Tampilkan postingan dengan label Abdulloh Bin Mas'ud. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Abdulloh Bin Mas'ud. Tampilkan semua postingan

Beberapa Langkah Mengobati Pedihnya Musibah-4

Beberapa Langkah Mengobati Pedihnya Musibah

Ditulis Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
------------------------------

Langkah yang keempat untuk menghibur diri saat terkena musibah adalah:

Mengetahui bahwasanya dirinya tidak sendirian dengan musibah tadi. Banyak orang sholih yang tertimpa musibah di dunia, namun mereka bersabar. Maka dengan itu hatinya pun menguat untuk turut meneladani langkah mereka.

Dari Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anh yang berkata:

قسم النبي صلى الله عليه وسلم قسما فقال رجل إن هذه لقسمة ما أريد بها وجه الله فأتيت النبي صلى الله عليه وسلم فأخبرته فغضب حتى رأيت الغضب في وجهه ثم قال يرحم الله موسى قد أوذي بأكثر من هذا فصبر

“Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam membagi suatu pembagian, lalu ada orang yang berkata: “Sesungguhnya ini benar-benar pembagian yang tidak diinginkan dengannya wajah Alloh.” Maka aku mendatangi Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, kemudian aku mengabari beliau dengan hal itu, maka beliau marah hingga aku melihat kemarahan di wajah beliau. Kemudian beliau bersabda: “Semoga Alloh menyayangi Musa. Sungguh beliau telah disakiti lebih banyak dari ini, lalu beliau bersabar.” (HR. Al Bukhoriy (3405) dan Muslim (1062)).

Al Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata: “Di dalam hadits ini ada faedah bahwasanya para pemilik keutamaan itu terkadang menjadi marah dikeranakan suatu ucapan yang ditujukan pada mereka, dan mereka bersamaan dengan itu menghadapinya dengan kesabaran dan tidak cepat menghukum, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dalam rangka meneladani Musa ‘alaihissalam.” (“Fathul Bari”/10/hal. 512).

Dan juga di dalam hadits Ka’b bin Malik rodhiyallohu ‘anh yang berkata:

ثم قلت لهم: هل لقي هذا معي أحد؟ قالوا: نعم رجلان قالا مثل ما قلت، فقيل لهما مثل ما قيل لك. فقلت: من هما؟ قالوا: مرارة بن الربيع العمري وهلال بن أمية الواقفي. فذكروا لي رجلين صالحين قد شهدا بدرا فيهما أسوة، فمضيت حين ذكروهما لي. (أخرجه البخاري (4418) ومسلم (2769)).

“… lalu aku bertanya pada mereka: “Apakah ada orang yang mengalami hal ini bersamaku?” Mereka menjawab: “Iya. Ada dua orang yang berkata seperti apa yang engkau katakan, maka dikatakan kepada mereka seperti apa yang dikatakan kepadamu.” Maka aku bertanya: “Siapakah keduanya itu?” Mereka menjawab: “Muroroh Ibnur Robi’ Al ‘Umariy dan Hilal bin Umayyah Al Waqifiy.” Mereka menyebutkan padaku dua orang sholih yang telah mengikuti perang Badr, pada diri mereka ada keteladanan. Maka akupun melanjutkan tekadku ketika mereka menyebutkan padaku dua orang tadi.” 

(HR. Al Bukhoriy (4418) dan Muslim (2769)).

Lihatlah penjelasannya di dalam kitab “Zadul Ma’ad” karya Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh.

Dan masih banyak langkah-langkah untuk mengokohkan hati dalam menghadapi musibah.

(Dikutip dari buku : Ketentraman Jiwa Saat Musibah Melanda | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman Al Jawiy حفظه الله )


🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

ORANG YANG MENINGGALKAN SHOLAT ITU TERSESAT

ORANG YANG MENINGGALKAN SHOLAT ITU TERSESAT

Ditulis Oleh :
Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
------------------------------------

Orang yang meninggalkan sholat itu tersesat

Sesungguhnya Alloh ta’ala telah menjadikan penegakan sholat itu sebagai salah satu sebab datangnya hidayah, sebagaimana dalam firman-Nya:

﴿إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ الله مَنْ آمَنَ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا الله فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِين﴾ [التوبة/18]،

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Alloh itu orang-orang yang beriman pada Alloh dan Hari Akhir, menegakkan sholat, membayar zakat, dan tidak takut kecuali kepada Alloh. Maka semoga mereka itulah yang akan menjadi orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”

Firman-Nya:

﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُون﴾ [البقرة/2، 3].

“Yang Kitab ini tiada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang beriman pada yang ghoib (tersembunyi), menegakkan sholat, dan mereka menginfaqkan sebagian dari apa yang Kami rizqikan pada mereka.”

Dan dari Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anh yang berkata: __“Barangsiapa suka untuk besok berjumpa Alloh sebagai seorang muslim, maka hendaknya dia menjaga sholat-sholat tersebut kapan saja dia diseru untuk menunaikannya, karena sesungguhnya Alloh telah mensyariatkan untuk Nabi kalian shollallohu ‘alaihi wasallam sunnah-sunnah petunjuk, dan sesungguhnya sholat-sholat tadi termasuk dari sunnah-sunnah petunjuk. Seandainya kalian sholat di rumah-rumah kalian sebagaimana sholatnya orang yang tertinggal ini di rumahnya, sungguh kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Dan jika kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, pastilah kalian itu tersesat. Dan tiada seorangpun yang bersuci, lalu memperbagus pensuciannya, kemudian sengaja berangkat ke masjid dari masjid-masjid ini, kecuali Alloh akan mencatat untuknya dengan setiap langkahnya satu kebaikan, dan mengangkat dengannya satu derajat, dan menghapuskan dengannya darinya satu kejelekan. Dan sungguh kami telah melihat tidak ada yang tertinggal dari sholat-sholat tadi kecuali munafiq yang telah diketahui kemunafiqannya. Dan sungguh dulu ada orang yang didatangkan dipapah di antara dua orang hingga diberdirikan dalam shoff (barisan).” 

(HR. Muslim (654)).__

Maka orang yang meninggalkan sholat jama’ah, sungguh dia telah meninggalkan jalan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam . Dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh dia telah tersesat. Maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan sholat sama sekali? Tidak diragukan lagi bahwasanya dirinya berada dalam kesesatan yang nyata.
Sementara itu, sang hamba itu sangat perlu pada hidayah (petunjuk) Alloh di setiap waktu.

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Dan telah diketahui bahwasanya perkara yang tidak diketahui oleh hamba itu berlipat-lipat daripada apa yang telah diketahuinya, dan bahwasanya setiap perkara yang telah diketahuinya bahwasanya itu adalah benar, maka jiwanya tidak maau menaati dirinya untuk menginginkan perkara tadi. Seandainya dia menginginkan perkara yang benar tadi, pastilah dia tidak sanggup untuk melakukan kebanyakannya. Maka sang hamba amat perlu di setiap waktu kepada hidayah yang terkait dengan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
Adapun untuk yang telah lalu: maka dia itu perlu untuk mengoreksi dirinya sendiri: apakah dia telah berjalan dengan lurus sehingga dia bersyukur pada Alloh atas taufiq untuk lurus tadi, dan memohon agar kelurusan tadi dilestarikan? Ataukah dia dalam perbuatan yang telah lalu justru keluar dari kebenaran, sehingga harus bertobat pada Alloh ta’ala dari itu, mohon ampunan pada-Nya dan bertekad untuk tidak kembali kepada kesalahan tadi?


__Adapun hidayah yang terkait dengan yang terjadi sekarang: maka memang hidayah inilah yang sedang dicari, karena sang hamba adalah pelaku amalan pada masa sekarang, maka dia perlu untuk mengetahui hukum perbuatan-perbuatan yang sedang dilakukannya: benar ataukah keliru?
Adapun hidayah yang terkait dengan masa depan: maka keperluan sang hamba padanya lebih jelas lagi agar alur perjalanannya itu tepat di jalan yang benar.__

Jika demikian inilah nilai hidayah, diketahuilah bahwasanya sang hamba itu memang paling amat perlu padanya, dan bahwasanya pertanyaan rusak yang didatangkan oleh sebagian orang yaitu: “Jika kita memang telah di atas petunjuk, maka apa perlunya kita untuk minta agar Alloh menunjuki kita lagi? Bukankah ini namanya menghasilkan perkara yang telah ada?” merupakan pertanyaan yang paling rusak dan paling jauh dari kebenaran. Dan ini menunjukkan bahwasanya yang bertanya itu tidak tahu makna hidayah, dan tidak mengerti hakikatnya dan kandungan dari istilah itu.” 

(“Miftah Daris Sa’adah”/1/hal. 87).
---------------

( “Nashihatun Mu’ajjalah Li Man Shoma Romadhon Wa Tarokash Sholatal Maktubah” Terjemah Bebas: “Empat Puluh Tiga Kerugian Jika Sholat Wajib Ditinggalkan” )

🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

ORANG YANG TIDAK SHOLAT AKAN LUPUT DARINYA DOA YANG DIKABULKAN

ORANG YANG TIDAK SHOLAT AKAN LUPUT DARINYA DOA YANG DIKABULKAN

Ditulis Oleh :
Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
------------------------------------

Orang yang tidak sholat akan luput darinya doa yang dikabulkan dalam bab ini

Sesungguhnya di dalam sholat ada keadaan-keadaan yang mana doa di situ akan dikabulkan. Di antaranya adalah: saat membaca Al Fatihah, sebagaimana telah lewat penyebutannya. Dan di antaranya juga: saat sujud. Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

«فأما الركوع فعظموا فيه الرب عز وجل، وأما السجود فاجتهدوا في الدعاء فقمن أن يستجاب لكم».

“Adapun ruku’ maka agungkanlah di dalamnya Robb عز وجل , adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian berdoa, karena hampir-hampir akan dikabulkan untuk kalian.” (HR. Muslim (1102)).

Dan termasuk dari itu adalah: sebelum salam. Dari Ibnu Mas'ud rodhiyallohu ‘anh yang berkata:

كنت أصلي والنبي صلى الله عليه وسلم وأبو بكر وعمر معه، فلما جلست بدأت بالثناء على الله، ثم الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم، ثم دعوت لنفسي. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: «سل تعطه سل تعطه».

“Aku pernah sholat, dan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakr dan Umar bersama beliau. Ketika aku duduk, aku mulai dengan sanjungan pada Alloh, kemudian sholawat pada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, kemudian aku berdoa untuk diriku sendiri. Maka Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mintalah, engkau akan diberi. Mintalah, engkau akan diberi.” 

(HR. At Tirmidziy (595) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (988)).

❗️❗️**Maka orang yang meninggalkan sholat itu telah menyia-nyiakan kesempatan dalam keadaan dia sangat perlu sekali pada Robbnya عز وجل.**❗️❗️


( “Nashihatun Mu’ajjalah Li Man Shoma Romadhon Wa Tarokash Sholatal Maktubah” Terjemah Bebas: “Empat Puluh Tiga Kerugian Jika Sholat Wajib Ditinggalkan” )


🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

ambilah petunjuk dari orang yg sudah mati

 قال عبد الله بن مسعود رضي الله عنه:"من كان مستنا فليستن بمن قد مات،فإن الحي لا تؤمن عليه الفتنه،أولئك أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم،كونوا أفضل هذه الأمة،أبرها قلوبا وأعمقها علما وأقلهاتكلفا......" 



◼ Berkata Abdulloh Bin Mas'ud - rodhiallohu 'anhu - : 

Barang siapa yang ingin mengambil petunjuk maka ambilah petunjuk dari orang yg sudah mati, karena sesungguhnya orang yg masih hidup tidak aman dirinya terhadap fitnah, mereka (orang orang yang sudah mati) itu adalah para sahabat Rosululloh sholalallahu 'alaihi wasallam, jadilah kalian orang yg afdhol dari kalangan ummat ini, orang yg paling baik hatinya, orang yg paling dalam ilmunya, dan orang yg paling sedikit takalluf...


 شرح العقيدة الطحاوية ص ٤٣٢.

@markiztoraut

PENAMPILAN 'ABDULLÔH BIN MAS'UD -RODHIYALLOHU 'ANHU

PENAMPILAN 'ABDULLÔH BIN MAS'UD -RODHIYALLOHU 'ANHU

'Abdullôh bin Sakhbaroh -rohimahullohu- mengatakan: "Dahulu aku bersama 'Abdullôh
bin Mas'ud, dia adalah seorang lelaki berkulit sawo matang, terlihat padanya sisa-sisa ketampanan, memiliki kulit yang lembut dan daging yang sedikit".

Hasan. Diriwayatkan Al-Hakim di Al-Mustadrok No. 5370

'Abdullôh bin Mas'ud -rodhiyallohu 'anhu- berkata bahwa dahulu beliau memetik kayu siwak dari jenis kayu Araak. Beliau memiliki dua betis yang kecil, lalu datanglah angin yang membuat beliau terhuyung, sehingga orang-orang menertawakannya.
Maka Rosulullōh Shollallōhu 'Alaihi Wasallam bertanya: "Apakah perkara yang membuat kalain semua tertawa?". Mereka menjawab: "Wahai Nabiyullōh, sebab kecilnya kedu betisnya". Maka beliau bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ أُحُدٍ

"Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sungguh kedua betis itu lebih berat dalam timbangan dari (bukit) Uhud".

Shohih dengan penguat hadits-hadits yang lain. Hadits ini riwayat Ahmad No. 3991, dengan sanad hasan. Semua perowinya adalah perowi Shohih Al-Bukhori atau pun Muslim, kecuali 'Ashim bin Abi Nujud.

Dalam riwayat yang lain dari 'Ali -rodhiyallohu 'anhu-, dia berkata: "Rosulullōh Shollallōhu 'Alaihi Wasallam menyuruh Ibnu Mas’ud untuk memanjat sebatang pohon, beliau menyuruhnya untuk mengambil sesuatu dari pohon itu.
Maka para shohabat Nabi melihat betis' Abdullôh bin Mas’ud ketika dia memanjat pohon tersebut, sehingga mereka menertawakannya disebabkan kedua betisnya yang kecil.

Rosulullōh Shollallōhu 'Alaihi Wasallam bersabda:

ماَتَضْحَكُونَ؟ لَرِجْلُ عَبْدِاللّهِ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ مِنْ أُحُدٍ

"Apa yang kalian semua tertawakan? Sungguh kaki 'Abdullôh pada hari kiamat lebih berat dalam timbangan dari (bukit) Uhud".

Shohih dengan penguat hadits-hadits yang lain. Hadits ini adalah riwayat Ahmad No. 920, dengan sanad yang hasan. Semua perowinya adalah perowi Shohih Al-Bukhori dan Muslim, kecuali Ummu Musa.

Qois bin Abi Hazim -rohimahullohu- berkata: "Aku telah melihat 'Abdullôh bin Mas'ud, seorang lelaki yang tipis dagingnya".
Shohih. Diriwayatkan Ibnu Sa'ad di Ath-Thobaqot Al-Kubro (3/116).

Juga merupakan perkara yang dikenal dari beliau, dimana beliau menjaga penampilannya seperti memakai pakaian yanh putih bersih, minyak wangi, dan merapikan rambutnya.
Lihat: Sifat As-Shofwah li Ibnu Jauziy (1/149)

Hubairoh bin Maryam -rohimahullōh- berkata:

"Dahulu rambut 'Abdullôh bin Mas'ud sampai ke tulang bahunya. Apabila dia melakukan sholat maka dia menyisipkan rambutnya ke belakang telinganya". Hadits Hasan. Diriwayatkan Ibnu Sa'ad di Ath-Thobaqot Al-Kubro (3/117).

Dalam riwayat yang lain, Hubairoh -rohimahullohu- berkata: "Dahulu 'Abdullôh memiliki rambut yang dia angkat ke atas telinganya, sepertinya dibentuk dengan madu". Hadits Hasan. Diriwayatkan Ibnu Sa'ad di Ath-Thobaqot Al-Kubro (3/117).

:books: Sumber: kitab 'Pengajaran dan faedah perjalanan hidup Abdulloh bin Mas'ud' karya Abu Ja'far Al-Minangkabawiy -hafidzohullohu-, halaman 2-5, Penerbit Majaalis Ahlusunnah

:arrow_right: Follow ISNAD on TELEGRAM

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...