Sebab Nikmat dan Siksa Kubur

Sebab Nikmat
dan Siksa Kubur

Dengan Pengantar Fadhilatusy Syaikh
Abu Muhammad Abdul Hamid bin Yahya
Al Hajuriy Az Za'kariy
-Semoga Alloh memelihara beliau-

Disusun Oleh Al Faqir Ilalloh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy Al Jawiy
-semoga Alloh memaafkannya-

Judul asli:
"Itsbatu Na'imi Wa 'Adzabil Qobr Wa Bayanu Ma Fi Shiyami Syahrillahil Muharrom Minal Ajr"

Sub Terjemah bebas:
"Sebab Nikmat dan Siksa Kubur”


Dengan Pengantar Fadhilatusy Syaikh
Abu Muhammad Abdul Hamid bin Yahya Al Hajuriy Az Za'kariy
-Semoga Alloh memelihara beliau-

Disusun Oleh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy Al Jawiy
-semoga Alloh memaafkannya-



بسم الله الرحمن الرحيم
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Abu Muhammad Abdul Hamid bin Yahya Al Hajuriy semoga Alloh menjaganya

        الحمد لله رب العالمين، وبعد:
            Aku telah melihat risalah saudara kita yang mulia Abu Fairuz yang berjudul: "Itsbatu Na'imi Wa 'Adzabil Qobr Wa Bayanu Ma Fi Shiyami Syahrillahil Muharrom Minal Ajr", maka aku melihat dirinya telah mendatangkan kebaikan dan peringatan dari sebagian kebid'ahan.
            Maka semoga Alloh membalasnya dengan kebaikan dan memberikan manfaat dengannya.

29 Dzul Hijjah 1433 H
Abu Muhammad Abdul Hamid Al Hajuriy



بسم الله الرحمن الرحيم
Pengantar Penulis

                الحمد لله رب العالمين، وأشهد لأن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، صلى لله عليه وعلى آله وسلم. وبعد:

            Sebagian saudara kita ada yang meminta saya untuk menyebutkan beberapa nasihat yang terkait dengan bulan Muharrom agar umat Islam bisa beribadah kepada Alloh di atas ilmu dan kebenaran. 

Dan saya telah bertekad untuk untuk memenuhi permintaan tersebut, akan tetapi manakala saya melihat besarnya ketertipuan sebagian orang dengan perhiasan kehidupan dunia, saya ingin menyemangati mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan di alam kubur, sebelum saya masuk kepada inti pembahasan yang diminta.

            Dan saya bersyukur kepada syaikh kami yang mulia yang cemburu pada agama Alloh: Abu Muhammad Abdul Hamid bin Yahya Al Hajuriy Az Za'kariy حفظه الله atas curahan kerja keras beliau dalam nasihat dan koreksi.

            Sekarang kita masuk pembahasan, semoga Alloh memberikan taufiq-Nya kepada jalan yang paling lurus.



Bab Satu: Dalil-dalil Tentang Adanya Ujian, Kenikmatan dan Siksaan Kubur

            Sesungguhnya kehidupan dunia tidaklah lestari, bahkan dunia telah mengumumkan tibanya saat untuk berkemas-kemas, dan akan datang pengunjung terakhir, yaitu malaikat Maut yang diutus dari sisi Robbul alamin.

﴿حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ * ثُمَّ رُدُّوا إِلَى الله مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ أَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ ﴾ [الأنعام: 61، 62].

"Sampai jika kematian datang pada salah seorang dari kalian, para utusan Kami mematikannya dan mereka itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka dikembalikan kepada Alloh Yang menjadi Penguasa mereka yang sebenarnya Ketahuilah: hanya milik Dia sajalah segala hukum, dan Dia itu penghitung yang paling cepat."

            Adapun orang yang beriman dan beramal sholih, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Alloh ta'ala berfirman:

﴿إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا الله ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ * نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ * نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ﴾ [فصلت: 30 - 32]

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Robb kami adalah Alloh, kemudian mereka istiqomah (tetap lurus), akan turunlah kepada mereka para malaikat yang berkata: "Janganlah kalian takut, dan janganlah kalian bersedih hati. 

Dan bergembiralah kalian dengan Jannah yang dulu kalian dijanjikan dengannya. Kami adalah para wali kalian dalam kehidupan dunia dan di Akhirat, dan kalian di dalamnya akan mendapatkan apa yang diinginkan oleh diri kalian, dan kalian di dalamnya akan mendapatkan apa yang kalian minta, sebagai hidangan dari Ghofur (Yang Maha Pengampun) dan Rohim (Yang Maha Penyayang)."

            Adapun orang-orang yang fasiq, maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Alloh ta'ala berfirman:

﴿فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ * ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ الله وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ﴾ [محمد: 27، 28].

"Maka bagaimana jika para malaikat mewafatkan mereka, memukul wajah-wajah mereka dan punggung-punggung mereka. Yang demikian itu dikarenakan mereka mengikuti perkara yang membuat Alloh murka dan mereka membenci keridhoan-Nya, maka Alloh menggugurkan amalan mereka."

            Sesungguhnya kehidupan di alam kubur itu adalah sesuatu yang benar adanya tanpa ada keraguan lagi. Dari Hani pembantu Utsman bin Affan yang berkata:

كَانَ عُثْمَانُ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ بَكَى حَتَّى يَبُلَّ لِحْيَتَهُ فَقِيلَ لَهُ تُذْكَرُ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلاَ تَبْكِى وَتَبْكِى مِنْ هَذَا، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ الله -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: «إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ ». قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلاَّ وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ ».

“Dulu Utsman jika berdiri di kuburan, beliau menangis hingga membasahi jenggot beliau. Maka dikatakan pada beliau: “Anda jika disebutkan Jannah dan neraka tidak menangis, tapi kenapa Anda menangis karena kuburan?” maka beliau menjawab: 

“Sesungguhnya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: 

“Sesungguhnya kuburan adalah persinggahan pertama di akhirat. Jika dia selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih mudah darinya. Tapi jika tidak selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih keras daripadanya.” 

Rosululloh صلى الله عليه وسلم juga bersabda: 

“Tidaklah aku melihat suatu pemandangan satupun kecuali dalam keadaan kuburan itu lebih mengerikan daripadanya.” 

(HR. At Tirmidziy (2478/Ahwadzi), dan dihasankan oleh Al Imam Al Albaniy رحمه الله dalam “Misykatul Mashobih” no. (132), dan Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله dalam “Ash Shohihul Musnad” no. (909)).

            Maka kita harus berupaya menjauhi sebab-sebab datangnya siksaan kubur, disertai dengan penambahan amal sholih agar berhasil mendapatkan kenikmatan di alam tersebut.

            Ibnu Umar رحمه الله berkata:

 فجاء فتى من الأنصار فسلم على رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم جلس فقال: يا رسول الله أي المؤمنين أفضل؟ قال: «أحسنهم خلقا» قال: فأي المؤمنين أكيس؟ قال: «أكثرهم للموت ذكراً، وأحسنهم له استعداداً قبل أن ينزل بهم، أولئك من الأكياس»

“... lalu datanglah anak muda dari Anshor, lalu dia mengucapkan salam pada Rosululloh صلى الله عليه وسلم , lalu duduk seraya berkata: “Wahai Rosululloh, siapakah mukmin yang paling utama?” beliau menjawab: “Yang paling bagus di antara mereka akhlaqnya.” Dia bertanya lagi: “Wahai Rosululloh, siapakah manusia yang paling cerdas?” beliau menjawab: “Orang yang paling banyak mengingat kematian, dan paling bagus persiapan untuk itu sebelum kematian itu turun pada mereka. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.”.” Al hadits. 

(HR. Al Hakim dalam “Al Mustadrok “8688) dan yang lainnya. Al Imam Al Albaniy رحمه الله berkata dalam “Ash shohihah” (1384): 

“Maka hadits ini hasan dengan kumpulan jalan-jalannya.” Dan dihasankan juga oleh Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله dalam “Al Jami’ush Shohih Fil Qodar” (hal. 431/cet. Maktabah Shon’a Al Atsariyyah).

            Dari Abu Sa'id Al Khudriy رضي الله عنه yang berkata: Dulu Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

«إذا وضعت الجنازة فاحتملها الرجال على أعناقهم فإن كانت صالحة قالت: قدموني، وإن كانت غير صالحة قالت: لأهلها يا ويلها أين يذهبون بها؟ يسمع صوتها كل شيء إلا الإنسان، ولو سمع الإنسان لصعق» . (أخرجه البخاري (1316)).
"Jika jenazah diletakkan (di kerandanya) lalu dipikul oleh orang-orang di leher-leher mereka, jika mayit tadi adalah orang sholih, maka dia akan berkata: "Segerakanlah aku." Tapi jika mayit tadi bukan orang sholih, maka dia akan berkata pada keluarganya: "Aduh, celaka dia (mayit itu sendiri), kemanakah mereka akan membawanya?" Ucapan ini didengar oleh segala sesuatu kecuali manusia, seandainya manusia mendengarnya pastilah dia akan pingsan." 

(HR. Al Bukhoriy (1316)).

            Badrud Din Al 'Ainiy رحمه الله berkata: "Dan dalam lafazh "Mendengar" ada penunjukan bahwasanya perkataan (dari si mayit) ini adalah hakiki, bukan majaz, dan bahwasanya Alloh ta'ala mengadakan pembicaraan pada di mayit jika Dia menghendaki itu, dan si mayit berkata: "Aduh celaka dia" karena dirinya tahu bahwasanya dirinya tidak menuju kepada kebaikan, dan bahwasanya dirinya menuju kepada perkara yang menyedihkannya, sehingga dia tak suka untuk menuju ke situ. Dhomir pada lafazh "Andaikata manusia mendengarnya" kembali kepada doa si mayit untuk kecelakaan dirinya sendiri. Yaitu: dia berteriak dengan suara yang aneh, yang seandainya manusia mendengarnya pastilah dia akan pingsan." 

("Umdatul Qori"/12/hal. 380).

            Kita wajib meyakini bahwasanya ujian, kenikmatan dan siksaan kubur itu benar-benar ada, dikarenakan shohihnya berita-berita tentangnya, dan itu termasuk dari akidah umat Islam. Telah lewat sebagian dalil tentangnya, dan berikut ini akan disebutkan dalil-dalil yang lain:

            Alloh ta'ala berfirman:

﴿يُثَبِّتُ الله الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَيُضِلُّ الله الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ الله مَا يَشَاءُ﴾ [إبراهيم: 27].

"Alloh mengokohkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan di akhirat, dan Alloh akan menyesatkan orang-orang yang zholim dan Alloh mengerjakan apa saja yang Dia kehendaki."

            Dari Al Baro bin 'Azib رضي الله عنهما bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

«﴿يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت﴾ قال: « نزلت في عذاب القبر فيقال له: من ربك؟ فيقول: ربي الله ونبيي محمد -صلى الله عليه وسلم-. فذلك قوله عز وجل: ﴿يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفى الآخرة﴾ » القبر. (أخرجه البخاري (1369) ومسلم (2871)).

"Alloh mengokohkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh" ayat ini turun tentang siksaan kubur, dikatakan padanya: "Siapakah Robbmu?" maka dia menjawab: "Robbku adalah Alloh, Nabiku adalah Muhammad صلى الله عليه وسلم . yang demikian itu adalah firman Alloh عز وجل : "Alloh mengokohkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan di akhirat," kuburan." 
(HR. Al Bukhoriy (1369) dan Muslim (2871)).

            Sesungguhnya dalil-dalil siksaan kuburan dan kenikmatannya itu banyak sekali. Yang saya sebutkan itu cukup, dan nanti akan datang tambahan pada bab-bab mendatang.

            Dan Ibnul Farisiy Al Laits, sahabat Abul Faroj ibnul Jauziy dalam "Tarikh" beliau menyebutkan:

أنه في سنة تسعين وخمسمائة وجد ميت ببغداد بظاهر باب البصرة وقد بلي، ولم يبق غير عظامه وفي يديه ورجليه ضباب حديد وضرب فيها مسماران أحدهما في سرته والآخر في جبهته، وكان هائل الخلقة غليظ العظام. وكان سبب ظهروه زيادة الماء كشف تلا كان يعرف بالتل الأحمر على ميلين من سور باب البصرة القديم.

"Bahwasanya pada tahun limaratus sembilan puluh ditemukan ada mayat di Baghdad di atas pintu Bashroh dalam keadaan telah rapuh, tidak tersisa kecuali tulang-tulangnya, dan di kedua tangannya dan kedua kakinya ada besi pemukul yang lebar. Di badannya ada dua paku, salah satunya ada di pusarnya, yang satunya lagi ada di dahinya. Bentuk badannya menakutkan, tulangnya tebal. Sebab munculnya jenazahnya tersebut adalah meluapnya air yang menyingkapkan dataran tinggi yang dikenal sebagai "At Tillul Ahmar" (dataran tinggi Merah) yang berjarak dua mil dari dinding pintu Bashroh yang lama." 

("Ahwalul Qubur"/karya Ibnu Rojab/hal. 109).



Bab Dua: Penetapan Ahlussunnah Tentang Wajibnya Beriman Kepada Fitnah, Siksaan dan Kenikmatan Kubur

            Sesungguhnya Ahlussunnah beriman kepada Fitnah, Siksaan dan Kenikmatan Kubur. Ishaq bin Ibrohim bin Hani رحمه الله bercerita tentang seseorang yang bertanya kepada Al Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal رحمه الله : 

"Dan sesungguhnya Alloh عز وجل dilihat di Akhirat?" Beliau menjawab: "Iya." Dia bertanya: "Dan siksaan kubur, Munkar dan Nakir?" Abu Abdillah menjawab: "Kami beriman dengan ini semua. Dan barangsiapa mengingkari satu saja dari perkara ini, maka dia itu Jahmiy (pengikut orang sesat dan kafir Jahm bin Shofwan)." 

("Masail Ishaq bin Ibrohim bin Hani"/no. 1878-1879/cet. Darut Ta'shil).

            Abul Hasan Al Asy'ariy رحمه الله berkata: 

"Dan mereka bersepakat bahwasanya, …(menyebutkan beberapa perkara), …, bahwasanya manusia akan diuji di dalam kuburan mereka." 

("Risalatun Ila Ahits Tsaghr"/hal. 279/karya Abul Hasan Al Asy'ariy /cet. Maktabatul 'Ulum Wal Hikam).
            Beliau رحمه الله berkata: 

"Dan Mu'tazilah (pengikut si sesat Washil bin 'Atho) mengingkari adanya siksaan kubur. Semoga Alloh melindungi kami darinya. Padahal telah diriwayatkan dari Nabi صلى الله عليه وسلم dari sisi yang banyak, dan diriwayatkan dari para Shohabat beliau رضي الله عنهم أجمعين , dan tidak diriwayatkan dari seorangpun dari mereka bahwasanya dia mengingkarinya, meniadakannya dan menentangnya, maka wajib untuk hal itu menjadi kesepakatan dari para Shohabat Nabi رضي الله عنهم أجمعين ." 

("Al Ibanah"/hal. 175/cet. Maktabah Shon'a).

            Al Imam Ibnu Abdil Barr رحمه الله berkata: "Adapun sabda beliau:

«أوحي إلي أنكم تفتنون في قبوركم»

"Telah diwahyukan kepada kalian bahwasanya kalian itu diuji di dalam kuburan kalian." ([1])

            Maka beliau memaksudkan dengan ujian dari dua malaikat Munkar dan Nakir ketika keduanya menanyai sang hamba: "Siapakah Robbmu?", "Apa agamamu?", "Siapakah Nabimu?". Dan atsar-atsar tentang ini mutawatir. Dan Ahlussunnah Wal Jama'ah semuanya mengimani hal itu, dan tidaklah mengingkarinya kecuali ahli bid'ah." 

("At Tamhid"/5/hal. 309/cet. Al Faruq).

            Al Imam Ibnu Qutaibah رحمه الله berkata: 

"Para ahli hadits semuanya bersepakat bahwasanya apa yang Alloh kehendaki itu pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak terjadi, dan bahwasanya Dia adalah pencipta kebaikan dan kejelekan, dan bahwasanya Al Qur'an adalah Kalamulloh dan bukan makhluq, dan bahwasanya Alloh ta'ala itu dilihat pada hari Kiamat, dan mereka semua mendahulukan dua syaikh (Abu Bakr dan Umar), dan beriman kepada siksaan kubur. Mereka tidak berselisih dalam prinsip-prinsip ini. Dan barangsiapa berpisah dari mereka dalam suatu perkara dari ini, mereka akan melemparkannya, membencinya, menghukuminya sebagai mubtadi', dan memboikotnya." 

("Ta'wil Mukhtalaful Hadits"/hal. 27/cet. Darul Fikr).

            Syaikhul Islam رحمه الله berkata: 

"Dan apa yang dikabarkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم tentang perkara Jannah, Neraka, berbangkit, perhitungan amal, fitnah kubur, telaga, syafaat Nabi صلى الله عليه وسلم untuk para pelaku dosa besar, maka sungguh dasar-dasar ini semuanya telah disepakati di kalangan Ahlussunnah Wal Jama'ah." 

("Majmu'ul Fatawa"/11/hal. 486/cet. Maktabah Ibni Taimiyyah).

            Beliau رحمه الله ditanya: 

"Apakah siksaan kubur itu berlaku pada jiwa dan raga, ataukah pada jiwa saja tanpa raga?"
            
Maka beliau menjawab: 

"Bahkan siksaan dan kenikmatan tersebut berlaku pada jiwa dan raga semuanya dengan kesepakatan Ahlussunnah Wal Jama'ah. Jiwa diberi kenikmatan dan disiksa tersendiri dari badan, dan juga disiksa dalam keadaan bersambung dengan badan, dan badan bersambung dengan jiwa, maka jadilah kenikmatan dan siksaan itu menimpa keduanya dalam keadaan ini keduanya bersatu, sebagaimana berlaku juga terhadap nyawa saat terpisah dari badan." 

("Majmu'ul Fatawa"/4/hal. 282/cet. Maktabah Ibni Taimiyyah).



Bab Tiga: Sebagian Dari Sebab Siksaan Kubur

            Sesungguhnya Alloh itu paling penyayang, dan Dia itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, sehingga tidaklah Dia menyiksa para hamba-Nya kecuali disebabkan oleh ulah tangan mereka sendiri. Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ﴾ [الشورى: 30]

"Dan musibah apapun yang menimpa kalian maka hal itu adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Alloh itu memaafkan banyak sekali (kesalahan kalian)."

            Demikian pula siksaan kubur itu tidaklah terjadi kecuali karena dosa-dosa pelakunya, maka kita harus mengetahui sebagian sebab-sebab siksaan tadi agar siksaan tadi tidak menimpa kita. Dan hendaknya kita mengetahui sebab-sebab kenikmatan kubur lalu kita berupaya untuk mendapatkannya, sebagai ucapan Abu Firos Al Hamdaniy:

عرفت الشَّرَّ لا للشَّر ... و لكن لتوقِّيهِ
ومن لا يعرف الشَّرَّ ... من النَّاس يقع فيهِ!

"Aku mengetahui kejelekan bukanlah untuk berbuat jelek, akan tetapi untuk mengindarinya,
Dan barangsiapa tidak mengetahui kejelekan dari manusia dia akan jatuh kedalamnya!"

(selesai dari "Al Humasatul Maghribiyyah"/1/hal. 124).

            Dan Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنهما berkata:

كان الناس يسألون رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الخير، وكنت أسأله عن الشر مخافة أن يدركني.

"Dulu orang-orang bertanya kepada Rosululloh صلى الله عليه وسلم tentang kebaikan, dan aku dulu bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena aku takut kejelekan itu akan menimpaku."

 (HR. Al Bukhoriy (3606) dan Muslim (1847)).

            Dan balasan bagi orang yang melindungi diri dari kejelekan adalah dia akan mendapatkan perlindungan, sebagaimana barangsiapa bersungguh-sungguh mencari kebaikan dia akan mendapatkannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata: "Barangsiapa bersungguh-sungguh mencari kebaikan dia akan diberi kebaikan itu. Dan barangsiapa melindungi diri dari kejelekan maka dia dilindungi." 

("Iqtidhoush Shirothil Mustaqim"/2/hal. 270).

            Maka di antara sebab adanya siksaan kubur adalah sebagai berikut:

Sebab pertama: Kufur kepada Alloh عز وجل dan Rosul-Nya

            Kekafiran kepada Alloh dan Rosul-Nya adalah termasuk sebab siksaan kubur yang terbesar, sebagaimana terjadi pada Fir'aun. Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ * أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ﴾.

"Dan Fir'aun berkata: "Wahai Haman, bangunkanlah untukku menara agar aku bisa mencapai pintu-pintu langit sehingga aku bisa melihat kepada sesembahan Musa, karena sesungguhnya aku benar-benar menduga dia itu berdusta." Dan demikianlah dihiasi untuk Fir'aun kejelekan amalannya dan dia terhalangi dari jalan yang benar. Dan tidaklah tipu daya Fir'aun kecuali di dalam kecelakaan." 

(QS. Ghofir: 36-37).

            Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata:

"Sehingga aku bisa melihat kepada sesembahan Musa, karena sesungguhnya aku benar-benar menduga dia itu berdusta." Dan ini adalah bagian dari kekufurannya dan pembangkangannya, bahwasanya dia mendustakan Musa bahwasanya Alloh عز وجل mengutusnya kepadanya." 

("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/7/hal. 144).

            Maka dikarenakan kekufuran tersebut Alloh menyiksanya di dunia, di alam kubur, dan di akhirat. Alloh ta'al berfirman:

﴿فَوَقَاهُ الله سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ * النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَاب﴾ [غافر : 45 ، 46]

"Maka Alloh melindunginya (orang yang beriman tadi) dari kejelekan tipu daya mereka, dan Fir'aun dan pengikutnya tertimpa adzab yang jelek, yaitu neraka dipaparkan kepada mereka pada waktu pagi dan petang, dan pada hari Kiamat (dikatakan): masukkanlah Fir'aun dan pengikutnya ke dalam siksaan yang paling keras."

            Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: 

"Dan ayat ini adalah dasar yang besar dalam pendalilan Ahlussunnah tentang adanya siksaan Barzakh di kuburan, yaitu firman Alloh: "Neraka dipaparkan kepada mereka pada waktu pagi dan petang." 

("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/7/hal. 146).

            Dan Alloh ta'ala berfirman tentang kisah kaum Nuh عليه السلام:

﴿مِمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ الله أَنْصَارًا﴾ [نوح : 25].

"Disebabkan oleh kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke dalam api, maka mereka tidak mendapatkan penolong selain Alloh untuk mereka."

            Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: 

"Alloh ta'ala berfirman: "Disebabkan oleh kesalahan-kesalahan mereka, merekapun ditenggelamkan," yaitu dikarenakan banyaknya dosa mereka, kedurhakaan mereka, terus-menerusnya mereka dalam kekufuran mereka, dan penyelisihan mereka terhadap Rosul mereka. "mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke dalam api" yaitu: mereka dipindahkan dari gelombang lautan ke panasnya api." 

("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/8/hal. 236).

            Sisi pendalilan di sini adalah: bahwasanya mereka setelah ditenggelamkan dengan air, mereka dipindahkan seketika ke siksaan api tanpa tenggang waktu, maka ini menunjukkan kepada siksaan kubur. Alloh yang lebih tahu.

            Al Imam Asy Syaukaniy رحمه الله berkata: 

"Yaitu: dikarenakan dan disebabkan oleh kesalahan-kesalahan tadi mereka ditenggelamkan dengan topan "lalu dimasukkan ke dalam api" langsung setelah itu, yaitu api akhirat. Dan dikatakan: siksaan kubur." 

("Fathul Qodir"/7/hal. 317).

            Dan Abul Barokat An Nasafiy رحمه الله berkata: 

"Maka mereka dimasukkan" untuk mengumumkan bahwasanya mereka disiksa dengan pembakaran langsung setelah penenggelaman, sehingga ini menjadi dalil tentang penetapan siksaan kubur." 

("Madarikut Tanzil"/3/hal. 473).

Sebab kedua: berdusta atas nama Alloh dan menyombongkan diri terhadap ayat-ayat Alloh
         
   Sesungguhnya kedustaan atas nama Alloh itu termasuk dosa besar yang terbesar, dan termasuk dari sebab terbesar adanya kerusakan, sebagaimana datang di sebagian dalil. Ini juga termasuk dari sebab siksaan kubur.

            Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى الله كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ الله وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى الله غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ﴾ [الأنعام : 93].

"Dan siapakah yang lebih zholim daripada orang yang membuat kedustaan atas nama Alloh atau berkata: "Diwahyukan kepadaku" padahal tidak diwahyukan kepadanya sedikitpun, dan orang yang berkata: "Aku akan menurunkan seperti apa yang Alloh turunkan." Seandainya engkau melihat ketika orang-orang yang zholim itu di dalam sakarotul maut dan malaikat membentangkan tangan-tangan mereka: "Keluarkan nyawa kalian, pada hari ini kalian akan dibalasi dengan siksaan yang menghinakan disebabkan karena dulu kalian berkata atas nama Alloh tanpa kebenaran, dan dulu kalian menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya."

            Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: 

"Dan ini adalah ucapan untuk mereka ketika suasana kematian, dan para malaikat telah mengabarkan, dan mereka itu jujur, bahwasanya mereka (orang-orang zholim tadi) ketika itu akan dibalas dengan siksaan yang menghinakan. Seandainya siksaan tadi diakhirkan dari mereka sampai habisnya dunia, niscaya tidak benar untuk dikatakan pada mereka "pada hari ini kalian akan dibalasi.

("Ar Ruh"/hal. 132/cet. Darul Kutubil 'Arobiy).

            Al Imam Ibnu 'Utsaimin رحمه الله berkata: 

"Adapun siksaan kubur, maka simaklah firman Alloh عز وجل : "Seandainya engkau melihat ketika orang-orang yang zholim itu di dalam sakarotul maut" yaitu: keadaan mabuk karena pedihnya kematian, "dan malaikat membentangkan tangan-tangan mereka" yaitu: menjulurkan tangan-tangan mereka kepada orang kafir yang tengah dihadiri kematian itu "keluarkan nyawa kalian" dan seakan-akan mereka pelit dengan nyawa mereka karena dikabari –kita berlindung pada Alloh- dengan siksaan, sehingga nyawa mereka tadi lari di dalam badan dan tercerai-berai, dan manusia itu pelit dengan nyawanya, sehingga dikatakan: "Keluarkan nyawa kalian, pada hari ini kalian akan dibalasi dengan siksaan yang menghinakan disebabkan karena dulu kalian berkata atas nama Alloh tanpa kebenaran, dan dulu kalian menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." Yaitu: pada hari ini, hari kematian mereka ketika mereka dihadiri kematian." 

("Syarh Riyadhush Sholihin"/Al 'Utsaimin/6/hal. 104-105).

Sebab ketiga: berpaling dari kebenaran

            Hanyalah Alloh ta'ala itu menciptakan manusia dan jin agar mereka beribadah kepada-Nya dan mentauhidkan-Nya dalam peribadatan, tanpa sekutu bagi-Nya. Dan Dia menjadikan mereka di bumi untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, demi terbimbingnya mereka dan kebaikan mereka sendiri. Alloh ta'ala berfirman:

﴿قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى﴾.

"Alloh berfirman: "Turunlah kalian berdua semuanya dari Jannah, sebagian dari kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka apabila datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan tersesat ataupun celaka." (QS. Thoha: 123).

            Adapun orang yang berpaling dari petunjuk Alloh, Alloh akan murka kepadanya dan menghukumnya dengan kesempitan hidup di dunia, di alam kubur dan kebutaan di akhirat. Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى﴾  [طه : 124].

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya dia akan mendapatkan penghidupan yang sempit dan Kami akan menggiringnya pada hari kiamat dalam keadaan buta."

            Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: 

"Dan firman Alloh ta'ala: "maka sesungguhnya dia akan mendapatkan penghidupan yang sempit" lebih dari satu orang salaf menafsirkannya dengan siksaan kubur, dan mereka menjadikan ayat ini sebagai salah satu dalil yang menunjukkan adanya siksa kubur, dan oleh karena itulah Alloh berfirman: " dan Kami akan menggiringnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata,"Wahai Robbku, mengapa Engkau menggiringku dalam keadaan buta, padahal dulunya aku bisa melihat." Alloh menjawab, "Demikianlah, telah datang padamu ayat-ayat Kami lalu engkau meninggalkannya, dan demikianlah pada hari ini engkaupun ditinggalkan." Yaitu: engkau ditinggalkan di dalam siksaan sebagaimana engkau meninggalkan mengamalkan ayat-ayat Kami. Alloh menyebutkan siksaan di alam kubur dan siksaan di Negeri Kebinasaan (Akhirat)." 

("Miftah Daris Sa'adah"/hal. 43/cet. Darul Fikr).

Sebab keempat: kesyirikan

            Alloh ta'ala berfirman tentang keadaan kaum musyrikin:

﴿أَمْ لَهُمْ إِلَهٌ غَيْرُ الله سُبْحَانَ الله عَمَّا يُشْرِكُونَ * وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا مِنَ السَّمَاءِ سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ * فَذَرْهُمْ حَتَّى يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي فِيهِ يُصْعَقُونَ * يَوْمَ لَا يُغْنِي عَنْهُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ * وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ﴾ [الطور : 43-47]

"Apakah mereka memiliki sesembahan selain Alloh? Mahasuci Alloh dari apa yang mereka persekutukan. Dan jika mereka melihat potongan dari langit jatuh mereka berkata: "Itu adalah awan yang ditumpuk." Maka tinggalkanlah mereka sampai mereka berjumpa dengan hari mereka yang di situ mereka dibinasakan, (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya orang-orang yang zholim itu akan mendapatkan siksaan selain itu, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."

            Ayat-ayat ini menunjukkan bahwasanya kaum musyrikin disiksa di dunia, di kuburan, dan di akhirat.

            Al Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata tentang siksaan di dunia, di kuburan, dan di akhirat: "Siksaan ini terjadi di tiga negri mereka, bukan khusus di negri akhirat, sekalipun siksaan yang lengkap, sempurna dan yang paling jelasnya hanyalah terjadi di negri akhirat. Dan yang di alam kubur ada siksaan yang lain dari itu, sebagaimana firman Alloh ta'ala: "Dan sesungguhnya orang-orang yang zholim itu akan mendapatkan siksaan selain itu" dan Alloh ta'ala berfirman:

﴿ويقولون متى هذا الوعد إن كنتم صادقين * قل عسى أن يكون ردف لكم بعض الذي تستعجلون﴾ ]النمل : 71-72 [

"Dan mereka berkata: "Kapankah janji ini jika kalian adalah orang-orang yang benar?" Katakanlah: "Mungkin telah hampir datang kepadamu sebagian dari (azab) yang kamu minta (supaya) disegerakan itu."

            Dan di negri dunia itu ada siksaan selain yang di alam kubur." 

("Madarijus Salikin"/1/hal. 423).


Sebab kelima: kemunafiqan

            Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيم﴾ [التوبة : 101].

"Dan di antara orang-orang badui di sekeliling kalian ada kaum munafiqun, dan di antara penduduk Madinah ada yang terus-terusan dalam kemunafiqan. Engkau tidak tahu tentang mereka tapi Kami mengetahui mereka. Nanti Kami akan menyiksa mereka dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada siksaan yang besar."

            Qotadah رحمه الله berkata: 

"Nanti Kami akan menyiksa mereka dua kali" yaitu siksaan di dunia dan siksaan di kuburan, "Kemudian mereka akan dikembalikan kepada siksaan yang besar." 

("Jami'ul Bayan"/11/hal. 646/cet. Dar Hajar) ([2]).

            Adapun atsar Al Hasan Al Bashriy رحمه الله tentang tafsir ayat ini dengan adzab dunia dan adzab kubur, maka sebatas ilmu saya atsar tadi tidak shohih. 

("Jami'ul Bayan"/11/hal. 647/cet. Dar Hajar) ([3]).

            Alloh ta'ala berfirman:

﴿ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَا نَزَّلَ الله سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ الْأَمْرِ وَالله يَعْلَمُ إِسْرَارَهُمْ * فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ * ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ﴾ [محمد: 26 - 28].

"Yang demikian itu adalah dikarenakan mereka berkata kepada orang-orang yang membenci apa yang Alloh turunkan: "Kami akan menaati kalian dalam sebagian perkara" dan Alloh mengetahui rahasia mereka. Maka bagaimana jika para malaikat mewafatkan mereka, memukul wajah-wajah mereka dan punggung-punggung mereka. Yang demikian itu dikarenakan mereka mengikuti perkara yang membuat Alloh murka dan mereka membenci keridhoan-Nya, maka Alloh menggugurkan amalan mereka."

            Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: 

"Yang demikian itu adalah dikarenakan mereka berkata kepada orang-orang yang membenci apa yang Alloh turunkan: "Kami akan menaati kalian dalam sebagian perkara" yaitu: kaum munafiqin bersekongkol dengan orang-orang kafir itu dan setia pada mereka secara batiniyyah di atas kebatilan. Dan ini adalah keadaan para munafiqin: mereka menampakkan perkara yang menyelisihi apa yang mereka sembunyikan." 

("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/7/hal. 321).

            Maka termasuk dari hukuman untuk mereka adalah bahwasanya Alloh menyiksa mereka dengan apa yang tersebut di dalam ayat-ayat di atas. Ibnu Hajar  berkata: "Dan ini sekalipun terjadi sebelum mereka dimakamkan, maka siksaan tersebut merupakan bagian dari siksa yang terjadi sebelum hari Kiamat." 

("Fathul bari"/3/hal. 233).

Sebab keenam: banyak menyia-nyiakan ketaatan pada Alloh

Alloh ta'ala berfirman:

﴿حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ * لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ﴾ [المؤمنون : 99 ، 100].

"(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang sholih terhadap yang telah aku tinggalkan." Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan."

            Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: 

"Alloh ta'ala mengabarkan tentang keadaan orang yang dihadiri kematian, dari kalangan orang-orang kafir atau orang yang menyia-nyiakan perintah Alloh ta'ala, dan ucapan mereka ketika itu, dan permintaan mereka untuk kembali ke dunia untuk memperbaiki apa yang dirusaknya sepanjang hidupnya. Oleh karena itu dia berkata: 

"Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang sholih terhadap yang telah aku tinggalkan." Sekali-kali tidak.Sebagaimana firman Alloh ta'ala:

﴿وأنفقوا من ما رزقناكم من قبل أن يأتي أحدكم الموت فيقول رب لولا أخرتني إلى أجل قريب فأصدق وأكن من الصالحين . ولن يؤخر الله نفسا إذا جاء أجلها والله خبير بما تعملون﴾ [المنافقون: 10، 11] ،

"Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian; lalu ia berkata: "Wahai Robb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang sholih?" Dan Alloh sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan."

            Dan firman Alloh ta'ala:

﴿وأنذر الناس يوم يأتيهم العذاب فيقول الذين ظلموا ربنا أخرنا إلى أجل قريب نجب دعوتك ونتبع الرسل أولم تكونوا أقسمتم من قبل ما لكم من زوال﴾ [إبراهيم:44]،

"Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, lalu berkatalah orang-orang yang zholim: "Ya Tuhan Kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan memenuhi seruan-Mu dan akan mengikuti para Rosul". (kepada mereka dikatakan): "Bukankah kalian telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa?"

            Alloh ta'ala berfirman:

﴿يوم يأتي تأويله يقول الذين نسوه من قبل قد جاءت رسل ربنا بالحق فهل لنا من شفعاء فيشفعوا لنا أو نرد فنعمل غير الذي كنا نعمل﴾ [الأعراف: 53] ،

"Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: "Sesungguhnya telah datang para utusan dari Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa'at yang akan memberi syafa'at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?".          

Alloh ta'ala berfirman:

﴿ولو ترى إذ المجرمون ناكسو رءوسهم عند ربهم ربنا أبصرنا وسمعنا فارجعنا نعمل صالحا إنا موقنون﴾ [السجدة: 12] ،

"Dan, jika kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepala mereka di hadapan Tuhan mereka, (mereka berkata): "Ya Tuhan Kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal sholih, sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang yakin."

-sampai pada ucapan beliau:

- maka Alloh ta'ala menyebutkan bahwasanya mereka meminta dikembalikan, akan tetapi permintaan itu tidak dipenuhi, ketika datangnya kematian, pada hari pengumpulan, saat mereka ditampilkan di hadapan Al Jabbar, dan ketika mereka disodorkan kepada neraka, serta saat mereka di dalam siksaan Jahim." 

("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/5/hal. 493).

            Beliau juga berkata: "Dan di dalam firman-Nya: 

" Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan." Ada ancaman untuk orang-orang zholim yang telah didatangi kematian itu, dengan siksaan di alam kubur, sebagaimana firman-Nya:

﴿مِنْ وَرَائِهِمْ جَهَنَّمُ﴾ [الجاثية: 10]
"Dan di hadapan mereka ada Jahannam."

Dan firman-Nya:

﴿وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ﴾ [إبراهيم: 17].

"Dan di hadapan mereka ada siksaan yang besar."

Firman-Nya:
﴿إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ﴾

"Sampai hari mereka dibangkitkan."

            Yaitu: siksaan untuk mereka itu terus-menerus menimpa mereka sampai hari berbangkit, sebagaimana datang dalam hadits:

«فلا يزال معذّباً فيها»
"Dia terus-menerus disiksa di situ." ([4])

(selesai penukilan dari "Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/5/hal. 153/cet. Darul Atsar).

Sebab ketujuh: adu domba

            Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما yang berkata:

مر النبي صلى الله عليه وسلم على قبرين فقال: «إنهما ليعذبان وما يعذبان من كبير» ثم قال: «بلى، أما أحدهما فكان يسعى بالنميمة، وأما أحدهما فكان لا يستتر من بوله». قال: ثم أخذ عودا رطبا فكسره باثنتين ثم غرز كل واحد منهما على قبر ثم قال: «لعله يخفف عنهما ما لم ييبسا».

"Nabi صلى الله عليه وسلم melewati dua kuburan yang sedang disiksa, maka beliau bersabda: "Keduanya disiksa,dan bukanlah keduanya disiksa karena dosa besar." Lalu beliau bersabda: "Bahkan karena dosa besar. Adapun salah satunya dia itu sering berjalan menebar adu domba. Adapun yang lain tidak menghindarkan diri dari kencingnya." Kemudian beliau mengambil sebatang dahan basah, lalu beliau membelahnya jadi dua, lalu beliau menanamnya ke masing-masing kuburan tadi, seraya bersabda: "Semoga siksaan keduanya diringankan selama kedua dahan ini belum kering." 

(HR. Al Bukhoriy (1378) dan Muslim (292)).


Sebab kedelapan: tidak menghindarkan diri dari percikan kencingnya

            Dalilnya adalah sebagaimana telah lewat. Ibnu Hajar رحمه الله berkata: 

"Dan di dalam hadits ini ada peringatan agar jangan sampai terkena kencing, dan masuk dalam hukum ini adalah najis-najis yang lain, jangan sampai mengenai badan dan baju. Dan hadits ini menjadi dalil tentang wajibnya menghilangkan najis, berbeda dengan orang yang menetapkan bahwasanya kewajiban tadi hanya pada waktu ingin sholat saja. Alloh Yang lebih tahu." 

("Fathul Bari"/karya Ibnu Hajar/1/hal. 321).

Sebab kesembilan: sengaja meninggalkan sholat

            Dari Samuroh bin Jundab رضي الله عنه yang bercerita tentang mimpi Rosululloh صلى الله عليه وسلم bahwasanya beliau pada suatu pagi berkata:

«إنه أتاني الليلة آتيان، وإنهما ابتعثاني، وإنهما قالا لي : انطلق ، وإني انطلقت معهما ، وإنا أتينا على رجل مضطجع ، وإذا آخر قائم عليه بصخرة ، وإذا هو يهوي بالصخرة لرأسه ، فيثلغ رأسه ، فيتهدهد الحجر هاهنا ، فيتبع الحجر فيأخذه ، فلا يرجع إليه حتى يصح رأسه كما كان ، ثم يعود عليه ، فيفعل به مثل ما فعل المرة الأولى ، قال : قلت لهما : سبحان الله ، ما هذان ؟ قال : قالا لي : انطلق ، قال : فانطلقنا إلى قوله:- قالا لي : أما إنا سنخبرك ، أما الرجل الأول الذي أتيت عليه يثلغ رأسه بالحجر ، فإنه الرجل يأخذ القرآن فيرفضه ، وينام عن الصلاة المكتوبة» الحديث. (أخرجه البخاري (7047)).

وفي رواية له: «يفعل به إلى يوم القيامة». (أخرجه البخاري (1386)).

“Sungguh datang padaku tadi malam dua orang, keduanya membangunkan aku dan berkata padaku: “Berangkatlah,” dan akupun berangkat bersama keduanya. Dan kami mendatangi seseorang yang berbaring. Tiba-tiba ada orang lain yang berdiri di sampingnya dengan membawa batu karang. Tiba-tiba saja dia melemparkan batu karang tadi ke kepala orang itu hingga pecahlah kepalanya. Lalu batu itu menggelinding ke sana, seraya dikejar oleh orang tadi dan diambilnya. Dan tidaklah dia kembali kepada orang yang berbaring tadi hingga kepalanya sehat kembali seperti semula. Kemudian orang itu kembali kepadanya, dan melakukan seperti apa yang dikerjakannya kali pertama. Maka kutanyakan pada kedua orang yang membawaku: “Subhanalloh, siapa kedua orang itu?” keduanya menjawab: “Ayo berangkat.” Maka kamipun berangkat. –sampai pada sabda beliau:- kedua berkata padaku: “Kami akan menceritakan padamu. Adapun orang pertama yang engkau datangi, yang kepalanya dipecahkan oleh batu, sesungguhnya dia itu adalah orang yang mengambil Al Qur’an lalu menolaknya, dan tidur tidak sholat wajib.” Al hadits. 

(HR. Al Bukhoriy (7047)).
Dalam riwayat yang lain dari Al Bukhoriy (1386): “Dia diperlakukan demikian sampai hari Kiamat.”

Sebab kesepuluh: menolak Al Qur'an dan tidak mengamalkannya

            Dalilnya adalah sebagaimana hadits terdahulu. Al Hafizh Ibnu Hajar رحمه الله berkata:

“Di dalam hadits ini ada penjelasan bahwasanya sebagian pendurhaka itu disiksa di alam kubur, –sampai pada ucapan beliau:- dan peringatan dari tidur dari sholat wajib, dan peringatan dari menolak Al Qur’an bagi orang yang menghapalnya.” 

(“Fathul Bari”/12/hal. 445).

            Al 'Ainiy رحمه الله berkata: 

Dan manakala orang ini menolak perkara yang paling mulia, yaitu Al Qur'an, maka dia dihukum pada anggota badannya yang paling mulia (yaitu kepalanya)." 

("Umdatul Qoriy"/35/hal. 102).

Sebab kesebelas: kedustaan yang mencapai ufuk

            Dari Samuroh bin Jundab رضي الله عنه yang bercerita:

كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا صلى صلاة أقبل علينا بوجهه فقال: «من رأى منكم الليلة رؤيا؟». قال: فإن رأى أحد قصها فيقول ما شاء الله. فسألنا يوما فقال: «هل رأى أحد منكم رؤيا؟» قلنا: لا. قال: «لكني رأيت الليلة رجلين أتياني، فأخذا بيدي، فأخرجاني إلى الأرض المقدسة، فإذا رجل جالس ورجل قائم بيده كلوب من حديد». قال: «إنه يدخل ذلك الكلوب في شدقه حتى يبلغ قفاه، ثم يفعل بشدقه الآخر مثل ذلك، ويلتئم شدقه هذا فيعود، فيصنع مثله. قلت: ما هذا؟ قالا: انطلق، فانطلقنا حتى أتينا على رجل مضطجع على قفاه ورجل قائم على رأسه بفهر أو صخرة، فيشدخ به رأسه، فإذا ضربه تدهده الحجر، فانطلق إليه ليأخذه، فلا يرجع إلى هذا حتى يلتئم رأسه، وعاد رأسه كما هو. فعاد إليه، فضربه. قلت: من هذا؟ قالا: انطلق فانطلقنا إلى ثقب مثل التنور أعلاه ضيق وأسفله واسع يتوقد تحته نارا، فإذا اقترب ارتفعوا حتى كاد أن يخرجوا، فإذا خمدت رجعوا فيها، وفيها رجال ونساء عراة. فقلت: من هذا؟ قالا انطلق. فانطلقنا حتى أتينا على نهر من دم فيه رجل قائم. على وسط النهر». قال: «وعلى شط النهر رجل بين يديه حجارة فأقبل الرجل الذي في النهر فإذا أراد أن يخرج رمى الرجل بحجر في فيه فرده حيث كان، فجعل كلما جاء ليخرج رمى في فيه بحجر، فيرجع كما كان. فقلت: ما هذا؟». قالا: انطلق فانطلقنا حتى انتهينا إلى روضة خضراء فيها شجرة عظيمة، وفي أصلها شيخ وصبيان، وإذا رجل قريب من الشجرة بين يديه نار يوقدها. فصعدا بي في الشجرة وأدخلاني دارا لم أر قط أحسن منها، فيها رجال شيوخ وشباب ونساء وصبيان، ثم أخرجاني منها فصعدا بي الشجرة فأدخلاني دارا هي أحسن وأفضل، فيها شيوخ وشباب. قلت: طوفتماني الليلة، فأخبراني عما رأيت. قالا: نعم، أما الذي رأيته يشق شدقه فكذاب يحدث بالكذبة فتحمل عنه حتى تبلغ الآفاق فيصنع به إلى يوم القيامة. والذي رأيته يشدخ رأسه فرجل علمه الله القرآن فنام عنه بالليل ولم يعمل فيه بالنهار يفعل به إلى يوم القيامة والذي رأيته في الثقب فهم الزناة والذي رأيته في النهر آكلوا الربا والشيخ في أصل الشجرة إبراهيم عليه السلام والصبيان حوله فأولاد الناس والذي يوقد النار مالك خازن النار والدار الأولى التي دخلت دار عامة المؤمنين وأما هذه الدار فدار الشهداء وأنا جبريل وهذا ميكائيل فارفع رأسك فرفعت رأسي فإذا فوقي مثل السحاب قالا ذاك منزلك قلت دعاني أدخل منزلي قالا إنه بقي لك عمر لم تستكمله فلو استكملت أتيت منزلك».

"Nabi صلى الله عليه وسلم jika seusai sholat, beliau menghadapkan wajah beliau kepada kami seraya bersabda: "Siapakah dari kalian yang melihat suatu mimpi tadi malam?" jika ada satu orang melihat itu, dia akan bercerita, lalu Nabi menakwilkannya sesuai dengan kehendak Alloh. Lalu pada suatu hari beliau bertanya pada kami: "Siapakah dari kalian yang melihat suatu mimpi tadi malam?" kami menjawab: "Tidak ada." Beliau bersabda: "Tapi aku tadi malam melihat dalam mimpi ada dua orang yang mendatangiku seraya mengambil tanganku lalu mengeluarkan aku dari tanah suci. Tiba-tiba saja ada seseorang yang duduk, dan ada orang lain yang berdiri sambil membawa cakar besi di tangannya. Dia memasukkan cakar besi tadi ke dalam tepi mulutnya lalu menariknya hingga mencapai tengkuknya. Lalu dia berbuat seperti itu pada sisi mulut yang lain. Lalu tepi mulut yang robek tadi mengatup kembali, dan selanjutnya dirobek lagi seperti sebelumnya. Aku bertanya: "Apa ini?" Keduanya berkata: "Berangkatlah" maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi seseorang yang sedang berbaring di atas tengkuknya, dan orang lain berdiri di kepalanya dengan membawa batu pemukul atau batu karang, lalu dipakainya batu tadi untuk memecahkan kepalanya, setelah batu itu dipukulkan, batu tadi menggelinding, maka orang tadi berangkat mengejar batu tadi untuk mengambilnya. Maka tidaklah dia kembali ke orang yang berbaring tadi sampai kepala orang itu mengatup dan kembali seperti semula. Lalu orang itu kembali kepadanya, seraya memukulnya lagi. Aku bertanya: "Apa ini?" Keduanya berkata: "Berangkatlah" maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi lubang seperti tanur, atasnya sempit, dan bagian bawahnya luas, di bawahnya ada api yang dinyalakan. Jika mendekati permukaan tanur, merekapun naik sampai hamper mau keluar darinya, tapi jika apinya padam, mereka kembali ke dalam. Di dalamnya ada ada pria dan wanita yang telanjang. Aku bertanya: "Apa ini?" Keduanya berkata: "Berangkatlah" maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi sungai dari darah yang di dalamnya ada orang di situ. Di tengah sungai –atau berkata:- di tepi sungai ada orang yang di hadapannya ada bebatuan. Maka orang yang di sungai itu menuju ke arahnya, jika orang itu ingin keluar dari sungai, orang yang ini melemparinya dengan batu ke mulutnya sehingga mengembalikannya ke tempatnya semula. Aku bertanya: "Apa ini?" Keduanya berkata: "Berangkatlah" maka kamipun berangkat lagi hingga kami tiba di sebuah kebun yang hijau yang di dalamnya ada pohon besar, dan di pangkal pohon tadi ada seorang syaikh (tua) yang dan anak-anak kecil, tiba-tiba saja ada orang di dekat pohon itu, yang di depannya ada api yang dinyalakannya. Lalu dua orang ini membawaku naik di pohon itu lalu memasukkan aku ke sebuah rumah yang belum pernah aku lihat ada rumah yang lebih bagus daripada itu. Di dalamnya ada orang-orang tua, anak-anak muda, para perempuan dan anak-anak kecil. Lalu keduanya mengeluarkan aku dari rumah itu, lalu dua orang ini membawaku naik lagi ke pohon itu lalu memasukkan aku ke sebuah rumah yang lebih bagus dan lebih mulia. Di dalamnya ada orang-orang tua dan anak-anak muda. Aku berkata: kalian berdua telah membawaku berkeliling malam ini, maka kabarilah aku tentang apa yang aku lihat. Keduanya menjawab: "Iya. Adapun orang yang kau lihat ujung mulutnya dirobek, maka dia itu adalah pembohong besar yang berbicara dengan kedustaan, lalu kedustaan itu dibawa darinya hingga mencapai ufuk-ufuk. Maka dia disiksa seperti itu sampai hari kiamat. Dan orang yang engkau lihat kepalanya dipecahkan, maka dia adalah orang Alloh ajari dia Al Qur'an, lalu dia tidur meninggalkan di malam hari dan tidak mengamalkannya di siang hari. Maka dia disiksa seperti itu sampai hari kiamat. Dan orang yang engkau lihat dia ada di dalam lubang tadi, maka mereka itu adalah para pezina. Dan orang yang engkau lihat ada di sungai, maka dia itu adalah pemakan riba. Dan orang tua yang engkau lihat ada di pangkal pohon tadi, dia adalah Ibrohim عليه السلام . dan anak-anak yang di sekitarnya adalah anak-anak orang. Dan orang yang menyalakan api tadi adalah Malik penjaga neraka. Rumah yang pertama yang engkau masuki adalah rumah keumuman orang yang beriman. Adapun rumah yang kedua adalah rumah para syuhada. Dan aku adalah Jibril, dan ini Mikail. Angkatlah kepalamu." Maka aku mengangkat kepalaku, ternyata di atasku ada seperti awan. Keduanya berkata: "Itu adalah tempat tinggalmu." Aku berkata: "Biarkanlah aku memasuki tempat tinggalku." Keduanya berkata: "Masih tersisa untukmu umur yang belum engkau selesaikan. Jika engkau telah menyelesaikannya, engkau akan mendatangi tempat tinggalmu." 

(HR. Al Bukhoriy (1386)).

            Ibnu Hajar رحمه الله berkata: 

"Hanyalah orang itu (si pendusta) berhak mendapatkan siksaan tadi dikarenakan tumbuh dari kedustaan tadi kerusakan-kerusakan, dan orang ini bisa memilih dan tidak terpaksa. Ibnu Hubairoh berkata: Manakala si pendusta itu hidungnya dan matanya membantu lidahnya untuk berdusta dengan melariskan kebatilannya, terjadilah persekutuan di antara anggota badan tadi dalam hukuman." 

("Fathul Bari"/Ibnu Hajar/12/hal. 445).

Sebab kedua belas: memakan riba

            Dalilnya sebagaimana hadits tadi. Ibnu Hubairoh رحمه الله berkata: 

"Hanyalah pemakan riba dihukum dengan berenang di sungai merah tadi dan dilemparkannya batu ke dalam mulutnya adalah karena asal dari riba adalah berlaku pada emas, dan emas itu merah. adapun dilemparkannya batu ke dalam mulutnya oleh malaikat, maka itu adalah isyarat bahwasanya batu tadi tidak bermanfaat baginya sedikitpun, demikian pula riba, sungguh pelakunya berhayal bahwasanya hartanya tadi akan bertambah, tapi Alloh di hadapannya menjadikan hartanya tadi rusak." 

("Fathul Bari"/Ibnu Hajar/12/hal. 445).

Sebab ketiga belas: zina

            Dalilnya sebagaimana hadits tadi. Ibnu Hajar رحمه الله berkata: 

"Ucapan beliau: "Mereka adalah para pezina" kesesuaian ketelanjangan untuk mereka adalah karena mereka berhak untuk dibongkar kekejiannya, karena kebiasaan mereka adalah bersembunyi di tempat sepi, maka mereka dihukum dengan dibongkar aib mereka tadi. Dan hikmah datangnya siksaan dari arah bawah mereka adalah karena kejahatan mereka tadi adalah dari anggota badan mereka yang di bawah. 

("Fathul Bari"/Ibnu Hajar/12/hal. 445).

Sebab keempat belas: memerintahkan kepada kebaikan tapi dia sendiri tidak mengamalkannya

            Dari Anas رضي الله عنه bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

«رأيت ليلة أسري بي رجالا تقطع ألسنتهم بمقاريض من نار فقلت: يا جبريل من هؤلاء؟ قال: هؤلاء خطباء من أمتك يأمرون الناس بما لا يفعلون».

"Aku melihat pada malam aku diisro'kan ada orang-orang yang lidah-lidah mereka digunting dengan gunting-gunting dari api. Maka aku bertanya: "Wahai Jibril, siapakah mereka adalah para khothib dari umatmu, mereka memerintahkan manusia dengan perkara yang mereka sendiri tidak mengerjakannya." 

(HR. Ath Thobroniy di "Al Mu'jamul Ausath" (411), sanadnya hasan, rowinya tsiqoh kecuali Ahmad bin Khulaid, dan dia adalah Abu Abdillah bin Yazid Al Kindiy, shoduq).

Sebab keempat belas: menggunjing dan membuat kedustaan terhadap saudara

            Dari Anas رضي الله عنه yang berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

«لما عرج بي مررت بقوم لهم أظفار من نحاس يخمشون وجوههم وصدورهم. فقلت: من هؤلاء يا جبريل ؟ قال: هؤلاء الذين يأكلون لحوم الناس ويقعون في أعراضهم».

"Ketika aku dinaikkan ke langit aku melewati suatu kaum yang punya kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri. Kutanyakan,"Siapakah mereka itu wahai Jibril?" Jawabnya,"Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan merusak kehormatan mereka." 

(HR. Abu Dawud (4878) dan dishohihkan Al Imam Al Wadi'i رحمه الله dalam "Ash Shohihul Musnad" (112)).

            Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: 

"Kemudian orang mukmin diberi kenikmatan di alam kubur sesuai dengan amalannya, dan orang yang jahat disiksa di situ sesuai dengan amalannya juga. Dan setiap anggota badan dikhususkan dengan siksaan yang layak dengan kejahatan anggota badan tadi, maka orang yang suka menggunjing dan merobek-robek daging manusia serta merusak kehormatan mereka, mulutnya digunting dengan gunting-gunting dari api." 

("Tuhfatul Maudud"/hal. 305).

            Demikianlah yang disebutkan oleh Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله. Yang menjadi pendalilan adalah: bahwasanya siksaan di alam kubur itu terjadi sesuai dengan jenis kejahatan yang diperbuat. Alloh yang paling tahu.

Sebab kelima belas: kagum pada diri sendiri dan congkak terhadap orang lain

            Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

«بينما رجل يتبختر يمشي في برديه قد أعجبته نفسه فخسف الله به الأرض فهو يتجلجل فيها إلى يوم القيامة». (أخرجه البخاري (5789) و مسلم (2088)).

"Suatu ketika ada orang yang berjalan dengan congkak dengan memakai dua kain burdahnya, dia kagum dengan dirinya sendiri, maka Alloh menenggelamkannya ke dalam bumi, maka dirinya terbolak-balik di dalamnya sampai hari Kiamat." 

(HR. Al Bukhoriy (5789) dan Muslim (2088)).

            Al Qurthubiy رحمه الله berkata: 

"Seseorang itu merasa kagum dengan dirinya sendiri itu adalah saat dia memandang dirinya sendiri dengan perasaan bahwasanya dirinya itu sempurna dan bagus, sambil dia itu lupa karunia Alloh ta'ala. Jika dia merasa dirinya lebih tinggi dari pada orang lain dan meremehkan orang lain, maka itulah yang namanya kesombongan yang tercela." 

("Al Mufhim"/17/hal. 94).

Sebab keenam belas: menzholimi Al Husain bin Ali رضي الله عنهما

            Sesungguhnya Al Husain bin Ali bin Abi Tholib رضي الله عنهما , cucu Rosululloh صلى الله عليه وسلم dibunuh oleh Ubaidulloh bin Ziyad secara zholim di Karbala pada hari Asyuro (10 Muharrom). Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: "Kemudian masuk ke tahun enam puluh satu, tahun ini diawali dalam keadaan Al Husain bin Ali berjalan ke Kufah, antara Mekah dan Iroq dengan disertai sahabat dan keluarga beliau, lalu beliau terbunuh pada hari Asyuro dari bulan Muharrom tahun tersebut, menurut kisah yang terkenal." 

("Al Bidayah Wan Nihayah"/8/hal. 172).

            Kemudian Ibrohim ibnul Asytar membunuh Ubaidulloh juga pada hari Asyuro, tahun enam puluh tujuh Hijriyyah. 

Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: 

"… Kemudian kebetulan Ibnul Asytar disertai tujuh ribu orang keluar bertemu dengan Ibnu Ziyad yang disertai pasukan yang berlipat ganda, akan tetapi Ibnul Asytar berhasil menangkapnya lalu membunuhnya dengan pembunuhan yang paling jelek di tepi sungai Khozar, sejarak lima marhalah di dekat Maushil. Abu Ahmad Al Hakim berkata: "Kejadian itu berlangsung pada hari Asyuro." Aku katakan: dan itu adalah hari terbunuhnya Al Husain." 

("Al Bidayah Wan Nihayah"/8/hal. 286).

            Dari Umaroh bin Umair yang berkata:

لما جيء برأس عبيد الله بن زياد وأصحابه نضدت في المسجد في الرحبة فانتهيت إليهم وهم يقولون قد جاءت قد جاءت فإذا حية قد جاءت تخلل الرؤس حتى دخلت في منخري عبيد الله بن زياد فمكثت هنيهة ثم خرجت فذهبت حتى تغيبت ثم قالوا قد جاءت قد جاءت ففعلت ذلك مرتين أو ثلاثا.

"Ketika kepala Ubaidulloh bin Ziyad dan teman-temannya dibawa dan ditumpuk di masjid di Rohbah. Aku sampai kepada mereka, dalam keadaan mereka berkata: "Dia datang, dia datang." Tiba-tiba ada ular yang datang dan menyusup di sela-sela kepala-kepala tadi hingga masuk ke dalam rongga hidung Ubaidulloh bin Ziyad, lalu tinggal di dalamnya sebentar, lalu keluar dan pergi sampai menghilang. Kemudian mereka berkata lagi: "Dia datang, dia datang." Ular itu berbuat seperti tadi dua kali atau tiga kali." 

(HR. At Tirmidziy (3780) dengan sanad yang shohih).

Sebab ketujuh belas: memungut pajak

            Sesungguhnya pemungutan pajak terhadap kaum muslimin merupakan suatu dosa besar, termasuk kebiasaan orang zaman jahiliyyah. 

Abu 'Ubaid رحمه الله berkata: 

"Dan dulu pemungutan pajak punya asal pada zaman jahiliyyah. Dilakukan oleh para raja Arob dan non Arob semua. Dulu kebiasaan mereka adalah mengambil dari para pedagang sepersepuluh dari harta mereka jika mereka melewati raja-raja tadi dengan membawa harta –sampai pada ucapan beliau:

- maka dengan ini kita mengetahui bahwasanya perbuatan tadi adalah termasuk sunnah jahiliyyah, beserta hadits-hadits yang banyak tentang masalah itu. Maka Alloh ta'ala dengan Rosul-Nya صلى الله عليه وسلم dan dengan Islam membatalkan hal itu, dan datanglah kewajiban zakat, … dst. 

("Ahkam Ahlidz Dzimmah"/karya Ibnul Qoyyim/hal. 51).

            Al Imam Adz Dzahabiy رحمه الله berkata: 

"Pemungut pajak merupakan pembantu terbesar bagi orang-orang yang zholim, bahkan dia adalah termasuk orang yang zholim itu sendiri, karena dia mengambil apa yang bukan haknya, dan memberikan kepada orang yang tidak berhak. –sampai pada ucapan beliau:

- dan dari manakah si pemungut pajak itu nanti pada hari Kiamat bisa membayar kepada orang-orang harta yang dulu diambilnya dari mereka? Mereka nanti hanyalah mengambil dari kebaikan-kebaikannya jika dia punya kebaikan! Dan dia masuk ke dalam:

قول النبي صلى الله عليه و سلم : «أتدرون من المفلس؟». قالوا: يا رسول الله المفلس فينا من لا درهم له و لا متاع. «إن المفلس من أمتي من يأتي بصلاة و زكاة و صيام و حج و يأتي و قد شتم هذا و ضرب هذا و أخذ مال هذا فيؤخذ لهذا من حسناته و هذا من حسناته فإن فنيت حسناته قبل أن يقضي ما عليه أخذ من سيئاتهم فطرحت عليه ثم طرح في النار»]أخرجه مسلم (6744) عن أبي هريرة رضي الله عنه[.

Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: 

"Tahukah kalian siapa itu orang yang bangkrut?" Mereka berkata,"Wahai Rosululloh, orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tak punya dirham ataupun harta benda." Maka beliau bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan sholat, zakat, puasa dan haji. Dia datang tapi dalam keadaan telah mencaci orang ini, memukul orang ini, mengambil harta orang ini. Maka diambillah kebaikannya untuk orang ini, diambillah kebaikannya untuk orang itu, jika kebaikannya telah habis sebelum tanggung jawabnya selesai, diambillah dari kesalahan-kesalahan mereka lalu diletakkan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke dalam neraka." 

(HR. Muslim (6744) dari Abu Huroiroh رضي الله عنه).

            Dan di dalam hadits wanita yang mensucikan dirinya (dari dosa perzinaan) dengan rajam, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

«لقد تابت توبة لو تابها صاحب مكس لغفر له أو لقبلت منه».

"Sungguh wanita ini telah bertaubat, seandainya pemungut pajak bertaubat dengan taubat macam itu pastilah orang itu diampuni, atau diterima taubat darinya." 

(HR. Muslim (1695) dari Buroidah رضي الله عنه).

            Dan pemungut pajak itu mirip dengan perampok di jalan, dan dia itu termasuk pencuri, pengumpul pajak, penulisnya, saksinya, yang mengambilnya dari tentara, orang tua dan tukang berita, mereka bersekutu dalam dosa, memakan harta yang buruk dan harom. Telah shohih bahwa Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

«لا يدخل الجنة لحم نبت من السحت النار أولى به».

"Tak akan masuk Jannah daging yang tumbuh dari suht. Neraka itu lebih pantas untuknya." 

[HR. Al Imam Ahmad (14441) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi'iy dalam "Ash Shohihul Musnad" (245)/cet. Darul Atsar].

            Suht adalah: setiap keharoman yang buruk penyebutannya, yang mengharuskan untuk dicerca.

(selesai penukilan dari kitab "Al Kabair"/hal. 115/karya Adz Dzahabiy رحمه الله).

            Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: 

"Dan sahabat kami Abu Abdillah Muhammad ibnul Wazir Al Harroniy mengabariku bahwasanya dia pernah keluar dari rumahnya yang di Amid setelah ashr, menuju suatu kebun. Dia berkata: manakala sebelum maghrib aku melintas di tengah kuburan, tiba-tiba saja ada satu kuburan di situ berbentuk bara api seperti tempat pembakaran kaca, dan mayatnya di tengahnya. Maka aku mengusap kedua mataku dan berkata: "Aku sedang tidur ataukah terjaga?" kemudian aku menoleh ke dinding-dinding kota dan berkata: "Demi Alloh, aku tidak sedang tidur." Kemudian aku pergi ke keluargaku dalam keadaan tergoncang. Mereka memberiku makan tapi aku tak sanggup memakannya. Kemudian aku masuk ke kota seraya bertanya tentang pemilik kuburan tadi, ternyata mayat itu adalah seorang pemungut pajak yang mati pada hari itu." 

(kitab "Ar Ruh"/hal. 66-67. Ini juga dinukilkan oleh Al Imam Ibnu Rojab رحمه الله dalam kitab "Ahwalul Qubur"/hal. 109).

Sebab kedelapan belas: pengkhianatan dalam masalah harta

            Sesungguhnya ghulul (pengkhianatan dalam masalah harta) itu termasuk dosa besar. Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ﴾ [آل عمران: 161]

"Dan barangsiapa berkhianat dalam masalah harta, dia akan datang dengan membawa apa yang dikhianatinya itu pada hari kiamat, kemudian setiap jiwa akan dibalasi dengan sempurna sesuai dengan apa yang dikerjakannya dan mereka itu tidak dizholimi."

            Al Imam Al Qurthubiy رحمه الله berkata: 

"Yaitu: dia akan datang dengan membawa hasil pengkhianatanya tadi di atas punggungnya dan lehernya, dia tersiksa dengan membawanya dan berat bebannya, tertimpa ketakutan dengan suaranya, terkena cercaan dengan ditampakkannya pengkhianatanya di hadapan para saksi, berdasarkan dalil yang akan datang. Dan penyingkapan aib yang Alloh ta'ala timpakan terhadap pengkhianat ini serupa dengan penyingkapan aib yang yang menimpa orang yang mengkhianati perjanjian, yaitu ditancapkannya bendera di punggungnya sesuai dengan kadar pengkhianatannya. Dan Alloh ta'ala menjadikan hukuman ini sesuai dengan apa yang diketahui dan dipahami oleh manusia." 

("Al Jami' Li Ahkamil Qur'an"/4/hal. 256).

            Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه yang berkata:

قام فينا النبي صلى الله عليه وسلم فذكر الغلول، فعظمه، وعظم أمره، قال: «لا ألفين أحدكم يوم القيامة على رقبته شاة لها ثغاء، على رقبته فرس له حمحمة، يقول: يا رسول الله أغثني، فأقول: لا أملك لك شيئا قد أبلغتك. وعلى رقبته بعير له رغاء يقول: يا رسول الله أغثني، فأقول: لا أملك لك شيئا قد أبلغتك. وعلى رقبته صامت فيقول: يا رسول الله أغثني فأقول: لا أملك لك شيئا قد أبلغتك، أو على رقبته رقاع تخفق، فيقول: يا رسول الله أغثني، فأقول: لا أملك لك شيئا قد أبلغتك».

"Nabi صلى الله عليه وسلم berdiri di tengah-tengah kami lalu beliau menyebutkan ghulul (pengkhianatan dalam masalah harta), membesarkan urusan itu, beliau bersabda: 

"Jangan sampai aku berjumpa dengan salah seorang dari kalian pada hari Kiamat dalam keadaan di atas lehernya ada kambing yang mengembik, atau di atas lehernya ada kuda yang meringkik. Dia berkata: "Wahai Rosululloh, tolonglah saya." Maka aku menjawab: "Aku tidak kuasa sedikitpun untukmu, aku telah menyampaikannya kepadamu." Dan ada yang di atas lehernya ada onta yang menguak. Dia berkata: "Wahai Rosululloh, tolonglah saya." Maka aku menjawab: "Aku tidak kuasa sedikitpun untukmu, aku telah menyampaikannya kepadamu." Dan ada yang di atas lehernya ada emas. Dia berkata: "Wahai Rosululloh, tolonglah saya." Maka aku menjawab: "Aku tidak kuasa sedikitpun untukmu, aku telah menyampaikannya kepadamu." Dan ada yang di atas lehernya ada lembaran-lembaran catatan kejelekan yang bergerak-gerak Dia berkata: "Wahai Rosululloh, tolonglah saya." Maka aku menjawab: "Aku tidak kuasa sedikitpun untukmu, aku telah menyampaikannya kepadamu." 

(HR. Al Bukhoriy (3073) dan Muslim (1831)).

            Dan dari Abdul Hamid bin Mahmud Al Mu'awwiliy yang berkata:

كنت جالسا عند ابن عباس فأتاه قوم فقالوا: إنا خرجنا حجاجا ومعنا صاحب لنا حتى أتينا ذا الصفاح فمات فهيأناه ثم انطلقنا فحفرنا له قبرا ولحدنا له فلما فرغنا من لحده إذا نحن بأسود قد ملأ اللحد فتركناه وحفرنا له مكانا آخر فلما فرغنا من لحده إذا نحن بأسود قد ملأ اللحد فتركناه وأتيناك. فقال ابن عباس: ذلك الغل الذي تغل به انطلقوا فادفنوه في بعضها، فوالذي نفسي بيده لو حفرتم الأرض كلها لوجدتموه فيها. فانطلقنا فدفناه، فلما رجعنا أتينا أهله بمتيع كان له معنا فقلنا لامرأته: ما كان عمل زوجك فقالت: كان يبيع الطعام فيأخذ كل يوم منه قوت أهله ثم يقرض القصب مثله فيلقيه فيه.

"aku pernah duduk di samping Ibnu Abbas, lalu ada sekelompok orang mendatangi beliau seraya berkata: "Kami keluar untuk berhaji, dan ada seorang teman kami yang menyertai kami hingga kami tiba di Dzash Shifah, lalu teman kami itu mati. Maka kami urus jenazahnya, lalu kami berangkat dan menggali satu kuburan untuknya dan kami buat lahad untuknya. Manakala kami selesai membuat lahad tiba-tiba saja lahad itu penuh dengan harimau-harimau. Maka kami tinggalkan lubang tadi dan kami menggali kuburan lain untuknya. Manakala kami selesai membuat lahad tiba-tiba saja lahad itu penuh dengan harimau-harimau lagi. Maka kami tinggalkan lubang tadi dan kami mendatangi Anda." Maka Ibnu Abbas berkata: "Itu adalah hasil pengkhianatan yang dulu dia lakukan. Berangkatlah kalian dan makamkanlah dia di sebagian lubang tadi. Maka demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, andaikata kalian menggali bumi seluruhnya, kalian pasti akan mendapati hal itu tadi ada di dalamnya." Maka kamipun berangkat lalu kami memakamkannya. Ketika kami kembali kami mendatangi istrinya dengan barang dia yang bersama kami. Kami berkata pada istrinya: "Apa yang dulu dikerjakan oleh suamimu?" maka dia menjawab: "Dulu dia menjual makanan, lalu dia mengambil setiap harinya makanan pokok untuk keluarganya, kemudian dia memotong buluh yang semisal dengan makanan yang diambil tadi, lalu dia melemparkan buluh tadi ke dalam makanan tadi."  ([5])
            Barangkali orang tadi sekedar pegawai yang menjual makanan orang lain lalu dia mengambil makanan tadi untuk keluarganya di luar perjanjian antara dirinya dan pemilik dagangan, lalu sebagai gantinya dia memasukkan potongan buluh tadi ke dalam tumpukan makanan tadi untuk mengelabui orang. Wallohu a'lam.

Sebab kesembilan belas: mencaci Salafush Sholih

            Dari Abu Sa'id Al Khudriy رضي الله عنه yang berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

«يأتي على الناس زمان يبعث منهم البعث فيقولون: انظروا هل تجدون فيكم أحدا من أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- فيوجد الرجل فيفتح لهم به. ثم يبعث البعث الثاني فيقولون: هل فيهم من رأى أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- فيفتح لهم به. ثم يبعث البعث الثالث فيقال: انظروا هل ترون فيهم من رأى من رأى أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- ثم يكون البعث الرابع فيقال: انظروا هل ترون فيهم أحدا رأى من رأى أحدا رأى أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- فيوجد الرجل فيفتح لهم به ».

"Akan datang pada manusia suatu zaman di mana diutuslah dari mereka suatu utusan, lalu mereka berkata: "Lihatlah apakah kalian mendapatkan di antara kalian satu orang dari shahabat Nabi صلى الله عليه وسلم? Maka didapatkanlah orang itu, maka merekapun mendapatkan kemenangan dengannya. Kemudian diutuslah utusan kedua, lalu mereka berkata: "Apakah di antara mereka ada orang yang melihat shahabat Nabi صلى الله عليه وسلم? Maka didapatkanlah orang itu, maka merekapun mendapatkan kemenangan dengannya. Lalu diutuslah utusan ketiga, lalu mereka berkata: "Lihatlah apakah kalian melihat di antara mereka ada orang yang melihat orang yang melihat shahabat Nabi صلى الله عليه وسلم? Maka didapatkanlah orang itu, maka merekapun mendapatkan kemenangan dengannya. Lalu diutuslah utusan keempat, lalu mereka berkata: "Lihatlah apakah kalian melihat di antara mereka ada satu orang yang melihat orang yang melihat orang yang melihat satu orang dari shahabat Nabi صلى الله عليه وسلم? Maka didapatkanlah orang itu, maka merekapun mendapatkan kemenangan dengannya." 

(HR. Muslim (2532)).

            Sesungguhnya para Shohabat رضي الله عنهم itu memiliki kedudukan yang agung di umat ini. Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: "Dulu para Shohabat رضي الله عنهم dalam bab keberanian dan menaati perintah Alloh serta melaksanakan perkara yang Alloh bimbingkan itu mereka memiliki bagian yang tidak dimiliki oleh seorangpun dari umat-umat dan generasi sebelum mereka, dan tidak pula dimiliki oleh seorangpun dari generasi sesudah mereka, karena sesungguhnya mereka dengan berkah Rosul صلوات الله وسلامه عليه dan ketaatan pada beliau terhadap perkara yang beliau perintahkan, mereka membuka hati-hati yang tertutup dan wilayah-wilayah timur dan barat dalam jangka waktu yang pendek, bersamaan dengan sedikitnya jumlah mereka dibandingkan dengan pasukan-pasukan seluruh wilayah dari kalangan Romawi, Persia, Turki, Shoqolibah, Barbar, Habasyah, dan jenis-jenis kulit hitam, Mesir, dan kelompok-kelompok dari anak Adam. Mereka bisa mengalahkan seluruh pasukan tersebut hingga meninggilah kalimat Alloh, dan menanglah agama-Nya di atas seluruh agama, dan membentanglah kerajaan Islam di timur Bumi dan baratnya, dalam jangka waktu kurang dari tiga puluh tahun. Maka semoga Alloh meridhoi mereka dan menjadikan mereka semua ridho, dan mengumpulkan kita ke dalam rombongan mereka, sesungguhnya Dia itu Maha dermawan lagi Maha Memberi." 

("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/4/hal. 72).

            Maka barangsiapa menghina mereka atau mencela mereka, atau mencerca mereka, maka sungguh dia itu telah tersesat dan bahkan bisa jadi kafir. Alloh ta'ala berfirman:

﴿مُحَمَّدٌ رَسُولُ الله وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ الله وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ الله الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا﴾  [الفتح/29]،

"Muhammad adalah utusan Alloh. Dan orang-orang yang bersama beliau itu keras kepada orang-orang kafir dan menyayangi di antara mereka. Engkau melihat mereka itu ruku' dan sujud dalam rangka mencari karunia dari Alloh dan keridhoan-Nya. Alamat mereka di wajah-wajah mereka adalah berupa bekas sujud. Yang demikian itu adalah permisalan mereka di dalam Tauroh. Dan permisalan mereka di dalam Injil adalah bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya lalu memperkerasnya, lalu tunas itu tumbuh meninggi, lalu tegak lurus di atas pokoknya, tanam itu membuat kagum para petani, agar dengan para shahabat itu Alloh membuat marah orang-orang kafir. Alloh menjanjikan pada orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara mereka dengan ampunan dan pahala yang agung."

            Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: 

"Dan dari ayat ini Al Imam Malik رحمه الله dalam suatu riwayat dari beliau mengambil faidah tentang kafirnya Rofidhoh yang membenci Shohabat. Beliau berkata: "Karena mereka murka pada para shohabat. Dan barangsiapa marah pada shohabat maka dia itu kafir dengan ayat ini." Dan ucapan beliau ini disetujui oleh sekelompok ulama tentang hal ini." 

("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/7/hal. 362).

            Al Imam Ibnu Abid Dunya رحمه الله berkata: Muhammad ibnul Husain bercerita padaku: Abu Ishaq pemilik kambing berkata padaku:

دعيت إلى ميت لأغسله فلما كشفت الثوب عن وجهه إذا بحية قد تطوقت على حلقه فذكر من عظمها قال فخرجت ولم أغلسه قال ذكروا أنه كان يشتم السلف. (كتاب "القبور" /رقم 129).

"Aku pernah dipanggil untuk memandikan jenazah. Manakala aku menyingkap baju yang menutupi wajahnya ternyata ada seekor ular yang melingkari tenggorokannya. –dia menyebutkan besarnya ular tadi, lalu dia berkata:- maka aku keluar dan tidak jadi memandikannya. Mereka berkata bahwasanya orang yang mati tadi dulunya sering mencerca Salaf." 

(kitab "Al Qubur"/no. 129). ([6])



Bab Empat: Di Antara Sebab Nikmat Kubur


Sebab pertama: iman kepada Alloh dan Rosul-Nya, dan realisasi dua kalimat syahadat

            Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَأَمَّا الَّذِينَ فَسَقُوا فَمَأْوَاهُمُ النَّارُ كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ﴾ [السجدة: 20]

"Dan adapun orang-orang yang fasiq (kafir) maka tempat mereka adalah Neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kalian mendustakannya."

            Al Imam Al Qurthubiy رحمه الله berkata: 

"Dan adapun orang-orang yang fasiq" yaitu keluar dari keimanan kepada kekufuran "maka tempat mereka adalah Neraka" yaitu tempat berdiam mereka adalah di dalam Neraka. "Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan ke dalamnya" yaitu jika gejolak Neraka mendorong mereka ke atas Neraka, mereka dikembalikan lagi ke tempat mereka di dalamnya, karena mereka ingin sekali untuk keluar darinya." 

("Al Jami' Li Ahkamil Qur'an"/14/hal. 107).

            Sampai kepada firman Alloh ta'ala:

﴿وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾ [السجدة : 21].

"Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian dari adzab yang dekat (di dunia) sebelum adzab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)."

            Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: 

"Dan Al Baro bin 'Azib, Mujahid, dan Abu Ubaidah berkata: Yang dimaksudkan adalah siksaan kubur." 

("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/6/hal. 369).

            Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata:

 "Sekelompok ulama –di antaranya adalah Ibnu Abbas- telah berargumentasi dengan ayat ini tentang adanya siksaan kubur. Dan dalam argumentasi tersebut ada sesuatu karena ini adalah siksaan di dunia yang menyeru mereka untuk rujuk dari kekufuran, dan perkara ini tidak tersamarkan oleh Habrul Ummah (alimnya umat ini) dan penerjemah Al Qur'an (yaitu Ibnu Abbas), akan tetapi termasuk dari fiqih beliau tentang Al Qur'an dan mendalamnya pemahaman beliau tentang itu beliau memahami darinya sebagai siksaan kubur, karena Alloh Yang Mahasuci mengabarkan bahwasanya Dia punya dua siksaan untuk mereka: siksaan yang dekat, dan siksaan yang besar. Dia mengabarkan bahwasanya Dia merasakan kepada mereka sebagian dari adzab yang dekat mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). Maka ini menunjukkan bahwasanya masih tersisa siksaan yang dekat untuk mereka yang dengannya mereka disiksa setelah siksaan dunia. 

Karena itulah Dia berfirman: "sebagian dari adzab yang dekat" dan tidak berfirman: "Dan pasti Kami akan merasakan kepada mereka adzab yang dekat". Maka renungkanlah." 

("Ar Ruh"/hal. 132/cet. Darul Kutubil 'Arobiy).

            Al Imam As Sa'diy رحمه الله berkata: 

"Dan ayat ini adalah termasuk dari dalil-dalil penetapan adanya siksaan kubur. Dan penunjukannya itu jelas, karena sungguh Alloh berfirman: "sebagian dari adzab yang dekat" yaitu: sebagian darinya, maka ini menunjukkan bahwasanya di sana ada siksaan yang lebih dekat sebelum siksaan terbesar, yaitu siksaan Neraka." 

("Taisirul Karimir Rohman"/hal. 656).

            Jika orang kafir disiksa di kuburannya. Maka mukmin itu diberi kenikmatan di situ. Dan dari Abu Huroiroh رضي الله yang berkata:

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : «إذا قبر أحدكم أو الإنسان أتاه ملكان أسودان أزرقان يقال لأحدهما : المنكر والآخر : النكير فيقولان له : ما كنت تقول في هذا الرجل محمد ؟ فهو قائل ما كان يقول، فإن كان مؤمنا قال : هو عبد الله ورسوله أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله. فيقولان له : إن كنا لنعلم إنك لتقول ذلك، ثم يفسح له في قبره سبعون ذراعا في سبعين ذراعا، وينور له فيه فيقال له : نم فينام كنومة العروس الذي لا يوقظه إلا أحب أهله إليه حتى يبعثه الله من مضجعه ذلك. وإن كان منافقا قال : لا أدري كنت أسمع الناس يقولون شيئا فكنت أقوله، فيقولان له: إن كنا لنعلم أنك تقول ذلك ثم يقال للأرض : التئمي عليه فتلتئم عليه حتى تختلف فيها أضلاعه، فلا يزال معذبا حتى يبعثه الله من مضجعه ذلك».

"Rosululloh shollallohi 'alaih wasallam bersabda:

"Jika salah seorang dari kalian dikubur dua malaikat berwarna hitam dan biru mendatanginya, yang satu bernama Munkar, yang lain bernama: Nakir. Keduanya berkata padanya: "Apa yang dulu engkau katakan tentang orang ini, Muhammad?" Maka dia mengucapkan apa yang dulu biasa dia lakukan, jika dia itu adalah orang mukmin, dia berkata: "Beliau adalah hamba Alloh dan utusan-Nya. Saya bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Alloh dan utusan-Nya." 

Maka keduanya berkata kepadanya: "Sesungguhnya kami benar-benar mengetahui bahwasanya engkau memang mengatakan itu." Lalu dilapangkanlah untuknya di kuburannya seluas tujuh puluh hasta kali tujuh puluh hasta, dan diterangilah untuknya di situ, lalu dikatakan padanya: "Tidurlah seperti tidurnya pengantin yang tidaklah membangunkannya kecuali keluarga yang paling dicintainya. Sampai Alloh membangkitkannya dari tempat pembaringannya itu."

            Dan jika si mayit itu munafiq, dia akan berkata: "Saya tidak tahu, dulu saya mendengar orang-orang mengucapkan sesuatu maka sayapun mengucapkannya." Maka keduanya berkata kepadanya: "Sesungguhnya kami benar-benar mengetahui bahwasanya engkau memang mengatakan itu." Lalu dikatakan pada bumi: "Mengatuplah terhadapnya." Maka bumi mengatup terhadapnya sehingga tulang-tulang rusuknya berselisih di dalamnya. Terus-menerus dia disiksa sampai Alloh membangkitkannya dari tempat pembaringannya itu." 

(HR. Ibnu Hibban (3117), sanadnya shohih).

Sebab kedua: mati syahid

            Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ﴾ [آل عمران : 169].

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki."

            Ini terang sekali berbicara tentang kenikmatan kubur bagi para syuhada. Dari Musruq رحمه الله yang berkata:

سألنا عبد الله يعني ابن مسعود- عن هذه الآية: ﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ﴾ قال: أما إنا قد سألنا عن ذلك فقال: «أرواحهم في جوف طير خضر لها قناديل معلقة بالعرش تسرح من الجنة حيث شاءت ثم تأوي إلى تلك القناديل فاطلع إليهم ربهم اطلاعة فقال: هل تشتهون شيئا قالوا: أي شيء نشتهى ونحن نسرح من الجنة حيث شئنا. ففعل ذلك بهم ثلاث مرات فلما رأوا أنهم لن يتركوا من أن يسألوا قالوا: يا رب، نريد أن تردّ أرواحنا في أجسادنا حتى نقتل في سبيلك مرة أخرى. فلما رأى أن ليس لهم حاجة تركوا».

 "Kami bertanya kepada Abdulloh –yakni: Ibnu Mas'ud- tentang ayat ini: 

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki." 

Maka beliau menjawab: 

"Sesungguhnya kami telah menanyakan tentang itu maka beliau –Nabi صلى الله عليه وسلم -menjawab: 

"Ruh-ruh mereka ada di perut burung-burung hijau yang memiliki sarang yang tergantung di bawah 'Arsy, makan dari makanan Jannah sekehendaknya, kemudian dia hinggap di sarang-sarang tadi. Lalu Robb mereka melihat kepada mereka seraya berfirman: "Apakah kalian menginginkan sesuatu?" Mereka menjawab: "Apa lagi yang kami inginkan sementara kami makan dari makanan Jannah sekehendak kami?" Robb mereka melakukan itu terhadap mereka sebanyak tiga kali. 

Manakala mereka berpandangan bahwasanya mereka tak akan ditinggalkan untuk meminta, merekapun berkata: "Wahai Robb kami, kami ingin Engkau mengembalikan ruh-ruh kami ke jasad-jasad kami hingga kami berperang lagi di jalan-Mu." Manakala Alloh melihat bahwasanya mereka tak punya keperluan, merekapun ditinggalkan." 

(HR. Muslim/no. 1887/cet. Darul Kitabil Arobiy).

            Abul Hasan Al Asy'ariy رحمه الله berkata: 

"Dan Alloh ta'ala mengabarkan bahwasanya para syuhada di dunia([7]) mendapatkan rizqiy dan bergembira dengan karunia Alloh ta'ala. Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ * فرحين بما آتاهم الله من فضله ويستبشرون بالذين لم يلحقوا بهم من خلفهم ألا خوف عليهم ولا هم يحزنون﴾]آل عمران: 169 - 170 [ 

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bersenang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

            Dan ini tidak terjadi kecuali di dunia, karena orang-orang yang belum menyusul mereka itu masih hidup dan belum mati dan belum terbunuh." 

("Al Ibanah"/hal. 176-177/cet. Maktabah Shon'a).

            Dan dari Anas رضي الله عنه yang berkata:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم تعجبه الرؤيا الحسنة، فربما قال: «هل رأى أحد منكم رؤيا؟» فإذا رأى الرجل رؤيا سأل عنه، فإن كان ليس به بأس كان أعجب لرؤياه إليه. قال: فجاءت امرأة فقالت: يا رسول الله رأيت كأني دخلت الجنة، فسمعت بها وجبة ارتجت لها الجنة، فنظرت فإذا قد جيء بفلان بن فلان، وفلان بن فلان، حتى عدت اثني عشر رجلا وقد بعث رسول الله صلى الله عليه و سلم سرية قبل ذلك. قالت: فجيء بهم عليهم ثياب طلس تشخب أوداجهم. قال: فقيل اذهبوا بهم إلى نهر السدخ -أو قال: إلى نهر البيدج- قال: فغمسوا فيه فخرجوا منه وجوههم كالقمر ليلة البدر. قال: ثم أتوا بكراسي من ذهب فقعدوا عليها، وأتي بصحفة -أو كلمة نحوها- فيها بسرة، فأكلوا منها، فما يقلبونها لشق إلا أكلوا من فاكهة ما أرادوا، وأكلتُ معهم. قال: فجاء البشير من تلك السرية فقال: يا رسول الله، كان من أمرنا كذا وكذا، وأصيب فلان، وفلان، حتى عد الاثني عشر الذين عدتهم المرأة. قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: «عليّ بالمرأة». فجاءت. قال: «قصّي على هذا رؤياك». فقصّت. قال: هو كما قالت لرسول الله صلى الله عليه و سلم. (أخرجه الإمام أحمد (12408) بسند صحيح).

"Dulu Rosululloh صلى الله عليه وسلم merasa kagum dengan mimpi yang bagus. Terkadang beliau bertanya: "Adakah salah seorang dari kalian melihat suatu mimpi?" jika ada seseorang bermimpi, beliau menanyainya. Jika ternyata mimpinya itu baik, maka beliau merasa kagum dengannya. Lalu datanglah seorang wanita seraya berkata: "Wahai Rosululloh, saya bermimpi seakan-akan saya masuk di Jannah, kemudian saya mendengar suara jatuh di dalam Jannah, dan Jannah bergetar karenanya. Maka saya melihat, ternyata telah didatangkan si fulan bin Fulan, Fulan bin Fulan –dia menghitung sampai dua belas orang yang diutus Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersama pasukan perang sebelum itu- mereka didatangnya dengan memakai baju kotor dan urat-urat lehernya mengalirkan darah. Lalu dikatakan: "Bawalah mereka ke sungai Sadkh –atau berkata: sungai Baidaj-." Lalu mereka dicelupkan ke dalamnya, kemudian mereka keluar dari sungai itu, wajah mereka bagaikan bulan purnama. Kemudian didatangkanlah pada mereka kursi-kursi dari emas, lalu mereka duduk di atasnya. Kemudian didatangkan nampan –atau kalimat semisal itu- di dalamnya ada busr (buah korma yang belum matang), lalu mereka makan darinya. Tidaklah mereka menghadap ke suatu arah kecuali mereka makan dari buah-buahan yang mereka inginkan. Dan saya juga ikut makan bersama mereka."

            kemudian datanglah pembawa berita gembira dari pasukan tadi seraya berkata: "Wahai Rosululloh, kejadian yang kami alami adalah demikian dan demikian, dan yang terbunuh dari kami adalah si fulan bin Fulan, Fulan bin Fulan." 

Dia menghitung sampai dua belas orang yang disebutkan oleh wanita tadi. Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: "Bawalah kepadaku wanita tadi." Maka wanita tadi datang. 

Beliau bersabda padanya: "Ceritakanlah mimpimu pada orang ini." Maka wanita itu bercerita, sebagaimana yang dikatakannya kepada Rosululloh صلى الله عليه وسلم ." 

(HR. Al Imam Ahmad (12408) dengan sanad yang shohih).

Kisah nyata yang mengagumkan:


            Al Hakim An Naisaburiy رحمه الله berkata: 

"Aku mendengar Abu Zakariya Yahya bin Muhammad Al 'Anbariy([8]) berkata: Aku mendengar Abul 'Abbas 'Isa bin Muhammad Ath Thohmaniy Al Marwaziy([9]) berkata:

إن الله سبحانه وتعالى يظهر إذا شاء ما شاء من الآيات والعبر في بريته فيزيد الإسلام بها عزا وقوة، ويؤيد ما أنزل من الهدى والبينات، وينشر أعلام النبوة، ويوضح دلائل الرسالة، ويوثق عرى الإسلام، ويثبت حقائق الإيمان منا منه على أوليائه وزيادة في البرهان بهم، وحجة على من عند عن طاعته وألحد في دينه: ﴿ليهلك من هلك عن بينة ويحيى من حي عن بينة﴾ فله الحمد لا إله إلا هو ذو الحجة البالغة، والعز القاهر، والطول الباهر. وصلى الله على سيدنا محمد نبي الرحمة ورسول الهدى وعليه وعلى آله الطاهرين السلام ورحمة الله وبركاته.
                وإن مما أدركناه عيانا وشاهدناه في زماننا وأحطنا علما به فزادنا يقينا في ديننا وتصديقا لما جاء به نبينا محمد ودعا إليه من الحق فرغَّب فيه من الجهاد من فضيلة الشهداء وبلغ عن الله عز وجل فيهم إذ يقول جل ثناؤه: ﴿ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون فرحين﴾ أني وردت في سنة ثمان وثلاثين ومائتين مدينة من مدائن "خوارزم" تدعى "هزاراسب" وهي في غربي وادي "جيحون" ومنها إلى المدينة العظمى مسافة نصف يوم فخبرت أن بها امرأة من نساء الشهداء رأت رؤيا كأنها أطعمت في منامها شيئا، فهي لا تأكل شيئا ولا تشرب شيئا منذ عهد أبي العباس بن طاهر والي "خراسان" وكان توفي قبل ذلك بثمان سنين رضي الله عنه ثم مررت بتلك المدينة سنة اثنتين وأربعين ومائتين فرأيتها وحدثتني بحديثها، فلم أستقص عليها لحداثة سني ثم إني عدت إلى خوارزم في آخر سنة اثنتين وخمسين ومائتين فرأيتها باقية ووجدت حديثها شائعا مستفيضا. وهذه المدينة على مدرجة القوافل، وكان الكثير ممن نزلها إذا بلغهم قصتها أحبوا أن ينظروا إليها، فلا يسألون عنها رجلا ولا امرأة ولا غلاما إلا عرفها ودل عليها.
                فلما وافيت الناحية طلبتها فوجدتها غائبة على عدة فراسخ، فمضيت في أثرها من قرية إلى قرية فأدركتها بين قريتين تمشي مشية قوية، وإذا هي امرأة نصف جيدة القامة حسنة البدن ظاهرة الدم متوردة الخدين ذكية الفؤاد فسايرتني وأنا راكب، فعرضت عليها مركبا فلم تركبه، وأقبلت تمشي معي بقوة، وحضر مجلسي قوم من التجار والدهاقين، وفيهم فقيه يسمى محمد بن حمدويه الحارثي، وقد كتب عنه موسى بن هارون البزار بمكة، وكمل له عبادة ورواية للحديث، وشاب حسن يسمى عبد الله بن عبد الرحمن، وكان يخلف أصحاب المظالم بناحيته، فسألتهم عنها، فأحسنوا الثناء عليها، وقالوا عنها خيرا، وقالوا: (إن أمرها ظاهر عندنا فليس فيها من يختلف فيها). قال المسمى عبد الله بن عبد الرحمن: (أنا أسمع حديثها منذ أيام الحداثة ونشأت والناس يتفاوضون في خبرها، وقد فرغت بالي لها، وشغلت نفسي للاستقصاء عليها، فلم أر إلا سترا وعفافا، ولم أعثر منها على كذب في دعواها، ولا حيلة في التلبيس). وذكر أن من كان يلي خوارزم من العمال كانوا فيما خلا يستخصونها، ويحضرونها الشهر والشهرين والأكثر في بيت يغلقونه عليها، ويوكلون بها من يراعيها، فلا يرونها تأكل ولا تشرب ولا يجدون لها أثر بول ولا غائط، فيبرّونها ويكسونها ويخلون سبيلها.
                فلما تواطأ أهل الناحية على تصديقها استقصصتها عن حديثها وسألتها عن اسمها وشأنها كله، فذكرت أن اسمها: "رحمة بنت إبراهيم" وأنه كان لها زوج نجار فقير، معيشته من عمل يده، يأتيه رزقه يوما ويوما، لا فضل في كسبه عن قوت أهله، وأنها ولدت منه عدة أولاد، وجاء "الأقطع" ملك الترك إلى القرية فعبر الوادي عند جموده إلينا في زهاء ثلاثة آلاف فارس وأهل خوارزم يدعونه "كسرة".
                وقال أبو العباس: و"الأقطع" هذا فإنه كان كافرا عاتيا شديد العداوة للمسلمين، قد أثر على أهل الثُغور وألحّ على أهل خوارزم بالسبي والقتل والغارات، وكانت ولاة خراسان يتألفونه وأنسابه من عظماء الأعاجم ليكفوا غارتهم عن الرعية، ويحقنوا دماء المسلمين، فيبعثون إلى كل واحد منهم بأموال وألطاف كثيرة وأنواع من فاخر الثياب، وأن هذا الكافر انساب في بعض السنين على السلطان، ولا أدري لم ذاك أستبطأ المبار عن وقتها أم استقل ما بعث إليه في جنب ما بعث إلى نظرائه من ملوك الجريجية والثغرغدية.
                فأقبل في جنوده وتورد الثغر واستعرض الطرق فعاث وأفسد وقتل ومثل فعجزت عنه خيول خوارزم. وبلغ خبره أبا العباس عبد الله بن طاهر رحمه الله فأنهض إليهم أربعة من القواد: طاهر بن إبراهيم بن مدرك، ويعقوب بن منصور بن طلحة، وميكال مولى طاهر، وهارون القباض، وشحن البلد بالعساكر والأسلحة ورتبهم في أرباع البلد كل في ربع فحموا الحريم بإذن الله تعالى، ثم إن وادي جيحون وهو الذي في نهر بلخ جمد لما اشتد البرد وهو واد عظيم شديد الطغيان كثير الآفات. وإذا امتد كان عرضه نحوا من فرسخ وإذا جمد انطبق فلم يوصل منه إلى شيء حتى يحفر فيه كما تحفر الآبار في الصخور وقد رأيت كثيف الجمد عشرة أشبار وأخبرت أنه كان فيما مضى يزيد على عشرين شبرا، وإذا هو انطبق صار الجمد جسرا لأهل البلد تسير عليه العساكر والعجل والقوافل، فينطم ما بين الشاطئين، وربما دام الجمد مائة وعشرين يوما وإذا قل البرد في عام بقي سبعين يوما إلى نحو ثلاثة أشهر.
                قالت المرأة: فعبر الكافر في خيله إلى باب الحصن وقد تحصن الناس وضموا أمتعتهم فضجوا بالمسلمين وخربوهم فحصر من ذلك أهل الناحية وأرادوا الخروج فمنعهم العامل دون أن تتوافى عساكر السلطان وتتلاحق المطوعة فشد طائفة من شبان الناس وأحداثهم فتقاربوا من السور بما أطاقوا حمله من السلاح وحملوا على الكفرة فتهارج الكفرة واستجروهم من بين الأبنية والحيطان فلما أصحروا كر الترك عليهم وصار المسلمون في مثل الحرجة فتخلصوا واتخذوا دارة يحاربون من ورائها وانقطع ما بينهم وبين الخصم وبعدت المؤنة عنهم فحاربوا كأشد حرب وثبتوا حتى تقطعت الأوتار والقسي وأدركهم التعب ومسهم الجوع والعطش وقتل عامتهم وأثخن الباقون بالجراحات ولما جن عليهم الليل تحاجز الفريقان.
                قالت المرأة: ورفعت النار على المناظر ساعة عبور الكافر فاتصلت بالجرجانية وهي مدينة عظيمة في قاصية خوارزم وكان ميكال مولى طاهر من أبياتها في عسكر فحث في الطلب هيبة للأمير أبي العباس عبد الله بن طاهر رحمه الله وركض إلى هزاراسب في يوم وليلة أربعين فرسخا بفراسخ خوارزم وفيها فضل كثير على فراسخ خراسان وعد الترك الفراغ من أمر أولئك النفر فبينما هم كذلك إذ ارتفعت لهم الأعلام السود وسمعوا أصوات الطبول فأفرجوا عن القوم ووافى ميكال موضع المعركة فوارى القتلى وحمل الجرحى.                 قالت المرأة: وأدخل الحصن علينا عشية ذلك أربعمائة جنازة فلم تبق دار إلا حمل إليها قتيل وعمت المصيبة وارتجَت الناحية بالبكاء.
                قالت: ووضع زوجي بين يدي قتيلا فأدركني من الجزع والهلع عليه ما يدرك المرأة الشابة على زوج أبي الأولاد وكانت لنا عيال.
                قالت: فاجتمع النساء من قراباتي والجيران يسعدنني على البكاء وجاء الصبيان وهم أطفال لا يعقلون من الأمر شيئا، يطلبون الخبز، وليس عندي ما أعطيهم فضقت صدرا بأمري، ثم إني سمعت أذان المغرب ففزعت إلى الصلاة، فصليت ما قضى لي ربي، ثم سجدت أدعو وأتضرع إلى الله وأسأله الصبر بأن يجبر يتم صبياني.
                قالت: فذهب بي النوم في سجودي فرأيت في منامي كأني في أرض حسناء ذات حجارة، وأنا أطلب زوجي، فناداني رجل إلى أين أيتها الحرة؟ قلت: أطلب زوجي. فقال: خذي ذات اليمين. قالت: فأخذت ذات اليمين، فرفع لي أرض سهلة طيبة الري، ظاهرة العشب، وإذا قصور وأبنية لا أحفظ أن أصفها أو لم أر مثلها، وإذا أنهار تجري على وجه الأرض عبر أخاديد ليست لها حافات، فانتهيت إلى قوم جلوس حلقا حلقا عليهم ثياب خضر قد علاهم النور، فإذا هم الذين قتلوا في المعركة يأكلون على موائد بين أيديهم، فجعلت أتخللهم وأتصفح وجوههم أبغي زوجي لكي ينظرني، فناداني: يا رحمة يا رحمة، فيممت الصوت، فإذا أنا به في مثل حال من رأيت من الشهداء، وجهه مثل القمر ليلة البدر وهو يأكل مع رفقة له قتلوا يومئذ معه، فقال لأصحابه: إن هذه البائسة جائعة منذ اليوم أفتأذنون لي أن أناولها شيئا تأكله؟ فأذنوا له، فناولني كسرة خبز. قالت: وأنا أعلم حينئذ أنه خبز ولكن لا أدري كيف يخبز؟ هو أشد بياضا من الثلج واللبن وأحلى من العسل والسكر وألين من الزبد والسمن. فأكلته فلما استقر في جوفي قال: اذهبي كفاك الله مؤنة الطعام والشراب ما حييت الدنيا.
                فانتبهت من نومي شبعى ريا، لا أحتاج إلى طعام ولا شراب. وما ذقتهما منذ ذلك اليوم إلى يومي هذا، ولا شيئا يأكله الناس. قال أبو العباس: وكانت تحضرنا وكنا نأكل فتتنحى وتأخذ على أنفها تزعم أنها تتأذى من رائحة الطعام. فسألتها هل تتغذى بشيء أو تشرب شيئا غير الماء؟ فقالت: لا.
                فسألتها هل يخرج منها ريح أو أذى كما يخرج من الناس؟ فقالت: لا عهد لي بالأذى منذ ذلك الزمان. قلت: والحيض؟ و أظنها قالت: انقطع بانقطاع الطعم.
                قلت: فهل تحتاجين حاجة النساء إلى الرجال؟ قالت: أما تستحيي مني تسألني عن مثل هذا؟ قلت: إني لعلي أحدثُ الناس عنك، ولا بد أن أستقصي. قالت: لا أحتاج.
                قلت: فتنامين؟ قالت: نعم أطيب نوم. قلت: فما ترين في منامك؟ قالت: مثل ما ترون. قلت: فتجدين لفقد الطعام وهناً في نفسك؟ قالت: ما أحسست بجوع منذ طعمت ذلك الطعام.
                وكانت تقبل الصدقة. فقلت لها: ما تصنعين بها؟ قالت: أكتسي وأكسو ولدي. قلت: فهل تجدين البرد وتتأذين بالحر؟ قالت: نعم. قلت: فهل تدرين كلل اللغوب والإعياء إذا مشيت؟ قالت: نعم. ألست من البشر؟ قلت: فتتوضئين للصلاة؟ قالت: نعم. قلت: لم؟ قالت: أمرني بذلك الفقهاء. فقلت: إنهم أفتوها على حديث: «لا وضوء إلا من حدث أو نوم».
                وذكرت لي أن بطنها لاصق بظهرها. فأمرت امرأة من نسائنا فنظرت فإذا بطنها كما وصفت، وإذا قد اتخذت كيسا فضمت القطن وشدته على بطنها كي لا ينقصف ظهرها إذا مشت. ثم لم أزل أختلف إلى هزاراسب بين السنتين والثلاث، فتحضرني فأعيد مسألتها، فلا تزيد ولا تنقص. وعرضت كلامها على عبد الله بن عبد الرحمن الفقيه، فقال: أنا أسمع هذا الكلام منذ نشأت، فلا أجد من يدفعه أو يزعم أنه سمع أنها تأكل أو تشرب أو تتغوط.

"Sesungguhnya Alloh Yang Mahasuci dan Mahatinggi akan menampakkan sebagian dari ayat-ayat dan pelajaran jika Dia menghendakinya pada para makhluknya sehingga dengan itu menambah kemuliaan dan kekuatan Islam, dan mendukung petunjuk dan keterangan terhadap apa yang diturunkan-Nya, menyebarkan alamat-alamat kebenaran kenabian, dan memperjelas penunjukan kebenaran risalah, dan mengokohkan simpul Islam, dan mengokohkan hakikat keimanan kita dari-Nya terhadap para wali-Nya, dan tambahan bukti tentang mereka, dan argumentasi yang membantah orang yang membangkang terhadap ketaatan kepada-Nya dan menyeleweng dalam agama-Nya:

﴿ليهلك من هلك عن بينة ويحيى من حي عن بينة﴾

“Agar orang yang binasa itu binasa di atas bayyinah, dan agar orang yang hidup itu hidup di atas bayyinah.”

            Maka hanya milik Alloh sajalah pujian, tiada sesembahan yang benar kecuali Dia, Yang memiliki argumentasi yang kokoh, keperkasaan yang unggul, dan karunia yang mencengangkan. Dan semoga sholawat dari Alloh tercurah kepada tuan kita Muhammad, Nabi pembawa rohmat, dan Rosul pembawa petunjuk, dan semoga salam, rohmat dan barokah Alloh tercurah kepada beliau dan kepada keluarga beliau yang suci.

            Dan sesungguhnya termasuk dari kejadian yang kami dapati dengan mata kepala kami, dan kami saksikan di zaman kami, dan kami mengetahuinya, sehingga kami bertambah yakin tentang agama kami dan bertambah membenarkan apa yang dibawa oleh Nabi kami Muhammad dan kebenaran yang beliau dakwahkan, sehingga beliau menyemangati untuk berjihad dengan menampilkan keutamaan para syuhada, dan beliau menyampaikan berita dari Alloh عز وجل tentang mereka, karena Alloh Yang Agung pujian-Nya berfirman:

﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فرحين﴾ [آل عمران : 169].

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki dalam keadaan bergembira."

            Dan sungguh aku datang pada tahun dua ratus tiga puluh delapan (238 H) ke salah satu dari kota-kota "Khowarizm" yang dipanggil dengan kota "Hawarosib". Kota ini ada di sebelah barat lembah "Jaihun" jarak dari kota itu ke ibukota adalah perjalanan setengah hari.

            Aku dikabari bahwasanya di kota itu ada seorang wanita dari kalangan istri syuhada, dia melihat dalam mimpinya seakan-akan dia diberi suatu makanan di dalam mimpinya, padahal dia tidak memakan sesuatu dan tidak meminum sesuatu sejak zaman Abul 'Abbas bin Thohir, walikota "Khurosan". Walikota ini telah meninggal delapan tahun yang lalu. Semoga Alloh meridhoinya.

            Kemudian aku melewati kota itu pada tahun dua ratus empat puluh dua (242 H), maka aku melihat wanita ini, dan dia menceritakan kisah itu padaku. Aku tidak menyelidiki wanita itu karena usiaku masih muda. Kemudian aku kembali ke "Khowarizm" pada akhir tahun dua ratus lima puluh dua, maka aku melihat wanita ini masih hidup, dan aku dapati kisah dia telah tersebar dan terkenal. Kota ini dilewati oleh para pengendara, dan kebanyakan orang yang singgah di situ jika sampai kepada mereka berita itu mereka senang untuk melihat kepada wanita tadi. Dan tidaklah mereka bertanya tentang wanita ini kepada pria ataupun wanita ataupun anak-anak kecuali orang itu tahu tentang wanita ini dan menunjukkannya kepadanya.

            Manakala aku sampai di suatu sudut kota, aku mencari wanita ini, ternyata aku dapati dia menghilang sampai sekian farsakh([10]) maka aku berjalan menyusuri jejaknya dari satu desa ke desa lain, lalu aku mendapatinya sedang berjalan cepat di antara dua desa. Ternyata dia adalah wanita setengah baya, badannya tegak bagus, kelihatan warna darahnya dari balik kulitnya, kedua pipinya agak gembung, cerdas. Dia berjalan mengiringiku dalam keadaan aku di atas kendaraan. Aku telah menawarinya kendaraan tapi dia tidak mau. Dia berjalan mengiringiku dengan kuatnya.

            Yang hadir di majlisku adalah orang-orang dari para pedagang, tuan tanah, di kalangan hadirin ada juga seorang ahli fiqih yang bernama Muhammad bin Hamdawaih Al Haritsiy. Musa bin Harun Al Bazzar telah mengambil ilmu darinya di Makkah. Telah lengkap pada dirinya ibadah dan periwayatan hadits. Hadir juga anak muda yang baik yang bernama Abdulloh bin Abdirrohman. Dia sering menggantikan para pengurus kriminalitas di wilayahnya.

            Maka aku menanyai mereka tentang wanita ini, maka mereka memujinya dan berbicara yang baik-baik tentangnya. Mereka berkata: "Perkara wanita ini telah jelas bagi kami. Tiada seorangpun yang berselisih tentangnya." Yang namanya Abdulloh bin Abdurrohman berkata: "Saya mendengar kisahnya sejak saya masih remaja. Saya tumbuh dalam keadaan orang-orang menyebarluaskan beritanya. Benak saya penuh dengan kisah wanita itu. Jiwa saya sibuk untuk menyelidikinya, ternyata saya tidak mendapatinya kecuali dia itu tertutup dan terjaga kehormatannya. Saya tidak mendapati kedustaan dalam pengakuannya, ataupun tipu daya dalam pengkaburan."

            Si Abdurrohman menyebutkan bahwasanya para pegawai yang mengurusi  "Khowarizm" dulu mengkhususkan diri untuk menyelidiki wanita ini, menghadirkannya selama sebulan dua bulan dan bahkan lebih di suatu rumah yang wanita ini mereka kunci di dalamnya. Dan mereka mewakilkan orang yang mengurusinya, ternyata mereka tidak mendapatinya makan ataupun minum, mereka juga tidak mendapatkan bekas kencing ataupun berak dari wanita itu. Maka merekapun memuliakannya, memberikan pakaian untuknya, dan membebaskan jalannya.

            Manakala penduduk wilayah itu telah sepakat akan kejujuran wanita itu, akupun menyelidiki kisah dia. Aku tanya siapa namanya dan seluruh keadaannya.

            Dia menyebutkan bahwasanya namanya adalah: Rohmah binti Ibrohim. Dia dulunya punya suami seorang tukang kayu yang miskin. Penghasilannya dari hasil kerja tangannya, rizqinya datang sehari-hari. Penghasilannya tidak melebihi makanan pokok keluarganya. Wanita melahirkan dari orang tadi beberapa anak.

            Kemudian datanglah si Aqtho', raja Turk, ke desa tadi dengan melintasi lembah Jaihun ketika airnya membeku, dia mendatangi kami bersama sekitar tiga ribu pasukan berkuda. Penduduk Khowarizm menjulukinya sebagai "Kisroh."

            Abul Abbas berkata: 

si Aqtho' ini adalah orang kafir yang jahat dan sangat memusuhi umat Islam. Dia telah menimpakan pengaruh hantaman pada penduduk perbatasan, dan berulang kali menyerang, membunuh dan menawan penduduk Khowarizm. Para penguasa Khurosan dulu selalu berusaha melunakkan hatinya dan hati para pembesar Ajam dari kalangan keluarganya agar mereka menghentikan serangan kepada rakyat, dan menjaga darah umat Islam. 

Para penguasa Khurosan mengirimkan kepada masing-masing pembesar Ajam tadi dengan uang dan banyak bingkisan dan beraneka baju yang mewah. Si kafir ini dalam beberapa tahun ini sering mencaci Sultan. Aku tidak tahu kenapa itu terjadi? Apakah karena dia merasa hadiahnya terlambat dari waktunya ataukah dia menganggap hadiah tadi terlalu kecil dibandingkan dengan hadiah yang diberikan kepada raja-raja sejawatnya semisal raja "Jirjiyyah" dan raja "Tsaghorghodiyyah".

            Lalu si Aqtho' tadi menyerbu bersama pasukannya, mendatangi wilayah perbatasan dan menghadang di jalanan, masuk ke wilayah itu dan membuat kerusakan dan pembunuhan. Pasukan muslimin tak mampu menghadapinya.

            Berita tersebut sampai kepada Abul Abbas Abdulloh bin Thohir –semoga Alloh merohmatinya-, maka beliaupun mengirimkan kepada mereka empat komandan: Thohir bin Ibrohim bin Mudrik, Ya'qub bin Manshur bin Tholhah, Mikal maula Thohir dan Harun Al Qobbadh. Beliau sendiri memenuhi negri dengan tentara dan persenjataan, dan mengatur pasukan di empat penjuru negri, masing-masing komandan menempati seperempat wilayah. Mereka melindungi negri dengan seidzin Alloh ta'ala.

            Sesungguhnya lembah Jaihun yang ada di sungai "Balkh" membeku ketika suhu dingin memuncak. Lembah tadi luas dan sangat keras, banyak penyakitnya. Jika dia itu dibentangkan, lebarnya menjadi sekitar satu farsakh. Jika dia membeku diapun memadat sehingga tak mungkin bisa mencapai dasarnya hingga digali seperti digalinya sumur-sumur di batu karang. Sungguh aku telah melihat ketebalan es lembah tadi mencapai sepuluh jengkal. Dan aku dikabari bahwasanya pada musim yang telah lalu ketebalan esnya mencapai duapuluh jengkal. Jika dia memadat, jadilah es tadi bagaikan jembatan menghubungkan dua tepinya bagi penduduk negri itu, yang berjalan di atasnya tentara, anak sapi, dan rombongan pengendara. Dan terkadang es tadi bertahan seratus duapuluh hari. Jika dinginnya berkurang dalam setahun es tadi bertahan selama tujuh puluh hari sampai tiga bulan.

            Wanita itu berkata: si kafir bersama pasukan berkudanya tadi melintasi pintu benteng. Orang-orang telah membentengi diri dan menggabungkan barang-barang mereka. pasukan kafir tadi menyerang muslimin dan mengalahkan mereka, lalu penduduk wilayah itu terkepung. Para penduduk ingin keluar dari wilayah itu, tapi pegawai kota melarang mereka pergi tanpa perjumpaan dengan tentara sultan dan penggabungan dengan para sukarelawan.

Lalu sekelompok pemuda dan remaja masyarakat bangkit mendekati dinding benteng sambil membawa senjata sesanggup mereka, lalu menyerang orang-orang kafir itu. Maka orang-orang kafir itu gaduh dan menuntut mereka keluar dari bangunan dan dinding. Ketika mereka keluar, orang-orang Turk itu menyerang mereka, dan jadilah muslimin dalam kesulitan, kemudian muslimun meloloskan diri dan berlindung di suatu bangunan sambil memerangi orang-orang yang ada di balik bangunan tadi. 

Lalu terpisahlah mereka dari pasukan lawan tadi dalam keadaan muslimin jauh dari amunisi. Kemudian muslimin memerangi pasukan musuh dengan sangat sengitnya dan bertahan sampai tali-tali putus dan tongkat-tongkat patah. Kemudian mereka tertimpa rasa capek, lapar dan dahaga. Mayoritasnya telah gugur, dan sisanya penuh luka. Ketika malam telah membayang, kedua belah pihakpun memisahkan diri.

            Wanita itu berkata: api diangkat di atas menara pengawas pada saat si kafir itu melintas dan sampai di "Jurjaniyyah", kota besar di ujung Khowarizm. Si Mikal maula Thohir ada di kota itu bersama pasukan, maka beliau menghasung pasukan untuk mengejar pasukan Turk karena segan pada sang gubernur Abul Abbas Abdillah bin Thohir –semoga Alloh merohmatinya-. 

Beliau berangkat ke Hazarosib sehari semalam sepanjang empat puluh farsakh dengan ukuran farsakh Khowarizm. Ini lebih panjang daripada ukuran farsakh Khurosan. Pasukan Turk memang tengah mencari kesempatan kosongnya wilayah dari pasukan tadi. Ketika mereka dalam suasana seperti tadi, tiba-tiba tampaklah bagi mereka bendera-bendera hitam dan mereka mendengar suara-suara gendang. 

Maka merekapun lari meninggalkan kaum muslimin, dan Mikalpun tiba di medan tempur. Kemudian dia mengebumikan orang-orang yang terbunuh dan membawa orang-orang yang terluka.

            Wanita itu berkata: dan pada sore itu dimasukkanlah ke dalam benteng kepada kami empat ratus jenazah jenazah, sehingga tidaklah tersisa satu rumahpun kecuali dibawa ke dalamnya orang yang gugur tadi, sehingga musibah merata dan wilayah itu goncang dengan tangisan.

            Dia bercerita: jenazah suamiku diletakkan di hadapanku sehingga aku tertimpa kesedihan dan duka yang mendalam sebagaimana yang menimpa seorang wanita muda yang kehilangan suaminya, bapak anak-anak. Kami punya tanggungan anak-anak.

            Dia berkata: maka para wanita dari kerabat dan tetanggaku berkumpul membantuku menangis, dan datanglah anak-anak. Mereka anak-anak kecil yang tidak memahami perkara ini sedikitpun. Mereka meminta roti sementara aku tidak punya apa-apa untuk kuberikan pada mereka. maka dadaku menjadi sempit dengan urusan ini. Kemudian aku mendengar adzan maghrib, maka aku bergegas untuk sholat. Maka aku sholat sebagaimana yang Robbku tetapkan untukku, kemudian aku sujud, aku berdoa dan merundukkan diri pada Alloh, dan aku mohon pada-Nya kesabaran dengan menopang keyatiman anak-anakku.

            Wanita itu berkata: di dalam sujudku aku tertidur, kemudian di dalam mimpiku aku melihat seakan-akan aku ada di suatu bumi yang indah, punya bebatuan, dan aku mencari suamiku. Maka ada orang menyeruku: "Mau kemanakah engkau, wahai wanita merdeka?" aku menjawab: "Aku mencari suamiku." Maka dia menjawab: "Ambillah arah ke kanan." Maka akupun mengambil arah ke kanan. Kemudian ditampakkan kepadaku tanah yang landai, kesegarannya bagus, dan rerumputannya jelas. Tiba-tiba ada istana-istana dan bangunan-bangunan yang aku tidak hapal untuk aku gambarkan, atau aku belum pernah melihat semisalnya. Tiba-tiba saja ada sungai-sungai yang mengalir di permukaan bumi melewati parit-parit tanpa memiliki dinding-dinding yang mengelilingi.

            Lalu aku tiba di suatu kaum yang duduk-duduk membentuk lingkaran- lingkaran. Mereka mengenakan baju hijau. Mereka diliputi cahaya. Ternyata mereka adalah orang-orang yang terbunuh di medan perang tadi. Mereka sedang makan dari hidangan-hidangan yang ada di hadapan mereka. maka mulailah aku menyela-nyelai mereka, aku meneliti wajah-wajah mereka untuk mencari suamiku agar dia melihatku. 

Maka diapun memanggilku: "Wahai Rohmah, wahai Rohmah." Maka aku menuju ke arah sumber suara. Ternyata aku mendapatinya keadaannya seperti keadaan para syuhada tadi. Wajahnya seperti bulan purnama, sambil makan bersama rombongannya yang terbunuh bersamanya hari itu. 

Maka dia berkata pada para sahabatnya: "Sesungguhnya wanita yang kasihan ini seharian penuh dirundung kelaparan. Apakah kalian mengizinkan padaku untuk aku beri dia sesuatu untuk dimakannya?" mereka mengizinkannya untukku. Maka dia menyodorkan kepadaku sepotong roti. Ketika itu aku tahu bahwasanya itu adalah roti, akan tetapi aku tidak tahu bagaimana dia itu dibuat? Dia lebih putih daripada salju dan susu, dan lebih manis daripada madu dan gula, lebih lembut daripada mentega dan minyak samin.

Lalu akupun memakannya. Ketika roti itu telah menetap di dalam perutku, suamiku berkata: "Pergilah, Alloh telah mencukupi keperluan makan dan minummu selama engkau hidup di dunia." ([11])

            Lalu aku terbangun dari tidurku dalam keadaan kenyang dan segar, tidak perlu makan ataupun minum. Aku tidak pernah makan dan minum sejak hari itu sampai hari ini, akan apapun yang dimakan oleh manusia.

            Abul 'Abbas berkata: ketika itu dia hadir saat kami makan, maka dia menjauh dan memegang hidungnya. Dia menyatakan bahwasanya dia terganggu dengan bau makanan. Maka aku bertanya kepadanya: "Apakah Anda mengambil suatu gizi atau minum sesuatu yang bukan air?" Dia menjawab: "Enggak."

            Aku bertanya: "Apakah keluar dari Anda angin atau kotoran sebagaimana yang keluar dari manusia?" dia menjawab: "Sejak zaman itu aku tak pernah buang kotoran." Aku bertanya: "Haidh juga?" kukira dia menjawab: "Haidh terputus dengan terputusnya makanan."

            Aku bertanya: "Apakah Anda perlu sebagaimana perlunya wanita pada lelaki?" dia menjawab: "Apakah engkau tidak malu kepadaku dengan bertanya semacam ini?" aku menjawab: "Barangkali saya akan menceritakan kisah Anda kepada manusia. Maka saya harus meneliti" dia menjawab: "Aku tidak perlu."

            Aku bertanya: "Apakah Anda tidur juga?" dia menjawab: "Iya, tidur yang paling enak." Aku bertanya: "Apa yang Anda lihat di dalam mimpi?" dia menjawab: "Seperti apa yang kalian lihat." Aku bertanya: "Apakah Anda mendapati dalam diri Anda kelemahan karena tak pernah makan?" dia menjawab: "Aku tak pernah merasa lapar sejak aku makan makanan itu."

            Wanita ini menerima shodaqoh. Maka aku bertanya padanya: "Apa yang Anda lakukan dengan shodaqoh itu?" Dia menjawab: "Untuk pakaianku dan pakaian anakku." Aku bertanya: "Apakah Anda mendapati rasa dingin dan terganggu dengan panas?" Dia menjawab: "Iya." Aku bertanya: "Apakah Anda mendapati rasa  letih dan lemas jika berjalan." Dia menjawab: "Iya. Bukankah aku termasuk manusia?"

            Aku bertanya: "Apakah Anda berwudhu untuk sholat?" dia menjawab: "Iya." Aku bertanya: "Kenapa?" dia menjawab: "Para ahli fiqih memerintahkan aku untuk itu." Mereka memberikan fatwa pada wanita itu berdasarkan hadits:

«لا وضوء إلا من حدث أو نوم».

"Tidak ada wudhu kecuali disebabkan oleh hadats atau tidur."

            Wanita itu juga menyebutkan kepadaku bahwasanya perutnya telah menempel dengan tulang belakangnya. Maka aku memerintahkan salah seorang dari istri kami untuk melihat itu. Maka dia melihatnya, ternyata perutnya memang seperti yang digambarkannya. Dia mengambil plastik lalu dimasuki kapas dan mengencangkannya ke perutnya agar tulang belakangnya tidak patah jika berjalan.

            Kemudian aku terus-menerus mundar-mandir ke Hazarosib selama dua atau tiga tahun, lalu wanita itu hadir di majelisku, kemudian aku mengulang lagi pertanyaanku kepadanya, dan dia tidak menambahi ataupun mengurangi. Aku memaparkan ucapannya kepada Abdulloh bin Abdirrohman Al Faqih, maka dia berkata: "Aku telah mendengar ucapan ini sejak aku membesar, lalu aku tidak mendapati ada orang yang menolaknya atau menyatakan bahwasanya dia mendengar bahwasanya wanita tadi makan atau minum atau buang hajat."

(selesai penukilan dari "Ath Thobaqotusy Syafi'iyyatil Kubro"/karya Ibnus Subkiy/8/hal. 2-7).

Kisah mengagumkan yang lain


            Dari Tsabit Al Bunaniy رحمه الله yang berkata:

كنت عند أنس بن مالك إذ قدم عليه ابن له من غزاة له ، يقال له أبو بكر ، فسأله ، فقال : ألا أخبرك عن صاحبنا ، فلان ؟ بينا نحن قافلين في غزاتنا ، إذ ثار وهو يقول : واأهلاه واأهلاه ، فثرنا إليه ، وظننا أن عارضا عرض له ، فقلنا : ما لك ؟ فقال : إني كنت أحدث نفسي ألا أتزوج حتى أستشهد ، فيزوجني الله تعالى من حور العين ، فلما طالت علي الشهادة ، قلت في سفري هذا : إن أنا رجعت هذه المرة تزوجت ، فأتاني آت قبيل في المنام ، فقال : أنت القائل : إن رجعت تزوجت ؟ قم فقد زوجك الله "العيناء" ، فانطلق بي إلى روضة خضراء معشبة ، فيها عشر جوار ، بيد كل واحدة صنعة تصنعها ، لم أر مثلهن في الحسن والجمال ، فقلت : فيكن العيناء ؟ فقلن : نحن من خدمها ، وهي أمامك فمضيت ، فإذا روضة أعشب من الأولى وأحسن ، فيها عشرون جارية ، في يد كل واحدة صنعة تصنعها ليس العشر إليهن بشيء في الحسن والجمال ، قلت : فيكن العيناء ؟ قلن : نحن من خدمها ، وهي أمامك ، فمضيت ، فإذا أنا بروضة ، وهي أعشب من الأولى والثانية في الحسن ، فيها أربعون جارية ، في يد كل واحدة منهن صنعة تصنعها ليس العشر والعشرون إليها بشىء في الحسن والجمال ، قلت : فيكن العيناء ؟ قلن : نحن من خدمها ، وهي أمامك ، فمضيت ، فإذا أنا بياقوتة مجوفة فيها سرير عليه امرأة قد فضل جنباها السرير ، قلت : أنت العيناء ؟ قالت : نعم مرحبا ، فذهبت أضع يدي عليها ، قالت : مه ؛ إن فيك شيئا من الروح بعد ، ولكن تفطر عندنا الليلة ، قال : فانتبهت ، قال : فما فرغ الرجل من حديثه حتى نادى المنادي : يا خيل الله اركبي ، قال : فركبنا ، فصافنا العدو ، قال : فإني لأنظر إلى الرجل ، وأنظر إلى الشمس ، وأذكر حديثه ، فما أدري رأسه سقط أم الشمس سقطت.

"Aku pernah di sisi Anas bin Malik ketika datang padanya salah seorang anaknya dari peperangan yang diikutinya. Anak itu dipanggil sebagai Abu Bakr. Maka Anas menanyai kabarnya. 

Dia menjawab: "Maukah Ayah kukabari tentang sahabat kami, si Fulan? Ketika kami sedang berangkat pulang dari peperangan kami, tiba-tiba saja dia ribut dan berkata: "Wahai istriku, wahai istriku." Maka kami berhamburan kepadanya karena mengira ada yang menghadangnya. 

Maka kami bertanya: "Ada apa denganmu?" dia menjawab: "Sesungguhnya aku berbicara dengan diri sendiri untuk tidak menikah sampai aku mati syahid, lalu Alloh ta'ala menikahkanku dengan bidadari bermata jeli. Manakala syahadah itu lama tidak datang-datang, aku berkata dalam perjalananku ini: "Jika kali ini aku pulang aku akan menikah." Lalu baru saja di dalam mimpi tadi ada orang yang mendatangiku seraya berkata: "Engkaukah yang berkata: jika aku pulang aku akan menikah? Bangkitlah, Alloh telah menikahkanmu dengan "Aina"." 

Lalu dia berangkat membawaku ke suatu kebun hijau yang penuh dengan tetumbuhan. Di dalamnya ada sepuluh orang gadis. Di tangan masing-masing dari mereka ada sesuatu yang tengah mereka buat. Belum pernah aku melihat ada gadis seindah dan secantik mereka. ([12]) Maka aku bertanya: 

"Apakah di antara kalian ada 'Aina?" Mereka menjawab: "Kami termasuk dari pelayannya. Dia ada di depanmu." Maka aku berlalu. Tiba-tiba saja ada kebun yang lebih banyak tumbuhannya dan lebih bagus daripada yang pertama. Di dalamnya ada dua puluh gadis. Di tangan masing-masing dari mereka ada sesuatu yang tengah mereka buat. Sepuluh gadis yang pertama tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka ini dalam masalah keindahan dan kecantikan. 

Maka aku bertanya: "Apakah di antara kalian ada 'Aina?" Mereka menjawab: "Kami termasuk dari pelayannya. Dia ada di depanmu." Maka aku berlalu. Tiba-tiba saja ada kebun yang lebih banyak tumbuhannya dan lebih bagus daripada yang pertama dan kedua. Di dalamnya ada empat puluh gadis. Di tangan masing-masing dari mereka ada sesuatu yang tengah mereka buat. Sepuluh dan duapuluh gadis yang tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka ini dalam masalah keindahan dan kecantikan. Maka aku bertanya: "Apakah di antara kalian ada 'Aina?" Mereka menjawab: "Kami termasuk dari pelayannya. Dia ada di depanmu." Maka aku berlalu. 

Tiba-tiba saja ada permata yaqut yang berongga, di dalamnya ada ranjang, di atas ranjang itu ada seorang wanita. Kedua sisinya melebihi ranjang itu. Aku berkata: "Apakah engkau 'Aina?" dia menjawab: "Iya. Selamat datang." Maka aku hendak meletakkan tanganku ke dirinya. Dia berkata: "Tahan dulu, sesungguhnya pada dirimu masih ada sedikit nyawa. Tapi engkau akan berbuka puasa di sisi kami malam ini." Lalu aku terbangun."

            Abu Bakr berkata: "Belumlah orang ini selesai dari perkataannya sampai ada penyeru yang berteriak: "Wahai pasukan Alloh, naiklah kendaraan!" maka kami menaiki tunggangan. Lalu musuh berbaris menghadapi kami. Maka aku benar-benar melihat kepada orang tadi dan melihat kepada matahari, dan aku mengingat kisah dia. Maka aku tidak mengetahui apakah kepalanya yang jatuh duluan ataukah matahari yang terbenam lebih dulu."

(Selesai penukilan dari "Al Ghoilaniyyat"/karya Al Imam Abu Bakr Asy Syafi'iy/2/hal. 421).
Sanadnya shohih, para perowinya tsiqot.

            Atsar ini juga diriwayatkan oleh Al Imam Ibnul Mubarok dalam "Al Jihad" no. (149) dari jalur As Sariy bin Yahya dari Tsabit. Di dalam riwayat ini:

ثم انتهيت إلى قبة من ياقوتة حمراء مجوفة قد أضاء لها ما حولها، فقال لي صاحبي: ادخل، فدخلت،  فإذا امرأة ليس للقبة معها ضوء، فجلست فتحدثت ساعة، فجعلت تحدثني، فقال صاحبي: اخرج انطلق. قال: ولا أستطيع أن أعصيه. قال: فقمت فأخذتْ بطرف ردائي فقالت: أفطر عندنا الليلة. فلما أيقظتموني رأيت إنما هو حلم فبكيت. فلم يلبثوا أن نودي في الخيل. قال: فركب الناس، فما زالوا يتطاردون حتى إذا غابت الشمس وحلّ للصائم الإفطار أصيب تلك الساعة، وكان صائما. وظننت أنه من الأنصار، وظننت أن ثابتا كان يعلم نسبه اهـ.

"… kemudian aku tiba di sebuah kubah dari permata yaqut merah yang berongga yang bersinar menerangi kubah itu dan sekelilingnya. Maka temanku tadi berkata padaku: "Masuklah." Ternyata di dalamnya ada seorang wanita yang jika dibandingkan dengan kubah itu, kubah itu tak punya cahaya (saking terangnya cahaya wanita ini). Maka aku duduk dan berbincang-bincang dengannya sesaat, dia juga mengajakku bicara. Lalu temanku berkata: "Keluarlah, berangkat." Aku tak sanggup membangkang perintahnya. Maka akupun bangkit. Maka wanita itu mengambil ujung selendangku seraya berkata: "Berbukalah di sisi kami malam ini." Ketika kalian membangunkan aku, aku melihat bahwasanya itu tadi cuma mimpi, maka akupun menangis. 

Tidak lama kemudian diserukan untuk berangkat naik kuda. Maka orang-orang menaiki kendaraan mereka. dan terus-menerus berlangsung peperangan sampai ketika matahari menghilang, dan halallah bagi orang berpuasa untuk berbuka, terbunuhlah pemuda tadi saat itu dalam keadaan dia itu berpuasa. Aku kira dia itu dari Anshor. Dan aku kira Tsabit tahu nasab pemuda itu."

Sebab ketiga: memperbanyak amal sholih

            Sesungguhnya amal sholih itu punya pengaruh yang kuat untuk menolak siksaan kubur dan mendapatkan kenikmatannya. Alloh ta'ala berfirman:

﴿فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ * وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ * وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ * فَلَوْلَا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ * تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ * فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ * فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ * وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ * فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ * وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ * فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ * وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ﴾ [الواقعة : 83 - 94].

"Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kalian ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kalian, tetapi kalian tidak melihat. Maka mengapa jika kalian tidak dikuasai (oleh Allah) kalian tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kalian adalah orang-orang yang benar? Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Jahim."

            Dari Al Baro bin 'Azib رضي الله عنهما yang berkata:

خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم في جنازة رجل من الأنصار، فانتهينا إلى القبر ولما يلحد، فجلس رسول الله صلى الله عليه و سلم وجلسنا حوله، كأنما على رءوسنا الطير، وفي يده عود ينكت به، فرفع رأسه فقال: «استعيذوا بالله من عذاب القبر» ثلاث مرات أو مرتين، ثم قال: «إن العبد المؤمن إذا كان في انقطاع من الدنيا وإقبال من الآخرة نزل إليه من السماء ملائكة بيض الوجوه كأن وجوههم الشمس حتى يجلسون منه مد البصر، معهم كفن من أكفان الجنة وحنوط من حنوط الجنة، يجيء ملك الموت فيقعد عند رأسه فيقول: أيتها النفس الطيبة أخرجي إلى مغفرة من الله ورضوان. فتخرج تسيل كما تسيل القطرة من في السقاء. فإذا أخذوها لم يدعوها في يده طرفة عين حتى يأخذوها، فيجعلوها في ذلك الكفن، وذلك الحنوط، فيخرج منها كأطيب نفحة مسك وجدت على وجه الأرض. فيصعدون فلا يمرون بها على ملآ من الملائكة إلا قالوا: ما هذا الروح الطيب؟ فيقولون: هذا فلان بن فلان، بأحسن أسمائه التي كان يسمى بها في الدنيا، حتى ينتهي بها إلى السماء الدنيا، فيستفتح فيفتح لهم فيستقبله من كل سماء مقربوها إلى السماء التي تليها حتى ينتهي به إلى السماء السابعة. قال: فيقول الله: اكتبوا كتاب عبدي في عليين، في السماء السابعة، وأعيدوه إلى الأرض، فإني منها خلقتهم وفيها أعيدهم ومنها أخرجهم تارة أخرى. فتعاد روحه في جسده ويأتيه ملكان فيجلسانه فيقولان له: من ربك؟ فيقول: ربي الله. فيقولان له: ما دينك؟ فيقول: ديني الإسلام. فيقولان له: ما هذا الرجل الذي بعث فيكم؟ فيقول: هو رسول الله صلى الله عليه و سلم. فيقولان: ما عملك؟ فيقول: قرأت كتاب الله وآمنت به وصدقت به. فينادي مناد من السماء أن: صدق عبدي، فافرشوه من الجنة، وألبسوه من الجنة، وافتحوا له بابا إلى الجنة. فيأتيه من طيبها وروحها، ويفسح له في قبره مد بصره. ويأتيه رجل حسن الوجه، حسن الثياب، طيب الريح، فيقول: أبشر بالذي يسرك، هذا يومك الذي كنت توعد. فيقول: ومن أنت؟ فوجهك الوجه الذي يجيء بالخير فيقول: أنا عملك الصالح. فيقول: رب أقم الساعة حتى أرجع إلى أهلي ومالي. وإن العبد الكافر إذا كان في انقطاع من الدنيا وإقبال من الآخرة نزل إليه من السماء ملائكة سود الوجوه معهم المسوح حتى يجلسون منه مد البصر. ثم قال: ثم يجيء ملك الموت حتى يجلس عند رأسه فيقول: يا أيتها النفس الخبيثة اخرجي إلى سخط الله وغضبه. قال: فتفرق في جسده. قال: فتخرج فينقطع معها العروق والعصب كما تنزع السفود من الصوف المبلول، فيأخذها فإذا أخذها لم يدعوها في يده طرفة عين حتى يأخذوها فيجعلوها في تلك المسوح، فيخرج منها كأنتن ريح جيفة وجدت على ظهر الأرض فيصعدون بها، فلا يمرون بها على ملأ من الملائكة إلا قالوا: ما هذا الروح الخبيث، فيقولون: فلان بن فلان بأقبح أسمائه التي كان يسمى بها في الدنيا، حتى ينتهي به إلى سماء الدنيا فيستفتحون فلا يفتح له ثم قرأ رسول الله صلى الله عليه و سلم: ﴿لا تفتح لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنة حتى يلج الجمل في سم الخياط﴾ قال: فيقول الله عز و جل: اكتبوا كتاب عبدي في سجين في الأرض السفلى وأعيدوه إلى الأرض فإني منها خلقتهم وفيها أعيدهم ومنها أخرجهم تارة أخرى. فتطرح روحه طرحا. قال: ثم قرأ رسول الله صلى الله عليه و سلم: ﴿ومن يشرك بالله فكأنما خر من السماء فتخطفه الطير أو تهوي به الريح في مكان سحيق﴾. قال: فيعاد روحه في جسده ويأتيه الملكان فيجلسانه فيقولان له من ربك فيقول: هاه هاه، لا أدري. فيقولان له: وما دينك فيقول: هاه هاه لا أدري. قال فينادي مناد من السماء: افرشوا له من النار وألبسوه من النار وافتحوا له بابا إلى النار. قال: فيأتيه من حرّها وسمومها ويضيق عليه قبره حتى تختلف عليه أضلاعه ويأتيه رجل قبيح الوجه وقبيح الثياب منتن الريح. فيقول: أبشر بالذي يسوؤك هذا يومك الذي كنت توعد. فيقول: من أنت فوجهك الوجه الذي يجيء بالشر فيقول: أنا عملك الخبيث. فيقول: رب لا تقم الساعة رب لا تقم الساعة».

"Kami keluar bersama Rosululloh صلى الله عليه وسلم di suatu jenazah seorang dari Anshor, maka kami tiba di kuburan dan belum dibuat lahadnya. Maka Rosululloh صلى الله عليه وسلم duduk, dan kami duduk di sekeliling beliau, seakan-akan di atas kepala kami ada burung. Dan di tangan beliau ada ranting yang beliau pakai untuk menusuk-nusuk tanah. Lalu beliau mengangkat kepalanya seraya bersabda: "Mohonlah perlindungan kepada Alloh dari siksaan kubur." Tiga kali atau dua kali. 

Kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin jika berpisah dengan dunia dan menghadap ke akhirat turunlah kepadanya malaikat yang putih wajah-wajah mereka, seakan-akan wajah mereka itu matahari, sampai mereka duduk darinya sejauh mata memandang. Mereka membawa kafan dari Jannah dan pengharum dari Jannah. 

Datanglah Malakul Maut lalu duduk di dekat kepalanya seraya berkata: "Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhoan dari Alloh. Maka nyawanya keluar mengalir seperti tetesan air yang mengalir dari mulut teko. Jika dia telah mengambilnya mereka tidak membiarkannya di tangan Malakul Maut sekejap matapun sampai mereka mengambilnya. 

Lalu mereka menjadikannya di kafan tersebut dan pengharum tersebut, sehingga keluarlah darinya bagaikan hembusan aroma misik yang paling harum yang didapatkan di muka bumi. Lalu mereka naik. Tidaklah mereka melewati serombongan malaikat dengan membawa ruh tadi kecuali mereka berkata: "Ruh harum milik siapa ini?" Mereka menjawab: "Ini adalah Fulan bin Fulan, dengan nama yang terbaik yang dulu dia dinamakan dengannya di dunia. 

Hingga tiba di langit dunia, lalu dimintakan untuk dibuka, maka dibukakan untuk mereka, lalu dia disambut oleh para malaikat yang dekat dengan setiap langit yang berikutnya, hingga tiba di langit ketujuh. Maka Alloh berfirman: "Tulislah kitab hamba-Ku di 'Illiyyin, di langit ketujuh. 

Dan kembalikanlah dia ke bumi, karena Aku menciptakan mereka dari bumi, dan ke dalamnya Aku akan mengembalikan mereka, dan darinya Aku akan mengeluarkan mereka pada kali yang lain." 

Maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya, dan dia didatangi dua orang malaikat seraya mendudukkannya, lalu bertanya kepadanya: "Siapakah Robbmu?" Dia menjawab: "Robbku adalah Alloh." Keduanya bertanya kepadanya: "Apa agamamu?" dia menjawab: "Agamaku Islam." Keduanya bertanya kepadanya: "Siapakah orang yang diutus kepada kalian?" Dia menjawab: "Beliau adalah Rosululloh صلى الله عليه وسلم ." Keduanya bertanya: "Apa amalanmu?" Dia menjawab: "Aku membaca Kitabulloh, beriman kepadanya dan membenarkannya." 

Maka seorang penyeru berseru dari langit: "Hamba-Ku benar. Maka hamparkanlah untuknya dari Jannah, dan berilah dia pakaian dari Jannah, dan bukakanlah untuknya satu pintu ke Jannah." Lalu dia didatangi oleh wewangian Jannah dan kegembiraan dari Jannah, serta dilapangkanlah untuknya di kuburannya sejauh mata memandang. Dan dia didatangi oleh orang yang wajahnya bagus, bajunya bagus, dan aromanya harum seraya berkata: "Bergembiralah dengan perkara yang menyenangkanmu, ini adalah hari yang dulu dijanjikan kepadamu." Maka dia bertanya: "Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang mendatangkan kebaikan." Maka dia menjawab: "Aku adalah amalanmu yang sholih." Maka dia berkata: "Wahai Robbku, tegakkanlah hari Kiamat hingga saya kembali kepada keluarga dan harta saya."

Dan sesungguhnya seorang hamba yang kafir jika berpisah dengan dunia dan menghadap ke akhirat turunlah kepadanya malaikat yang hitam wajahnya yang membawa kain yang lusuh hingga duduk darinya sejauh mata memandang. Datanglah Malakul Maut lalu duduk di dekat kepalanya seraya berkata: "Wahai jiwa yang busuk, keluarlah kepada kemurkaan dan kemarahan Alloh." Maka ruhnya bercerai-berai di dalam jasadnya. 

Kemudian ruh itu keluar hingga terputuslah bersamanya urat-urat yang otot-ototnya bagaikan besi pemanggang yang dicabut dari bulu yang basah. Jika dia telah mengambilnya mereka tidak membiarkannya di tangan Malakul Maut sekejap matapun sampai mereka mengambilnya. 

Lalu mereka menjadikannya di kain yang lusuh tersebut, sehingga keluarlah bagaikan aroma bangkai yang paling busuk yang didapati di muka bumi. Lalu mereka naik. Tidaklah mereka melewati serombongan malaikat dengan membawa ruh tadi kecuali mereka berkata: "Ruh busuk milik siapa ini?" Mereka menjawab: "Ini adalah Fulan bin Fulan, dengan nama yang paling buruk yang dengannya dia dinamakan. Hingga tiba di langit dunia, lalu dimintakan untuk dibuka, tapi tidak dibukakan untuknya. Kemudian Rosululloh صلى الله عليه وسلم membaca:

﴿لا تفتح لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنة حتى يلج الجمل في سم الخياط﴾

"Tidaklah pintu-pintu langit dibukakan untuk mereka, dan mereka juga tidak masuk Jannah sampai onta masuk ke lobang jarum."

Lalu Alloh عز وجل berfirman: 

"Tulislah kitab hamba-Ku di Sijjin, di bumi yang paling rendah. Dan kembalikanlah dia ke bumi, karena Aku menciptakan mereka dari bumi, dan ke dalamnya Aku akan mengembalikan mereka, dan darinya Aku akan mengeluarkan mereka pada kali yang lain." 

Maka ruhnya benar-benar dilemparkan. Kemudian Rosululloh صلى الله عليه وسلم membaca:

﴿ومن يشرك بالله فكأنما خر من السماء فتخطفه الطير أو تهوي به الريح في مكان سحيق﴾.

"Dan barangsiapa menyekutukan Alloh maka seakan-akan dia tersungkur dari langit, lalu dia disambar oleh burung-burung, atau angin membawanya ke tempat yang jauh." 

Dan dia didatangi dua orang malaikat seraya mendudukkannya, lalu bertanya kepadanya: "Siapakah Robbmu?" Dia menjawab: "Hah, hah, aku tak tahu." Keduanya bertanya kepadanya: "Apa agamamu?" dia menjawab: "Hah, hah, aku tak tahu." 

Maka seorang penyeru berseru dari langit: "Hamba-Ku bohong. Maka hamparkanlah untuknya dari Neraka, dan berilah dia pakaian dari Neraka, dan bukakanlah untuknya satu pintu ke Neraka." 

Lalu dia didatangi oleh panasnya Neraka dan angin panasnya, dan kuburannya disempitkan terhadapnya sampai tulang-tulang rusuknya berselisih. Dan dia didatangi oleh orang yang wajahnya buruk, bajunya buruk, dan aromanya busuk seraya berkata: "Bergembiralah dengan perkara yang menyusahkanmu, ini adalah hari yang dulu dijanjikan kepadamu." 

Maka dia bertanya: "Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang mendatangkan kejelekan." Maka dia menjawab: "Aku adalah amalanmu yang buruk." Maka dia berkata: "Wahai Robbku, janganlah Engkau tegakkan hari Kiamat. Wahai Robbku, janganlah Engkau tegakkan hari Kiamat."

(HR. Ibnu Abi Syaibah dalam "Al Mushonnaf" (12059) dan dihasankan oleh al Imam Al Wadi'iy dalam "Al Jami'ush Shohih no. (515)).

            Dan dari Abu Huroiroh رضي الله عنه dari Nabi صلى الله عليه وسلم bahwasanya beliau bersabda:

«إن الميت تحضره الملائكة فإذا كان الرجل الصالح قالوا: اخرجي أيتها النفس الطيبة كانت في الجسد الطيب، اخرجي حميدة، وأبشري بروح وريحان، ورب غير غضبان. قال: فلا يزال يقال ذلك حتى تخرج ثم يعرج بها إلى السماء فيستفتح لها فيقال: من هذا؟ فيقال: فلان. فيقولون مرحبا بالنفس الطيبة كانت في الجسد الطيب ادخلي حميدة، وأبشري بروح وريحان ورب غير غضبان. قال: فلا يزال يقال لها: حتى ينتهي بها إلى السماء التي فيها الله عز وجل. وإذا كان الرجل السوء قالوا: اخرجي أيتها النفس الخبيثة كانت في الجسد الخبيث، اخرجي ذميمة، وأبشري بحميم وغساق وآخر من شكله أزواج. فلا يزال حتى يخرج ثم يعرج بها إلى السماء فيستفتح لها فيقال: من هذا؟ فيقال: فلان، فيقال: لا مرحبا بالنفس الخبيثة كانت في الجسد الخبيث، ارجعي ذميمة فإنه لا يفتح لك أبواب السماء. فترسل من السماء ثم تصير إلى القبر، فيجلس الرجل الصالح فيقال له مثل ما قيل له في الحديث الأول ويجلس الرجل السوء» فيقال له مثل ما قيل في الحديث الأول.

"Sesungguhnya orang yang akan mati itu dihadiri oleh para malaikat. Maka jika dia itu adalah orang sholih, mereka berkata: "Keluarlah wahai jiwa yang baik, yang ada di dalam jasad yang baik. Keluarlah dengan terpuji, dan bergembiralah dengan kegembiraan dan rizqi dan Robb Yang tidak marah." Terus-menerus dikatakan demikian sampai ruhnya keluar, kemudian dibawa naik ke langit, lalu dimintakan untuk dibukakan untuknya. 

Ditanya: "Siapakah ini?" Maka dikatakan: "Fulan." Maka mereka berkata: "Selamat datang bagi jiwa yang bagus dulu di jasad yang bagus. Masuklah dengan terpuji, dan bergembiralah dengan kegembiraan dan rizqi dan Robb Yang tidak marah." Terus-menerus dikatakan demikian sampai tiba di langit yang Alloh عز وجل ada di atasnya.

Tapi jika dia itu adalah orang jelek, mereka berkata: "Keluarlah wahai jiwa yang busuk, yang ada di dalam jasad yang busuk. Keluarlah dengan tercela, dan bergembiralah dengan hamim (air yang mencapai puncak panas), ghossaq (air yang teramat dingin), dan siksaan yang lain yang saling berlawanan sifat. 

Terus-menerus dikatakan demikian sampai ruhnya keluar, kemudian dibawa naik ke langit, lalu dimintakan untuk dibukakan untuknya. Ditanya: "Siapakah ini?" Maka dikatakan: "Fulan." Maka mereka berkata: "Tiada ucapan selamat datang bagi jiwa yang busuk dulu di jasad yang busuk. 

Kembalilah dengan tercela, karena pintu-pintu langit tidak akan dibukakan untukmu. Lalu dia dikirimkan dari langit kemudian sampai ke kuburan. 

Kemudian duduklah  orang sholih tadi, lalu dikatakan padanya seperti pada hadits pertama. Dan duduklah  orang jelek, lalu dikatakan padanya seperti pada hadits pertama. 

(HR. Ahmad dalam "Al Musnad" (8769) dan dishohihkan oleh al Imam Al Wadi'iy dalam "Al Jami'ush Shohih no. (514)).

Sebab keempat: menjaga sholat-sholat

            Kita telah lewat pembahasan keumuman amal-amal sholih menjatangkan nikmat kubur. Dan berikut ini adalah sebagian dari perinciannya sesuai dengan datangnya dalil-dalil. Dan dalil bahwasanya menjaga (menunaikan pada waktunya) sholat-sholat itu bisa menolak kuburan dan mendatangkan kenikmatan kuburan adalah sebagai berikut:

            Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه dari Nabi صلى الله عليه وسلم yang bersabda:

«إن الميت إذا وضع في قبره إنه يسمع خفق نعالهم حين يولون عنه. فإن كان مؤمنا كانت الصلاة عند رأسه وكان الصيام عن يمينه وكانت الزكاة عن شماله وكان فعل الخيرات من الصدقة والصلة والمعروف والإحسان إلى الناس عند رجليه. فيؤتى من قبل رأسه فتقول الصلاة : ما قبلي مدخل ثم يؤتى عن يمينه فيقول الصيام : ما قبلي مدخل ثم يؤتى عن يساره فتقول الزكاة : ما قبلي مدخل ثم يؤتى من قبل رجليه فتقول فعل الخيرات من الصدقة والصلة والمعروف والإحسان إلى الناس : ما قبلي مدخل فيقال له : اجلس فيجلس وقد مثلت له الشمس وقد أدنيت للغروب فيقال له: أرأيتك هذا الرجل الذي كان فيكم ما تقول فيه وماذا تشهد به عليه؟ فيقول: دعوني حتى أصلي فيقولون : إنك ستفعل. أخبرني عما نسألك عنه أرأيتك هذا الرجل الذي كان فيكم ما تقول فيه وماذا تشهد عليه ؟ قال : فيقول : محمد أشهد أنه رسول الله وأنه جاء بالحق من عند الله فيقال له : على ذلك حييت وعلى ذلك مت وعلى ذلك تبعث إن شاء الله ثم يفتح له باب من أبواب الجنة فيقال له: هذا مقعدك منها وما أعد الله لك فيها فيزداد غبطة وسروراً، ثم يفتح له باب من أبواب النار فيقال له: هذا مقعدك منها وما أعد الله لك فيها لو عصيته فيزداد غبطة وسروراً ثم يفسح له في قبره سبعون ذراعاً وينور له فيه ويعاد الجسد لما بدأ منه فتجعل نسمته في النسم الطيب وهي طير يعلق في شجر الجنة قال : فذلك قوله تعالى : ﴿يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الآخرة﴾ إلى آخر الآية [إبراهيم : 27] قال:  وإن الكافر إذا أتي من قبل رأسه لم يوجد شيء ثم أتي عن يمينه فلا يوجد شيء ثم أتي عن شماله فلا يوجد شيء ثم أتي من قبل رجليه فلا يوجد شيء، فيقال له : اجلس فيجلس خائفا مرعوبا فيقال له : أرأيتك هذا الرجل الذي كان فيكم ماذا تقول فيه ؟ وماذا تشهد به عليه ؟ فيقول: أي رجل ؟ فيقال: الذي كان فيكم. فلا يهتدي لاسمه حتى يقال له : محمد. فيقول : ما أدري سمعت الناس قالوا قولا فقلت كما قال الناس، فيقال له: على ذلك حييت، وعلى ذلك متّ، وعلى ذلك تبعث إن شاء الله. ثم يفتح له باب من أبواب النار فيقال له: هذا مقعدك من النار وما أعدّ الله لك فيها. فيزداد حسرة وثبوراً ثم يفتح له باب من أبواب الجنة فيقال له: ذلك مقعدك من الجنة وما أعد الله لك فيه لو أطعته، فيزداد حسرة وثبوراً، ثم يضيق عليه قبره حتى تختلف فيه أضلاعه، فتلك المعيشة الضنكة التي قال الله: ﴿فإن له معيشة ضنكا ونحشره يوم القيامة أعمى﴾ [طه: 124]». (أخرجه ابن حبان (كتاب الجنائز/فصل في أحوال الميت في قبره/رقم (3103)/تعليقات الحسان/دار باوزير).

"Sesungguhnya mayit jika diletakkan di kuburnya sesungguhnya dia akan mendengar derap sandal mereka ketika mereka berpaling darinya. Jika dia itu seorang mukmin, maka amalan sholat ada di kepalanya, puasa ada di kanannya, zakat ada di kirinya, dan perbuatan kebaikan yang berupa shodaqoh, silaturrohim dan berbuat baik kepada manusia ada di kedua kakinya. 

Lalu dia didatangi dari arah kepalanya, maka sholat berkata: "Tiada jalan masuk dari arahku." Lalu dia didatangi dari arah kanannya, maka puasa berkata: "Tiada jalan masuk dari arahku." Lalu dia didatangi dari arah kirinya, maka zakat berkata: "Tiada jalan masuk dari arahku." Lalu dia didatangi dari arah kedua kakinya, maka shodaqoh, silaturrohim dan berbuat baik kepada manusia berkata: "Tiada jalan masuk dari arahku." 

Lalu dikatakan padanya: "Duduklah. Maka diapun duduk, dalam keadaan tergambarkan olehnya matahari telah dekat saat tenggelam. Maka dikatakan padanya: "Kabarilah kami tentang orang yang ada di tengah-tengah kalian. Apa yang engkau katakan tentangnya? Dan apa persaksianmu tentangnya?" Dia berkata: "Biarkanlah saya sholat." Mereka berkata: "Engkau nanti akan melakukannya. 

Kabarilah aku tentang apa yang kami tanyakan: Kabarilah kami tentang orang yang ada di tengah-tengah kalian. Apa yang engkau katakan tentangnya? Dan apa persaksianmu tentangnya? Dia berkata: "Muhammad, aku bersaksi bahwasanya beliau adalah utusan Alloh, dan bahwasanya beliau datang membawa kebenaran dari sisi Alloh." 

Maka dikatakan kepadanya: "Di atas yang demikian itu engkau hidup, dan di atas yang demikian itu engkau mati, dan di atas yang demikian itu engkau akan dibangkitkan dengan seidzin Alloh." Kemudian dibukakan untuknya salah satu pintu Jannah, lalu dikatakan kepadanya: "Ini adalah tempat dudukmu dari Jannah, dan apa yang Alloh persiapkan untukmu." 

Maka diapun bertambah senang dan gembira. Kemudian dibukakan untuknya salah satu pintu Neraka, lalu dikatakan padanya: "Ini adalah tempat dudukmu dari Jannah, dan apa yang Alloh persiapkan untukmu jika kamu durhaka." Maka diapun bertambah senang dan gembira. 

Kemudian dilapangkanlah untuknya di kuburannya tujuh puluh hasta, dan diterangi untuknya, dan jasadnya dikembalikan kepada awal permulaannya, dan dijadikan ruhnya di suatu dzat yang baik, yaitu burung-burung yang hinggap di pepohonan Jannah. Yang demikian itu adalah firman Alloh ta'ala:

﴿يُثَبِّتُ الله الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَيُضِلُّ الله الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ الله مَا يَشَاءُ﴾ [إبراهيم: 27].

"Alloh mengokohkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan di akhirat," 

sampai akhir ayat.

Lalu beliau bersabda: 

"Dan sesunggguhnya orang kafir jika didatangi dari arah kepalanya tidaklah didapatkan sesuatu apapun, kemudian didatangi dari arah kanannya tidaklah didapatkan sesuatu apapun, kemudian didatangi dari arah kirinya tidaklah didapatkan sesuatu apapun, kemudian didatangi dari arah kedua kakinya tidaklah didapatkan sesuatu apapun, kemudian dikatakan padanya: "Duduklah." Maka dia duduk dalam keadaan ketakutan. 

Lalu dikatakan padanya: "Kabarilah kami tentang orang yang ada di tengah-tengah kalian. Apa yang engkau katakan tentangnya? Dan apa persaksianmu tentangnya? Dia berkata: "Orang yang mana?" dijawab: "Orang yang dulu ada di tengah-tengah kalian." Dia menjawab: "Aku tidak tahu nama." Sampai dikatakan padanya: "Muhammad." Dia menjawab: "Aku tidak tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan suatu perkataan, maka aku berkata sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang." 

Maka dikatakan kepadanya: "Di atas yang demikian itu engkau hidup, dan di atas yang demikian itu engkau mati, dan di atas yang demikian itu engkau akan dibangkitkan dengan seidzin Alloh." Kemudian dibukakan untuknya salah satu pintu Neraka, lalu dikatakan kepadanya: "Inilah tempat dudukmu dari Neraka dan apa yang Alloh persiapkan untukmu di dalamnya." 

Maka bertambahlah penyesalannya dan keinginannya untuk binasa. Kemudian dibukakanlah untuknya salah satu pintu dari Jannah, lalu dikatakan kepadanya: "Inilah tempat dudukmu dari Jannah dan apa yang Alloh persiapkan untukmu di dalamnya jika engkau taat kepada-Nya." Maka bertambahlah penyesalannya dan keinginannya untuk binasa. Kemudian kuburannya disempitkan terhadapnya sehingga tulang-tulang rusuknya berselisih di dalamnya. 

Maka itulah penghidupan yang sempit yang Alloh ta'ala berfirman:

﴿فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى﴾  [طه : 124].

"Maka sesungguhnya dia akan mendapatkan penghidupan yang sempit dan Kami akan menggiringnya pada hari kiamat dalam keadaan buta."

 (HR. Ibnu Hibban no. (3103)/Ta'liqotul Hisan/cet. Dar Ba Wazir).

Sebab kelima: puasa

Dalilnya sebagaimana telah lewat

Sebab keenam: membayar zakat, shodaqoh dan keumuman berbuat baik pada manusia

Dalilnya sebagaimana telah lewat

Sebab ketujuh: silaturrohim

Dalilnya sebagaimana telah lewat

Sebab kedelapan: membaca surat Al Mulk

            Dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنه yang berkata:

يؤتى الرجل في قبره، فتؤتى رجلاه، فتقول رجلاه: ليس لكم على ما قبلي سبيل، كان يقوم يقرأ بي سورة "الملك"، ثم يؤتى من قبل صدره - أو قال: بطنه - فيقول: ليس لكم على ما قبلي سبيل، كان يقرأ بي سورة "الملك" ثم يؤتى من قبل رأسه، فيقول: ليس لكم على ما قبلي سبيل، كان يقرأ بي سورة "الملك" قال: فهي المانعة، تمنع من عذاب القبر، وهي في التوراة سورة "الملك"، من قرأها في ليلة فقد أكثر وأطيب.
أخرجه الحاكم (كتاب التفسير/تفسير سورة الملك/ (3892)/دار المعرفة).

"Seseorang didatangi di dalam kuburannya, lalu kedua kakinya didatangi. Maka kedua kakinya berkata: "Kalian tak punya jalan melalui arahku, karena dulu dia denganku sering membaca surat Al Mulk." 

Lalu dia didatangi dari arah dadanya –atau berkata: perutnya- maka dia berkata: "Kalian tak punya jalan melalui arahku, karena dulu dia denganku sering membaca surat Al Mulk." 

Lalu dia didatangi dari arah kepalanya, maka kepalanya berkata: "Kalian tak punya jalan melalui arahku, karena dulu dia denganku sering membaca surat Al Mulk." 

Maka surat ini adalah Mani'ah, penghalang dari siksaan kubur, dan dia itu di dalam Tauroh adalah surat Al Mulk. Dan barangsiapa membacanya di malam hari, maka itu lebih banyak dan lebih bagus." 

(HR. Al Hakim (3892)/cet. Darul Ma'rifah).

Al Hakim berkata: Hadits ini sanadnya shohih.

Dan disetujui Adz Dzahabiy رحمه الله.

Hadits ini dihasankan oleh Al Imam Al Albaniy رحمه الله dalam "Shohihut Targhib" (1475)/cet. Darul Ma'arif.

Hadits ini hasan lighoirih.

Hadits ini punya hukum marfu' karena perkara gaib macam ini tidak mungkin diucapkan oleh Ibnu Mas'ud kecuali dari Nabi رضي الله عنه. Ibnu Mas'ud juga tidak dikenal bahwasanya beliau itu mengambil berita dari Ahli Kitab. Wallohu a'lam.

Sebab kesembilan: mati saat jaga tapal batas di jalan Alloh

            Dari Salman رضي الله عنه yang berkata:

سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول: «رباط يوم وليلة خير من صيام شهر وقيامه وإن مات جرى عليه عمله الذي كان يعمله وأجري عليه رزقه وأمن الفتان». (أخرجه مسلم (1913)).

"Aku mendengar Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: 
"Berjaga di tapal batas sehari dan semalam itu lebih baik daripada puasa sebulan dan sholat sebulan. Dan jika dia mati, amalannya akan terus berjalan untuknya, dan rizqinya dialirkan terus untuknya, dan dia aman dari dua malaikat penguji (di kuburan)." 

(HR. Muslim (1913)).



Isi Kandungan

Pengantar Penulis

Bab Satu: Dalil-dalil Tentang Adanya Ujian, Kenikmatan dan Siksaan Kubur

Bab Dua: Penetapan Ahlussunnah Tentang Wajibnya Beriman Kepada Fitnah, Siksaan dan Kenikmatan Kubur

Bab Tiga: Sebagian Dari Sebab Siksaan Kubur

Bab Empat: Di Antara Sebab Nikmat Kubur
Kisah nyata yang mengagumkan:
Kisah mengagumkan yang lain

Isi Kandungan






([1]) HR. Al Bukhoriy (86) dan Muslim (905) dari Asma رضي الله عنها.
([2]) Catatan penerjemah: untuk meringkas waktu, tidak saya terjemahkan pembahasan sanad atsar ini. Ringkasnya adalah bahwasanya Al Imam Ath Thobariy رحمه الله punya dua sanad untuk atsar ini yang kesimpulannya adalah: shohih. Silakan rujuk sumber terjemahan dari risalah ini "Itsbatu Na'imi Wa 'Adzabil Qobr Wa Bayani Ma Fi Shiyami Syahrillahi Muharrom Minal Ajr". Dan taufiq adalah dari Alloh semata.
([3]) Catatan penerjemah: Ringkasnya adalah bahwasanya di dalam sanadnya ada riwayat Ma'mar dari Al Hasan. Al Imam Ahmad berkata dalam biografi Ma'mar: "Dia tidak mendengar dari Al Hasan" ("Jami'ut Tahshil"/no. 786/cet. 'Alamul Kutub).
Sanadnya putus.
([4]) Sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh رضي الله عنه yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (3117), akan datang penyebutannya إن شاء الله.
([5]) Atsar ini hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam kitab "Al Qubur" (no. 128), Al Lalikaiy dalam "Syarh Ushulil I'tiqod" (no. 1742) dan Al Baihaqiy dalam "Syu'abul Iman" (4928), rowinya tsiqot kecuali Hisyam bin Hassan, shoduq.
([6]) Atsar ini hasan. Muhammad ibnu Husain haditsnya hasan. Lihat biografinya di "Al Jarh Wat Ta'dil" (Ibnu Abi Hatim/no. 1261), "Tarikh Baghdad" (2/hal. 223), "Siyar A'lamin Nubala" (11/hal. 112) dan "Ats Tsiqot" (Ibnu Hibban/no. 15338).
([7]) Maksudnya adalah: mereka mendapatkan nikmat di alam kubur, sementara kehidupan dunia masih berlangsung.
([8]) Beliau itu tsiqoh. Lihat biografinya di "Ath Thobaqotusy Syafi'iyyatul Kubro" (244).
([9]) Beliau itu tsiqoh. Lihat biografinya di "Tarikh Baghdad" (5870).
([10]) Catatan penerjemah: ada yang bilang bahwa satu farsakh adalah 3 mil. Ada yang bilang 6 mil. Ada yang bilang lebih dari itu. Lihat "Lisanul Arob"
([11]) HR. Al Bukhoriy (748) dan Muslim (907) dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما tentang kisah sholat gerhana, bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
«إني أريت الجنة فتناولت منها عنقودا ولو أخذته لأكلتم منه ما بقيت الدنيا».
"Sungguh aku melihat Jannah, lalu aku menjulurkan tanganku untuk mengambil satu tandan dari (buah-buahan)nya. Seandainya aku mengambilnya pastilah kalian memakan darinya selama dunia masih ada."
([12]) HR. Al Bukhoriy (2796) dari Anas رضي الله عنه bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
«لروحة في سبيل الله أو غدوة خير من الدنيا وما فيها ولقاب قوس أحدكم من الجنة أو موضع قيد يعني سوطه خير من الدنيا وما فيها ولو أن امرأة من أهل الجنة اطلعت إلى أهل الأرض لأضاءت ما بينهما ولملأته ريحا ولنصيفها على رأسها خير من الدنيا وما فيها»
"Benar-benar perjalanan di waktu sore atau pagi di jalan Alloh itu lebih baik daripada dunia seisinya. Dan benar-benar busur panah salah seorang dari kalian di Jannah itu, atau tempat kaitan tali busurnya itu lebih baik daripada dunia seisinya. Dan seandainya ada seorang wanita dari penghuni Jannah melongok ke penduduk bumi, pastilah dia akan menerangi antara Jannah dan bumi. Dan benar-benar akan memenuhinya dengan aroma harum. Dan benar-benar kerudungnya di atas kepalanya itu lebih baik daripada dunia seisinya."


╭─┅─═ঊঊঈ═─┅─╮ 
       SEBARKANLAH 
      ENGKAU AKAN 
      MENDAPATKAN 
        PAHALANYA 
╰─┅─═ঊঊঈ═─┅─╯ 
 🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah 
web: https://bit.ly/fawaaidassunnah

Rincian Mahrom Wanita

Rincian Mahrom Wanita


قال الإمام ابن عثيمين رحمه الله: فالمحارم من القرابة سبعة:
1- الأصول؛ وهم الآباء والأجداد وإن علوا، سواء من قِبَلِ الأب أو من قِبَلِ الأم.
2- الفروع؛ وهم الأبناء وأبناء الأبناء وأبناء البنات وإن نزلوا.
3- الإخوة؛ سواءٌ كانوا إخوةً أشقاء أم لأب أم لأم.
4- الأعمام؛ سواء كانوا أعماماً أشقاء أم لأب أو لأم، وسواء كانوا
أعماما للمرأة أو لأحد من آبائها أو أمهاتها، فإن عم الإنسان عم له ولذريته منهما نزلوا.
5- الأخوال سواء كانوا أخوالا أشقاء أم لأب أم لأم، وسواء كانوا أخوالا للمرأة أو لأحد من آبائها أو أمهاتها، فإن خال الإنسان خال له ولذريته مهما نزلوا.
6- أبناء الإخوة وأبناء أبنائهم وأبناء بناتهم وإن نزلوا، سواء كانوا أشقاء أم لأب أم لأم.
7- أبناء الأخوات وأبناء أبنائهن وأبناء بناتهن وإن نزلوا، سواء كن شقيقات أم لأب أم لأم.
والمحارم من الرضاع نظير المحارم من النسب، لقول النبي - صلى الله عليه وسلم -: «يحرم من الرضاع من يحرم من النسب» . متفق عليه.
* والمحارم بالمصاهرة أربعة:
1- أبناء زوج المرأة وأبناء أبنائه وأبناء بناته وإن نزلوا.
2- آباء زوج المرأة وأجداده من قبل الأب أو من قبل الأم وإن علوا.
3- أزواج بنات المرأة وأزواج بنات أبنائها وأزواج بنات بناتها وإن نزلن.
وهذه الأنواع الثلاثة تثبت المحرمية فيهم بمجرد العقد الصحيح على الزوجة، وإن فارقها قبل الخلوة والدخول.
4- أزواج أمهات المرأة وأزواج جداتها وإن علوا، سواء من قبل الأب أو من قبل الأم، لكن لا تثبت المحرمة في هؤلاء إلا بالوطء، وهو الجماع في نكاح صحيح، فلو تزوج امرأة ثم فارقها قبل الجماع لم يكن محرما لبناتها وإن نزلن.
(انتهى من "مجموع فتاوى ورسائل العثيمين" /24/ص258-260).


Al Imam Ibnu Utsaimin rohimahulloh berkata tentang mahrom bagi seorang wanita: 

“Para mahrom dari kerabat itu ada tujuh:

Pertama: pokok, yaitu ayah, kakek dan terus ke atas, sama saja itu dari sisi ayah ataupun dari sisi ibu.

Kedua: cabang, yaitu anak lelaki, anak lelaki dari sisi anak lelaki, dan anak lelaki dari anak wanita, dan terus ke bawah.

Ketiga: saudara lelaki, sama saja mereka itu saudara kandung ataukah saudara seayah ataukah saudara seibu.

Keempat: paman dari sisi ayah, sama saja dia itu saudara kandung si ayah ataukah saudara seayah dari ayah, ataukah saudara seibu dari ayah. Dan sama saja apakah mereka itu paman si wanita itu, ataukah mereka itu paman si ayah, ataukah mereka itu paman si ibu, karena paman seseorang adalah paman orang itu dan paman untuk keturunannya sampai terus ke bawah.

Kelima: paman dari sisi ibu. Sama saja mereka itu saudara kandung si ibu, ataukah saudara seayah dari si ibu, ataukah saudara seibu dari si ibu. Dan sama saja, mereka itu paman si wanita tadi ataukah mereka itu paman ayah dia ataukah paman ibu dia, karena sesungguhnya paman seseorang adalah paman bagi orang itu dan bagi keturunannya sampai terus ke bawah.

Keenam: anak-anak lelaki dari para saudara. Dan juga anak lelaki dari anak lelaki mereka. Dan juga anak lelaki dari anak perempuan mereka hingga terus ke bawah. Sama saja saudara wanita tadi itu sekandung ataukah seayah, ataukah seibu.

Ketujuh:  anak-anak lelaki dari para saudari. Dan juga anak lelaki dari anak lelaki mereka. Dan juga anak lelaki dari anak perempuan mereka hingga terus ke bawah. Sama saja saudari wanita tadi itu sekandung ataukah seayah, ataukah seibu.

            Dan para mahrom dari sisi susuan adalah seperti para mahrom dari sisi nasab, berdasarkan sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam:

«يحرم من الرضاع من يحرم من النسب» . متفق عليه.

“Diharomkan dengan sebab susuan orang yang diharomkan dengan sebab nasab.” (Muttafaqun ‘alaih).

            Dan para mahrom dengan sebab perbesanan itu ada empat:

Pertama: anak-anak lelaki dari suami wanita itu, dan anak lelaki dari anak lelaki suami, dan anak lelaki dari anak perempuan suami dan terus ke bawah.

Kedua: ayah suami wanita tadi, kakek suami dari sisi ayah, atau kakek suami dari sisi Ibu, dan terus ke atas.

Ketiga: suami dari anak perempuan wanita tadi, suami dari anak perempuan dari anak lelaki dia, dan suami dari anak perempuan dari anak perempuan dia dan terus ke bawah.
Tiga jenis ini, kemahromannya telah tetap pada mereka dengan semata-mata akad pernikahan yang shohih, sekalipun pria itu menceraikannya sebelum menyendiri dan menggauli wanita tadi.

Yang keempat: suami dari ibu wanita tadi, suami dari nenek wanita tadi dan terus ke atas. Sama saja: itu dari sisi ayah ataukah dari sisi ibu. Akan tetapi kemahroman tersebut tidak tetap kecuali jika suami tadi telah menggauli sang istri dalam pernikahan yang shohih. Jika pria tersebut menikahi seorang wanita, lalu dia menceraikannya sebelum dia menggaulinya, maka tidak ada kemahroman untuk anak perempuan mantan istri tersebut, dan demikianlah terus ke bawah.”

(selesai dari “Majmu’ Fatawa Wa Rosail Ibni Utsaimin”/24/hal. 258-260).

╭─┅─═ঊঊঈ═─┅─╮ 
       SEBARKANLAH 
      ENGKAU AKAN 
      MENDAPATKAN 
        PAHALANYA 
╰─┅─═ঊঊঈ═─┅─╯ 
 🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah 
web: https://bit.ly/fawaaidassunnah

Hukum Tinggal Serumah Dengan Ibu Asuh Istri


Disusun oleh : Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo ‘afallohu ‘anhu di Yaman

بسم الله الرحمن الرحيم

Pengantar Penulis

الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وآله وسلم، أما بعد:

Sesungguhnya telah datang pertanyaan dari seorang ikhwah: ada seorang wanita punya ibu asuh. Sang ibu ini bukanlah yang melahirkan dia dan tidak pula menyusui dia. Hanya saja sang ibu ini merawatnya sejak kecil. Si wanita tadi telah menikah. Sekarang si ibu tua tadi sendirian tanpa ada yang hidup di sisinya, sehingga dia merasa kesepian. Maka beliau meminta anak asuhnya tadi untuk tinggal bersamanya (di rumah si ibu tua). Maka bagaimana sikap sang suami tadi, karena tiada hubungan kekerabatan antara dirinya dengan ibu tua tadi?

Dengan mohon pertolongan pada Alloh saya menjawab:

Si ibu tua tadi bukanlah mahrom bagi saudara kita (si pemuda) tadi. Maka ibu tua tadi ibarat orang asing baginya, tidak boleh khulwah (bersepi-sepi) dengannya, dan tidak boleh (ikhtilath) bercampur-baur tanpa hijab (pembatas) dengannya.

Dari Ummu Salamah rodhiyallohu ‘anha yang berkata:

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا سلم يمكث في مكانه يسيرا.

“Bahwasanya Nabi Shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam jika telah salam dari sholat beliau, beliau tetap tinggal sebentar di tempat sholat beliau.”

Ibnu Syihab (rowi hadits) berkata: “Kami berpandangan, dan Alloh sajalah Yang paling tahu, beliau berbuat itu agar para wanita (yang ikut sholat jama’ah) pergi dulu.” (HR. Al Bukhoriy (840).

Al Imam Ibnu Qudamah rohimahulloh berkata:

“Maka jika si imam disertai oleh para pria dan wanita, maka disunnahkan untuk para wanita segera pulang lebih dulu, sementara sang imam dan para pria tetap di tempat mereka, sekadar masa pulangnya para wanita. Ini berdasarkan ucapan Ummu Salamah rodhiyallohu ‘anha yang berkata: “Bahwasanya Nabi Shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam jika para wanita telah salam dari sholat wajib, mereka bangkit, sementara Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam dan para pria yang sholat bersama beliau Nabi tetap tinggal sebentar sesuai dengan yang dikehendaki Alloh. Jika Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bangkit, para priapun bangkit juga. Ibnu Syihab (rowi hadits) berkata: “Kami berpandangan, dan Alloh sajalah Yang paling tahu, beliau berbuat itu agar para wanita (yang ikut sholat jama’ah) pergi dulu.” Diriwayatkan oleh Al Bukhoriy.

Dan dikarenakan jika meninggalkan sunnah tadi akan menyebabkan para pria bercampur dengan para wanita.” (selesai dari “Al Kafi Fi Fiqhil Imam Ahmad”/1/hal. 261).

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Sesungguhnya pemerintah wajib melarang percampuran Antara pria dan wanita di pasar-pasar, di tempat pelancongan, di tempat-tempat berkumpulnya para lelaki. Malik rohimahulloh warodhiya ‘anhu berkata: “Aku berpandangan bahwasanya pemerintah memeriksa para pengrajin yang para wanita duduk-duduk di dekat mereka. Dan aku berpandangan agar pemerintah tidak membiarkan para wanita muda duduk-duduk di dekat para pengrajin. Adapun wanita hamba sahaya dan pembantu rendahan yang tidak akan dituduh dikarenakan duduk-duduk di dekat parapengrajin, dan tidak pula orang yang wanita budak tadi duduk di dekatnya tidak akan terkena tuduhan, maka aku berpandangan bahwasanya yang demikian itu tidak mengapa.” Selesai.

Pemerintah bertanggung jawab atas itu semua. Dan fitnah percampuran tadi amatlah besar. Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bersabda:

«ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء».

“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih berbahaya terhadap para pria daripada para wanita.”

(selesai dari “Ath Thuruqul Hukmiyyah”/Ibnul Qoyyim/hal. 237-238).

Dari Uqbah bin Amir rodhiyallohu ‘anh:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «إياكم والدخول على النساء» فقال رجل من الأنصار: يا رسول الله، أفرأيت الحمو؟ قال: «الحمو الموت». (أخرجه البخاري (5232) ومسلم (2172)).

“Bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bersabda: “Hindarilah oleh kalian masuk ke tempat para wanita.” Maka seorang dari Anshor berkata: Wahai Rosululloh, bagaimana pendapat Anda tentang Al Hamu (kerabat suami)? Maka beliau menjawab: “Al Hamu adalah kematian.” (HR. Al Bukhoriy (5232) dan Muslim (2172)).

Ini adalah dalil yang jelas tentang tidak tidak bolehnya percampuran antara pria dan wanita. Maka hal itu harom terhadap orang-orang yang asing (bukan mahrom), dan lebih besar lagi keharomannya terhadap kerabat yang bukan mahrom, karena bahayanya lebih tersembunyi dan orang-orang meremehkan masalah ini.

Al ‘Allamah An Nawawiy rohimahulloh berkata: “Para ahli Bahasa bersepakat bahwasanya Al Hamu adalah kerabat sang suami, seperti: ayah sang suami, pamannya, saudaranya yang laki-laki, anak saudara lelaki, anak paman suami, dan yang semisal dengan mereka. Sementara Al Khotan adalah kerabat sang istri. Ash Shihr berlaku pada kedua belah pihak. Adapun sabda beliau shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam: “Al Hamu adalah kematian” maka maknanya adalah bahwasanya kekhawatiran darinya dan kejelekan dan fitnah yang dikhawatirkan datang darinya itu lebih banyak karena si kerabat tadi punya kesempatan besar untuk sampai ke si wanita dan bersepi-sepi dengannya tanpa diingkari oleh keluarganya. Ini berbeda dengan orang asing. Dan yang dimaksud dengan Al Hamu di sini adalah kerabat suami, yang bukan ayah-ayahnya ataupun anak-anaknya. Adapun ayah-ayah dan anak-anak dari suami adalah mahrom bagi sang istri, boleh bagi mereka untuk bersepi-sepi dengan si istri. Dan mereka tidak disifati dengan kematian. Hanyalah yang dimaksudkan adalah saudara suami, anak saudara suami, paman suami dari pihak ibu, anak paman suami dari pihak ibu, dan semisal mereka yang bukan mahrom. Dan orang-orang terbiasa untuk bermudah-mudah dalam masalah ini, mereka bersepi-sepi dengan istri saudara mereka. Dan inilah kematian. Dan dia lebih pantas untuk dilarang daripada orang asing, dengan alasan yang telah kami sebutkan. Dan penjelasan yang aku sebutkan itulah yang benar dari makna hadits ini.” (“Syarh Shohih Muslim”/14/hal. 154).07:47

Dari Usamah bin Zaid rodhiyallohu ‘anhuma: dari Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bersabda:

«ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء».

“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih berbahaya terhadap para pria daripada para wanita.” (HR. Al Bukhoriy (5096) dan Muslim (2740)).

Seorang penyair berkata

لا يأمنن على النساء أخ أخا … ما في الرجال على النساء أمين إن الأمين وإن تحفظ جهده … لا بد أن بنظرة سيخون

“Janganlah sekali-sekali seorang saudara mempercayakan para wanita pada saudaranya. Tidak orang dari kalangan lelaki yang bisa dipercaya terhadap para wanita. Sesungguhnya orang yang terpercaya itu sekalipun dirinya berusaha menjaga diri sekuat tenaga, dia pasti akan berkhianat dengan mencuri pandang.”

(sebagaimana dalam kitab “Al Furu’ Wa Tashhihul Furu’”/Al Mardawiy/8/hal. 382).

Tentu saja para Nabi dan shiddiqun bisa dipercaya, akan tetapi sang penyair berbicara atas nama keumuman manusia yang memang fithrohnya adalah condong pada wanita. Dan hukum itu dibangun di atas kondisi yang dominan.

Al Imam ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Dan hukum-hukum itu hanyalah berlaku pada kondisi yang dominan yang banyak. Sementara perkara yang jarang terjadi itu dihukumi bagaikan tidak ada.” (“Zadul Ma’ad”/5/hal. 378/cet. Ar Risalah).

Sesungguhnya kehadiran para wanita dalam tempat-tempat pertemuan adalah boleh dengan syarat tidak bercampur-baur dengan para pria.

Di dalam “Shohihain” dari Ummu ‘Athiyyah rodhiyallohu ‘anha yang berkata:

أن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم أمرنا أن نخرج الحيّض يوم العيدين وذوات الخدور فيشهدن الخير ودعوة المسلمين، ويعتزل الحيض عن مصلاهن. قالت امرأة: يا رسول الله إحدانا ليس لها جلباب. قال: «لتلبسها صاحبتها من جلبابها».

“Bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam memerintahkan kami untuk mengeluarkan para wanita haidh dan para gadis pingitan pada dua hari ‘Id, lalu mereka menghadiri kebaikan dan doa kaum Muslimin, sementara para wanita haidh menjauh dari tempat sholat mereka. Maka seorang wanita berkata: “Wahai Rosululloh, salah seorang dari kami tidak punya jilbab.” Beliau menjawab: “Hendaknya temannya meminjaminya sebagian dari jilbabnya.” (HR. Al Bukhoriy (351) dan Muslim (890)).

Al Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata: “Dan yang lebih utama adalah hal itu dikhususkan dengan orang yang aman dari terfitnah dengan wanita ataupun para wanita aman dari fitnah dia, dan kehadiran para wanita tadi tidak mengakibatkan perkara yang terlarang, dan tidak pula berdesak-desakan dengan para lelaki di jalanan ataupun juga di tempat-tempat perkumpulan.” (“Fathul Bari”/Ibnu Hajar/2/hal. 471).

Dari Salim bin Abdillah bin Umar yang berkata:

سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «لا تمنعوا نساءكم المساجد إذا استأذنكم إليها» قال: فقال بلال بن عبد الله: والله لنمنعهن، قال: فأقبل عليه عبد الله: فسبه سبا سيئا ما سمعته سبه مثله قط وقال: أخبرك عن رسول الله صلى الله عليه وسلم وتقول: والله لنمنعهن.

Abdulloh bin Umar rodhiyallohu ‘anhuma yang berkata: “Aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian melarang para istri kalian datang ke masjid-masjid jika mereka minta idzin pada kalian untuk pergi ke situ.” Maka Bilal bin Abdillah berkata: “Demi Alloh kami akan benar-benar melarang mereka.

” Maka Abdulloh menoleh kepadanya seraya mencacinya dengan cacian yang belum pernah aku mendengar beliau mencacinya semisal itu sama sekali. Dan beliau berkata: “Aku mengabarimu dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam, tapi engkau berkata: “Demi Alloh kami akan benar-benar melarang mereka.” (HR. Al Bukhoriy (899) dan Muslim (442), dan ini adalah lafazh Muslim).

Dan dari ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha yang berkata:

كن نساء المؤمنات يشهدن مع رسول الله صلىالله عليه وسلم صلاة الفجر متلفعات بمروطهن، ثم ينقلبن إلى بيوتهن حين يقضين الصلاة، لا يعرفهن أحد من الغلس».

“Dulu para wanita Mukminat menghadiri sholat fajar bersama Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam, dalam keadaan mereka menutupi diri dengan kain-kain lebar mereka, kemudian mereka pulang kembali ke rumah-rumah mereka ketika menyelesaikan sholat. Tiada seorangpun yang mengenal mereka karena masih gelap.” (HR. Al Bukhoriy (578) dan Muslim (645)).

Al ‘Allamah Ibnu Baththol rohimahulloh berkata: “Ini adalah sunnah yang menjadi patokan, yaitu: para wanita pulang ke rumah dalam kondisi masih gelap, sebelum pulangnya para lelaki, dalam rangka menyembunyikan diri-diri mereka, dan agar para lelaki yang berjumpa dengan mereka tidak mengenali siapa mereka. Dan ini menunjukkan bahwasanya para wanita itu tidak tinggal di masjid setelah selesai sholat. Dan ini semua masuk dalam bab memotong sarana terjadinya fitnah, dan larangan melampaui batasan-batasan Alloh, dan diharuskan agar para lelaki dan wanita itu saling menjauh karena dikhawatirkan terjadi fitnah dan masuknya kesulitan, serta menghindari berlangsungnya dosa di dalam percampuran dengan mereka.” (“Syarh Shohih Al Bukhoriy”/Ibnu Baththol/2/hal. 473).

Saya katakan dengan memohon pertolongan pada Alloh: dulu tempat sholat para wanita itu ada di belakang tempat sholat para lelaki tanpa ada pembatas. Adapun sekarang: Antara tempat sholat para wanita dan tempat sholat para lelaki ada dinding, dan mereka ada di kamar yang lain, tidak terjadi percampuan, maka tidak mengapa para wanita itu tinggal sebentar di tempat sholat mereka untuk dars, membaca Al Qur’an dan keperluan-keperluan yang lain, sebelum mereka pulang bersama mahrom mereka. Dan rumah para Muslimat yang hadir di jamah Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam itu dekat dengan masjid, sebagaimana itu telah dikenal di kalangan Ahlussunnah yang berpegang kokoh dengan petunjuk Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam dan sunnah Salaf.

Saat keluar dari rumah, wanita tidak boleh memakai minyak wangi, ataupun melakukan perkara yang mengundang fitnah, seperti memamerkan perhiasan, berbuat ikhtilath dan sebagainya.

Dari Abu Musa Al Asy’ariy rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bersabda:

أيما امرأة استعطرت، فمرت بقوم ليجدوا ريحها فهي زانية

“Wanita manapun memakai pengharum, lalu dia melewati sekelompok lelaki agar mereka mendapati aroma harumnya, maka wanita tadi adalah pezina.” (HR. Al Imam Ahmad (19711) dan An Nasaiy (5126)/shohih).

Maka dengan hadits ini dan semisalnya, tahulah kita bahwasanya keumuman hadits yang membolehkan wanita keluar rumah tadi dikhususkan dengan syarat dirinya tidak melakukan perkara-perkara yang bisa menyebabkan timbulnya fitnah, seperti: memakai pengharum, menampakkan perhiasan, ikhtilath, dan semisal itu.

Ibnu Daqiq Al ‘Id rohimahulloh berkata tentang pengkhususan bolehnya wanita keluar rumah, dengan tanpa memakai pengharum: “Maka digabungkan dengan pengharum adalah apa saja yang masuk dalam makna tadi, karena sesungguhnya pengharum itu dilarang mereka pakai (saat di luar rumah) dikarenakan di dalamnya ada penggerak syahwat lelaki. Dan terkadang di dalam pengharum itu ada penggerak syahwat wanita juga. Maka perkara yang menyebabkan terjadinya hal tadi harus digabungkan dalam larangan tadi juga.

Dan telah shohih bahwasanya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

«أيما امرأة أصابت بخورا فلا تشهد معنا العشاء الآخرة»

“Wanita manapun yang terkena bukhur (dupa wangi), dia tidak boleh menghadiri sholat Isya terakhir bersama kami.”

Dan digabungkan dengan itu juga: pakaian yang bagus, memakai perhiasan yang nampak bekasnya di bajunya. Dan sebagian dari ulama membawa ucapan ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha:

لو أن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – رأى ما أحدث النساء بعده: لمنعهن المساجد، كما منعت نساء بني إسرائيل

“Andaikata Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam melihat perkara baru yang dibikin oleh para wanita sepeninggal beliau, niscaya beliau akan melarang mereka mendatangi masjid-masjid, sebagaimana para wanita Bani Isroil dilarang.”

Para ulama membawa fatwa tadi pada masalah ini: yaitu para wanita membikin perkara baru berupa bagusnya pakaian, wewangian dan perhiasan.”

-sampai pada ucapan beliau:-

“Dan termasuk yang disebutkan oleh para ulama juga dalam pengkhususan hadits Ibnu Umar ini: para wanita tidak boleh berdesak-desakan dengan para pria.”

(selesai dari “Ihkamul Ahkam Syarh ‘Umdatil Ahkam”/1/hal. 197).

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bersabda:

«خير صفوف الرجال أولها، وشرها آخرها، وخير صفوف النساء آخرها، وشرها أولها»

“Sebaik-baik shof para lelaki adalah yang terdepan. Dan yang paling buruk adalah yang paling akhirnya. Dan sebaik-baik shof para wanita adalah yang paling akhirnya. Dan yang paling buruknya adalah yang terdepan.” (HR. Muslim (440)).

Al Imam An Nawawiy rohimahulloh berkata: “Adapun shof para lelaki adalah sesuai dengan keumuman hadits ini, bahwasanya yang terbaiknya adalah yang paling depannya, selamanya. Dan yang paling buruk adalah yang paling akhirnya, selamanya. Adapun shof para wanita, yang diinginkan dengan hadits ini adalah shof wanita yang mereka itu sholat bersama para lelaki. Adapun jika para wanita tadi sholat sendirian, tidak bersama para lelaki, maka mereka itu seperti para pria, shof mereka yang terbaik adalah terdepan. Dan yang paling buruk adalah yang paling akhirnya.

Dan yang dimaksudkan dengan sejelek-jelek shof untuk pria dan wanita adalah: paling sedikit pahalanya, keutamaannya, dan paling jauhnya dari tuntutan syari’at. Dan yang terbaiknya adalah yang sebaliknya. Dan hanyalah shof terakhir wanita yang hadir bersama para pria itu diutamakan karena mereka itu jauh dari percampuran dengan para pria, jauh dari melihat mereka, dan jauh dari tertambatnya hati dengan mereka ketika melihat gerakan-gerakan mereka, mendengarkan ucapan mereka dan sebagainya. Dan shof awal wanita dicela karena kebalikan dari yang tadi. Wallohu a’lam.”

(“Syarh Shohih Muslim”/4/hal. 159-160).

Al ‘Allamah As Sindiy rohimahulloh berkata: “Sabda Nabi: “Sebaik-baik shof para wanita” yaitu yang terbanyak pahalanya. “dan yang terjelek” yaitu yang paling sedikit pahalanya… -sampai pada ucapan beliau:- dan yang demikian itu dikarenakan bahwasanya kedekatan para pria dengan para wanita itu dikhawatirkan akan mempengaruhi benak masing-masing dari kedua belah pihak. Kemudian perincian yang tersebut di dalam hadits tadi adalah mutlak untuk pria. Dan juga untuk shof para wanita ketika terjadi percampuran dengan pria. Demikianlah dikatakan oleh sebagian ulama. Dan mungkin juga kita membawa perincian tadi secara mutlak, karena wanita itu memang diperintahkan untuk menyembunyikan diri.” (“Hasyiyatus Sindiy ‘Ala Sunan Ibni Majah”/1/hal. 314).

Dan dari Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anh:

أن جدته مليكة دعت رسول الله صلى الله عليه وسلم لطعام صنعته له، فأكل منه، ثم قال: «قوموا فلأصل لكم» قال أنس: فقمت إلى حصير لنا، قد اسود من طول ما لبس، فنضحته بماء، فقام رسول الله صلى الله عليه وسلم، وصففت
واليتيم وراءه، والعجوز من ورائنا، فصلى لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم ركعتين، ثم انصرف.

“Bahwasanya neneknya mengundang Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam untuk menyantap makanan yang dibikinnya untuk beliau. Maka Nabi menyantap sebagian dari makanan tadi, lalu beliau bersabda: “Bangkitlah kalian semua untuk aku bersholat untuk kalian.” Maka aku (Anas) bangkit menuju tikar kami. Tikar itu telah menghitam karena lama dipakai. Lalu aku memercikinya dengan air. Lalu Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam berdiri. Dan aku berbaris bersama anak yatim di belakang beliau, sementara nenek tua di sebelah belakang kami. Lalu Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam sholat dua rekaat mengimami kami. Kemudian beliau pulang.” (HR. Al Bukhoriy (380) dan Muslim (658)).

Al ‘Allamah Ibnu Baththol rohimahulloh berkata: “Demikianlah sunnah dalam sholat wanita, yaitu mereka berdiri di belakang para pria. Dan yang demikian itu –dan Alloh Yang paling tahu- karena dikhawatirkannya munculnya fitnah dengan sebab mereka, tersibukkannya jiwa-jiwa dengan fithroh kecondongan pada urusan wanita, tidak bisa khusyu’ dan khonsentrasi dalam sholat dan tak bisa memurnikan pikiran untuk Alloh di dalam sholat dengan sebab itu, karena wanita itu dihiasi di dalam hati manusia, dan paling depan dalam seluruh syahwat. Dan hadits ini termasuk dasar dalam memutuskan penyebab fitnah.” (“Syarh Shohih Al Bukhoriy”/Ibnu Baththol/2/hal. 473).

Dalil-dalil dan ucapan ulama ini semua merupakan penjelasan yang terang akan pentingnya menjauhkan pria dan percampuran dengan wanita karena amat besarnya hubungan fitnah antar dua jenis.

Al Imam Ibnu Baz rohimahulloh berkata:

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد :

Aku telah melihat apa yang ditulis oleh sebagian penulis di Koran Al Jaziroh nomor (3757) tanggal (15/4/1403 H) yang mengemukakan ide yang di dalamnya ada pencampuran lelaki dan perempuan dalam pendidikan tingkat dasar. Dan manakala idenya tadi mendatangkan akibat-akibat yang amat berbahaya, aku berpandangan untuk memberikan peringatan. Maka aku katakan:

Sesungguhnya ikhtilath merupakan sarana keburukan yang banyak dan kerusakan yang besar, tidak boleh hal itu dilakukan. Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bersabda:

«مروا أبناءكم بالصلاة لسبع واضربوهم عليها لعشر وفرقوا بينهم في المضاجع»،

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk sholat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka dalam rangka itu ketika mereka berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah di antara mereka pada tempat-tempat tidur mereka.” [Itu adalah riwayat Al Imam Ahmad (6689) dan Abu Dawud (495) dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما dengan sanad hasan].

Hanyalah beliau shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam memerintahkan dipisahkannya di antara mereka pada tempat-tempat tidur mereka dikarenakan kedekatan salah seorang dari mereka dengan yang lainnya pada usia sepuluh tahun dan setelahnya itu adalah sarana terjadinya kekejian disebabkan oleh percampuran Antara anak lelaki dan anak perempuan. Dan tiada keraguan bahwasanya pengumpulan mereka di tingkat pendidikan dasar setiap hari adalah sarana pada kekejian tadi sebagaimana dia adalah sarana percampuran di tingkatan-tingkatan setelah itu.

Dalam segala kondisi, maka percampuran antara anak lelaki dan perempuan di tingkat-tingkat dasar adalah kemungkaran, tidak boleh dilakukan, karena hal itu bisa berakibat berbagai macam keburukan. Dan syariat yang sempurna telah datang dengan membawa kewajiban menutup sarana-sarana yang menjerumuskan kepada kesyirikan dan kemaksiatan. Dan dalil-dalil yang banyak dari ayat dan hadits telah menunjukkan hal itu. Andaikata bukan karena menyebabkan panjangnya tulisan ini, niscaya aku sebutkan dalil-dalil yang banyak darinya.

Al ‘Allamah Ibnul Qoyyim rohimahulloh telah menyebutkan itu di dalam kitab beliau “I’lamul Muwaqqi’in”, di antaranya mencapai sembilan puluh sembilan dalil (akan wajibnya menutup sarana keburukan).

Dan nasihatku pada sang penulis dan yang lainnya untuk tidak mengeluarkan ide yang membuka pintu-pintu keburukan terhadap umat Islam yang telah ditutup. Kami mohon pada Alloh petunjuk dan taufiq untuk kita semua.”

Dan cukup bagi orang yang berakal kejadian-kejadian kerusakan besar yang berlangsung di negri-negri yang membolehkan percampur-bauran, disebabkan oleh percampuran tadi.

Adapun yang terkait dengan keperluan untuk sang pelamar mengetahui wanita yang dilamar, maka Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam telah mendatangkan dalam masalah itu syariat yang memuaskan, dengan sabda Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam:

إذا خطب أحدكم امرأة فإن استطاع أن ينظر منها إلى ما يدعوه إلى نكاحها فليفعل

“Jika salah seorang dari kalian melamar seorang wanita, maka jika dia bisa melihat dari wanita tadi perkara yang mendorongnya untuk menikahinya maka hendaknya dia mengerjakannya.”

Maka Nabi mensyariatkan untuknya melihat wanita tadi tanpa bersepi-sepi dengannya, sebelum akad nikad, jika mudah baginya untuk melihat wanita tadi. Jika hal itu tidak mudah, dia bisa mengutus wanita yang dia percaya untuk melihat kepada wanita yang hendak dilamar tadi, lalu utusan tadi mengabarinya akan badannya dan akhlaqnya.

Kaum muslimin telah berjalan di atas langkah ini pada masa-masa yang telah lewat. Dan hal itu tidak membahayakan mereka, bahkan dengan proses melihat wanita yang dilamar atau diceritakan padanya sifat-sifat wanita yang dilamar itu tadi mereka mendapatkan kecukupan dari apa yang diperlukan.

Kalaupun terjadi perkara yang sebaliknya, maka itu jarang sekali, dan hukum itu tidak dibangun di atasnya. Dan hanya pada Alloh kita mohon pada Alloh agar memberikan taufiq pada seluruh muslimin untuk mendapatkan perkara yang membawa kemaslahatan dan kebahagiaan untuk mereka di dunia dan akhirat, dan agar Alloh menjaga agam mereka untuk mereka, dan menutup pintu-pintu keburukan untuk mereka, serta memelihara mereka dari tipu daya para musuh. Sesungguhnya Alloh Maha Dermawan.

وصلى الله وسلم على نبينا محمد وآله وصحبه .

(selesai dari “Majmu’ Fatawa Wa Maqolat Ibni Baz”/5/hal. 229-231).

Maka kesimpulannya adalah: bahwasanya wanita tua tadi bukanlah mahrom bagi saudara kita tersebut. Maka tidak boleh baginya untuk bercampur baur dengannya ataupun menyepi berduaan dengannya.

Akan tetapi ibu tua yang tersebut di dalam soal tadi sendirian dan tidak punya orang yang merawatnya. Dalam keadaan beliau itu memerlukan bantuan, dan bisa jadikeperluannya akan perawatan, pertolongan dan bantuan itu amat besar dan mendesak. Dan bisa jadi mencapai batas darurat sehingga faktor ini wajib dipertimbangkan.

Al Imam Ibnu Qudamah rohimahulloh berkata dalam masalah mendatangkan manfaat dan menolak bahaya: “… jenis yang ketiga: yang terjadi pada tingkatan darurat (keperluan yang amat mendesak dan berbahaya jika tidak dipenuhi), dan dia itu yang Sang Pembuat syariat diketahui amat memperhatikannya, dan dia itu ada lima macam, Dia menjaga untuk mereka:

Agama mereka

Jiwa mereka

Akal mereka

Nasab mereka

Dan harta mereka.

Syariat menetapkan dibunuhnya orang kafir yang menyesatkan, dan hukuman mubtad’ yang mengajak pada bid’ah-bid’ah, demi menjaga agama umat.

Dan syariat menetapkan qishosh, karena dengan itu terjagalah jiwa-jiwa.

Dan syariat mewajibkan hukuman minum khomr, karena dengan itu terjagalah akal-akal.

Dan syariat mewajibkan hukuman zina, karena dengan itu terjagalah keturunan dan nasab.

Dan syariat mewajibkan hukuman pencuri dalam rangka menjaga harta-harta.

Penyia-nyiaan lima dasar ini dan berhenti dari menjaga lima perkara dasar ini adalah mustahil (mustahil syariat tidak memperhatikan itu).

(selesai dari “Roudhotun Nazhir”/hal. 539/cet. Darul ‘Ashimah).

Maka bukanlah suatu kemaslahatan yang dominan jika kita membiarkan ibu tua tadi telantar tanpa ada yang menggurusinya. Dan agama ini dibangun di atas prinsip mendatangkan kemaslahatan dan menolak bahaya.

Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Rosul shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam diutus untuk menghasilkan kemaslahatan dan penyempurnaannya, dan menghilangkan kerusakan dan meminimalkannya.” (“Majmu’ul Fatawa”/1/hal. 138).

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh: “Dan hendaknya orang berakal itu tahu bahwasanya akal dan syariat itu mewajibkan dihasilkannya kemaslahatan dan penyempurnaannya, dan dihilangkannya mafsadah (kerusakan) dan meminimalkannya. Maka apabila ada suatu perkara menghadap orang berakal, dia melihat di dalamnya ada maslahat dan mafsadah, maka dia wajib memperhatikan dua perkara: perkara ilmiyyah dan perkara amaliyyah.

Perkara ilmiyyah adalah: mengetahui mana yang paling kuat dari dua ujung maslahat dan mafsadah. Jika jelas baginya mana yang terkuat, dia wajib mengutamakan perkara yang paling bermaslahah untuknya.” (“Al Jawabul Kafi”/hal. 212).

Dan termasuk maslahat yang terkuat adalah: menjaga wanita yang telantar dan menyelamatkan wanita yang dalam kondisi darurat.

Dari ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha dalam kisah tuduhan dusta:

… وكانت النساء إذ ذاك خفافا، لم يهبلن ولم يغشهن اللحم، إنما يأكلن العلقة من الطعام، فلم يستنكر القوم ثقل الهودج حين رحلوه ورفعوه، وكنت جارية حديثة السن، فبعثوا الجمل وساروا، ووجدت عقدي بعدما استمر الجيش، فجئت منازلهم وليس بها داع ولا مجيب، فتيممت منزلي الذي كنت فيه، وظننت أن القوم سيفقدوني فيرجعون إلي، فبينا أنا جالسة في منزلي غلبتني عيني فنمت، وكان صفوان بن المعطل السلمي ثم الذكواني قد عرس من وراء الجيش فادّلج، فأصبح عند منزلي فرأى سواد إنسان نائم، فأتاني فعرفني حين رآني، وقد كان يراني قبل أن يضرب الحجاب علي، فاستيقظت باسترجاعه حين عرفني، فخمرت وجهي بجلبابي، ووالله ما يكلمني كلمة ولا سمعت منه كلمة غير استرجاعه، حتى أناخ راحلته، فوطئ على يدها فركبتها، فانطلق يقود بي الراحلة، حتى أتينا الجيش. الحديث.

“… dan dulu para wanita saat itu kurus-kurus, tidak gemuk dan tidak pula banyak daging. Mereka hanyalah makan sekedarnya saja. Maka para pemikul tandu tidak merasa heran akan bobot tanduku ketika mereka membawanya dan mengangkatnya. Dan saat itu aku adalah wanita muda usia. Lalu mereka membangkitkan onta dan melanjutkan perjalanan. Lalu aku mendapati kalungku setelah pasukan melanjutkan perjalanan. Lalu aku mendatangi tempat persinggahan mereka dan ternyata tidak ada di situ penyeru ataupun penjawab seorangpun. Maka aku menuju tempat singgahku yang tadi aku ada di situ, dan aku mengira pasukan tadi akan merasa kehilangan diriku sehingga mereka akan kembali ke tempatku. Ketika aku duduk di tempat singgahku, aku diliputi rasa kantuk, sehingga aku tidur. Dan Shofwan ibnul Mu’aththol As Sulamiy Adz Dzakwaniy telah tidur di di belakang pasukan, lalu beliau berjalan di akhir malam. Lalu beliau masuk waktu pagi di tempat persinggahanku, maka beliau melihat sosok manusia yang tengah tidur. Lalu beliau mendatangiku, maka beliau mengenaliku ketika beliau melihatku. Memang beliau telah pernah melihatku sebelum dipasangnya hijab kepadaku Lalu aku terbangun dengan suara istirja’ (ucapan INNA LILLAHI WAINNA ILAIHI ROJI’UN) beliau ketika beliau mengenali diriku, lalu aku menutup wajahku dengan jilbabku. Dan demi Alloh beliau tidak mengajakku berbicara, dan tidak pula aku mendengar dari beliau satu katapun selain istirja’ beliau tadi. Lalu beliau merundukkan tunggangan beliau, lalu beliau menginjak kaki depan tunggangan beliau sehingga aku bisa menunggangi kendaraan beliau. Kemudian beliau beranjak menuntun kendaraan yang aku ada di atasnya, sampai kami mendatangi pasukan.” Al hadits. (HR. Al Bukhoriy (4141) dan Muslim (2770)).

Lihatlah fiqih Shohabat, Shofwan ibnul Mu’aththoh rodhiyallohu ‘anhu, ini: bahwasanya beliau mengetahui bahwasanya bersepi-sepi dengan wanita yang bukan mahrom adalah harom, akan tetapi kondisi darurat menuntut upaya untuk menyelamatkan wanita yang tertinggal di jalan ini. Maka beliau harus menjaganya dan menyampaikannya pada keluarganya, sekalipun dalam upaya tadi harus mengalami sedikit ikhtilath, karena terpaksa, bukan karena pilihan sendiri.

Al ‘Allamah Abdurrohman bin Muhammad Zadah rohimahulloh berkata: “Karena sesungguhnya kondisi darurat itu menyebabkan bolehnya perkara yang terlarang.” (“Majma’ul Anhur Fi Syarhi Multaqol Abhur”/1/hal. 248).

Sekalipun demikian, Shofwan rodhiyallohu ‘anhu tidak memperbanyak ucapan dengan ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha. Inimenunjukkan bahwasanya kondisi darurat itu dinilai sesuai dengan kadarnya.

Al ‘Allamah Abdul ‘Aziz bin Abdis Salam rohimahulloh berkata: “… Karena sesungguhnya perkara yang telah pasti karena adanya suasana darurat itu harus dinilai seduai dengan kadarnya.” (“Qowa’idil Ahkam Fi Masholihil Anam”/1/hal. 107).

Dan Al ‘Allamah An Nawawiy rohimahulloh berkata dalam faidah hadits ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha tadi:

Faidah kelima belas: disyariatkannya menolong orang yang tengah kesulitan, membantu orang yang tertinggal di jalan, menyelamatkan orang yang hilang, dan memuliakan orang-orang yang bermartabat tinggi, sebagaimana seluruhnya dilakukan oleh Shofwan rodhiyallohu ‘anhu dalam kejadian tadi.

Faidah keenam belas: disyariatkan bagusnya adab bersama wanita yang bukan mahrom, terutama dalam suasana sepi dengan mereka karena kondisi darurat, di hutan ataupun yang lainnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Shofwan rodhiyallohu ‘anhu, yang mana beliau merundukkan onta beliau tanpa berbicara dan tanpa bertanya. Dan seharusnya orang yang dalam situasi tadi berjalan di bagian depan wanita tadi, bukan di sampingnya dan bukan pula di belakangnya.

Faidah ketujuh belas: disunnahkan mengutamakan orang lain dalam masalah tunggangan dan semisalnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Shofwan rodhiyallohu ‘anhu.

Faidah kedelapan belas: disunnahkan istirja’ ketika ada musibah-musibah, sama saja musabah tadi pada urusan agama ataukah dunia, dan sama saja musibah tadi menimpa dirinya ataukah orang yang dimuliakannya.

Faidah kesembilan belas:disyariatkannya wanita menutup wajahnya ketika ada pandangan pria yang bukan mahromnya, sama saja dia itu pria sholih ataukah yang lainnya.”

(Selesai penukilan dari “Syarh Shohih Muslim”/17/hal. 116-117).

Dan tidak pantas memperbanyak bicara dengan wanita yang bukan mahrom –sekalipun suaranya yang tidak diperindah itu bukanlah aurot-, kecuali jika memang diperlukan untuk berbicara.

Al Imam Al Hafizh Abdurrohim bin Husain Al ‘Iroqiy rohimahulloh berkata tentang faidah hadits tersebut: “Faidah kedua puluh: ucapan ‘Aisyah: “Dan demi Alloh beliau tidak mengajakku berbicara satu katapun” ‘Aisyah menyebutkannya dengan fi’il mudhori’ sebagai isyarat terus berlanjutnya diamnya Shofwan rodhiyallohu ‘anh, dan beliau senantiasa diam. Itu beliau sebutkan karena bisa jadi jika ‘Aisyah memakai fi’il madhi ada yang memahami bahwasanya tidak bicaranya Shofwan tadi hanyalah terjadi saat itu. Berbeda jika memakai fi’il mudhori’. Dan ucapan beliau “Dan tidak pula aku mendengar dari beliau satu katapun” itu bukanlah pengulangan berita, karena bisa jadi Shofwan tidak mengajak beliau berbicara tapi hanya berbicara dengan diri sendiri, atau mengeraskan bacaan atau dzikir untuk memperdengarkan itu pada ‘Aisyah. Maka itu tadi semua tidak terjadi, bahkan Shofwan senantiasa diam dalam kondisi tadi sebagai bentuk adab, penjagaan, dan karena kondisi yang dialaminya tadi membikin dirinya khawatir.” (“Thorhut Tatsrib Fi Syarhit Taqrib”/8/hal. 53).

Dan termasuk dalil yang menggabungkan antara pertolongan untuk wanita yang dalam kondiri darurat dengan meminimalkan kerusakan khulwah adalah: bahwasanya Shofwan rodhiyallohu ‘anh merundukkan kendaraan beliau dan menginjak kaki depannya untuk memudahkan ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha menaiki kendaraan tadi tanpa Shofwan membantunya.

Al Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata: “Maka dia menginjak kaki depan tunggangannya.” Yaitu: agar lebih mudah bagi ‘Aisyah menaiki tunggangan tadi dan Shofwan tidak perlu menyentuh ‘Aisyah ketika proses naik tadi.” (“Fathul Bari”/8/hal. 463).

Dalil yang kedua tentang masalah ini:

Hadits Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu:

أنه أقبل هو وأبو طلحة مع النبي صلى الله عليه وسلم، ومع النبي صلى الله عليه وسلم صفية مردفها على راحلته، فلما كانوا ببعض
الطريق عثرت الناقة، فصرع النبي صلى الله عليه وسلم والمرأة، وإن أبا طلحة – قال: أحسب قال: – اقتحم عن بعيره، فأتى رسول الله صل الله عليه وسلم، فقال: يا نبي الله جعلني
الله فداءك هل أصابك من شيء؟ قال: «لا، ولكن عليك بالمرأة» ، فألقى أبو طلحة ثوبه على وجهه، فقصد قصدها، فألقى ثوبه عليها، فقام المرأة، فشد لهما على راحلتهما فركبا، فساروا. الحديث.

“Bahwasanya dirinya dan Abu Tholhah berangkat pulang ke Madinah bersama Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam. Dan Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam disertai Shofiyyah yang beliau boncengkan di atas kendaraan beliau. Manakala ada di sebagian jalan, onta beliau tergelincir, maka Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam dan istri beliau terjatuh. Dan Abu Tholhah langsung turun dari onta beliau lalu mendatangi Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam seraya berkata: “Wahai Nabiyalloh, semoga Alloh menjadikan saya sebagai tebusan Anda. Apakah Anda tertimpa sesuatu?” Beliau menjawab: “Tidak, tapi engkau harus menolong istriku.” Maka Abu Tholhah menutupkan bajunya ke wajahnya, lalu dia mendatangi wanita tadi, lalu Abu Tholhah menaruh bajunya ke tubuh wanita tadi, lalu wanita tadi berdiri, lalu Abu Tholhah mengokohkan keduanya di atas tunggangan keduanya, lalu keduanya menungganginya. Kemudian mereka semua berjalan lagi.” Al hadits. (HR. Al Bukhoriy (3086)).

Maka di dalam hadits ini: gabungan antara menolong wanita dari bahaya, dengan tetap menutup pintu fitnah dari wanita tadi.

Tiada keraguan bahwasanya hal itu tadi boleh karena darurat, karena sikap membiarkan wanita dalam kasus semacam tadi bisa jadi menyebabkan kebinasaan atau dengan dengan kebinasaan atau bahaya.

Al ‘Allamah Az Zarkasiy rohimahulloh berkata: “Maka darurat adalah sampainya seseorang pada suatu batasan yang jika dia tidak melakukan perkara yang terlarang dia akan binasa atau mendekati kebinasaan, seperti orang yang terpaksa makan atau memakai pakaian yang harom yang andaikata dia membiarkan dirinya kelaparan atau telanjang justru bisa mati, atau ada satu anggota tubuh yang binasa. Dan kondisi semacam tadi menyebabkan bolehnya melakukan perkara yang diharomkan.” (“Al Mantsur Fil Qowa’idil Fiqhiyyah”/2/hal. 319).

Dan perkara darurat itu dinilai sesuai dengan kadarnya, berbeda dengan sikap para hizbiyyin mumayyi’in.

Al Imam Ibnul Humam rohimahulloh berkata: “Dan perkara yang telah pasti adanya dengan sebab darurat, dia itu harus diukur sesuai dengan kadar perkara darurat tadi.” (“Fathul Qodir”/karya Al Kamal Ibnul Humam/8/hal. 35).

Maka saudara kita si penanya itu harus tinggal di rumah yang dekat dengan rumah ibu tua ini, agar istrinya bisa berbakti pada ibu asuhnya tadi dan sering memeriksa kondisinya, dan agar ibu tua tadi merasa tentram dengan kehadiran putri asuhnya tadi.

Tapi jika saudara kita tadi tidak mendapatkan rumah yang dekat dengan rumah ibu tua tadi, maka hendaknya sang ibu tadi menyiapkan satu kamar terpisah di dalam rumahnya, untuk sang putri asuh dan suaminya, ini demi menggabungkan dua maslahat: menjauhi fitnah sebisa mungkin, sambil menjaga sang ibu tua tadi dari jarak yang dekat.

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَمَنْ يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى الله فَهُوَ حَسْبُهُ إن الله بالغ أمره قد جعل الله لكل شيء قدراً﴾ [الطلاق: 2، 3].

“Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Alloh akan menyampaikan urusan-Nya. Sungguh Alloh telah menjadikan untuk segala sesuatu itu kadarnya.”

Dan Alloh ta’ala Yang Mahatahu akan jawaban yang benar.

Dan saya telah menanyakan perkara tadi pada Fadhilatu Syaikhina Abu Abdirrohman Abdurroqib Al Kaukabaniy hafizhohulloh, maka beliau menulis jawaban sebagai berikut: “Apakah ibu tua tadi bisa menyediakan satu kamar khusus untuk suami dan istri tadi? Yang mana sang suami bisa setiap hari masuk menemui istrinya tanpa mengalami kesempitan? Jika bisa demikian, maka boleh dia tinggal di rumah ibu tua tadi.” Selesai.

والحمد لله رب العالمين.

Shon’a 22 Jumadal Ula 1436 H

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...