Tampilkan postingan dengan label Ibnul Qoyyim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ibnul Qoyyim. Tampilkan semua postingan

HATI2 LAH DARI UJUB TERHADAP DIRIMU & MEMANDANG RENDAH SAUDARAMU....!


〰〰〰〰〰〰〰〰

🔵Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata:

 

'' إذا فتح الله عليك في باب قيام الليل،  فلا تنظر للنائمين نظرة ازدراء

وإذا فتح الله عليك في باب الصيام

فلا تنظر للمفطرين نظرة ازدراء

وإذا فتح الله عليك في باب الجهاد

فلا تنظر للقاعدين نظرة ازدراء

فرب نائم ومفطر وقاعد ..

أقرب إلى الله منك...

وإنك أن تبيت نائماً وتصبح

نادماً خير من أن تبيت قائماً

وتُصبح معجباً، فإنَّ المُعجَب

لا يصعد له عمل".

 

"Apabila Alloh bukakan atasmu pintu (sehingga bisa) qiyamullail maka jangan engkau memandang orang2 yang tertidur dg pandangan perendahan.

Apabila Alloh bukakan atasmu pintu (sehingga bisa) berpuasa maka jangan engkau memandang orang2 yang berbuka dg pandangan perendahan.

Apabila Alloh bukakan atasmu pintu (sehingga bisa) berjihad maka jangan engkau memandang orang2 yang tinggal (tdk ikut berangkat jihad) dg pandangan perendahan.

Sebab, barangkali seorang yang tidur, berbuka & tinggal (tidak ikut berangkat jihad) lebih dekat dengan Alloh daripada dirimu.

 

❗️Sesungguhnya, engkau semalaman dalam keadaan tertidur dan paginya dalam keadaan penuh sesal (karena terlewatkan qiyamullail) itu lebih bagus daripada engkau semalaman berdiri (sholat malam) kemudian paginya dalam keadaan ujub (berbangga dengan amalannya sendiri).

Karena seorang yg ujub, tidak akan naik amalannya (di sisi Alloh).

 

📚 Madarijussalikin 1/ 177

〰〰〰〰〰〰〰〰〰

📝 Sungguh sifat ujub memiliki akibat yang fatal bagi pemiliknya.

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

 

بينما رجل يتبختر في بردين وقد أعجبته نفسه خسف الله به الأرض فهو يتجلجل فيها إلى يوم القيامة (متفق عليه)

 

"Tatkala seseorang lelaki berjalan dengan kesombongan dengan dua pakaian yang dia kenakan, melihat kagum pada dirinya, maka Allah tenggelamkan dirinya ke dalam perut bumi, dan dia terhujam di dialamnya hingga hari kiamat (muttafaq ‘alaihi).

 

Ingatlah pelajaran yg Alloh berikan pada perang hunain:

 

ويوم حنين إذ أعجبتكم كثرتكم فلم تغن عنكم شيئا وضاقت عليكم الأرض بما رحبت ثم وليتم مدبرين

 

"Dan inggatlah pada hari Hunain, tatkala kalian berbangga-bangga dengan jumlah kalian yang banyak, ternyata jumlah tersebut tidak dapat mendatangkan kebaikan apapun untuk kalian, dan bumi menjadi sempit bagi kalian lantas kalianpun lari tunggang –langgang. (At Taubah: 25)

 

Apa yang hendak kita banggakan....

Inilah imam Ahmad yg telah Alloh muliakn dg ilmu, ibadah dan kekokohan menghadapi fitnah.

Beliau berkata:

ﻧﺤﻦ ﻗﻮﻡ ﻣﺴﺎﻛﻴﻦ ، ﻟﻮﻻ ﺳﺘﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻻﻓﺘﻀﺤﻨﺎ

"Kami ini kaum yang pantas dikasihani, kalaulah bukan karena tirai dari Alloh (yg menutup aib-aib kami) maka sungguh (aib2 yg ada pada) kami itu akan terkuak dg jelas. (Hilyah li Abi Nu'aim).

 

اللهم استر عوراتنا يا رب

〰〰〰〰〰〰〰〰

➖➖➖➖➖➖➖➖➖

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿



🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 

mengikuti hawa nafsu maka akhirnya adalah kehinaan

*📌 قــال الامــام ابــن القــيم*
*ـ رحمــہ اللـہ تعالـﮯ ـ*

*☜ لــڪـل عـبــد بــدايــة ونهــايــة فمـن ڪــانت بـدايتـــه اتبــا؏ الهـوى ڪــانت نهـايتــه الذل والصَّغــار والحــرمــان والبــلاء.*


*📓【 روضــةالمحبــين (صـ 483 ) 】*


*Berkata Al-Imam Ibmul Qoyyim -rohimahulloh-:*

*Setiap hamba memiliki permulaan dan akhir maka barangsiapa yang permulaannya mengikuti hawa nafsu maka akhirnya adalah kehinaan, kerendahan, terhalang dari kebaikan, dan musibah.*

*[Roudlotul Muhibbin/hal 483].*


*Diterjemahkan oleh al-faqir ilalloh: Abu Saif Mufti, semoga Alloh menjauhkan kita dari sebab2 kehinaan.*

*Faedah dari Al Ustadz Abu Saif Mufti Jombang حَفِظَهُ اللّٰه*

🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 

Ilmu adalah cahaya yang dapat memisahkan antara kebenaran dari kebatilan

✍🏻‏ قال ابن القيم رحمه الله :

" فليس العلم كثرةَ النقل ، والبحث ، والكلام ..

ولكنه نور يُميّز به بين صحيح الأقوال من سقيمِها .. وحقها من باطلِها "

- اجتماع الجيوش ص٧٧ -


Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

Bukanlah ilmu itu dengan banyaknya penukilan, pembahasan, dan ucapan...

Akan tetapi dia adalah cahaya yang dia memilah dengannya antara ucapan yang benar dan ucapan yang sakit...dan yang benar dari yang batil.

Ijtima' Al Juyush hal. 77

@markiztoraut



🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 

BAHAYA PANDANGAN MATA

BAHAYA PANDANGAN MATA

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Dan pandangan mata adalah sumber dari mayoritas kejadian-kejadian yang menimpa manusia, karena sesungguhnya pandangan mata itu akan melahirkan bisikan hati. Dan bisikan hati melahirkan pikiran. Kemudian pikiran tadi melahirkan syahwat. Kemudian syahwat melahirkan keinginan, kemudian hal itu menguat hingga menjadi tekad yang kuat, lalu terjadilah perbuatan, dan itu pasti selama tidak ada suatu penghalang yang menghalanginya. Dan di dalam masalah inilah dikatakan: “Kesabaran untuk menundukkan pandangan mata itu lebih mudah daripada kesabaran untuk memikul rasa sakit terhadap kejadian setelah itu.” Oleh karena itulah sang penyair berkata:

كل الحوادث مبداها من النظر ... ومعظم النار من مستصغر الشرر
كم نظرة بلغت فى قلب صاحبها ... كمبلغ السهم بين القوس والوتر
والعبد ما دام ذا طرف يقلبه ... فى أعين العين موقوف علي الخطر
يسر مقلته ماضر مهجته ... لا مرحبا بسرور عاد بالضرر

“Setiap kejadian itu awalnya adalah dari pandangan mata, dan kebanyakan api itu berasal dari percikan yang dianggap kecil,
Alangkah banyaknya pandangan mata yang sampai ke dalam hati pemilik mata tadi bagaikan sampainya anak panah yng ada di antara busur dan talinya, Dan hamba itu selama dia sering melihat ke mata wanita yang ini dan mata wanita yang itu dia itu berdiri di posisi yang berbahaya,
Dia gembira dengan perbuatan kecilnya tadi yang justru membahayakan langkahnya. Tidak ada ucapan selamat datang bagi kegembiraan yang mendatangkan bahaya.”


Dan termasuk dari bahaya pandangan mata adalah: bahwasanya dia itu mewariskan penyesalan, desah kegalauan dan terbakarnya hati. Sang hamba melihat sesuatu yang dia tidak mampu untuk menguasainya dan tidak mampu bersabar darinya. Dan ini termasuk siksaan yang paling besar: manakala engkau melihat sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar darinya atau dari sebagiannya, dan engkau tidak menguasainya.”

(selesai dari “Al Jawabul Kafi”/hal. 106).

( Ketentraman Jiwa Saat Musibah Melanda | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman Al Jawiy حفظه الله )



🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

Beberapa Langkah Mengobati Pedihnya Musibah - 2

Beberapa Langkah Mengobati Pedihnya Musibah

Ditulis Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
------------------------------

Yang kedua: dia harus yakin bahwasanya apa yang menimpa dirinya itu sudah ditaqdirkan oleh Alloh, dan pengaturan-Nya itu pasti baik untuk sang hamba. Barangsiapa yakin akan bagusnya pengaturan Alloh, dan betapa besarnya kasih sayang Alloh untuknya, dia akan yakin bahwasanya yang Alloh pilihkan untuk menimpa dirinya itu adalah yang terbaik untuk dirinya jika dia menghadapi musibah tadi dengan kesabaran dan setia pada syari’at. 

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ﴾ [البقرة: 216]

“Dan bisa jadi kalian membenci sesuatu dalam keadaan dia itu lebih baik untuk kalian, dan bisa jadi kalian menyukai sesuatu dalam keadaan dia itu lebih buruk untuk kalian, dan Alloh mengetetahui, sementara kalian tidak mengetahui.”

Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata:
"Maka lihatlah orang yang menanami suatu kebun dari kebun-kebun yang ada, yang dia itu ahli bercucuk tanam, menanami kebun, merawatnya dengan pengairan dan perbaikan, hingga pepohonannya itu berbuah, lalu petani ini memisahkan urat-uratnya, memotongi dahan-dahannya, karena dia tahu bahwasanya jika dibiarkan sesuai keadaannya itu maka buahnya tidak bagus. Dia memberinya makan (sistem menyambung atau melekat) dari pohon yang buahnya bagus, sampai jika pohon yang ini telah melekat dengan pohon yang itu, dan menyatu, serta memberikan buahnya, si petani mendatanginya dengan alat potongnya, dia memotongi dahan-dahannya yang lemah yang bisa menghilangkan kekuatan pohon itu, dan apa yang akan tertimpa padanya kesakitan, dipotong dan sakitnya kena besi demi kemaslahatan dan kesempurnaan pohon itu, agar menjadi baiklah buahnya untuk dihadirkan kepada para raja.
Kemudian si petani tidak membiarkan pohon tadi mengikuti tabiatnya untuk makan dan minum sepanjang waktu, bahkan di suatu waktu dia membuatnya haus, dan di waktu yang lain dia memberinya minum, dan tidak membiarkan air sentiasa menggenanginya sekalipun yang demikian itu membuatkan daunnya lebih hijau dan lebih mempercepat tumbuhnya. Kemudian dia menuju ke pada hiasan tersebut yang dengannya pohon tadi berhias, yaitu dedaunannya, dia membuang banyak sekali dari hiasannya tadi karena hiasannya itu menghalangi kesempurnaan kematangan buah dan keseimbangannya sebagaimana di pohon anggur dan semisalnya. Dia memotong bagian-bagian itu dengan besi dan membuang banyak hiasannya. Dan yang demikian itu, adalah benar-benar kemaslahatan untuk pohon itu. Seandainya pohon itu punya indra pembeza dan alat pengetahuan seperti haiwan, pastilah dia akan menduga bahwasanya perlakuan tadi merosak dirinya dan membahayakan dirinya, padahal itu benar-benar kemaslahatan untuk dirinya.


Demikian pula seorang bapak yang berbelas kasihan pada anaknya, yang tahu akan kemaslahatan anaknya, jika dia melihat kemaslahatannya itu ada pada pengeluaran darah yang rosak dari badannya, sang bapak akan melukai kulitnya dan memotong uratnya serta menimpakan padanya rasa yang sangat sakit. Dan jika dia melihat kesembuhan sang anak ada pada pemotongan salah satu anggota badannya, dia akan memisahkan anggota badan tersebut darinya. Yang demikian itu adalah kasih sayang untuknya dan belas kasihan untuknya. Dan jika dia melihat bahwasanya kemaslahatan anaknya itu ada pada penahanan pemberian, dia tidak memberi anaknya dan tidak memperluas pemberian untuknya karena dia mengetahui bahwasanya hal itu adalah sebab terbesar bagi kerusakannya dan kebinasaannya. Dan demikian pula sang ayah menghalanginya dari kebanyakan keinginannya dalam rangka melindunginya dan untuk kemaslahatan dirinya, bukan karena kikir kepadanya.

__Maka Sang Hakim Yang paling bijaksana, Sang Maha Penyayang, Sang Maha tahu, Yang mana Dia itu lebih sayang kepada para hamba-Nya daripada kasih sayang mereka kerhadap diri mereka sendiri, dan lebih sayang pada mereka daripada ayah ibu mereka: jika Dia menurunkan kepada mereka perkara yang mereka benci, maka hal itu lebih baik untuk mereka daripada Dia tidak menurunkannya kepada mereka, karena Dia memang memperhatikan mereka, baik kepada mereka, dan lembut kepada mereka. Andaikata mereka di izinkan untuk memilih bagi diri mereka sendiri, nescaya mereka tidak mampu menegakkan kemaslahatan diri mereka sendiri, secara ilmu, kehendak, dan amalan. Akan tetapi Alloh Yang Maha suci itulah Yang mngurusi pengaturan urusan mereka dengan tuntutan dari ilmu Dia, hikmah Dia, dan kasih sayang Dia, sama saja: mereka suka ataukah tidak suka.__

Maka orang-orang yang yakin akan nama dan sifat Alloh mengetahui yang demikian itu, sehingga mereka tidak menuduh Alloh dengan suatu tuduhan apapun dalam hukum-hukum-Nya. Dan hal ini tidak diketahui oleh orang-orang yang tidak tahu nama-nama dan sifat-sifat Alloh, sehingga mereka menentang Alloh dalam pengaturan-Nya, dan mereka mencela-Nya dalam hikmah-Nya, mereka membantah hukum-Nya dengan akal-akal mereka yang rosak dan rasional mereka yang batil, serta politik-politik mereka yang tidak adil. Maka mereka itu tidak mengenal Robb mereka, dan mereka juga tidak menghasilkan kemaslahatan diri mereka sendiri. Dan hanya Alloh sajalah Yang memberikan taufiq.

Dan bila saja sang hamba memperoleh pengetahuan ini, dia di dunia akan tinggal di suatu syurga sebelum di Akhirat, yang mana tidak ada kenikmatan yang menyerupainya kecuali kenikmatan Akhirat, karena orang ini terus-menerus ridho kepada Robb-Nya. Sementara keridhoan itu adalah syurga dunia dan tempat pengisytirehatan orang-orang yang mengenal Alloh, karena sesungguhnya dia itu jiwanya tenteram dengan taqdir-taqdir apapun yang terjadi padanya, yang mana taqdir itu adalah pilihan Alloh untuknya. Dan keridhoan itu adalah ketenangan jiwa kepada hukum-hukum agama Alloh.
Dan inilah yang namanya: kita meridhoi Alloh sebagai Robb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rosul. Dan orang yang tidak mendapatkan ini, dia belum merasakan nikmat keimanan. Dan keridhoan ini sesuai dengan kadar pengetahuan hamba tentang keadilan Alloh, hikmah-Nya, rohmat-Nya, dan bagusnya pilihan-Nya. Maka semakin sang hamba mengetahui yang demikian itu, dia akan semakin ridho pada Alloh. Maka ketetapan Robb Yang Maha suci kepada hamba-Nya itu beredar di antara keadilan, kemaslahatan, hikmah, dan rohmah, tidak keluar dari yang demikian itu sama sekali."


(selesai dari “Al Fawaid”/hal. 92-94).

(Dikutip dari buku : Ketentraman Jiwa Saat Musibah Melanda )



🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

telanlah dalam dalam sifat sabar

👑 Berkata Imam Ibnu Qoyyim رحمه الله تعالى :

_*TELANLAH DALAM² SIFAT SABAR*_ 

 

👉  _*Jika dia membunuhmu maka dia akan membunuhmu dalam keadaan SYAHID,*_

👉  _*Dan jika dia menghidupkanmu maka dia akan menghidupkanmu dalam keadaan MULIA.*_ 

 

📚 Madarijus Saalikin 2/159.

 

 

‏ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ رحمه الله :

 

      ﺗﺠﺮَّﻉ ﺍﻟﺼﺒﺮ ،

ﻓﺈﻥْ ﻗـﺘﻠﻚَ ؛ ﻗـﺘﻠﻚَ ﺷﻬﻴﺪﺍ ،

ﻭﺇﻥْ ﺃﺣﻴﺎﻙ ؛ ﺃﺣﻴﺎﻙ ﻋﺰﻳﺰﺍ

 

📝 ﻣﺪﺍﺭﺝ ﺍﻟﺴﺎﻟﻜﻴﻦ (١٥٩/٢).



🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 

📡 https://t.me/fawaaidassunnah

asal dari setiap bencana dan kejelekan

💡Berkata Ibnul Qoyyim _Rahimahullaahu Ta'ala_;

*"Dan tanpa diragukan lagi, bahwasanya menjadikan (memberikan kesempatan) kepada wanita-wanita dengan bercampurnya mereka dengan kaum lelaki, adalah asal dari setiap bencana dan kejelekan.*

*Bahkan dia adalah merupakan sebesar-besar sebab turunnya siksaan secara merata."*

📚 Atthurqul Hukmiyyah 267

Maros, 23 Rabi'ul Awwal 1438H

🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾

Ikuti NashihatuLinnisa' di TELEGRAM

🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

ORANG YANG MENINGGALKAN SHOLAT ITU TIDAK MENDAPATKAN KETENTRAMAN HATI

ORANG YANG MENINGGALKAN SHOLAT ITU TIDAK MENDAPATKAN KETENTRAMAN HATI

Ditulis Oleh :
Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
------------------------------------

Orang yang meninggalkan sholat itu tidak mendapatkan ketentraman hati

Sesungguhnya Alloh telah menjanjikan kehidupan yang baik untuk orang yang beriman dan bertaqwa, sebagaimana Firman-Nya subhanah:

﴿مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾ [النحل/97]

“Barangsiapa beramal sholih baik dia itu lelaki ataupun perempuan dalam keadaan dia itu mukmin, pastilah Kami akan memberinya kehidupan yang bagus, dan pastilah Kami akan membalasi mereka pahala mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang dulu mereka lakukan.”

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Maka mukmin yang ikhlas karena Alloh adalah termasuk orang yang paling bagus hidupnya, dan paling nikmat pikirannya, paling lapang dadanya dan paling gembira hatinya. Dan ini adalah Jannah yang disegerakan sebelum Jannah yang di Akhirat. –sampai pada ucapan beliau:- dan tiada sesuatupun secara mutlak yang lebih bermanfaat bagi hamba daripada konsentrasinya kepada Alloh, sibuknya dia dengan mengingat-Nya, bersenang-senang dengan mencintai-Nya, lebih mendahulukan keridhoan-Nya. Bahkan tiada kehidupan, kenikmatan, kesenangan, dan kegembiraan kecuali dengan itu. Maka ketiadaannya itu adalah sesuatu yang paling menyakitkan untuknya, dan siksaan yang paling keras terhadapnya.” 

(“Al Jawabul Kafi”/hal. 223).

Dan termasuk sebab terbesar ketentraman hati adalah: penegakan sholat. Dari seorang Anshor rodhiyallohu ‘anh yang berkata: aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

« قم يا بلال أقم فأرحنا بالصلاة ».

“Bangkitlah wahai Bilal, kumandangkan iqomat, maka tentramkanlah kami dengan sholat.” 

(HR. Abu Dawud (4988) dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (907)).

Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: 

Tidak ada satu orang mukminpun kecuali dia mendapatkan di dalam hatinya rasa cinta pada Alloh, ketenangan dengan mengingat-Nya, bersenang-senang dengan mengenal-Nya, keledzatan, kesenangan dengan mengingat-Nya dan berbisik-bisik dengan-Nya. Dan yang demikian itu bisa menguat dan melemah, bertambah dan berkurang sesuai dengan iman sang makhluq. Maka setiap orang yang imannya sempurna, kenikmatan dia dengan perkara ini adalah lebih sempurna. 

Oleh karena itulah Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya:


\«حُبِّب إليّ من دنياكم النساء والطيب - ثم قال - وجعلت قرة عيني في الصلاة».

“Dijadikan pada diriku dari dunia kalian rasa cinta pada perempuan dan minyak wangi.” Lalu beliau bersabda: “Dan dijadikan kesejukan hatiku di dalam sholat.” 

(HR. Ahmad (12315) dan An Nasaiy (3939) dan yang lainnya, dari Anas rodhiyallohu ‘anh. dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” no. (100)).

Dulu beliau shollallohu ‘alaihi wasallam berkata:

«أرحنا بالصلاة يا بلال»

“Wahai Bilal, tentramkanlah kami dengan sholat.” 

(“Majmu’ul Fatawa”/8/hal. 143).

❗️❗️Adapun orang yang meninggalkan sholat maka sungguh dia itu dihalangi dari ketentraman syar’iyyah yang sejati, bahkan dia akan tertimpa kebalikan dari itu karena jauhnya dia dari Tuannya yang sebenarnya.❗️❗️

---------------

( “Nashihatun Mu’ajjalah Li Man Shoma Romadhon Wa Tarokash Sholatal Maktubah” Terjemah Bebas: “Empat Puluh Tiga Kerugian Jika Sholat Wajib Ditinggalkan” )

🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

ORANG YANG MENINGGALKAN SHOLAT ITU TERSESAT

ORANG YANG MENINGGALKAN SHOLAT ITU TERSESAT

Ditulis Oleh :
Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
------------------------------------

Orang yang meninggalkan sholat itu tersesat

Sesungguhnya Alloh ta’ala telah menjadikan penegakan sholat itu sebagai salah satu sebab datangnya hidayah, sebagaimana dalam firman-Nya:

﴿إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ الله مَنْ آمَنَ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا الله فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِين﴾ [التوبة/18]،

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Alloh itu orang-orang yang beriman pada Alloh dan Hari Akhir, menegakkan sholat, membayar zakat, dan tidak takut kecuali kepada Alloh. Maka semoga mereka itulah yang akan menjadi orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”

Firman-Nya:

﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُون﴾ [البقرة/2، 3].

“Yang Kitab ini tiada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang beriman pada yang ghoib (tersembunyi), menegakkan sholat, dan mereka menginfaqkan sebagian dari apa yang Kami rizqikan pada mereka.”

Dan dari Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anh yang berkata: __“Barangsiapa suka untuk besok berjumpa Alloh sebagai seorang muslim, maka hendaknya dia menjaga sholat-sholat tersebut kapan saja dia diseru untuk menunaikannya, karena sesungguhnya Alloh telah mensyariatkan untuk Nabi kalian shollallohu ‘alaihi wasallam sunnah-sunnah petunjuk, dan sesungguhnya sholat-sholat tadi termasuk dari sunnah-sunnah petunjuk. Seandainya kalian sholat di rumah-rumah kalian sebagaimana sholatnya orang yang tertinggal ini di rumahnya, sungguh kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Dan jika kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, pastilah kalian itu tersesat. Dan tiada seorangpun yang bersuci, lalu memperbagus pensuciannya, kemudian sengaja berangkat ke masjid dari masjid-masjid ini, kecuali Alloh akan mencatat untuknya dengan setiap langkahnya satu kebaikan, dan mengangkat dengannya satu derajat, dan menghapuskan dengannya darinya satu kejelekan. Dan sungguh kami telah melihat tidak ada yang tertinggal dari sholat-sholat tadi kecuali munafiq yang telah diketahui kemunafiqannya. Dan sungguh dulu ada orang yang didatangkan dipapah di antara dua orang hingga diberdirikan dalam shoff (barisan).” 

(HR. Muslim (654)).__

Maka orang yang meninggalkan sholat jama’ah, sungguh dia telah meninggalkan jalan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam . Dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh dia telah tersesat. Maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan sholat sama sekali? Tidak diragukan lagi bahwasanya dirinya berada dalam kesesatan yang nyata.
Sementara itu, sang hamba itu sangat perlu pada hidayah (petunjuk) Alloh di setiap waktu.

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Dan telah diketahui bahwasanya perkara yang tidak diketahui oleh hamba itu berlipat-lipat daripada apa yang telah diketahuinya, dan bahwasanya setiap perkara yang telah diketahuinya bahwasanya itu adalah benar, maka jiwanya tidak maau menaati dirinya untuk menginginkan perkara tadi. Seandainya dia menginginkan perkara yang benar tadi, pastilah dia tidak sanggup untuk melakukan kebanyakannya. Maka sang hamba amat perlu di setiap waktu kepada hidayah yang terkait dengan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
Adapun untuk yang telah lalu: maka dia itu perlu untuk mengoreksi dirinya sendiri: apakah dia telah berjalan dengan lurus sehingga dia bersyukur pada Alloh atas taufiq untuk lurus tadi, dan memohon agar kelurusan tadi dilestarikan? Ataukah dia dalam perbuatan yang telah lalu justru keluar dari kebenaran, sehingga harus bertobat pada Alloh ta’ala dari itu, mohon ampunan pada-Nya dan bertekad untuk tidak kembali kepada kesalahan tadi?


__Adapun hidayah yang terkait dengan yang terjadi sekarang: maka memang hidayah inilah yang sedang dicari, karena sang hamba adalah pelaku amalan pada masa sekarang, maka dia perlu untuk mengetahui hukum perbuatan-perbuatan yang sedang dilakukannya: benar ataukah keliru?
Adapun hidayah yang terkait dengan masa depan: maka keperluan sang hamba padanya lebih jelas lagi agar alur perjalanannya itu tepat di jalan yang benar.__

Jika demikian inilah nilai hidayah, diketahuilah bahwasanya sang hamba itu memang paling amat perlu padanya, dan bahwasanya pertanyaan rusak yang didatangkan oleh sebagian orang yaitu: “Jika kita memang telah di atas petunjuk, maka apa perlunya kita untuk minta agar Alloh menunjuki kita lagi? Bukankah ini namanya menghasilkan perkara yang telah ada?” merupakan pertanyaan yang paling rusak dan paling jauh dari kebenaran. Dan ini menunjukkan bahwasanya yang bertanya itu tidak tahu makna hidayah, dan tidak mengerti hakikatnya dan kandungan dari istilah itu.” 

(“Miftah Daris Sa’adah”/1/hal. 87).
---------------

( “Nashihatun Mu’ajjalah Li Man Shoma Romadhon Wa Tarokash Sholatal Maktubah” Terjemah Bebas: “Empat Puluh Tiga Kerugian Jika Sholat Wajib Ditinggalkan” )

🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

Orang Yang Meninggalkan Sholat Itu Tidak Bersyukur Kepada Alloh

Orang Yang Meninggalkan Sholat Itu Tidak Bersyukur Kepada Alloh

Ditulis Oleh :
Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
------------------------------------

🍃Telah lewat penjelasan bahwasanya seluruh syariat Alloh itu faidahnya dan manfaatnya kembali kepada kemaslahatan para hamba sendiri, dan bukan demi keperluan Robb عز وجل . bersamaan dengan itu Alloh telah meringankannya untuk umat Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam yang dirohmati ini, sehingga Alloh menjadikan agama ini mudah. Alloh ta’ala berfirman:

﴿يُرِيدُ الله بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ﴾ [البقرة/185]

“Alloh menginginkan untuk kalian kemudahan, dan tidak ingin kesulitan untuk kalian.”

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:

«إن الدين يسر، ولن يشادّ الدين أحد إلا غلبه. فسددوا وقاربوا وأبشروا واستعينوا بالغدوة والروحة وشيء من الدلجة».(أخرجه البخاري (39)).

“Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidaklah ada orang beradu keras dengan agama ini kecuali agama ini akan mengalahkannya. Maka bersikap luruslah, mendekatlah pada kelurusan, bergembiralah, dan manfaatkanlah waktu pagi, sore, dan sedikit dari awal malam.” 

(HR. Al Bukhoriy (39)).

Demikian pula penyariatan sholat lima waktu, telah diringankan dari lima puluh hingga menjadi lima saja. Dari Anas rodhiyallohu ‘anh dalam kisah Mi’roj, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:

«ففرض الله علي خمسين صلاة، فرجعت بذلك حتى أمرّ بموسى، فقال موسى: ما الذي فرض على أمتك؟ قلت: فرض عليهم خمسين صلاة. قال: فراجع ربك فإن أمتك لا تطيق ذلك. فرجعت فراجعت ربي، فوضع شطرها. فرجعت إلى موسى، فقال: راجع ربك. فذكر مثله فوضع شطرها، فرجعت إلى موسى فأخبرته، فقال: راجع ربك فإن أمتك لا تطيق ذلك. فرجعت فراجعت ربي فقال: هي خمس وهي خمسون، لا يبدل القول لدي فرجعت إلى موسى، فقال: راجع ربك. فقلت: قد استحييت من رب». (أخرجه البخاري (3342) ومسلم (433)).

“Maka Alloh mewajibkan kepadaku lima puluh sholat. Maka aku kembali dengan membawa itu hingga aku melewati Musa. Maka Musa bertanya: “Apa yang diwajibkan kepada umatmu?” aku menjawab: “Diwajibkan pada mereka lima puluh sholat.” Maka beliau berkata: “Mohonlah penawaran kepada Robbmu, karena umatmu tak akan sanggup mengerjakannya.” Maka aku kembali dan melakukan penawaran pada Robbku, maka Dia mengurangi separuhnya. Lalu aku kembali kepada Musa. Dia berkata: “Mohonlah penawaran kepada Robbmu” lalu beliau menyebutkan yang seperti itu, maka Alloh mengurangi separuhnya. Lalu aku kembali kepada Musa dan mengabarinya. Dia berkata: “Mohonlah penawaran kepada Robbmu, karena umatmu tak akan sanggup mengerjakannya.” Maka aku kembali dan melakukan penawaran pada Robbku, maka Dia berfirman: “Lima sholat saja. Dan dia itu bernilai lima puluh. Ketetapan di sisi-Ku tak akan dirubah lagi. Lalu aku kembali kepada Musa. Dia berkata: “Mohonlah penawaran kepada Robbmu.” Maka aku menjawab: “Aku telah malu kepada Robbku.” 

(HR. Al Bukhoriy (3342) dan Muslim (433)).

Lihatlah: dulu sholat wajib pada umat Musa عليه السلام lima puluh sholat sebagaimana telah dikenal bersama, lalu diperingan untuk umat ini sebagai rohmat untuk mereka, sehingga menjadi lima sholat saja. Dan pahalanya adalah lima puluh sholat di sisi Alloh sebagai karunia dan kedermawanan dari-Nya.

Perkara ini mendatangkan syukur bagi orang-orang yang berakal dan pandai bersyukur. Adapun menurut orang yang meninggalkan sholat, maka tidak demikian. Barangkali jika mereka ada di posisi yang agung itu pada malam Mi’roj, mereka tidak malu untuk berkata: “Wahai Robb, kurangilah dari lima sholat menjadi nol sama sekali!”

Zaid bin Tsabit rodhiyallohu ‘anhuma berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

«إن الله عز وجل لو عذب أهل السماء والأرض عذبهم وهو غير ظالم ولو رحمهم كانت رحمته إياهم خيرا لهم من أعمالهم ولو أن لامرئ مثل أحد ذهبا ينفقه في سبيل الله حتى ينفده لا يؤمن بالقدر خيره وشره دخل النار».

“Sesungguhnya Alloh عز وجل jika menyiksa penduduk langit dan bumi, Dia akan menyiksa dalam keadaan Dia tidak menzholimi mereka. dan seandainya Dia merohmati mereka, pastilah rohmat-Nya itu lebih baik untuk mereka daripada harta-harta mereka. seandainya ada orang punya emas sebesar gunung Uhud, lalu dia menginfaqkannya di jalan Alloh hingga menghabiskannya, tapi dia tidak beriman pada taqdir baiknya dan buruknya, dia akan masuk Neraka.” 

(HR. Ahmad (5/hal. 185) dan Ath Thobroniy dalam “Musnadusy Syamiyyin” (1962), dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih” no. (416)).

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Dan penjelasannya sebagai berikut: bahwasanya bersyukur pada Alloh Yang Mahasuci adalah kewajiban mereka, dikarenakan Dia adalah yang mengatur dan memberi mereka seluruh keperluan mereka, dan juga karena mereka adalah hamba-Nya dan budak-Nya. Dan yang demikian itu mengharuskan mereka untuk mengenal-Nya, mengagungkan-Nya, mentauhidkan-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya, dengan pendekatan seorang hamba yang mencintai, yang berbolak-balik dalam kenikmatan-Nya, dan dia tidak mungkin untuk tidak perlu pada-Nya sekejap matapun. Hamba ini senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya dengan kerja kerasnya, mencurahkan segenap kemampuannya untuk itu, dan tidak menyekutukan dengan-Nya sesuatu apapun, lebih mengutamakan ridho Tuannya di atas keinginannya dan hawa nafsunya. Bahkan dia tak punya hawa nafsu ataupun keinginan kecuali dalam perkara yang diinginkan dan dicintai oleh Tuannya. Dan ini menuntut adanya ilmu, amal, keinginan, dan keperluan yang tidak ditentang oleh yang lain, dan tidak tersisa untuknya bersama dengan itu keberpalingan kepada yang selain-Nya dari satu sisipun.

Dan telah diketahui bahwasanya tabiat manusia itu tidak mencukupi untuk itu (untuk memurnikan pengabdian pada Alloh) dan hak-hak Robb ta’ala secara mutlak, dan bahwasanya Alloh itu berhak untuk disembah lebih besar daripada hak-Nya, karena kebaikan-Nya. Dialah Alloh yang berhak mendapatkan puncak ibadah, ketundukan, dan kehinaan karena Dzat-Nya, karena kebaikan-Nya dan karena kenikmatan-Nya. –sampai pada ucapan beliau:- dan termasuk dari kedermawanan-Nya dan rohmat-Nya adalah: Dia rela mendapatkan dari para hamba-Nya ibadah yang lebih ringan daripada yang seharusnya untuk Dia diibadahi, dan hak-Nya secara dzat-Nya dan kebaikan-Nya. Maka kenyataan ibadah mereka tak bisa dibandingkan kepada apa yang menjadi hak Alloh dari satu sisipun. Maka tidak mencukupi mereka selain maaf Alloh untuk mereka. Dan Dia Yang Mahasuci lebih tahu tentang diri mereka daripada mereka sendiri. Maka seandainya Alloh menyiksa mereka, dia pasti menyiksa mereka dengan apa yang diketahui-Nya dari mereka, sekalipun mereka tidak mengetahuinya. Seandainya Alloh menyiksa mereka sebelum Dia mengutus para Rosul-Nya kepada mereka berdasarkan amalan mereka, tidaklah Dia itu menzholimi mereka, sebagaimana Dia tidak menzholimi mereka dengan kemurkaannya kepada mereka sebelum Dia mengutus Rosul-Nya kepada mereka, disebabkan oleh kekufuran, kesyirikan dan keburukan mereka, karena Dia Yang Mahasuci melihat kepada penduduk bumi, maka dia memurkai mereka, yang arobnya ataupun yang ajamnya, kecuali sisa-sisa Ahli Kitab. Akan tetapi Alloh mewajibkan terhadap dirinya sendiri karena telah menetapkan terhadap dirinya untuk memberikan rohmah, bahwasanya diri-Nya tidak menyiksa seorangpun kecuali setelah tegaknya hujjah terhadapnya dengan risalah-Nya.
Rahasia masalah ini adalah: manakala kewajiban mensyukuri Dzat yang memberi nikmat itu adalah sesuai dengan kadar Sang Pemberi dan kadar kenikmatan-Nya, dan tiada seorangpun yang sanggup melakukan itu, maka Alloh punya hak terhadap setiap orang, dan Dia berhak untuk menuntutnya. Jika Dia tidak mengampuni dan merohmatinya, Dia berhak menyiksanya. Maka keperluan mereka kepada ampunan, rohmat dan maaf-Nya itu seperti keperluan mereka kepada penjagaan-Nya, pemeliharaan-Nya dan rizqi-Nya. Seandainya Dia tidak menjaga mereka pastilah mereka binasa. Jika Dia tidak memberi mereka rizqi pastilah mereka binasa. Jika Dia tidak mengampuni dan merohmati mereka pastilah mereka binasa dan rugi. Oleh karena itu ayah mereka Adam dan ibu mereka Hawwa berkata:

﴿رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِينَ﴾.

“Wahai Robb kami, kami telah menzholimi diri kami. Jika engkau tidak mengampuni dan merohmati kami, pastilah kami menjadi termasuk orang-orang yang merugi.”

(“Syifaul ‘Alil”/bab enam belas/hal. 18).

Penjelasan ini cukup untuk menggerakkan manusia untuk bersyukur kepada Alloh. Akan tetapi orang-orang yang meninggalkan sholat, hawa nafsu mereka telah menyesatkan mereka sehingga mereka mengkufuri nikmat Alloh, sehingga mereka berhak untuk disiksa. Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ﴾ [إبراهيم/7].

“Dan ingatlah ketika Robb kalian mengumumkan: jika kalian bersyukur pastilah Aku akan menambahi untuk kalian. Tapi jika kalian kufur, maka sungguh siksaan-Ku itu benar-benar keras.”

Dan Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَضَرَبَ الله مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ الله فَأَذَاقَهَا الله لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُون﴾ [النحل/112].

“Dan Alloh membuat permisalan suatu kota yang dulunya aman tentram, rizqinya mendatanginya dengan banyak dari segenap tempat, lalu kota itu mengkufuri kenikmatan-kenikmatan Alloh, maka Alloh menjadikannya merasakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh apa yang mereka perbuat.”

( “Nashihatun Mu’ajjalah Li Man Shoma Romadhon Wa Tarokash Sholatal Maktubah” Terjemah Bebas: “Empat Puluh Tiga Kerugian Jika Sholat Wajib Ditinggalkan” )
🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 

Orang Yang Meninggalkan Sholat itu berada dalam kebodohan yang sangat dalam terhadap agungnya nilai Sholat*


Orang Yang Meninggalkan Sholat itu berada dalam kebodohan yang sangat dalam terhadap agungnya nilai Sholat

Ditulis Oleh :
Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
------------------------------------

Sesungguhnya sholat itu adalah awal kewajiban dalam peribadatan, sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma :

لما بعث النبي صلى الله عليه وسلم معاذاً نحو اليمن قال له: «إنك تقدم على قوم من أهل الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إلى أن يوحِّدوا الله تعالى، فإذا عرفوا ذلك فأخبرهم أن الله فرض عليهم خمس صلوات في يومهم وليلتهم» الحديث.

“Bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam ketika mengutus Mu’adz rodhiyallohu ‘anh untuk berdakwah di Yaman, beliau bersabda: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka hendaknya yang pertama kali engkau seru mereka kepadanya adalah agar mereka mentauhidkan Alloh ta’ala. Maka jika mereka telah mengetahui itu, maka kabari mereka bahwasanya Alloh mewajibkan mereka lima sholat di siang dan malam mereka…” 

(HR. Al Bukhoriy (1458) dan Muslim (132)).

Dan dari Abu Malik Al Asyja’iy, dari ayahnya yang berkata:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أسلم الرجل كان أول ما يعلمنا الصلاة، أو قال: «علِّمه الصلاة».

“Dulu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam jika ada orang yang masuk Islam, maka yang pertama kali beliau ajarkan pada kita adalah sholat, atau beliau berkata: 

“Ajarilah dia sholat.”” 

(HR. Al Bazzar (2765) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (893)).

Dan Alloh sendirilah yang mengurusi langsung pewajibannya dengan mengangkat Nabi-Nya dan kekasih-Nya shollallohu ‘alaihi wasallam ke atas langit yang tujuh, lalu Dia mewajibkan pada beliau dan pada umatnya lima sholat. Dalil-dalil tentang itu telah diketahui.

Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: 

“Sholat itu adalah awal ibadah yang Alloh wajib. Dan sholat lima waktu itu Alloh sendirilah yang mengurusi langsung pewajibannya dengan mengajak bicara Rosul-Nya pada malam Mi’roj.” 

(“Majmu’ul Fatawa”/3/hal. 428).

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh menyebutkan beberapa kekhususan sholat: 

“… dan karena Alloh itu mewajibkan sholat di langit pada malam Mi’roj.” 

(“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal. 22/Darul Imam Ahmad).

Dan ini semua menunjukkan agungnya nilai sholat di sisi Alloh, dalam keadaan Dia Mahakaya dan Maha Terpuji. Sedangkan orang yang meninggalkan sholat itu berada dalam kebutaan.

( “Nashihatun Mu’ajjalah Li Man Shoma Romadhon Wa Tarokash Sholatal Maktubah” Terjemah Bebas: “Empat Puluh Tiga Kerugian Jika Sholat Wajib Ditinggalkan” )

🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 

KEDUDUKAN TAQWA

KEDUDUKAN TAQWA

Ditulis Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Jawiy حفظه الله
-------------------------------------------------

Maka barangsiapa berpuasa Romadhon sebagaimana yang diperintahkan, dia akan mencapai derajat orang-orang yang bertaqwa. Kedudukan taqwa itu banyak, di antaranya adalah:

Pertama: Orang yang bertaqwa akan mendapatkan solusi dan jalan keluar dari setiap masalah

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَمَنْ يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ﴾ [الطلاق: 2، 3].

“Dan barangsiapa bertaqwa pada Alloh, Alloh akan menjadikan untuknya jalan keluar, dan memberinya rizqi dari arah yang tak diduganya.”

Kedua: rizqi dari arah yang tak mereka duga

Sebagaimana dalam ayat terdahulu. Dan Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون﴾ [الأعراف/96].

“Seandainya penduduk kota-kota itu mau beriman dan bertaqwa pastilah Kami akan bukakan kepada mereka keberkahan-keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan oleh apa yang mereka perbuat.”

Ketiga: permudahan urusan bagi orang yang bertaqwa

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَمَنْ يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا﴾ [الطلاق: 4]

“Dan barangsiapa bertaqwa kepada Alloh, Dia akan menjadikan untuknya kemudahan dari urusannya.”

Keempat: penghapusan dosa orang yang bertaqwa

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَمَنْ يَتَّقِ الله يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا﴾ [الطلاق: 5]

“Dan barangsiapa bertaqwa pada Alloh, Dia akan menghapus darinya kesalahan-kesalahannya, dan memperbesar pahala untuknya.”

Alloh ta’ala berfirman:

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا الله يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَالله ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيم﴾ [الأنفال/29]

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Alloh, Alloh akan menjadikan untuk kalian pembeda (antara kebenaran dan kebatilan), dan menghapus dari kalian kesalahan kalian. Dan Alloh itu memiliki karunia yang agung.”

Kelima: besarnya pahala orang yang bertaqwa

Sebagaimana dalam ayat terdahulu. Alloh ta’ala juga berfirman:

﴿وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ﴾ [يوسف/57].

“Dan sungguh pahala Akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.”

Keenam: cepatnya pulihnya kesadaran ketika dibisiki setan

Alloh ta’ala berfirman:

﴿إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُون﴾ [الأعراف: 201]

“Sesunggunya orang-orang yang bertaqwa jika terkena dorongan untuk berbuat dosa dari setan, mereka tersadar, maka tiba-tiba mereka bisa melihat.”

Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: 

“Alloh ta’ala mengabarkan tentang orang-orang yang bertaqwa dari para hamba-Nya yang menaati-Nya dalam perkara yang diperintahkan-Nya, dan meninggalkan apa yang dicegah-Nya, bahwasanya mereka itu “jika terkena” yaitu: tertimpa “thoif” –sampai pada ucapan beliau:- di antara ahli tafsir ada yang menafsirkannya dengan “kemarahan”, ada yang menafsirkannya dengan “kesurupan dari setan” dan semisalnya, di antara mereka ada yang menafsirkannya dengan “keinginan untuk berbuat dosa”, di antara mereka ada yang menafsirkannya dengan “berbuat dosa”. 

Firman-Nya: “mereka segera sadar” yaitu: mereka ingat hukuman Alloh dan banyaknya pahalanya, ingat janji dan ancaman-Nya, maka merekapun bertobat dan kembali, memohon perlindungan pada Alloh, dan kembali pada-Nya dalam waktu dekat. “maka tiba-tiba mereka bisa melihat” yaitu: mereka telah lurus kembali, dan sehat kembali dari penyakit yang mereka semula ada di situ.” 

(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/3/hal. 534).

Ketujuh: orang yang bertaqwa itu dicintai Alloh

Alloh ta’ala berfirman:

﴿بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ الله يُحِبُّ الْمُتَّقِين﴾ [آل عمران/76].

“Justru orang yang memenuhi perjanjiannya dan bertaqwa, maka sesungguhnya Alloh itu mencintai orang-orang yang bertaqwa.”

Kedelapan: sesungguhnya Alloh menyertai orang yang bertaqwa dengan pertolongan-Nya, dukungan-Nya dan penjagaan-Nya

Alloh ta’ala berfirman:

﴿إِنَّ الله مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ﴾ [النحل/128].

“Sesungguhnya Alloh bersama dengan orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang mereka itu berbuat kebaikan.”
Alloh subhanah berfirman:

﴿وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالله وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ﴾ [الجاثية/19]

“Dan sesungguhnya orang-orang yang zholim itu sebagiannya adalah wali bagi sebagian yang lain, dan Alloh itu adalah wali bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Kesembilan: orang-orang yang bertaqwa itu adalah orang-orang yang dirohmati

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُون﴾ [الأعراف/156].

“Dan rohmat-Ku itu meliputi segala sesuatu, dan Aku akan menetapkannya untuk orang-orang yang bertaqwa, membayarkan zakat, dan orang-orang yang mereka itu beriman pada ayat-ayat Kami.”

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَاتَّقُوا الله لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ﴾ [الحجرات/10].

“Dan bertaqwalah kalian kepada Alloh agar kalian dirohmati.”

Kesepuluh: orang-orang yang bertaqwa mereka itulah orang-orang yang berakal, yang mengambil manfaat dengan ayat-ayat Alloh

Alloh ta’ala berfirman:

﴿إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ الله فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُون﴾ [يونس/6].

“Sesungguhnya di dalam pergantian malam dan siang, dan apa yang Alloh ciptakan di langit dan di bumi benar-benar ada ayat-ayat bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Al Imam Asy Syaukaniy rohimahulloh berkata dalam tafsir ayat ini:

“Yaitu: orang-orang yang bertaqwa pada Alloh subhanah dan menjauhi kedurhakaan kepada-Nya. Alloh mengkhususkan mereka dengan ayat-ayat ini karena mereka itulah yang mencurahkan pandangan dan pikiran terhadap makhluq-makhluq Alloh Yang Mahasuci, karena mereka berusaha menghindar dari terjatuh kepada sedikit saja dari perkara yang menyelisihi keinginan Alloh Yang Mahasuci, dan dalam rangka memperhatikan kesudahan urusan mereka, dan apa yang membikin bagus di akhirat mereka.” 

(“Fathul Qodir”/Asy Syaukaniy/3/hal. 348).

Kesebelas: orang-orang yang bertaqwa dan beriman, mereka itulah para wali Alloh

Alloh ta’ala berfirman: 

﴿أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ الله لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُون﴾ [يونس/62، 63].

“Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.”

Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: 

“… bahwasanya di kalangan manusia itu ada wali-wali Ar Rohman dan wali-wali setan. Maka wajib untuk membedakan antara mereka dan mereka, sebagaimana Alloh dan Rosul-Nya membedakan antara keduanya. Maka para wali Alloh adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa, sebagaimana dalam firman Alloh ta’ala: “Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.” 

(“Majmu’ul Fatawa”/11/hal. 159).

Kedua belas: orang-orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang akan mendapatkan kabar gembira di dunia dan akhirat

Alloh ta’ala berfirman:

﴿فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا﴾ [مريم/97].

“Maka Kami hanyalah memudahkan Al Qur’an itu dengan lisan (bahasa) mu agar engkau memberikan kabar gembira dengannya untuk orang-orang yang bertaqwa, dan engkau memberikan peringatan pada kaum yang sangat zholim dan melenceng dari kebenaran.”

Alloh ta’ala berfirman:

﴿أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ الله لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُون* لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ الله ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ﴾ [يونس/62-64].

“Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa. Bagi merekalah kabar gembira di kehidupan dunia dan di Akhirat. Tiada perubahan terhadap ketetapan-ketetapan Alloh. Yang demikian itulah keberuntungan yang agung.”

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Maka pujian merupakan kabar gembira. Mimpi yang baik merupakan kabar gembira. Berita gembira dari para malaikat untuknya saat kematian merupakan kabar gembira. Jannah merupakan termasuk kabar gembira yang terbesar. 

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وبشر الذين آمنوا وعملوا الصالحات أن لهم جنات تجري من تحتها الأنهار﴾

“Dan berikanlah berita gembira pada orang-orang yang beriman dan beramal sholih bahwasanya mereka itu akan mendapatkan Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.”

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وأبشروا بالجنة التي كنتم توعدون﴾.

“Dan bergembiralah dengan Jannah yang kalian dulu dijanjikan dengannya.”

(“Madarijus Salikin”/3/hal. 160).

Ketiga belas: orang yang bertaqwa akan mendapatkan kehidupan yang bagus di dunia sebelum Akhirat

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا خَيْرًا لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ﴾ [النحل/30].

“Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa: “Apakah yang diturunkan oleh Robb kalian?” Mereka menjawab: “Kebaikan.” Orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia ini akan mendapatkan kebaikan, dan benar-benar negri Akhirat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik negri orang-orang yang bertaqwa.”

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Dan sungguh Al Qur’an telah menunjukkan di lebih dari satu tempat bahwasanya setiap orang yang beramal sholih itu akan mendapatkan dua pahala: amalannya di dunia, dan akan disempurnakan untuknya pahalanya di Akhirat. Seperti firman Alloh ta’ala:

﴿للذين أحسنوا في هذه الدنيا حسنة ولدار الآخرة خير ولنعم دار المتقين﴾

“Orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia ini akan mendapatkan kebaikan, dan benar-benar negri Akhirat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik negri orang-orang yang bertaqwa.”

Dan dalam ayat yang lain:

﴿ وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي الله مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ﴾ [النحل/41]

“Dan orang-orang yang berhijroh di jalan Alloh setelah mereka dizholimi, pastilah Kami akan menempatkan mereka di dunia dalam kebaikan. Dan benar-benar pahala akhirat itu lebih besar, seandainya mereka mengetahui.”

Dan Alloh berfirman dalam surat ini:

﴿مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾ [النحل/97]

“Barangsiapa beramal sholih baik dia itu lelaki ataupun perempuan dalam keadaan dia itu mukmin, pastilah Kami akan memberinya kehidupan yang bagus, dan pastilah Kami akan membalasi mereka pahala mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang dulu mereka lakukan.”

Dan berfirman dalam surat ini tentang kekasih-Nya:

﴿وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِين﴾ [النحل/122].

“Dan Kami berikan padanya kebaikan di dunia, dan sesungguhnya dia di Akhirat benar-benar termasuk dari orang-orang yang sholih.”

Dan telah terulang makna ini dalam surat (Al Nahl) ini, bukan di surat yang lain, di empat tempat karena suatu rahasia yang bagus, karena sesungguhnya surat ini adalah surat kenikmatan yang Alloh merinci di dalamnya pokok-pokok kenikmatan dan cabang-cabangnya. Maka Alloh memperkenalkan pada para hamba-Nya bahwasanya mereka akan mendapatkan di sisi-Nya di Akhirat kenikmatan yang berlipat ganda dari yang ini, dengan kenikmatan yang tak bisa diketahui kadar perbedaannya, dan bahwasanya kenikmatan ini (yang di dunia) adalah bagian dari kenikmatan Alloh yang disegerakan pada mereka, dan bahwasanya mereka jika menaati-Nya, Dia akan menambahkan untuk mereka pada kenikmatan-kenikmatan yang ini kenikmatan-kenikmatan yang lain, kemudian di Akhirat Dia akan mencukupi pahala amalan mereka dengan pencukupan yang sempurna.” 

(“I’lamul Muwaqqi’in”/2/hal. 183).

Keempat belas: orang yang bertaqwa adalah orang yang mendapatkan hidayah

Alloh ta’ala berfirman:

﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِين﴾ [البقرة/2]

“Yang Kitab ini tiada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Maka setiap kali sang hamba bertaqwa pada Robbnya, naiklah dirinya kepada hidayah yang lain, maka dia ada pada penambahan hidayah selama dirinya ada pada penambahan taqwa. Dan setiap kali meluputkan satu langkah dari ketaqwaan, luputlah darinya satu langkah dari hidayah sesuai dengan kadarnya.” 

(“Al Fawaid”/hal. 130).

Kelima belas: pakaian taqwa lebih baik daripada pakaian lahiriyyah

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ﴾ [الأعراف/26].

“Dan pakaian ketaqwaan itu lebih baik”

Al Imam As Sa’diy rohimahulloh berkata: 

“… karena sesungguhnya pakaian taqwa itu lestari bersama sang hamba, tidak lusuh dan tidak binasa. Dan dia itu adalah kecantikan hati dan ruh. Adapun pakaian lahiriyyah, maka paling puncaknya adalah untuk menutup aurot, di suatu waktu, atau menjadi pakaian keindahan bagi manusia, dan tidak ada di belakang itu manfaat darinya.” 

(“Taisirul Karimir Rohman”/hal. 285).

Keenam belas: barangsiapa meninggalkan sesuatu dalam rangka bertaqwa pada Alloh, maka Alloh akan memberinya sesuatu yang lebih baik dari itu

Dari salah seorang penduduk badui yang berkata:

أخذ بيدي رسول الله صلى الله عليه وسلم فجعل يعلمني مما علمه الله تبارك وتعالى، وقال: «إنك لن تدع شيئا اتقاء الله جل وعز إلا أعطاك الله خيرا منه».

“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam mengambil tanganku, lalu beliau mulai mengajariku dari apa yang Alloh تبارك وتعالى ajarkan pada beliau. Dan beliau bersabda: 

“Sesungguhnya engkau tidaklah dirimu meninggalkan sesuatu dalam rangka bertaqwa pada Alloh عز وجل kecuali Alloh akan memberimu dengan sesuatu yang lebih baik dari itu.” 

(HR. Al Imam Ahmad (20758) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” (1489)).

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Karena sesungguhnya barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Alloh, maka Alloh عز وجل akan memberinya ganti dengan sesuatu yang lebih baik dari itu.” 

(“Ighotsatul Lahfan”/hal. 47).

Ketujuh belas: keberuntungan adalah bagi orang-orang yang bertaqwa

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَاتَّقُوا الله لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ [البقرة/189].

“Dan bertaqwalah kalian pada Alloh agar kalian beruntung.”

Al Imam Abu Ja’far Ath Thobariy rohimahulloh berkata: 

“Alloh Yang Mahatinggi penyebutan-Nya menginginkan dengan itu: Dan bertaqwalah kalian wahai manusia pada Alloh, dan takut dan gentarlah kalian pada-Nya, dengan ketaatan pada-Nya terhadap kewajiban-kewajiban yang Dia perintahkan, dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, sehingga Kalian bisa sukses dalam pencarian kalian apa yang ada di sisi Alloh, dan kalian mendapatkan kekekalan di Janah-jannah-Nya, dan lestari di dalam kenikmatan-Nya.” 

(“Jami’ul Bayan”/3/hal. 561).

Kedelapan belas: keselamatan dari siksaan di dunia

Alloh ta’ala berfirman:

﴿فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ * فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ * وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ﴾ [النمل/51-53].

“Maka perhatikanlah bagaimana akibat tipu daya mereka: Kami menghancurkan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan telah kosong disebabkan oleh kezholiman mereka. sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada alamat kekuasaan Alloh bagi orang-orang yang mengetahui. Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.”

Al Imam Ath Thobariy rohimahulloh berkata: “Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman” Alloh berfirman: Dan Kami selamatkan Sholih dan orang-orang yang beriman kepadanya dari hukuman dan siksaan Kami yang Kami turunkan kepada Tsamud. “dan senantiasa bertaqwa” Alloh berfirman: dan mereka dengan keimanan mereka, dan pembenaran mereka kepada Sholih, mereka senantiasa berusaha melindungi diri dari apa yang menimpa kaum mereka yaitu Tsamud, siksaan Alloh yang menimpa mereka. maka demikian Kami akan menyelamatkan dengan dan para pengikutmu wahai Muhammad, ketika Kami menurunkan hukuman Kami kepada orang-orang musyrik dari kaummu di tengah-tengah mereka.” 

(“Jami’ul Bayan”/19/hal. 481).

Kesembilan belas: orang-orang yang bertaqwa itu aman dan tidak bersedih hati pada hari kiamat

Alloh ta’ala berfirman:

﴿فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُون﴾ [الأعراف/35]

“Maka barangsiapa bertaqwa dan perbuat perbaikan, maka mereka tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati”

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَيُنَجِّي الله الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُون﴾ [الزمر/61].

“Dan Alloh akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dengan ketetapan keberuntungan mereka, mereka tidak tertimpa kejelekan dan mereka tidak bersedih hati.”

Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: 

“Firman Alloh “Dan Alloh akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dengan ketetapan keberuntungan mereka” yaitu: ketetapan yang telah lalu akan kebahagiaan dan keberuntungan untuk mereka di sisi Alloh, “mereka tidak tertimpa kejelekan” yaitu: pada hari Kiamat, “dan mereka tidak bersedih hati” yaitu: mereka tidak dibikin sedih oleh hari Kejutan Yang Terbesar, bahkan mereka itu aman dari segala kejutan, terjauhkan dari segala kejelekan, diharapkan untuk mereka segala kebaikan.” 

(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 111).

Kedua puluh: taqwa adalah bekal terbaik yang menyampaikan kepada Alloh dan kenikmatan abadi

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى﴾ [البقرة/197]

“Dan berbekallah, karena sesungguhnya bekal terbaik adalah taqwa.”

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Alloh memerintahkan para jamaah haji untuk berbekal demi perjalanan mereka, dan jangan bepergian tanpa bekal. Kemudian Dia mengingatkan mereka akan bekal perjalanan ke Akhirat, yaitu taqwa. Maka sebagaimana musafir tak bisa sampai kepada maksudnya kecuali dengan bekal yang menyampaikannya kesitu, maka demikian pula orang yang berjalan ke Alloh dan negri Akhirat tidak akan sampai kecuali dengan bekal taqwa. Maka dia mengumpulkan dua macam perbekalan.” 

(“Ighotsatul Lahfan”/hal. 58).

Kedua puluh satu: keselamatan saat melewati Shiroth

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا * ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا﴾ [مريم/71، 72]

“Dan tiada seorangpun dari kalian kecuali akan melewati Jahannam itu. Itu merupakan kewajiban atas Robbmu yang pasti akan ditunaikan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan Kami akan biarkan orang-orang zholim di dalamnya dalam keadaan berlutut.”

Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: 

“Firman Alloh: “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa” yaitu: jika seluruh makhluq telah lewat di atas neraka, dan telah jatuh ke dalamnya orang-orang yang jatuh dari kalangan orang-orang kafir dan pendurhaka, sesuai dengan kadar mereka, Alloh ta’ala akan menyelamatkan orang-orang yang beriman dan bertaqwa dari Neraka sesuai dengan amalan mereka. maka proses lewatnya mereka di atas Shiroth, dan kecepatan mereka itu dengan kadar amalan mereka saat dulu dunia. Kemudian para pelaku dosa dari kalangan mukminin akan diberi syafaat, …” dst. 

(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/5/hal. 256).

Kedua puluh dua: orang-orang bertaqwa adalah delegasi yang terhormat yang menghadap Alloh pada Hari Kiamat

Alloh ta’ala berfirman:

﴿يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا * وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا﴾ [مريم/85، 86].

“Pada hari Kami menggiring orang-orang yang bertaqwa menuju kepada Ar Rohman sebagai delegasi, dan Kami menggiring orang-orang yang jahat menuju ke Jahannam dalam keadaan haus.”

Al Imam As Sa’diy rohimahulloh berkata: 

“Alloh ta’ala mengabarkan tentang perbedaan dua kelompok: orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang jahat, dan bahwasanya orang-orang yang bertaqwa kepada Alloh itu –dengan menghindari syirik, bid’ah dan ma’shiyyat- Alloh akan mengumpulkan mereka ke tempat perhentian Kiamat dengan dimuliakan, dibanggakan dan dihormati, dan bahwasanya tempat kembali mereka adalah Ar Rohman, tujuan mereka adalah Al Mannan. 

Mereka sebagai delegasi-delegasi kepada Alloh. Telah diketahui bersama bahwa delegasi itu haruslah di hatinya ada harapan, dan dugaan yang bagus terhadap pihak yang dikunjungi. Maka orang-orang yang bertaqwa itu mengunjungi Ar Rohman dalam keadaan berharap dari-Nya rohmat-Nya dan keluasan kebaikan-Nya, dan keberuntungan dengan pemberian-Nya di negri keridhoan-Nya. 

Dan yang demikian itu disebabkan oleh amalan taqwa yang mereka kerjakan, dan mereka mengikuti perkara-perkara yang diridhoi-Nya, dan bahwasanya Alloh telah berjanji pada mereka dengan pahala itu melalui lisan para Rosul-Nya. Maka mereka bergerak ke arah Robb mereka dengan ketenangan hati dan kepercayaan akan karunia-Nya.
Adapun orang-orang yang jahat, maka sungguh mereka digiring ke Jahannam dalam keadaan haus, yaitu: dahaga. Dan ini adalah keadaan yang paling buruk, mereka digiring dengan kehinaan, kerendahan ke penjara terbesar dan hukuman yang paling mengerikan, yaitu Jahannam, dalam keadaan mereka haus, capek, minta bantu tapi tidak dibantu, mereka berdoa tapi tidak dikabulkan, dan minta syafaat tapi tidak diberi syafaat.” 

(“Taisirul karimir Rohman”/hal. 500).

Keduapuluh tiga: masuk Jannah

Alloh ta’ala berfirman:

﴿لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِنْ عِنْدِ الله وَمَا عِنْدَ الله خَيْرٌ لِلْأَبْرَار﴾ [آل عمران: 198].

“Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Robb mereka, mereka akan mendapatkan Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, sebagai hidangan dari sisi Alloh bagi para tamu, dan apa yang di sisi Alloh itu lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.”

Alloh subhanah juga berfirman:

﴿جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي الله الْمُتَّقِينَ﴾ [النحل/30، 31].

“Yaitu Jannah-jannah ‘Aden yang mereka memasukinya, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka di dalamnya akan mendapatkan apapun yang mereka inginkan. Demikianlah Alloh membalas orang-orang yang bertaqwa.”

Keduapuluh empat: mendapatkan ridho Alloh

Alloh ta’ala berfirman:

﴿قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ الله وَالله بَصِيرٌ بِالْعِبَاد﴾ [آل عمران: 15].

“Katakanlah: maukah kalian untuk kukabari dengan yang lebih baik dari yang demikian itu? Bagi orang-orang yang bertaqwa di sisi Robb mereka Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan istri-istri yang disucikan, dan keridhoan dari Alloh. Dan Alloh itu Maha Melihat para hamba-Nya.”

Keduapuluh lima: orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertaqwa

Alloh ta’ala berfirman:

﴿إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ الله أَتْقَاكُم﴾ [الحجرات/13].

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Alloh adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian.”

Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: 

“Yaitu: Kalian itu berbeda-beda keutamaannya di sisi Alloh hanyalah dengan taqwa, bukan dengan derajat kebangsawanan.” 

(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 386).

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata:

قيل: يا رسول الله من أكرم الناس؟ قال: «أتقاهم».

Ditanyakan: “Wahai Rosululloh, siapakah orang yang paling mulia?” Beliau menjawab: “Orang yang paling bertaqwa di antara mereka.” 

(HR. Al Bukhoriy (3353) dan Muslim (6311)).

Masih tersisa banyak keutamaan taqwa, dan masih tersisa banyak dari keutamaan puasa Romadhon. Dan yang telah saya sebutkan itu cukup sebagai pelajaran dan dorongan dengan seidzin Alloh.

Dengan ini kita mengetahui bahwasanya Alloh itu mensyariatkan puasa Romadhon untuk para hamba-Nya adalah demi kemaslahatan mereka sendiri di dunia dan Akhirat mereka. 

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Syari’ah itu dasar dan asasnya ada di atas hikmah dan maslahah para hamba dalam kehidupan dunia dan akhirat. Syari’ah ini semuanya adil, rohmah, maslahah, dan hikmah. Maka semua masalah yang keluar dari keadilan kepada kezholiman, dari rohmah kepada lawannya, dari maslahah kepada mafsadah, dan dari hikmah kepada kesia-siaan, maka itu bukanlah bagian dari syari’ah.” 

(“I’lamul Muwaqqi’in”/3/hal. 5).
(Disadur dari buku : “Nashihatun Mu’ajjalah Li Man Shoma Romadhon Wa Tarokash Sholatal Maktubah” | “Empat Puluh Tiga Kerugian Jika Sholat Wajib Ditinggalkan” )


🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼


Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...