِيَّةِ مِن فِيدِيُو وَسِيْنِمَا وَغَيرِهِمَا فِي تَدْرِيْسِ المَوَّادِ الشَّرْعِيَّةِ كَالفِقْهِ وَالتَّفْسِيْرِ وَغَيرِهَا مِنَ المَوَّادِ الشَّرْعِيَّةِ‏؟‏ وَهَلْ فِي ذَلِكَ مَحْذُورٌ شَرْعِيٌّ‏؟‏ أَفْتُونَا مَأجُورِيْنَ‏.

"Apa hukukmnya menggunakan wasilah utk pengajaran dgn video dan sinema atau selain keduanya dlm mengajarkan bidang syari’ah seperti Fiqh, Tafsir atau selain keduanya dari bidang syari'ah..? Apakah dlm hal tsb ada larangan secara syari’at..? Berikanlah kami fatwa, semoga anda diberikan pahala.

JAWAB:

الَّذِي أَرَاهُ أَنَّ ذَلِكَ لَا يَجُوزُ؛ لِأَنَّهُ لاَبُدَّ أَن يَكُونَ مَصْحُوبًا بِالتَّصْوِيْرِ، وَالتَّصْوِيْرُ حَرَامٌ، وَليسَ هُنَاك ضَرُورَة تَدْعو إِلَيهِ‏.‏ والله أعلم

Dan yg aku pandang (dlm hal ini) adlh tdk boleh !, karena diharuskan darinya disertai dgn (pengambilan) gambar, dan gambar adlh harom. Dan tdklah ada disana namanya darurat yg dibutuhkan pdnya, Wa Allôhu a’lam.” [📚 “Al-Muntaqo” (no.513)

 

🏼 Disusun oleh: Ust Abu Muhammad Fuad Hasan Ngawi -hafidzhohulloh-.

💥⚔ *BANTAHAN ATAS SYUBHAT PECINTA YAYASAN & JAWABAN UNTUK RODJAIYUN*

 PERTANYAAN:

Bismillah,,,

Ustadz,mereka para hizbiyun mengatakan ttg yayasan dgn kaedah ini, apakah tepat Ustadz ?

 ﺍﻟﻮَﺳِﻴْﻠَﺔُ ﻟَﻬَﺎ ﺃَﺣْﻜَﺎﻡُ ﺍﻟﻤَﻘَﺎﺻِﺪِ

 Jazaakallohu khoiron Ustadz

 

JAWABAN:

Mereka perlu belajar kaidah fiqh dgn benar krn wasilah (sarana utk berdakwah -edt) yg dibenarkan adalah wasilah yg tiada penyelisihannya trhdp syari'at bukan, wasilah yg haram bukan pula menyerupai org kafir serta bid'ah

 

Adapun yayasan jelas bid'ah, haram serta penyerupaan trhdp org kafir

 

Dan ini berarti kaidah ahlu bida' sprt ikhwanul muflisun (Ikhwanul Muslimun ato PKS kalo di Indonesia -edt) dan semacam mereka yg di ingkari oleh ulama ahlis sunnah

الغاية تبرر الوسيلة

Tujuan membenarkan (menghalalkan) wasilah (segala cara).

 

Ini menunjukkan mereka sangat jauh dari pemahaman salaf dan bukanlah ahlus sunnah

 

Wallahul musta'an.

 

_*TANYA :*_

Bismillah,,, Ustadz ada dari rodjaiyun tanyakan ini 👇

1⃣ apakah berdakwah lewat media TV & membuat proposal (permohonan bantuan materi -edt), PRINSIPIL atau KHILAF BAINAL ULAMA...???

2⃣ kalo memang ustad2 itu hizbiyyun maka paparkan fakta yg memasukan mereka para (ustad2 sbgmana disebutkan diatas) dlm ciri-ciri hizbiyyun. Dan telah sepakat para ulama dgn Ciri-ciri tsb, dan bukan pesoalan yg masih dikhilafkan oleh mereka (para ulama ahlussunnah)..??

Mohon penjelasan Ustadz

 

_*JAWAB :*_

1⃣ Merupakan perkara yg prinsipil di antara ahlus sunnah adalah mengedepankan dalil alqur'an dan sunnah drpd ucapan selainnya setinggi apapun derajat pengucapnya dan dalil2 dari alqur'an dan sunnah menunjukkan perbuatan tsb merupakan kemaksiatan dan kebid'ahan dalam berdakwah. Meskipun ada dari kalangan ulama yg salah dan mengatakan itu boleh maka dia salah dalam ijtihadnya dan siapa yg taqlid kpd ulama tsb setelah dijelaskan kpdnya dalil dan hujjah maka dia mubtadi' krn taqlid sendiri adalah bid'ah

2⃣ tidak diragukan bahwa muqollid dan yg melakukan perkara bid'ah dan menyelisihi alqur'an dan sunnah stlh jelas baginya kmdn dia memilih bertaqlid dan membela bid'ah dan hawa nafsu dan mengedepankan ucapan yg menyelisihi ucapan Allah dan RasulNya maka dia itu mubtadi' dan bukanlah ahlus sunnah krn dia telah melanggar prinsip ahlus sunnah utk mengedepankan firman Allah dan sabda Rasul Nya atas ucapan selainnya

 

Adakah yg berselisih dari ulama ttg hal ini??

 

Tambah lagi dia mencela dan baro' serta mentahdzir ahlis sunnah disebabkan memperingatkan akan kemungkaran tsb.

 

Dan loyal kpd pelaku kebid'ahan yang ini merupakan ciri khas hizbiyyun

 

Semoga Allah memberi kami dan antum taufiq kepada jalan yg lurus dan istiqomah di atasnya dan tidak menjadi pembela para pelaku kebatilan dan pengkhianat yg dilarang oleh Allah ta'ala dalam  firmanNya:

ولا تجادل عن الذين يختانون أنفسهم

"Dan janganlah kamu debat utk membela org2 yg menghianati diri2 mrk sendiri."

Dan Allah berfirman:

ولا تكن للخائنينا خصيما

"Dan janganlah kamu jadi penentang demi membela para pengkhianat."

 

Wa billahit taufiq.

 

🏼 _*Dijawab oleh :*_ Ustadz Abu Abdirrohman Shiddiq bin Muhammad Al Bughisiy -hafidzhohulloh-

Bolehkah membangun Mesjid Sunnah di Dekat Mesjid Awwam?

👉 بسم هللا الرحمن الرحيم 👈


Pertanyaan dari sebagian ikhwah Salafiyyin: kami sedang dalam program membangun masjid untuk Salafiyyin di daerah kami dalam rangka untuk memisahkan diri dari ahli syirik wal bida’. Jarak antara masjid kami dengan masjid orang awam adalah sekitar dua puluh meter saja. 

 Sebelumnya kepala desa dan sebagian tokoh wilayah sini telah mengidzinkan kami untuk membangun masjid ini untuk kami mengerjakan shalat di dalamnya. Akan tetapi manakala kami sudah di tengah-tengah pembangunan masjid ini, tiba-tiba imam masjid awam meminta kami untuk tetap shalat di masjid mereka dan tidak memisahkan diri ke masjid yang baru. 

Apa yang harus kami lakukan sekarang? Bimbinglah kami, semoga Allah membalasi Anda dengan pahala yang terbaik dan memberkahi Anda. 

Jawaban dengan memohon pertolongan kepada Allah ta’ala: 

Jawaban ini dibangun sesuai pertanyaan yang masuk. Apabila kepala desa dan imam masjid awam telah menyetujui pembangunan masjid Salafiy tadi, maka urusannya insya Allah mudah. Akan tetapi jika imam masjid awam menampakkan ketidaksetujuan, maka urusannya agak sulit. 

Saya menyampaikan pertanyaan di atas kepada para ulama Salafiyyin sesuai dengan gambaran yang masuk pada waktu itu; yaitu: imamnya meminta agar Salafiyyun tetap sholat bersama mereka. Maka jawaban para ulama adalah sebagai berikut: 

Pertama: 

jawaban Fadhilatu Syaikhina Abdul Hamid Bin Yahya Al Hajuriy Az Zu’kuriy حفظه هللا” : 

Itu tidak baik. Jauhkanlah jarak di antara dua masjid”. Selesai penukilan. 


Kedua: 

jawaban Syaikhunal Fadhil Manshur Bin Ahmad Al Adibiy At Ta’ziy هللا حفظه: 

 “Masalah tadi –semoga Allah menjaga dan memeliharamu- harusnya ditanyakan sebelum ini. Adapun sekarang, kita tidak bisa apa-apa. Lebih utamanya sejak awal pembangunan adalah bahwasanya jarak di antara dua masjid itu berjauhan”. Selesai penukilan. 


Ketiga: 

jawaban Fadhilatu Syaikhina Abdurraqib Bin Ali Al Kaukabaniy هللا حفظه” : 

Yang kami nasihatkan kepada para ikhwah tadi –semoga Allah memberikan taufik pada kami dan mereka adalah: hendaknya mereka bertanya sebelum memulai amalan. Manakala telah terjadi apa yang sekarang berlaku; maka apabila masjid yang satu tidak akan membuat gangguan terhadap masjid yang lain dengan adzan, shalat, khotbah, maka silakan mereka melanjutkan urusan mereka dengan memohon pertolongan kepada Allah dan mengantisipasi kemungkinan adanya reaksi balik (dari jama’ah masjid awam) dengan cara hikmah dan kesabaran sampai orang-orang awam mau menerima pemikiran adanya masjid baru seiring dengan perjalanan waktu; terutama adalah dikarenakan jarak yang amat dekat sekali di antara dua masjid”. Jika terjadi gangguan melalui pengeras suara, dan fitnah membesar dengan adanya adu domba dari anggota masjid lama terhadap saudara-saudara kita Salafiyyin dan orang-orang tadi berusaha agar pihak penguasa mencabut idzin pendirian masjid baru itu dari tangan Salafiyyin, kami menasihatkan agar masjid baru itu dipindahkan fungsinya menjadi ma’had ilmiy atau madrasah Tahfizhul Qur’an Wal Hadits Nabawiy sambil para ikhwah menjaga baik-baik idzin pendirian masjid 2 tadi untuk membangun masjid yang lebih jauh daripada masjid yang sekarang, di wilayah yang sama. Dan hanya pada Allah saja kita memohon pertolongan”. Selesai penukilan. 


Keempat: 

jawaban Syaikhunal Fadhil Abu Ishaq Muhammad Bin Shalih Al Qaisiy Ash Shan’aniy هللا حفظه” :

Aku menasihatimu untuk meninggalkan pembangunan masjid itu. Dan aku khawatir pembangunan tadi masuk kepada masjid-masjid dhirar, apalagi mereka (jama’ah masjid pertama) adalah orang-orang awam. Dan semoga Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang tadi untuk mencintai Sunnah. Jika hal itu tidak bermanfaat, maka bangunlah oleh kalian masjid di tempat lain. Semoga Allah memberimu petunjuk, mengokohkan dirimu dan memberikan manfaat untukmu”. Selesai penukilan. 


Kelima: 

jawaban Syaikhunal Fadhil Abu Muhammad Abdul Karim Bin Ghalib Al Hasaniy هللا حفظه” : Jarak sedekat itu tidaklah diridhai. (Kami berharap) andaikata masyarakat memberikan pada mereka (Salafiyyin) keleluasaan di masjid itu, maka salah satunya (bangunan yang baru) dijadikan sebagai Madrasah Pendidikan Al Qur’an Was Sunnah, dan bangunan yang lain sebagai masjid”. Selesai penukilan. 


Keenam: 

jawaban Fadhilatu Syaikhina Abu Bilal Al Hadhramiy هللا حفظه” : Yang pertama: Semoga Allah membalasi kalian dengan pahala yang terbaik atas semangat kalian untuk menegakkan sunnah-sunnah di masjid-masjid kalian yang khusus untuk kalian (Salafiyyin). Akan tetapi andaikata kalian meminta nasihat sebelum ini, niscaya kami tidak akan menasihati kalian dengan ini, yang mana kalian membangun sebuah masjid yang berdekatan dengan masjid awam. Adapun jika masjid pertama tadi adalah masjid milik Ahli Ahwa dan milik Ahli Bida’, maka tidak mengapa kalian memisahkan diri sekalipun masjid-masjid menjadi berdekatan. Tidak mengapa membangun masjid untuk Ahlussunnah dikarenakan adanya bid’ah-bid’ah di masjid-masjid Ahli Bida’. Kita berlindung kepada Allah dari masjid-masjid Ahli Bida’ Wal Ahwa dan dilarangnya penegakan sunnah-sunnah di dalamnya. Maka ini adalah peperangan terhadap agama ini, maka tidak mengapa para Salafiyyun membangun masjid walaupun dekat (dengan masjid Ahli Bida’). Ini adalah masjid dhirar, masjid Ahli Bida’, maka yang asal adalah bahwasanya masjid Ahli Bid’a mernupakan masjid dhirar, yang aku maksudkan adalah masjid Mubtadi’ah, sekalipun dia itu lebih dulu ada, karena dia itu dhirar (membahayakan) terhadap sunnah-sunnah, dhirar terhadap kebaikan, dan tidak ditegakkan kecuali bid’ah-bid’ah. Kita berlindung kepada Allah. Tiada keberkahan pada masjid-masjid Ahli Ahwa. Akan tetapi apabila yang engkau ceritakan itu telah terjadi, dan sebagian tokoh telah mengidzinkan kalian. Bahkan walaupun sebagian dari pembesar desa tadi telah mengidzinkan kalian, tidak layak bagi kalian untuk melakukan itu: kalian membangun masjid dalam keadaan tidak ada jarak di antara masjid itu dengan masjid awam kecuali sekitar dua puluh meter saja. Adapun jika bangunan-bangunan dan gedunng-gedung di wilayah situ banyak, dan boleh jadi masjid ini tidak terlihat di desa yang besar; maka itu adalah perkara lain. Adapun jika tidak demikian, desa tadi hanyalah desa kecil, masyarakat merasa cukup dengan masjid itu saja, dan perpecahan manusia bertambah dengan adanya masjid kalian, dikarenakan banyaknya masjid-masjid, padahal itu (yang pertama) adalah masjid awam yang mana mereka mengidzinkan untuk kalian mengadakan 3 pelajaran-pelajaran dan sebagainya, dan mereka tidak memusuhi kita, tidak mengadakan peperangan terhadap kita, bahkan mereka bergembira jika kita mendatangi mereka dan berceramah di tempat mereka, maka hendaknya kita berceramah di masjid mereka sampai Allah memudahkan untuk kita masjid yang jauh dari masjid ini, di dalamnya kita akan bisa menegakkan sunnah-sunnah dan menegakkan apa saja yang kita inginkan. Adapun Ahlul Ahwa, maka engkau telah mendengar bahwasanya kita tidak boleh untuk tetap ada di masjid-masjid mereka selama kita mampu untuk mencari jalan ke masjid lain, kita keluar dari masjid-masjid mereka dan kita mendirikan masjid-masjid untuk kita walaupun berdekatan dengan masjid-masjid Ahlil Ahwa, karena masjid-masjid merek adalah masjid dhirar, sementara yang ini adalah masjid-masjid sunnah yang mana di dalamnya sunnah-sunnah itu dihidupkan, di dalamnya tauhid, dakwah kepada tauhid, dan ilmu, serta dakwah kepada ilmu itu dihidupkan. Dan inilah pokoknya. Adapun masjid-masjid Ahil Ahwa di dalamnya ada pematian ilmu, pematian tauhid dan pematian sunnah-sunnah. Maka dia adalah masjid-masjid yang “runtuh hingga menimpa atapnya sendiri”. Maka tetap tinggal di masjid-masjid Ahli Ahwa itu merupakan penyia-nyiaan terhadap sunnah-sunnah, penyia-nyiaan terhadap ilmu dan penyia-penyiaan terhadap kebaikan; dengan alasan kita sudah ada di samping masjid maka kita tidak boleh membangun masjid. Bahkan kita akan membangun masjid sekalipun di samping kita ada masjidmilik Ahlil Ahwa; demi menghidupkan agama Allah وتعالى سبحانه yang telah dimatikan oleh Ahlil Ahwa”. -sampai pada ucapan beliau yang terkait dengan membangun masjid di dekat masjid awam:- adapun bangunan yang telah dibangun itu maka hendaknya dijadikan sebagai Madrasah Aulad, atau yang lainnya. Hendaknya ini dijadikan sebagai Madrasah anak-anak perempuan yang khusus bagi mereka (Salafiyyin), anak-anak perempuan Ahlussunnah, tanpa ada fitnah, tanpa bercampur dengan para lelaki, atau Madrasah anak-anak lelaki. Inilah yang nampak, wallahu a’lam. Sekalipun niatnya semula adalah membangun masjid, akan tetapi Allah telah memudahkan untuk mereka masjid yang dekat (yaitu masjid awam yang dipandang oleh Syaikhuna Abu Bilal bisa diisi dengan ceramah oleh Ahlussunnah –pen). Boleh jadi orang-orang yang shalat akan terpecah-belah disebabkan oleh yang ini (bangunan masjid baru), maka kita harus bersemangat untuk mengumpulkan dan menyatukan kalimat kaum Muslimin di dalam satu masjid, di dalam masjid yang cukup luas untuk mereka, atau di masjid-masjid yang berbeda-beda apabila desanya itu juga terpencar-pencar, maka dibangunlah masjid-masjid untuk kaum Muslimin dan di dalamnya mereka bisa berkumpul, dari kalangan orangorang yang mencintai kebaikan, mencintai sunnah-sunnah, dakwah dan ilmu. Maka kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk ini. Adapun keberadaan masjid-masjid Ahlil Ahwa dalam keadaan kita terikat dan tidak memiliki masjid-masjid sendiri, maka itu tidak benar. Kesimpulan jawaban dari apa yang engkau tanyakan: Adapun perkara yang engkau sebutkan bahwasanya si imam telah mengidzinkan (untuk shalat dan mengajar di masjid awwam, menurut yang dipahami oleh Syaikhuna Abu Bilal –pen) inilah yang harus engkau ambil, dan inilah yang aku nasihatkan untuk kalian; selama kalian tidak merasakan adanya makar terhadap kalian, bahwasanya mereka hanya ingin mengembalikan kalian ke masjid mereka semata; tanpa kalian punya hak menjadi imam, tanpa kalian mampu menegakkan 4 sunnah-sunnah, tanpa kalian punya apa-apa, masjidnya tetap kosong dari ilmu, ilmu tidak ditegakkan di situ: “Itu terlarang, engkau tak boleh berbuat ini dan itu dan seterusnya”. Jika kalian melihat kebaikan hati imam pada kalian, dan kesetiaannya pada kalian, bahwasanya dia menyatukan kalian di dalam masjid ini: “Kita semua bersatu di masjid ini, Anda boleh mengadakan pelajaran-pelajaran sesuka Anda, masjid ini adalah masjid kalian, Anda menegakkan sunnah dan ilmu sesuka Anda” dan bangunan yang telah dibangun tadi atau dimulai pembangunannya itu hendaknya dijadikan sebagai madrasah untuk diambil manfaatnya oleh para Salafiyyun, dan tidak dijadikan sebagai masjid. Masjid di samping masjid lain hukum asalnya adalah haram. Haram dibangunnya masjid di samping masjid yang lain. Jika semua masjid yang ada adalah masjid Sunnah, atau masjid-masjid kaum Muslimin dibangun berdekatan dikhawatirkan akan saling membahayakan, dikhawatirkan akan terjadi pembuangan harta dan saling membahayakan, masjid-masjid ini, masjid-masjid yang dibangun terakhir akan dihukumi sebagai masjid dhirar karena tidak ada jarak antara keduanya selain dua puluh meter saja. Masjid macam apa ini? Aku menasihati kalian untuk meninggalkan masjid ini. Akan tetapi kalian boleh belajar dan mengambil faidah dari bangunan ini”. (Selesai penukilan yang diinginkan). 

Ada tambahan jawaban yang baru saja masuk: 


Ketujuh: 

jawaban Fadhilatu Syaikhina Zayid Bin Hasan Al Wushabiy هللا حفظه” :Semoga Allah memberimu penghormatan wahai Syaikh Abu Fairuz, dan memberikan berkah pada dirimu. Semoga Allah menjagamu. Kami dengan memuji Allah berada di dalam kebaikan. Urusan-urusan bagus di tempat kami. Dan engkau bagaimanakah kabarmu? Insya Allah urusan-urusanmu bagus. Kami memohon pada Allah وجل عز agar menjaga kalian, memberkahi kalian dan menolak dari kami dan kalian segala keburukan dan perkara yang tidak disukai. Dan insya Allah kita tetap saling berhubungan; karena engkau tahu tentang masalah telpon di sini, kami datang ke wilayah yang mana kami dapati jaringannya itu lemah sekali, terkadang surat-surat bisa diunduh setelah satu hari, risalah bisa engkau buka di hari berikutnya atau lebih, karena jaringannya lemah sekali, akan tetapi semoga Allah menolong kita. Sampai-sampai di jangka waktu yang panjang kami tidak mendapatkan jaringan. Akan tetapi insya Allah kita tetap berhubungan. Semoga Allah menjagamu. Adapun tentang jawaban dari pertanyaan itu: kami menasihati mereka, andaikata mereka mampu untuk menjauh. Akan tetapi dikarenakan mereka telah telanjur membangun, maka hendaknya mereka perhatikan lagi bagaimana keadaan mereka. Andaikata mereka mau berbuat dan menjauh ke arah yang lain, menjauh lebih banyak lagi, niscaya itu lebih baik, karena jarak yang hanya sekitar dua puluh meter saja itu akan terjadi tekanan dan perseteruan. Ini pertama. Yang kedua: jika masyarakat tadi adalah awam, maka urusan mereka itu mudah, karena orang awam itu sebagaimana yang engkau tahu boleh jadi mereka akan mau menerima dakwah dari waktu ke waktu. 5 Adapun jika mereka adalah Ahli Bida’ dan mereka tetap ada di atas kebid’ahan mereka, tiada keraguan bahwasanya nanti akan terjadi tekanan-tekanan terhadap Ahlussunnah, dan mereka lari dari Ahlussunnah, mereka berusaha melarikan orang dan mentahdzir dari Ahlussunnah ...” (Selesai penukilan yang diinginkan). 

Demikianlah pandangan-pandangan dan pengarahan-pengarahan dari para ulama kita tadi هللا حفظهم , adapun jika memang imam dan para penguasa tidak mempermasalahkan masjid baru tadi, baik sekarang ataupun di masa mendatang, maka itu adalah kenikmatan yang wajib disyukuri. وهللا أعلم بالصواب والحمد هلل رب العالمين. 

Ditulis dan diterjemahkan oleh Al Faqir Ilallah:Abu Fairuz Abdurrahman Bin Soekojo Al Indonesiy Al Jawiyوفقه هللا تعالى

Malaysia, 20 Jumadal Akhirah 1440 H

Janganlah Engkau Menyembunyikan Kebenaran

LARANGAN MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN KARENA TAKUT KEPADA MANUSIA ATAU KARENA KEINGINAN UNTUK MENDAPATKAN PENGHIDUPAN.


🖊 Berkata Asy Syaikh Al 'Allamah Al_baniy Rahimahullahu Ta'ala;

وفي الحديث : 
النهي المؤكد عن كتمان الحقّ
خوفا من النّاس ، أو طمعا في المعاش ، فكل مَن كتمه مخافة إيذائهم إياه بنوع من أنواع الإيذاء ؛ كالضرب والشتم وقطع الرزق ، أو مخافة عدم احترامهم إياه ، ونحو ذلك ؛ فهو داخل في النهي ومخالف للنبي صلى الله عليه وسلم ،  وإذا كان هذا حال من يكتم الحق وهو يعلمه ؛
فكيف يكون حال من لا يكتفى بذلك ، بل يشهد بالباطل على المسلمين الأبرياء، ويتهمهم في دينهم وعقيدتهم مسايرة منه للرعاع، أو مخافة أن يتهموه هو أيضا بالباطل إذا لم يسايرهم على ضلالهم واتهامهم ؟! 

فاللهم ثبتنا على الحق ، 
وإذا أردت بعبادك فتنة ؛ 
فاقبضنا إليك غير مفتونين .

”Pada hadits ini terdapat larangan yang ditekankan dari perbuatan menyembunyikan kebenaran karena takut kepada manusia atau karena keinginan untuk mendapatkan penghidupan. Jadi siapa saja yang menyembunyikan Al Haq  karena takut atas gangguan mereka terhadapnya dengan sesuatu yang menyakitkan, seperti pukulan, cacian, dan terputusnya rezeki, atau takut mereka tidak lagi menghormatinya, dan semisalnya, maka itu termasuk dalam larangan dan menyelisihi Nabi Shallallahu 'alaihi was Sallam.

Dan jika seperti ini keadaan orang yang menyembunyikan kebenaran dalam keadaan dia mengetahuinya, maka bagaimana lagi dengan keadaan orang yang tidak hanya sebatas melakukan hal itu saja (dengan menyembunyikan Al Haq, tidak mau menyampaikan, tambahan pent'), bahkan dia bersaksi secara bathil untuk menjatuhkan kaum muslimin yang tidak bersalah, menuduh sesat agama dan 'aqidah mereka demi mengikuti kemauan orang-orang awam, atau karena dia juga takut mereka akan menuduhnya dengan kebathilan jika dia tidak sejalan dengan mereka dalam kesesatan dan tuduhan dusta mereka.

Yaa Allah, kokohkanlah kami di atas kebenaran, dan jika Engkau ingin menimpakan fitnah kepada hamba-hamba-Mu, maka wafatkanlah kami dalam keadaan tanpa terfitnah."

📚 Silsilah Ash Shahihah, No. 168


✍️ *Faedah dari Al Ustadz Abu Hanan As-Suhaily Utsman As Sandakany حفظه الله تعالى*


#dakwah #alhaq

Jangan Berhenti dari menyuarakan Kebenaran, meski banyaknya ancaman

_*JANGAN BERHENTI DARI MENYUARAKAN AL HAQ KARENA BANYAKNYA ANCAMAN DAN TEKANAN SERTA KEKHAWATIRAN AKAN DISAKITI DI JALAN ALLAAH.*_

🖋️ Berkata Imam Ibnul Qayyim rahimahullah :

فلقد رأيتم ما جرى لأئمة الـ***إسلام من محن على الأزمان

Maka sungguh kalian telah melihat apa yang telah terjadi pada para imam Islam berupa ujian atas setiap zaman (atas perbuatannya ahli bathil)

 لاسيما لما استمالوا جاهلا*** ذا قدرة في الناس مع سلطان

Terkhusus lagi tatkala mereka (ahlul bathil) condong kepada para orang jahil yang punya kekuatan di tengah manusia bersama dengan penguasa,

 وسعوا إليه بكل إفك بين***بل قاسموه بأغلظ الأيمان

Mereka melakukan upaya atasnya dengan segala kedustaan yang jelas, bahkan mereka kuatkan dengan bersumpah atasnya dengan sumpah yang sangat keras (untuk melakukan kekejian),

 أن النصيحة قصدهم كنصيحة الشـ***ـيطان حين خلا به الأبوان....

Bahwa nasehat itu tidak ada maksud lain kecuali murni nasehat, sebagaimana nasehat syaitan ketika Adam dan hawa keduanya menyendiri dengan syaitan (dalam surga)

فهنالك ابتليت جنود الله من*** جند اللعين بسائر الألوان

Maka disitulah bala tentara Allah akan di uji dari tentara syaitan yang terlaknat dengan segala bentuk, 

ضربا وحبسا ثم تكفيرا وتبديعا***وشتما ظاهر البهتان

Berupa pemukulan, penjara, pengkafiran, pembid'aan, celaan, yang jelas itu adalah mengada_ada saja.

📚 Al_Kafiyah Asy_Syafiyah

Dan ini bukan suatu yang baru, sejarah telah mencatat bagaimana ujian yang menimpa Imam Ahlussunnah Ahmad bin Hambal, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab rahimahumullahu dan para pengikut kebenaran di setiap waktu dan tempat.

Dan seseorang hendaknya juga tidak takut menyampaikan Al Haq karena khawatir terputus pendapatannya, dan tidak dihormati lagi oleh manusia.

Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallam bersabda dari sahabat abu Sa'id Al_Khudri Radhiyallahu Anhu

لا يمنعن أحدكم هيبة الناس أن يقول في حق إذا رآه، أو شهده, أو سمعه 
“Jangan sekali-kali kewibawaan manusia itu menghalangi salah seorang dari kalian untuk mengucapkan kebenaran jika ia melihatnya, atau menyaksikannya, atau mendengarkannya.” (HR Ahmad dan dishohihkan Imam Al Albany dalam “Ash Shohihah/168 dan Imam Al Wadi’i rahimahulloh dalam Al Jami’ush Shohih 5/ 131).

🖊 Berkata Asy Syaikh Al 'Allamah Al_baniy Rahimahullahu Ta'ala;

وفي الحديث : 
النهي المؤكد عن كتمان الحقّ
خوفا من النّاس ، أو طمعا في المعاش ، فكل مَن كتمه مخافة إيذائهم إياه بنوع من أنواع الإيذاء ؛ كالضرب والشتم وقطع الرزق ، أو مخافة عدم احترامهم إياه ، ونحو ذلك ؛ فهو داخل في النهي ومخالف للنبي صلى الله عليه وسلم ، وإذا كان هذا حال من يكتم الحق وهو يعلمه ؛
فكيف يكون حال من لا يكتفى بذلك ، بل يشهد بالباطل على المسلمين الأبرياء، ويتهمهم في دينهم وعقيدتهم مسايرة منه للرعاع، أو مخافة أن يتهموه هو أيضا بالباطل إذا لم يسايرهم على ضلالهم واتهامهم ؟! 

فاللهم ثبتنا على الحق ، 
وإذا أردت بعبادك فتنة ؛ 
فاقبضنا إليك غير مفتونين .

”Pada hadits ini terdapat larangan yang ditekankan dari perbuatan menyembunyikan kebenaran karena takut kepada manusia atau karena keinginan untuk mendapatkan penghidupan. Jadi siapa saja yang menyembunyikan Al Haq karena takut atas gangguan mereka terhadapnya dengan sesuatu yang menyakitkan, seperti pukulan, cacian, dan terputusnya rezeki, atau takut mereka tidak lagi menghormatinya, dan semisalnya, maka itu termasuk dalam larangan dan menyelisihi Nabi Shallallahu 'alaihi was Sallam.



✍️ *Faedah dari Al Ustadz Abu Hanan As-Suhaily Utsman As Sandakany حفظه الله تعالى*


#dakwah #alhaq

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...