Baca Bagian Pertama 📄
(Sebuah Kesaksian & Penjelasan Atas Penyimpangan Manhaj Dakwah Ikhwanul Muslimin -Kalau di Indonesia Mereka Adalah PKS; Partai Keadilan Sejahtera)_
✍🏼 Oleh: Abu Abdillah
Ahmad bin Muhammad Asy-Syihhi
_*PASAL SATU : KONDISI SEBAGIAN PIMPINAN KELOMPOK INI DAN
KONDISI SEBAGIAN PIMPINAN KELOMPOK INI DAN MANHAJ MEREKA*_
Saudaraku, mudah-mudahan Allah Ta'ala menjagamu...
Saya ingin bertanya kepadamu satu pertanyaan, tidak hanya
satu, bahkan beberapa pertanyaan:
❓Apa yang kamu ketahui tentang
jamaah (kelompok) yang kamu ada di dalamnya?
❓ Apa yang kamu ketahui tentang
manhaj dari jamaah
ini...?
❓ Dan apa yang kamu mengerti dari
sebagian pimpinan dan pendiri jamaah ini...? Seperti Hasan Al-Banna, Tilmisani,
dan ... dan ...
❓ Apakah mereka berada dalam
al-haq atau tidak?
Jangan kamu tergesa-gesa dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini... kenapa..? Dikarenakan jika kamu mengatakan
kepadaku bahwa mereka diatas al-haq, maka akan saya tanyakan kepadamu: Apa
dalilnya...?
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِن
كُنتُمْ صَادِقِينَ
"Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu, jika
kamu adalah orang yang benar." (An Naml: 64)
Oleh karenanya saya katakan, kemarilah bersamaku untuk
melihat dan menelaah: Apakah jamaahmu berada dalam al-haq atau tidak? Dan apa
dalilnya...?
Maka kita memulai dengan menyebut para pendiri jamaahmu dan
pimpinannya agar kita mengetahui manhaj mereka dan sedikit dari perbuatan
mereka, akan tetapi... janganlah kamu marah, dan gelisah dulu, juga jangan
ta'ashub (fanatik golongan)! Dan janganlah kamu menyangkal, kecuali dengan
dalil !
Apabila kamu merasa ragu atau diragukan dengan apa yang saya
nukil dari sebagian perkataan dan perbuatan mereka... maka tidak ada jalan lain
bagimu, kecuali kamu merujuk kembali kepada rujukan-rujukan yang akan saya
jelaskan, dan rujukan itu adalah dari hasil karya para pemimpin jamaahmu
sendiri, bukan dari orang lain.
Saudaraku... -Mudah-mudahan Allah Ta'ala menjagamu-, apa
yang akan kamu katakan, kalau seandainya ada
seseorang yang mengabarkan kepadamu akan dirinya bahwa dia
merayakan bid'ahnya perayaan Maulid Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dalam
waktu 12 hari, dari awal bulan Rabi'ul Awwal setiap tahun, mengelilingi kampung
bersama para pengikutnya, bersuka ria sambil
mendendangkan
nasyid-nasyid..? Maka apakah kamu akan menyetujui dan diam (terhadap
kemungkaran itu)..?
Apakah kamu akan
mengikutinya? Dan menjadikannya sebagai pimpinanmu? Tidak ragu dan tidak
bimbang lagi: Tidak (jawabnya, pent), jika engkau dari kalangan Ahlus Sunnah
wal Jama'ah ! Kenapa? Karena apa yang dilakukannya adalah bid'ah sebagaimana
telah kamu ketahui ! Sekarang tahukah
kamu siapa dia? Dialah Hasan Al-Banna pendiri kelompok Ikhwanul Muslimin.
Jangan... jangan... jangan marah dulu ! Karena dia sendiri
yang berkata akan dirinya, bukan saya. Sebagaimana disebutkan dalam bukunya
Mudzakkiraat ad-Da'wah wa ad-Da'iyyah halaman 48 dalam judul Contoh yang Baik,
ketika beliau mengatakan: "Aku sebutkan bahwasanya sebagian dari kebiasaan
kami adalah keluar pada acara Maulid Nabi shalallahu 'alaihi wasallam pada
sebuah arak-arakan setelah sebelumnya
kumpul. Hal ini berlangsung setiap malam dari awal sampai
tanggal 12 Rabi'ul Awwal, dimulai dari rumah salah seorang ikhwan. Suatu malam
secara kebetulan kami bertemu, dan saat itu giliran pertemuan ada di rumah
saudara kami Syaikh Syalaby ar-Rajjaal, maka kami pergi
ba'da Isya' sebagaimana biasa, maka kami dapati sebuah rumah yang terang
benderang, bersih dan semua serba
siap. Kemudian dibaginya minuman kopi dan qirfah (sejenis
makanan dari kulit kambing) sebagaimana biasa. Dan kami keluar pada sebuah
arak-arakan sambil mendendangkan nasyid-nasyid tertentu dengan penuh suka cita
dan bahagia."
Perhatikanlah dan renungkanlah... mudah-mudahan Allah
merahmatimu.
Bahkan saudara dia (yakni Hasan Al-Banna), yaitu Abdurrahman
Al-Banna, menguatkan masalah ini sebagaimana di kitabnya Hasan Al-Banna bi
Aqlaami talaamidzatihi wa mu'ashirihi yang ditulis oleh Jabir Rizq, dalam judul
"Hasan Al-Banna zamiil ash-Shibaa wa Rafiq asy Syabab". Di mana
Abdurrahman Al-Banna mengatakan di halaman 71-72: "Maka berjalanlah -yakni
Hasan Al-Banna- dalam sebuah arak-arakan, sambil mendendangkan nasyid-nasyid
pujian kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam ketika hilal bulan Rabi'ul
Awwal telah nampak. Kami berjalan dalam sebuah arak-arakan di sore hari pada
setiap malam sampai malam 12 Rabi'ul Awwal sambil mendendangkan kasidah-kasidah
pujian kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dan diantara kasidah
terkenal yang kami dendangkan di acara yang penuh berkah ini:
"Bershalawat sang Ilah kepada Nur yang telah nampak
bagi alam yang melebihi matahari dan bulan."
Bait yang mulia didendangkan secara koor, sedangkan aku dan
saudaraku (yakni Hasan Al-Banna) mendendangkan bersama bait-bait di bawah ini:
"Sang kekasih bersama yang lain telah hadir Mengampuni
semua yang telah lewat dan berlalu Sungguh-sungguh beliau memutar khamrnya
Hampir-hampir cahayanya menghilangkan pandangan. Wahai Sa'ad, ulangilah bagi
kami penyebutan kekasih ini. Benar-benar mengacaukan pendengaran kami wahai
penyanyi. Sungguh beliau tidak menyusun larangan yang miring pakaiannya Tidak
diragukan lagi bahwa kekasih kaum telah hadir."
Tahukah kamu siapakah Al-Habib (kekasih) yang mereka
maksudkan telah hadir di tengah-tengah mereka..? Dan mengampuni dosa-dosa
mereka..? Tidak lain maksud mereka adalah Nabi shalallahu 'alaihi wasallam !
Laa haula wala quwwata illa billah.
Wahai saudaraku... demi Allah, kamu mesti sadar dari
kelalaianmu.. cemburulah kepada syariat dan akidahmu ! Karena, bagaimana
mungkin kamu ikuti orang yang mendudukkan nabimu memiliki sifat maghfirah
(mengampuni) yang itu adalah hak khusus bagi Allah Ta'ala saja.
Mereka beri'tikad bahwa nabi kita dan teladan kita Muhammad
shalallahu 'alaihi wasallam telah menghadiri bid'ah mereka dan mengampuni
dosa-dosa mereka. Maha Suci Engkau, wahai Rabb kami, ini adalah kedustaan yang
besar.
Saudaraku... mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepadaku
dan kepadamu ke jalan yang lurus.... Apa yang akan kamu katakan, kalau
seandainya seseorang bercerita kepadamu bahwa dia bergaul dengan ahli bid'ah
dan mengambil bid'ah dari mereka, bahkan terbiasa dengan majlis-majlis bid'ah
mereka yang mereka namakan hadhrah (kehadiran) tiap malam... sampai dia
berterus-terang kepadamu tentang masalah ini bahwasanya dia telah sangat
kenyang dengan fikrahnya (pemikiran) tarikat Al-Hashafiyyah yang bid'ah
itu...!? Tidak ragu lagi pasti dan pasti kamu akan sangat mengingkarinya... hal
ini dikarenakan dia telah berbuat bid'ah dalam ad diin ini.
Saya katakan: Tenanglah... jangan marah dulu, dikarenakan
Hasan Al-Banna adalah pimpinan jamaahmu ! Dia berkata di bukunya: Mudzakirat
ad-Da'wah wa ad-Da'iyah hal 23: "Dan aku berkawan dengan orang-orang
Al-Hashafiyyah di Damanhur, dan aku biasa hadir di masjid At-Taubah setiap
malam. Dan di halaman 27 dari kitab ini juga dia berkata: "Aku singgah di
kota Damanhur dalam kondisi kenyang dengan fikrah Al Hashafiyyah, kota Damanhur
ini adalah tempat dimakamkannya Syaikh Sayyid Hushain al-Hashafi, Syaikhnya
Tarikat Al-Hashafiyyah yang pertama.
Sekarang tahan sedikit dengan pertanyaanku... Apa yang akan
kamu katakan tentang menganggap entengnya Al-Banna pada khilaf yang terjadi
antara Salaf dan Khalaf tentang sifat Allah Ta'ala...? Dan apa yang kamu
katakan pula tentang tuduhannya (Al-Banna) kepada Salaf, bahwasanya Salaf itu
kadang-kadang menta'wil, kadang-kadang ghuluw (berlebihan) dan kadang-kadang
melampaui batas dalam hal ini (yakni dalam memamahi
sifat Allah Ta'ala)? Dan apa yang akan kamu katakan
tentang adopsi kepada madzhab Tafwidh? Mudah-mudahan Allah
menyelematkan aku dan engkau dari penyimpangan dan kesesatan.
Inilah yang dia (Al-Banna) jelaskan dalam kitabnya Al-'Aqaid
hal 74, tatkala dia mengatakan setelah membeberkan dua jalan, Salaf dan Khalaf:
"Dan dua tarekat ini (Salaf dan Khalaf) merupakan sumber khilaf yang besar
di antara ulama ahlul kalam dari imam-imam kaum muslimin. Dan masing-masing
mendasari madzhabnya dengan hujjah-hujjah dan dalil-dalil, seandainya kamu
teliti masalah ini pasti kamu akan mengetahui bahwasanya jarak perselisihan di
antara dua jalan ini (Salaf dan Khalaf) tidak berarti sedikitpun (dari
perselisihan ini), seandainya masing-masing dari dua kelompok ini meninggalkan
sikap memberontak dan melampaui batas, dan bahwasanya pembahasan dalam
permasalahan seperti ini tidak membawa hasil pada akhirnya kecuali satu, yaitu
tafwidh bagi Allah Ta'ala."
Dan perkataannya juga tentang tuduhannya kepada Salaf dengan
ta'wil hal 26: "Apabila telah ditetapkan ini, maka sepakatlah antara Salaf
dan Khalaf dalam asas ta'wil." Dan perkataannya juga pada hal 77-78:
"Dan kesimpulan dari pembahasan ini ialah bahwasanya Salaf dan Khalaf
telah bersepakat bahwa yang dikehendaki adalah bukan zhahir yang diketahui
diantara manusia, maka inilah ta'wil secara umum. Dan kedua kelompok ini (Salaf
dan Khalaf) sepakat pula bahwasanya setiap ta'wil yang berlawanan dengan
dasar-dasar syariat adalah tidak diperbolehkan. Maka perselisihan ini terbatas
hanya pada menta'wil lafazh-lafazh yang dibolehkan oleh syara', dan ini masalah
yang sepele sebagaimana kamu lihat. Dan
masalah yang mestinya orang-orang salaf kembali lagi
kepadanya. Sementara masalah yang paling penting untuk diarahkan dan
diperhatikan oleh kaum muslimin
saat ini adalah mengarahkan dan menuju kepada persatuan
barisan dan penyatuan kalimat semacam kita."
Aku katakan: Nukilan ini sebagaimana kamu lihat
-mudah-mudahan Allah menjagamu- tidak ada satu makalah pun (perkataannya
Al-Banna), kecuali ada tiga point yang mestinya diperhatikan.
PERTAMA : Tuduhannya (Al-Banna) kepada Salaf bahwa mereka
kadang-kadang Tafwidh *[1]*, dan kadang-kadang suka menta'wil, dan orang-orang
salaf berlepas diri dari tuduhan ini.
_________________
_*Catatan Kaki :*_
*[1]* ketika dia (alBanna) berkata tentang madzhab salaf
dalam mengimani sifat-sifat Allah Ta'ala hal 75: "Aku telah mengetahui
bahwa madzhab orang salaf pada ayat-ayat dan hadits-hadits yang berkaitan
dengan sifat-sifat Allah Ta'ala, mereka menyikapi ayat-ayat dan hadits-hadits
itu sebagaimana adanya dan mereka diam dari menafsirinya *[#]* atau
menta'wilnya." Pada hal 66 dia berkata: "Adapun orang-orang salaf
-semoga Allah meridhai mereka-, mereka mengatakan: "Kami beriman dengan
ayat-ayat dan hadits-hadits ini sebagaimana adanya, dan kami membiarkan
penjelasan maksudnya Allah Ta'ala." Maka menetapkan adanya tangan, maka
bersemayam (istiwa'), sifat tertawa, sifat heran.. dan sebagainya, yang semua
itu dengan makna-makna yang kita tidak mengetahuinya." (Kitab 'Aqa'id).
Aku katakan: Yang nampak olehku -wallahu a'lam- bahwa Al-Banna belum jelas
baginya madzhab as-salaf dalam masalah ini. Hal ini terlihat jelas pada
perkataannya tentang orang-orang salaf dalam mengimani sifat- sifat Allah
Ta'ala, bahwa mereka dia dari menafsirinya. Dan perkataannya juga, bahwa semua
itu yakni "menyikapi sifat-sifat Allah dengan makna-makna yang kita tidak
mengetahuinya", tidak ragu lagi bahwa ini adalah tafwidh. Dan salaf
rahimahullah berlepas diri dari tuduhan ini sebagaimana kamu ketahui, bahwa
mereka menafsiri sifat-sifat Allah dari sisi makna tidak dari sisi hakikat dan
keberadaannya.
*[#]* Sementara imam Sufyan Ibnu Uyainah berkata:
"Semua apa yang Allah Ta'ala telah menyifati diri-Nya dalam kitab-Nya maka
tafsirnya adalah membacanya dan diam." (Lihat Aqidatus Salaf Ashabul
Hadits, hal. 70). Pent.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar