Tampilkan postingan dengan label Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman. Tampilkan semua postingan

Adakah Sholat Khusus Taubat ?

sholattaubatimg_1490552_48579547_64

Soal: apa hukum sholat tobat?

Jawab dengan memohon pertolongan pada Alloh ta’ala:
Sebagian ulama berdalilkan tentang sholat tobat dengan hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad dalam Musnad beliau no. (2) yang berkata: haddatsana Waqi’: haddatsana Mis’ar wa Sufyan: ‘an Utsman ibnil Mughiroh Ats Tsaqofiy: ‘an Ali bin Robi’ah Al Walibiy: ‘an Asma ibnil Hakam Al Fazariy: ‘an Ali rodhiyallohu ‘anh yang berkata:

كنت إذا سمعت من رسول الله صلى الله عليه و سلم حديثا نفعني الله بما شاء منه وإذا حدثني عنه غيري استحلفته فإذا حلف لي صدقته. وإن أبا بكر رضي الله عنه حدثني وصدق أبو بكر أنه سمع النبي صلى الله عليه و سلم قال : «ما من رجل يذنب ذنبا فيتوضأ فيحسن الوضوء» قال مسعر: «ويصلي». وقال سفيان: «ثم يصلي ركعتين فيستغفر الله عز و جل إلا غفر له»

“Dulu aku jika mendengar hadits dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, Alloh memberiku manfaat dengan apa yang dikehendaki-Nya dari hadits tadi. Tapi jika orang lain memberiku hadits dari Nabi, aku menuntutnya untuk bersumpah. Jika dia bersumpah maka aku membenarkannya. Dan sesungguhnya Abu Bakr rodhiyallohu ‘anh memberiku hadits, dan Abu Bakr itu jujur, bahwasanya beliau mendengar Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam berkata: “Tiada seorangpun yang membikin dosa, lalu dia berwudhu dan memperbagus wudhunya.” Mis’ar berkata: “Dan melakukan sholat” Sufyan berkata: “Lalu dia sholat dua rekaat, lalu dia mohon ampun pada Alloh ‘azza wajalla, kecuali Alloh pasti akan mengampuninya.” 

Utsman ibnul Mughiroh Ats Tsaqofiy tsiqoh. (“Tahdzibut Tahdzib”/7/hal. 141).
Ali bin Robi’ah Al Walibiy tsiqoh terkenal. (“Tahdzibut Tahdzib”/7/hal. 281).
Asma ibnil Hakam Al Fazariy majhul hal, menurut pendapat yang terkuat. (rujuk: (“Tahdzibut Tahdzib”/7/hal. 141).

Ibnu Adi rohimahulloh berkata: Asma ibnil Hakam ini tidak dikenal kecuali dengan hadits ini. Dan barangkali dia punya hadits lain. (“Al Kamil Fi Dhu’afair Rijal”/1/hal. 430). Maka sanad tadi lemah dengan sebab Asma ibnil Hakam Al Fazariy.

Maka sholat khusus untuk tobat itu tidak disyariatkan menurut pendapat yang benar. Tapi orang yang bertobat perlu memperbanyak ketaatan pada Alloh dengan amalan-amalan yang disyariatkan, di antaranya adalah berwudhu dan memperbagus wudhunya, lalu menegakkan sholat yang disyariatkan dengan khusyu’, karena amalan tadi  menggugurkan dosa-dosa dan menyebabkan orang masuk ke dalam Jannah. Dari Utsman bin Affan rodhiyallohu ‘anhu yang berkata:

والله لأحدثنكم حديثا لولا آية في كتاب الله ما حدثتكم. إني سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول: «لا يتوضأ رجل مسلم فيحسن الوضوء فيصلي صلاة إلا غفر الله له ما بينه وبين الصلاة التي تليها». (أخرجه مسلم (277))

“Demi Alloh aku benar-benar akan memberikan satu hadits pada kalian, andaikata bukan karena satu ayat di dalam Kitabulloh niscaya aku tak akan menceritakannya pada kalian. Aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seseorang Muslim berwudhu lalu dia memperbagus wudhunya, lalu dia sholat, kecuali Alloh mengampuni untuknya dosa Antara dirinya sampai dia mengerjakan sholat yang berikutnya.” (HR. Muslim (277)).

Dan dari “Uqbah bin Amir rodhiyallohu ‘anhu yang berkata:

كانت علينا رعاية الإبل فجاءت نوبتي فروحتها بعشي فأدركت رسول الله صلى الله عليه و سلم قائما يحدث الناس فأدركت من قوله: «ما من مسلم يتوضأ فيحسن وضوءه ثم يقوم فيصلي ركعتين مقبل عليهما بقلبه ووجهه إلا وجبت له الجنة». قال: فقلت: ما أجود هذه. فإذا قائل بين يدي يقول: التي قبلها أجود. فنظرت فإذا عمر قال: إني قد رأيتك جئت آنفا. قال: «ما منكم من أحد يتوضأ فيبلغ ( أو فيسبغ ) الوضوء ثم يقول أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبد الله ورسوله إلا فتحت له أبواب الجنة الثمانية يدخل من أيها شاء». (أخرجه مسلم (234)).

“Dulu kami punya kewajiban untuk mengurusi ota-onta, lalu datanglah giliranku, maka aku menggiringnya pulang di sore hari, lalu aku mendapati Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam berdiri memberikan hadits pada orang-orang. Maka aku mendapatkan sebagian dari sabda beliau: “Tidaklah seorang Muslim berwudhu lalu dia memperbagus wudhunya, lalu dia bangkit bersholat dua rekaat dengan menghadapkan hatinya dan wajahnya, kecuali dia wajib mendapatkan Jannah.” Aku berkata: “Alangkah bagusnya hadits ini.” Tiba-tiba saja di hadapanku ada orang berkata: “Yang sebelumnya lebih bagus lagi.” Maka aku memandang kepadanya, ternyata dia adalah Umar yang berkata: “Sungguh aku melihat dirimu datang barusan. Nabi telah bersabda: “Tidaklah seorangpun dari kalian berwudhu lalu dia memperbagus wudhunya, lalu dia berkata –yang artinya:- “Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar kecuali Alloh, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Alloh dan utusan-Nya,” kecuali pasti akan dibukakan untuknya delapan pintu Jannah, dia akan memasukinya dari pintu manapun yang disukainya.” (HR. Muslim (224)).

Al Imam Ibnu Utsaimin rohimahulloh ditanya: “Apa hukum sholat tobat? Dan apakah dalil yang datang tentang hal itu shohih?”

Beliau rohimahulloh menjawab: “Sholat tobat itu di dalam haditsnya ada kelemahan. Tapi dia punya pendukung yang menunjukkan bahwasanya dia punya asal, seperti hadits Utsman bin Affan –lalu beliau menyebutkan hadits tadi- maka hadits ini merupakan pendukung yang menunjukkan bahwasanya seseorang itu jika berwudhu lalu dia menyempurnakan wudhunya, lalu dia sholat dua rekaat, maka sungguh dosanya yang terdahulu itu diampuni. Dan tidak dinamakan sholat tobat, akan tetapi dia adalah sholat sunnah wudhu. Akan tetapi dihasilkan dengannya tobat.”(selesai dari “Liqoul Babil Maftuh”/1/hal. 425).

Inilah jawaban singkat tentang sholat taubah.
Permasalah ini dengan perselisihan para ulama tentang masalah ini telah ana sebutkan dalam kitab “Hukmu Sholatit Taubah”, tertanggal 9 Romadhon 1435 H.

والله تعالى أعلم بالصواب
والحمد رب العالمين

Dijawab oleh Abu Fairuz Abdurrahman bin Sukaya Al-Qudsy Al-Indonesiy.

Shon’a, Rabu 11 Jumadal Ula 1436 H.\

sumber: https://thaifahalmanshurah.wordpress.com/

╭─┅─═ঊঊঈ═─┅─╮ 

       SEBARKANLAH 
       ENGKAU AKAN 
       MENDAPATKAN 
           PAHALANYA 
╰─┅─═ঊঊঈ═─┅─╯ 

 🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 

Buat Yang Memerangi Kebatilan Dengan Identitas Samaran

Buat Yang Memerangi Kebatilan
Dengan Identitas Samaran



Ditulis Oleh:


Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo
Al Qudsi Al Indonesi ‘afallohu ‘anhu



بسم الله الرحمن الرحيم

Dari: Al Faqir Ilalloh Abu Fairuz Abdurrohman bin Sukaya Aluth Thury Al Qudsy
Al Indonesy 'afallohu 'anhu
Kepada: Seluruh kelompok atau individu yang memerangi kebatilan
namun tanpa memakai identitas asli.
di manapun mereka berada.


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
﴿ يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون﴾ .
﴿يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا﴾
﴿ يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما .﴾
أما بعد: فإن خير الحديث كلام الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وعلى آله وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.

Yang pertama, ana menyatakan kegembiraan atas kecemburuan Antum semua demi agama Alloh ini. Semoga hal ini sebagai salah satu alamat kuatnya iman, rasa cinta dan kesetiaan Antum pada Alloh ta'ala. Alloh ta'ala berfirman:

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴾ [المائدة/54]

"Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa murtad dari agamanya dari kalian, maka nanti Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka, dan mereka juga mencintai Alloh. Mereka lembut terhadap orang mukminin dan keras terhadap orang-orang kafir, dan mereka berjihad di jalan Alloh dan tidak takut pada celaan orang yang mencela. Yang demikian itu adalam karunia Alloh yang diberikannya pada orang yang Dia kehendaki. Dan Alloh itu Wasi' (Mahaluas) lagi 'Alim (Maha Mengetahui)". 

(QS Al Ma'idah 54)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahulloh- berkata:

فمن المعلوم ان من احب الله المحبة الواجبة فلا بد ان يبغض أعداءه ولا بد ان يحب ما يحبه من جهادهم كما قال تعالى : ﴿إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ﴾ ، والمحب التام لا يؤثر فيه لوم اللأئم وعذل العاذل بل ذلك يغريه بملازمة المحبة

"Maka termasuk perkara yang telah diketahui bersama bahwasanya barangsiapa mencintai Alloh dengan kecintaan yang wajib, maka haruslah bagi dirinya untuk membenci musuh-musuh-Nya, dan harus mencintai perkara yang dicintai-Nya, yaitu jihad memerangi mereka, sebagaimana firman Alloh ta'ala: "Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya secara berbaris rapi seakan-akan mereka adalah bangunan yang kokoh."
Dan orang yang cinta dengan sempurna tak akan terpengaruh celaan orang yang mencela, ataupun cercaan orang yang mencerca. Bahkan yang demikian itu mendorong dirinya untuk komitmen dengan cinta tersebut." 

("At Tuhfatul 'Iroqiyyah" 1/hal. 50)


Ibnu 'Aqil -rahimahulloh- berkata:

فَأَيْنَ رَائِحَةُ الْإِيمَانِ مِنْكَ وَأَنْتَ لَا يَتَغَيَّرُ وَجْهُكَ فَضْلًا عَنْ أَنْ تَتَكَلَّمَ، وَمُخَالَفَةُ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَاقِعَةٌ مِنْ كُلِّ مُعَاشِرٍ وَمُجَاوِرٍ فَلَا تَزَالُ مَعَاصِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالْكُفْرُ يَزِيدُ، وَحَرِيمُ الشَّرْعِ يُنْتَهَكُ، فَلَا إنْكَارَ وَلَا مُنْكِرَ، وَلَا مُفَارَقَةَ لِمُرْتَكِبِ ذَلِكَ وَلَا هِجْرَانَ لَهُ. وَهَذَا غَايَةُ بَرَدِ الْقَلْبِ وَسُكُونِ النَّفْسِ وَمَا كَانَ ذَلِكَ فِي قَلْبٍ قَطُّ فِيهِ شَيْءٌ مِنْ إيمَانٍ؛ لِأَنَّ الْغِيرَةَ أَقَلُّ شَوَاهِدِ الْمَحَبَّةِ وَالِاعْتِقَادِ. ("الآداب الشرعية "ج 1 ص 178)

"Maka manakah aroma iman darimu sementara engkau tidak berubah wajahmu –lebih-lebih lagi untuk mau berbicara- dalam keadaan penyelisihan terhadap Alloh subhanahu wa ta'ala dilakukan oleh keluarga dan tetangga. Terus-menerus kedurhakaan pada Alloh azza wa jalla dan kekufuran bertambah, garis batas syariat dilanggar, tapi tiada pengingkaran dan tidak ada orang yang mengingkari, dan tiada pula perpisahan diri dari orang yang melanggar syariat. Dan ini adalah puncak dari kebekuan hati dan diamnya jiwa. Dan tiada lagi tersisa iman dari dalam hati, karena kecemburuan adalah alamat cinta dan keyakinan yang paling kecil." 

("Al Adabusy Syar'iyyah" 1/hal. 178)


Yang kedua, ana juga menyampaikan jazakumullohu khoiron atas upaya Antum semua untuk menegakkan al haq di muka bumi, dan memberantas kebatilan. Semoga hal itu menjadi alamat tingginya derajat Antum semua di sisi Alloh ta'ala. Alloh ta'ala berkata:

﴿كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ﴾

"Kalian adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Alloh." 

(QS Ali Imron 110)

Yang ketiga adalah bahwasanya ana ingin menyampaikan nasihat kepada Antum semua, sebagai bentuk realisasi dari sabda Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam-:

المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضًا

"Seorang mukmin dengan mukmin yang lain adalah bagaikan satu bangunan, sebagiannya memperkuat bagian yang lain." 

(HSR Al Bukhory/2314 dan Muslim/2585 dari Abu Musa Al Asy'ary rodhiyallohu 'anhu)

Ana ingin mengingatkan bahwasanya Islam itu sudah sempurna, baik secara aqidah, manhaj, fiqh, akhlaq, dakwah sampai juga metode membantah ahli batil.
Dan bukanlah termasuk manhaj Salaf membikin tulisan untuk memerangi ahli bida' dan para penyeleweng secara gelap (tanpa menyertakan identitas sama sekali, atau berusaha mengaburkan jati diri).

Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam- dalam surat-suratnya beliau menyebutkan nama, dan tidak takut kemarahan para raja yang disurati.

Demikian pula para Salaf dalam nasihat dan kitab-kitab bantahan mereka, dalam keadaan mereka tahu bahwasanya kebanyakan ahlul bid'ah punya hubungan dengan penguasa, tapi Ahlul Haq tidak takut akan resiko dakwah dan menegakkan kebenaran.

Justru yang menulis secara gelap dia akan dicap sebagai orang yang majhul dan tidak diterima beritanya. Dan juga hal itu termasuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan para hizbiyyin. Dan kita dilarang untuk menyerupai seluruh orang fasiq ataupun golongan yang cacat dan kurang secara agama.

Alloh ta'ala berfirman:

﴿وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴾ [الحشر/19]

"Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Alloh, sehingga Alloh menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasiq." 

(QS Al Hasyr 19)


Dan masing-masing mendapatkan balasan sesuai dengan amalannya dan tidaklah sama orang sholih dan orang fasiq. Maka untuk apa mengikuti jalan mereka?

Alloh ta'ala berfirman:

﴿أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ ﴾ [القلم/35]

"Maka apakah Kami jadikan muslimin itu sama dengan mujrimin?" 

(QS Al Qolam 35)


Alloh ta'ala berfirman:

﴿أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ﴾ [ص/28]

"Apakah Kami jadikan orang-orang yang beriman dan beramal sholih itu seperti orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Apakah Kami jadikan orang yang bertaqwa itu seperti orang yang fajir?" 

(QS Shod 28)


Dan juga berfirman:

﴿أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لَا يَسْتَوُونَ﴾ [السجدة/18]

"Maka apakah orang yang beriman itu seperti orang yang fasiq? Tidak sama." 

(QS As Sajdah 18)


Dan para ahli bid'ah dan hizbiyyah adalah orang fasiq dan kurang agamanya.
Termasuk dari trik-trik hizbiyyin dalam memerangi ahlissunnah adalah penulisan dengan menyembunyikan identitas asli.


Wahai para penulis, - hafidzakumulloh -

Maka ana nasihatkan pada Antum sekalian untuk menjunjung tinggi kejujuran dan keberanian di jalan Alloh ta'ala.

Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam- bersabda:

شر ما في رجل شح هالع وجبن خالع

"Sejelek-jelek sifat yang ada pada seorang lelaki adalah sifat pelit yang penuh dengan keluhan, dan sifat penakut yang amat sangat." 

(HSR Ahmad dan At Tirmidzy dari Abi Huroiroh rodhiyallohu 'anhu. Lihat "Al Jami'ush Shohih" 5/131 karya Imam Al Wadi'y -rahimahulloh-)


Juga Syaikh Robi' Al Madkholi -hafidhahulloh- berkata:

فهذا من أهم مواطن الصدق والإقدام والرجولة والشجاعة ، ولا ينبغي للشجعان أن يتواروا عن مواجهة هذه الفتنة.

"Dan ini termasuk posisi kejujuran, kemajuan, kejantanan, dan keberanian yang paling penting. Dan tidak pantas bagi para pemberani untuk bersembunyi dari menghadapi fitnah ini." 

("Jama`ah wahidah"/160/ Syaikh Robi' Al Madkholi)


Adapun buat orang atau kelompok yang menamakan dirinya "Anti Luqman" atau yang semisal dengan itu, maka ana ucapkan jazakumullohu khoiron atas partisipasi kalian. Ana dan teman-teman ana di sini belum mengenal kalian. Bisa jadi kalian memang orang-orang yang memendam dendam lama pada Luqman, atau tidak menutup kemungkinan kalian itu mata-mata aparat. Atau mungkin juga kalian adalah kawanan hizbiyyun yang memanfaatkan kekeruhan untuk menghantam Luqman. Atau mungkin juga kalian adalah kawan Luqman sendiri yang pura-pura menyerang Luqman dari balik tembok alam maya, sehingga apabila Ahlussunnah menyerang anak buahnya Luqman yang berperang membela dirinya dengan nama palsu, Luqman bisa berkata pada Ahlussunnah,"Kalian juga sama saja." Atau mungkin juga kalian adalah Ahlussunnah yang ingin beramal baik akan tetapi belum paham akan salahnya cara tersebut.

Maka ana katakan: Ana tidak bermaksud menghina ataupun merendahkan kalian. Hanya saja karena kalian tidak memperkenalkan diri, dan juga menempuh cara yang tidak benar, dan juga karena saratnya hizbiyyun dengan makar, maka jangan salahkan kaum muslimin jika berbagai dugaan itu muncul, sesuai dengan beranekaragamnya kemungkinan, tanpa adanya qorinah yang kuat.

Yang pasti kami berlepas diri dari setiap penulisan yang tidak menyertakan jati diri yang benar, setelah dan sebelum nasihat ini ditulis. Bukan berarti kita harus menyertakan nama kecil kita meskipun sudah dirubah karena tidak Islamy. Tapi yang diinginkan adalah jati diri yang dengannya dia dikenal oleh orang yang dia bantah, dan dikenal oleh ahlussunnah yang lain, sehingga memudahkan untuk diketahui dari pihak manakah si penulis tersebut? Dan agar mudah untuk dimintai pertanggungjawaban secara syariah. Dan perkara terakhir ini yang amat ditakuti oleh para hizbiyyun.

Dan ana juga sudah menulis bantahan secara agak terperinci terhadap Luqman Ba Abduh di dalam risalah(1) yang insya Alloh sudah tersebar, sudah diperiksa oleh beberapa masyayikh dan diidzinkan oleh Fadhilatusy Syaikh Yahya -hafizhahulloh- untuk disebarkan. Dan tentu saja masih banyak kebatilan Luqman yang belum tertulis di dalamnya. Jika antum semua hendak melengkapinya dengan tulisan yang terpisah, maka itu adalah hak antum, tapi dengan adab-adab yang diajarkan oleh Salafush Sholih. 

Antum semua terlalu mulia untuk mengikuti jalan seorang hizby hina yang menamakan dirinya Abu Mahfudh Ali bin Imron dst. Beraninya membikin kedustaan dan memutarbalikkan fakta, sambil berusaha mengadu domba para pejuang fi sabilillah dan mengaburkan hakikat, tapi tak berani dengan jujur menampakkan identitas aslinya pada kami. Mengaku ada di Dammaj tapi tak kami temukan batang hidungnya. Kami ingin mengunjunginya dan memperkenalkan dirinya pada Syaikh Yahya - hafidzahulloh -. Tapi sampai sekarang tak berani unjuk pantat.

Sementara itu dia dengan bangga berkata: "Tak akan membahayakan diriku orang yang tidak mengenalku. Cukuplah teman-temanku mengenalku, dan yang tahu adalah hujjah terhadap yang tidak tahu."

Bagaimana jadi hujjah sementara para komplotannya juga tak berani mengaku kenal akan dirinya!? Seperti inikah thoriqotus Salaf dan penerapan kaidah Salaf?

Inilah nasihat yang bisa ana sampaikan pada kesempatan ini, semoga Alloh senantiasa mengokohkan kita di atas tauhid dan sunnah, dan tegar di atas manhaj Salaf. Bisa jalan ini pahit secara lahiriyyah tapi manis secara batiniyyah. Mungkin awalnya berat tapi akhirnya adalah kebahagiaan dan ketentraman serta istirahat yang abadi dan nyaman di Jannah. Penatnya perjuangan di dunia pasti akan mencapai garis akhir.

Imam Al Murrudzy -rahimahulloh- berkata:

سَمِعْت أَبَا عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ لِشُجَاعِ بْنِ مَخْلَدٍ يَا أَبَا الْفَضْلِ إنَّمَا هُوَ طَعَامٌ دُونَ طَعَامٍ وَلِبَاسٌ دُونَ لِبَاسٍ ، وَإِنَّهَا أَيَّامٌ قَلَائِلُ .

"Aku mendengar Abu Abdillah (Ahmad bin Hanbal) berkata pada Syuja' bin Makhlad: "Wahai Abul Fadhl, sesungguhnya (dunia) ini hanyalah makanan yang bukan makanan sejati, dan pakaian yang bukan pakaian sejati. Dan dia itu hanyalah hari-hari yang singkat belaka."

("Al Adabusy Syar'iyyah" 2/hal. 350)


Imam Ibnul Qoyyim -rahimahulloh- berkata:

يا أقدام الصبر احملي بقى القليل تذكر حلاوة الوصال يهن عليك مر المجاهدة قد علمت أين المنزل

"Wahai tapak-tapak kesabaran, pikullah, tinggal sedikit lagi. Ingatlah manisnya perjumpaan, maka dengannya akan menjadi enteng bagimu pahitnya perjuangan. Engkau telah mengetahui di manakah tempat beristirahat (di Jannah)" 

(Al Fawa'id 1/hal. 78).


والحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Selesai ditulis:
pada tanggal 8 Shofar 1430 H
oleh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo
Al Qudsi Al Indonesi ‘afallohu ‘anhu


sumber: http://maktabahfairuzaddailamiy.blogspot.com/

╭─┅─═ঊঊঈ═─┅─╮ 
       SEBARKANLAH 
       ENGKAU AKAN 
       MENDAPATKAN 
           PAHALANYA 
╰─┅─═ঊঊঈ═─┅─╯ 

 🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 

Anak Perempuan Istri Yang bukan dari Benih Kita Adalah Mahram Bagi Kita

Ditulis dan diterjemahkan Oleh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al JawiyAl Indonesiy –semoga Alloh memaafkannya-

بسم الله الرحمن الرحيم
Pembukaan

 :الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم أما بعد

Telah datang surat dari seorang ikhwah yang berisi pertanyaan kepada saya sebagai berikut: seseorang menikah dengan seorang wanita selama beberapa tahun, dan tidak dikaruniai anak. Lalu mereka bercerai. Kemudian wanita ini menikah lagi dengan pria lain, lalu mereka dikaruniai anak gadis. Maka apakah gadis ini mahrom bagi pria pertama?

Jawaban dengan mohon pertolongan pada Alloh: ketentuan dasar di kalangan ulama :

الدخول على الأمهات تحرم البنات البتة

Masuknya seorang pria ke seorang wanita (sudah menggaulinya) itu menyebabkan anak perempuan dari wanita itu mahrom untuk pria itu selamanya.

Dalilnya adalah firman Alloh ta’ala:

{ حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ –إلى قوله:- وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ} [النساء: 23]

“Diharomkan terhadap kalian ibu-ibu kalian, anak-anak perempuan kalian, -sampai firman Alloh:- dan anak-anak perempuan yang ada di rumah-rumah kalian dari istri-istri kalian yang kalian telah menggaulinya (menggauli istri kalian)…” (QS. An Nisa: 23).

Ini dalil yang jelas bahwasanya anak perempuan istri kita yang bukan hasil dari benih kita adalah mahrom bagi kita.
Tapi ayat tersebut menyebutkan “dan anak-anak perempuan yang ada di rumah-rumah kalian” maka bagaimana jika anak perempuan tadi tidak diasuh di rumah kita? Jawabnya adalah: sama saja, karena ayat tadi bukan mendatangkan pembatasan, hanya saja menjelaskan kondisi kebanyakan yang terjadi di adat kebiasaan mereka.

Al Imam Muhammad Asy Syinqithiy rohimahulloh berkata: Dan telah tetap di dalam prinsip fiqh: bahwasanya suatu nash jika berjalan di atas kondisi kebanyakan orang, maka nash tadi tidak punya makna kebalikan, karena bisa jadi yang diinginkan dari nash tadi adalah kondisi kebanyakan tadi, bukan bermaksud mengeluarkan makna kebalikan tadi dari hukum yang tertulis. Oleh karena itulah maka mayoritas ulama tidak menganggap berlakunya makna kebalikan dalam firman Alloh ta’ala:

{ وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ } [النساء: 23]

“Dan anak-anak perempuan yang ada di rumah-rumah kalian” (QS. An Nisa: 23).

Karena ayat tadi berjalan di atas keumuman adat masyarakat. (selesai dari “Adhwaul Bayan”/3/hal. 98).

Al Imam Abdurrohman Al Sa’diy rohimahulloh berkata: “Robibah adalah anak wanita dari sang istri sekalipun dia turun (yaitu: anaknya, cucunya, anak dari cucunya, dan seterusnya). Maka robibah itu tidak jadi mahrom sampai si pria tadi menggauli istrinya (ibu si Robibah), sebagaimana Alloh berfirman di sini:

{وَرَبَائِبُكُمُ اللاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ} الآية

“Diharomkan terhadap kalian … dan anak-anak perempuan yang ada di rumah-rumah kalian dari istri-istri kalian yang kalian telah menggaulinya (menggauli istri kalian)…”

Mayoritas ulama berkata: “Sesungguhnya firman-Nya: “yang ada di rumah-rumah kalian” adalah ikatan yang mengikuti kebiasaan umum, tidak punya kebalikan makna, karena sesungguhnya robibah itu harom dinikahi suami ibu sekalipun si robibah tadi tidak tumbuh di rumah pria tadi.
Akan tetapi pengait tadi punya dua faidah:

Yang pertama: di dalamnya ada peringatan akan hikmah diharomkannya robibah untuk dia nikahi, karena robibah tadi adalah bagaikan anak perempuan si pria tadi. Maka sikap membolehkan untuk menikahinya adalah amat buruk.

Yang kedua: di dalamnya ada penunjukan tentang bolehnya khulwah (bersepi-sepi) dengan robibah, karena dia itu bagaikan wanita yang tumbuh di rumah si pria tadi dari kalangan anak-anak perempuannya sendiri dan semisal mereka. Wallohu a’lam.” (selesai dari “Taisirul Karimir Rohman”/hal. 173).

Dan saya telah menanyakan masalah ini pada Fadhilatu Syaikhina Aba Abdirrohman Abdurroqib Al Kaukabaniy hafizhohulloh, maka beliau menulis jawaban sebagai berikut: “Ketentuan yang telah disepakati adalah bahwasanya menggauli sang ibu itu menyebabkan sang anak wanita diharomkan untuk dinikahi oleh sang suami ibu. Maka kemahroman itu telah tetap. Dan bisa jadi penamaan anak wanita tadi sebagai Robibah sebagai perluasan dalam ungkapan, karena pria tadi telah menikahi ibu si anak wanita tadi sebelum anak tadi diciptakan.” Selesai.

والله أعلم بالصواب. والحمد لله رب العالمين

Shon’a 8 Jumadats Tsaniyah14360 

sumber: https://thaifahalmanshurah.wordpress.com/

╭─┅─═ঊঊঈ═─┅─╮ 

       SEBARKANLAH 
       ENGKAU AKAN 
       MENDAPATKAN 
           PAHALANYA 
╰─┅─═ঊঊঈ═─┅─╯ 

 🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 


Mahkota Keagungan Bagi Penghapal Kalamurrohman

Ditulis dan Diterjemahkan Oleh: Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Jawiy Al Indonesiy عفا الله عنه

بسم الله الرحمن الرحيم

:الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأه محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله أجمعين، وأما بعد

      Telah datang pertanyaan dari seorang saudara yang mulia hafizhohulloh: Bagaimana tingkatan hadits bahwasanya orang tua dari anak penghapal Al Qur’an akan dipakaikan mahkota di surga dan keluarganya sebanyak tujuh turunan akan dijauhkan dari api neraka? Bagaimana dengan orang tua yang anak-anaknya penghapal Al Qur’an akan tetapi dia ahlul bid’ah atau bahkan sampai pelaku kesyirikan?

Maka dengan memohon pertolongan pada Alloh, saya jawab sebagai berikut: Hadits tersebut datang dari Buroidah ibnul Hushoib rodhiyallohu ‘anh: Diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad ibnu Hanbal dalam Musnad beliau (22950) dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf beliau (30045) dan Ad Darimiy dalam Sunan beliau (3434) dan yang lainnya yang berkata: haddatsana Abu Nu’aim: haddatsana Busyair ibnul Muhajir: haddatsani Abdulloh bin Buroidah, ‘an abihi yang berkata:

كنت جالسا عند النبي صلى الله عليه وسلم فسمعته يقول: «تعلموا سورة البقرة؛ فإن أخذها بركة وتركها حسرة، ولا يستطيعها البطلة». قال: ثم سكت ساعة، ثم قال: «تعلموا سورة البقرة، وآل عمران؛ فإنهما الزهراوان يظلان صاحبهما يوم القيامة كأنهما غمامتان أو غيايتان أو فرقان من طير صواف، وإن القرآن يلقى صاحبه يوم القيامة حين ينشق عنه قبره كالرجل الشاحب. فيقول له: هل تعرفني؟ فيقول: ما أعرفك فيقول: أنا صاحبك القرآن الذي أظمأتك في الهواجر وأسهرت ليلك، وإن كل تاجر من وراء تجارته، وإنك اليوم من وراء كل تجارة فيعطى الملك بيمينه، والخلد بشماله، ويوضع على رأسه تاج الوقار، ويكسى والداه حلتين لا يقوم لهما أهل الدنيا فيقولان: بم كسينا هذا ؟ فيقال: بأخذ ولدكما القرآن. ثم يقال له: اقرأ واصعد في درج الجنة وغرفها، فهو في صعود ما دام يقرأ، هذا كان، أو ترتيلاً».

“Saya pernah duduk di sisi Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam, lalu saya mendengar beliau bersabda: “Pelajarilah surat Al Baqoroh, karena mengambilnya adalah barokah, meninggalkannya adalah menjadi penyesalan, dan hal itu tidak bisa dilakukan oleh batholah (para penyihir).” Lalu beliau diam sesaat. Kemudian beliau bersabda: “Pelajarilah surat Al Baqoroh dan Ali Imron, karena keduanya adalah bagaikan dua bunga yang menaungi penghapalnya di hari Kiamat, seakan-akan keduanya adalah dua awan atau dua kelompok burung yang tengah berbaris. Dan sesungguhnya Al Qur’an itu akan menjumpai penghapalnya para hari Kiamat ketika kuburannya terbelah untuknya, bagaikan orang tadi pucat ketakutan. Maka Al Qur’an berkata padanya: “Apakah engkau tahu siapa aku?” Dia berkata: Aku tidak mengenalmu.” Maka dia berkata: “Aku adalah sahabatmu, Al Qur’an, yang membikin engkau dahaga di siang hari, dan membikin engkau tidak tidur di malam hari. Dan sesungguhnya setiap pedagang ada di belakang dagangannya. Dan sesungguhnya engkau pada hari ini ada di belakang seluruh jenis dagangan.” Maka dia diberi kekuasaan di tangan kanannya, diberi kekekalan di tangan kirinya, dan diletakkan di atas kepalanya makota keagungan/kewibawaan. Dan kedua orang tuanya diberi dua pasang pakaian yang tidak sanggup dipikul oleh seluruh penduduk dunia. Maka keduanya bertanya: “Dengan sebab apa kami diberi pakaian dengan ini?” Dijawab: “Dengan sebab anakmu mengambil (menghapal) Al Qur’an.” Lalu dikatakan padanya (sang anak): “Bacalah, dan naiklah ke tingkatan-tingkatan Jannah dan kamar-kamarnya.” Maka dia terus-menerus naik selama dia membaca Al Qur’an dengan cepat ataupun dengan pelan-pelan.” 

Para perowi hadits ini tsiqot dan terkenal, kecuali Busyair bin Muhajir. Dia adalah Al Ghonawiy Al Kufiy.

Al Atsrom menukilkan dari Al Imam Ahmad tentang orang itu: “Dia itu munkarul hadits. Aku telah menilai hadits-haditsnya, ternyata dia mendatangkan keanehan.”

Ibnu Ma’in berkata: “Dia tsiqoh.”

Abu Hatim Ar Roziy berkata: “Dia boleh ditulis haditsnya, tapi tidak boleh menjadi hujjah.”

Al Bukhoriy berkata: “Di sebagian haditsnya, dia menyelisihi (yaitu: menyelisihi para tsiqot).”

An Nasaiy berkata: “Laisa bihi ba’s (tidak apa-apa dengannya/tidak lemah sekali, bisa dihasankan).”

Ibnu Adi berkata: “Dia meriwayatkan beberapa hadits yang tiada pendukungnya. Dan dia boleh ditulis haditsnya, sekalipun ada beberapa kelemahan.”

(rujuk “Tahdzibut Tahdzib”/1/hal. 467-469).

Dia boleh untuk syawahid (pendukung), kecuali hadits-hadits yang ditetapkan oleh para ulama bahwasanya hal itu bagian dari kemunkarannya.

Dan hadits tadi punya pendukung dari hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh:

Diriwayatkan oleh Al Imam Ath Thobroniy dalam “Al Ausath” (5764), Abu Bakr Ad Dainuriy dalam “Al Mujalasah” (2189) dari jalur Syarik: ‘an Abdillah bin Isa: ‘an Yahya bin Abi Katsir: ‘an Abi Salamah: ‘an Abi Huroiroh rodhiyallohu ‘anh:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر القرآن وصاحبه يوم القيامة؛ فقال: «يعطى الملك بيمينه والخلد بشماله، ويوضع على رأسه تاج الوقار».

“Bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam pernah menyebutkan Al Qur’an dan para penghapalnya pada hari Kiamat, lalu beliau bersabda: “Dia akan diberi kekuasaan dengan tangan kanannya, dan kekekalan dengan tangan kirinya, dan diletakkan di atas kepalanya makota kewibawaan.”

Syarik ini adalah bin Abdillah An Nakho’iy, hapalannya jelek, bisa untuk pendukung.

Dan hadits tadi juga punya pendukung dari hadits Abdulloh bin Amr ibnil ‘Ash rodhiyallohu ‘anhuma:

Al Imam Ibnu Abi Syaibah rohimahulloh dalam Mushonnaf beliau no. (30044) berkata: haddatsana Abdulloh bin Numair: haddatsana Muhammad bin Ishaq: ‘an Amr bin Syu’aib: ‘an Abihi: ‘an Jaddihi yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam:

«يمثل القرآن يوم القيامة رجلا، فيؤتى بالرجل قد حمله فخالف أمره، فيتمثل خصما له فيقول: يا رب حملته إياي فشر حامل تعدى حدودي، وضيع فرائضي، وركب معصيتي، وترك طاعتي، فما يزال يقذف عليه بالحجج حتى يقال: فشأنك به فيأخذ بيده، فما يرسله حتى يكبه على منخره في النار، ويؤتى برجل صالح قد كان حمله، وحفظ أمره، فيتمثل خصما له دونه فيقول: يا رب حملته إياي فخير حامل، حفظ حدودي، وعمل بفرائضي، واجتنب معصيتي، واتبع طاعتي، فما يزال يقذف له بالحجج حتى يقال: شأنك به، فيأخذ بيده فما يرسله حتى يلبسه حلة الإستبرق، ويعقد عليه تاج الملك، ويسقيه كأس الخمر».

“Nanti pada hari Kiamat Al Qur’an (yaitu amalan bacaan Al Qur’an) akan dibentuk menjadi seseorang. Maka didatangkan seseorang yang memikulnya tapi dia menyelisihi perintah Al Qur’an, maka jadilah Al Qur’an itu musuh baginya, seraya berkata: “Wahai Robbku, Engkau menjadikan dia dia memikulku, tapi dia adalah pemikul yang paling buruk, dia melampaui batasan-batasanku, menyia-nyiakan kewajiban-kewajibanku, melanggar larangan-laranganku, meninggalkan ketaatan padaku.” Terus-menerus Al Qur’an melemparkan tuduhan padanya dengan hujjah-hujjah sampai dikatakan padanya: “Lakukan terhadapnya apapun yang engkau ingin lakukan.” Maka Al Qur’an tidak melepaskannya sampai dia melemparkannya hingga tertelungkup di atas hidungnya di dalam Neraka.

Dan didatangkanlah seorang yang sholih, dulu dia memikul Al Qur’an, menjaga perintahnya. Maka ditampilkanlah Al Qur’an sebagai pembelanya seraya berkata: “Wahai Robbku, Engkau menjadikannya memikul diriku, maka dia adalah sebaik-baik pemikul, dia menjaga batasan-batasanku, mengamalkan kewajiban-kewajibanku, menjauhi kedurhakaan terhadapku, mengikuti ketaatanku.” Maka terus-menerus Al Qur’an melemparkan persaksian untuknya dengan hujjah-hujjah sampai dikatakan padanya: “terserah kamu berbuat apa padanya.” Maka Al Qur’an tidak melepaskannya sampai memakaikan untuknya pasangan pakaian dari sutra tebal, dan memasangkan untuknya makota kekuasaan, dan meminuminya satu gelas khomr.”

Di dalam sanadnya ada Muhammad bin Ishaq, dia mudallis, dan tidak terang-terangan menyebutkan mendengar riwayatnya itu.

Maka hadits dengan sanad itu lemah. Tapi dia menjadi pendukung untuk hadits sebelumnya.

Datang juga hadits tadi dari riwayat Ka’b bin Malik rodhiyallohu’anhu, diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Abi Syaibah rohimahulloh dalam Mushonnaf beliau no. (30046), tapi dalam sanadnya ada Musa bin Ubaidah Ar Robadziy. dia itu adalah Abu Abdil ‘Aziz Al Madaniy, lemah sekali, munkarul hadits.

maka sanad hadits ini tidak bisa sebagai pendukung.

Dan datang juga dalam bab ini atsar dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh:

Diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Musnonnaf beliau (30047) yang berkata: haddatsana Husain bin ‘Ali: ‘an Zaidah: ‘an ‘Ashim: ‘an Abi Sholih: ‘an Abi Huroiroh yang berkata:

نعم الشفيع القرآن لصاحبه يوم القيامة، قال: يقول: يا رب قد كنت أمنعه شهوته في الدنيا فأكرمه، قال: فيلبس حلة الكرامة، قال: فيقول: أي رب زده، قال: فيحلى حلة الكرامة، فيقول: أي رب زده، قال: فيكسى تاج الكرامة، قال: فيقول: يا رب زده، قال: فيرضى منه فليس بعد رضى الله عنه شيء.

“Sebaik-baik pemberi syafaat adalah Al Qur’an, untuk penghapalnya pada hari Kiamat. Al Qur’an berkata: “Wahai Robbku, dulu saya menghalangi syahwatnya di dunia, maka muliakanlah dia.” Maka dia diberi pasangan pakaian kemuliaan. Lalu Al Qur’an berkata lagi: “Wahai Robbku, tambahilah dia lagi.” Maka dia diberi lagi pasangan pakaian kemuliaan. Lalu Al Qur’an berkata lagi: “Wahai Robbku, tambahilah dia lagi.” Maka dipasangkan padanya makota kemuliaan. Lalu Al Qur’an berkata lagi: “Wahai Robbku, tambahilah dia lagi.” Maka Alloh meridhoinya. Dan tidak ada sesuatu apapun setelah Alloh meridhoi dia.”

Husain bin ‘Ali adalah Al Ju’fiy, tsiqoh, terkenal.

Zaidah adalah ibnu Qudamah, imam tsiqoh sunniy.

‘Ashim adalah ibnu Abin Nujud Bahdalah, imam dalam qiroat, shoduq dalam riwayat.

Abu Sholih adalah Dzakwan As Samman, tsiqoh terkenal.

Maka atsar ini hasan sampai ke Abu Huroiroh.

Dan tidak mungkin Abu Huroiroh berijtihad dalam berita gaib semacam ini. Dan dia juga bukan orang yang mengambil dari isroiliyyat.

Maka hukum riwayat ini adalah sampai ke Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam.

Dan atsar ini juga diriwayatkan oleh Al Imam Ad Darimiy dalam Sunan beliau (3354) seraya berkata: haddatsana Abdulloh bin Ja’far Ar Roqqiy: ‘an Ubaidillah bin Amr: ‘an Zaid bin Abi Unaisah: ‘an ‘Ashim bih.

Dan diriwayatkan juga secara marfu’ oleh At Tirmidziy dalam Sunan beliau (2915) dari jalur Abdush Shomad bin Abdil Warits: akhbarona Syu’bah: ‘an ‘Ashim: ‘an Abi Sholih: ‘an Abi Huroiroh: ‘an Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam.

Kemudian At Tirmidziy berkata setelah itu: haddatsana Muhammad bin Basysyar: haddatsana Muhammad bin Ja’far: haddatsana Syu’bah: ‘an ‘Ashim bin Bahdalah: ‘an Abi Sholih: ‘an Abi Huroiroh semisal itu tapi tidak menaikkannya ke Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam.

Dan tiada keraguan bahwasanya riwayat Muhammad bin Ja’far –dan beliau itu orang yang terkuat riwayatnya terhadap Syu’bah- lebih kuat daripada riwayat Abdush Shomad bin Abdil Warits terhadap Syu’bah.

Dan datang juga dalam bab ini atsar dari Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhuma:

Diriwayatkan oleh Al Imam Ad Darimiy dalam Sunan beliau (3355) yang berkata: haddatsana Musa bin Kholid: haddatsana Ibrohim bin Muhammad Al Fazariy: ‘an Sufyan: ‘an ‘Ashim: ‘an Mujahid: ‘an Ibni Umar yang berkata

يجيء القرآن يشفع لصاحبه، يقول: يا رب لكل عامل عمالة من عمله، وإني كنت أمنعه اللذة والنوم، فأكرم. فيقال: ابسط يمينك، فيملأ من رضوان الله، ثم يقال: ابسط شمالك، فيملأ من رضوان الله، ويكسى كسوة الكرامة، ويحلى حلية الكرامة، ويلبس تاج الكرامة.

“Nanti akan datang Al Qur’an memberikan syafaat untuk penghapalnya. Dia berkata: “Wahai Robbku, setiap orang yang beramal memiliki hasil dari amalannya. Dan sunguh saya dulu menghalanginya dari kelezatan dan tidur. Maka muliakanlah dirinya.” Maka dikatakan padanya: “Bentangkan tangan kananmu.” Lalu dia dipenuhi dengan keridhoan dari Alloh. Lalu dikatakan: “Bentangkan tangan kirimu.” Lalu dia dipenuhi dengan keridhoan dari Alloh. Dan dipakaikan padanya pakaikan kemuliaan, dipasangkan padanya perhiasaan kemuliaan, dan dipakaikan padanya makota kemuliaan.”

Musa bin Kholid itu adalah Abul Walid Al halabiy, tsiqoh. (rujuk “Tahdzibut Tahdzib”/10/hal. 341).

Ibrohim bin Muhammad Al Fazariy adalah Al Imam Ats Tsiqoh Abu Ishaq.

‘Ashim adalah ibnu Abin Nujud Bahdalah, hasanul hadits sebagaimana telah lewat.

Mujahid adalah ibnu Jabr Al Makkiy, imam tsiqoh mufassir terkenal. Telah pasti bahwasanya beliau mendengar hadits dari Ibnu Umar.

Al Bardijiy rohimahulloh berkata: “Riwayat Mujahid yang shohih dari para Shohabat rodhiyallohu ‘anhum adalah: dari Ibnu Abbas, Ibnu Umar, … dst.” (“Jami’ut Tahshil”/karya Al Hafzif Al Alaiy/hal. 273).

Maka atsar ini hasan sampai ke Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhuma.

Dan tidak mungkin Ibnu Umar berijtihad dalam berita gaib semacam ini. Dan dia juga bukan orang yang mengambil dari isroiliyyat.

Maka hukum riwayat ini adalah sampai ke Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam.

Kesimpulan umum: hadits dalam bab ini minimal shohih lighoirih.

Telah pasti bahwasanya Al Qur’an itu memberikan syafaat untuk pembacanya.

Tapi tidak disebutkan dalam hadits di atas bahwasanya keluarganya sebanyak tujuh turunan akan dijauhkan dari api neraka, dengan sebab bacaan dia untuk Al Qur’an tadi.

Hanya saja datang dalam hadits Ka’b bin Malik:

«… فيشفع في أقاربه»

“… Maka dia memberikan syafaat untuk kerabat-kerabatnya.”

Akan tetapi di dalam sanadnya ada Musa bin Ubaidah Ar Robadziy, dan dia itu adalah Abu Abdil ‘Aziz Al Madaniy, lemah sekali, munkarul hadits. (rujuk “Tahdzibut Tahdzib”/10/hal. 357).

Dan tiada keraguan bahwasanya orang yang masuk Jannah dari kalangan mukminin itu secara umum bisa memberikan syafaat pada yang lain dengan seidzin Alloh ta’ala, dengan syarat-syarat yang telah dikenal.

Dan secara umum, hadits ini

menunjukkan besarnya keutamaan para Ahlul Qur’an.

Dan tiada keraguan bahwasanya tidak semua pembaca Al Qur’an ataupun penghapal Al Qur’an itu bisa mencapai keutamaan tadi. Yang berhak mendapatkannya hanyalah orang yang beriman kepadanya, mengikutinya dan mengamalkan tuntutannya.

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وننزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين ولا يزيد الظالمين إلا خساراً﴾ [الإسراء: 82].

“Dan Kami turunkan Al Qur’an yang dia itu adalah obat dan rohmat bagi kaum Mukminin. Dan tidaklah Al Qur’an menambahi orang-orang yang zholim kecuali kerugian.” (QS. Al Isro: 82).

Al Imam Ibnu Rojab rohimahulloh berkata: “Sebagian Salaf berkata: “Tidaklah seseorang duduk dengan Al Qur’an lalu dia bangkit darinya dalam keadaan selamat. Bahkan bisa jadi dia beruntung, atau dia itu merugi.” Lalu beliau membacakan ayat tadi.” (“Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam”/2/hal. 26).

Dari Abu Malik Al ‘Asy’ariy rodhiyallohu ‘anhu yang berkata:

«… والقرآن حجة لك أو عليك، كل الناس يغدو فبايع نفسه فمعتقها أو موبقها».

Rosululloh shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bersabda: “… Dan Al Qur’an itu argumentasi untuk mendukungmu atau untuk memusuhi dirimu. Setiap orang masuk di waktu pagi, lalu dia menjual dirinya, maka di antara mereka ada yang membebaskan dirinya atau adapula yang membinasakan dirinya.” (HR. Muslim (223) dengan sanad terputus, dan An Nasaiy (2437) dengan sanad bersambung dan shohih).

Al Imam Ibnu Abdil Barr rohimahulloh berkata tentang keutamaan Al Qur’an: “Dan sebaik-baik ilmu adalah yang dasarnya itu dimantapkan, cabangnya itu terus diingat, membimbing dirinya kepada Alloh ta’ala, dan menunjukkan pada apa yang Alloh ridhoi.” (“At Tamhid”/14/hal. 134).

Umar ibnul Khoththob rodhiyallohu ‘anh berkata:

أما إن نبيكم صلى الله عليه وسلم قد قال: «إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما ويضع به آخرين».

“Ketahuilah sesungguhnya Nabi kalian صلى الله عليه وسلم telah bersabda: “Sesungguhnya Alloh mengangkat dengan kitab ini beberapa kaum, dan merendahkan dengannya kaum yang lain.” (HR. Muslim (817)).

Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Maksudnya adalah: tilawah yang haqiqi adalah tilawatul ma’na dan mengikutinya dengan membenarkan beritanya, melaksanakan perintahnya, dan berhenti dari larangannya, dan mengikutinya, ke manapun dia membimbingmu, engkau mengikutinya. Maka tilawatul Qur’an itu mencakup tilawatul lafzh dan tilawatul ma’na. dan tilawatul ma’na itu lebih mulia daripada sekedar tilawatul lafzh. Dan pelaku tilawatul ma’na itulah ahli Al Qur’an yang mendapatkan pujian di dunia dan akhirat, karena sungguh mereka itu adalah ahli tilawah dan ahli mutaba’ah yang sejati.” (“Miftah Daris Sa’adah”/1/hal. 57/cet. Al Maktabatul ‘Ashriyyah).

Al Imam Abuth Thoyyib رحمه الله berkata: “Ahli Al Qur’an”: yaitu orang yang senantiasa membaca Al Qur’an dan mengamalkannya, bukan orang yang hanya membaca tapi tidak mengamalkannya.”

Beliau rohimahulloh juga berkata: “Sebagian ulama berkata: sesungguhnya orang yang mengamalkan Al Qur’an seakan-akan dia itu terus-menerus membaca Al Qur’an sekalipun dia tidak membacanya. Dan orang yang tidak mengamalkan Al Qur’an seakan-akan dia itu tidak membaca Al Qur’an sekalipun dia terus-terusan membacanya. Alloh ta’ala berfirman:

(كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ( [ص/29]

“Kitab yang Kami turunkan kepadamu, yang diberkahi, agar mereka memikirkan ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang punya mata hati menjadi sadar.”

Maka sekedar bacaan dan hapalan itu tidak teranggap dengan nilai yang menyebabkan tingginya tingkatan-tingkatan baginya di Jannah yang tinggi.” (lihat semua di “Aunul Ma’bud”/di bawah no. (1461)/cet. Darul Kutubil ‘ilmiyyah).

Maka ahli bida’ semacam khowarij itu meskipun bacaan Qur’an mereka banyak, hal itu tidak bermanfaat bagi mereka.

Dari Abu Sa’id Al Khudriy rodhiyallohu ‘anh yang berkata:

قال النبي صلى الله عليه وسلم في شأن الخوارج: «إن من ضئضئ هذا، أو: في عقب هذا قوما يقرءون القرآن لا يجاوز حناجرهم، يمرقون من الدين مروق السهم من الرمية، يقتلون أهل الإسلام ويدعون أهل الأوثان، لئن أنا أدركتهم لأقتلنهم قتل عاد».

Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam bersabda –tentang khowarij-: “Sesungguhnya dari keturunan orang ini ada suatu kaum yang membaca Al Qur’an tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama ini seperti keluarnya panah dari buruannya. Mereka membunuh ahli Islam dan membiarkan penyembah berhala. Sungguh jika aku mendapati mereka pastilah aku akan membunuh mereka bagaikan dibunuhnya kaum ‘Ad.” (HR. Al Bukhoriy (3344) dan Muslim (1064)).

Al Imam Muhammad bin Isma’il Al Amir Ash Shon’aniy rohimahulloh berkata tentang nilai kalimat Tauhid: “Dan kalimat tadi tidak bermanfaat bagi khowarij meskipun digabung dengan ibadah yang para Shohabat meremehkan ibadah mereka sendiri jika dibandingkan dengan ibadah khowarij. Bahkan Nabi shollallohu ‘alaihi waalihi wasallam memerintahkan untuk membunuh mereka dan bersabda: “Sungguh jika aku mendapati mereka pastilah aku akan membunuh mereka bagaikan dibunuhnya kaum ‘Ad.” Dan yang demikian itu dikarenakan mereka menyelisihi sebagian syariat. Dan mereka adalah mayat orang yang terbunuh yang paling buruk di bawah kolong langit, sebagaimana telah pasti beritanya di dalam hadits-hadits. Maka pastilah bahwasanya semata-mata kalimat Tauhid itu bukanlah penghalang dari adanya kesyirikan orang yang mengucapkannya karena dia melakukan kesyirikan tadi, karena dia telah menyelisihi kalimat Tauhid dengan peribadatannya kepada selain Alloh.” (“Tathhirul I’tiqod”/hal. 89-91/cet. Dar Ibni Hazm).

Kemudian, kalaupun si mubtadi’ tadi kebaikan-kebaikannya tidak gugur, kebid’ahannya itu termasuk dosa terbesar, dan nanti di hari Kiamat Alloh akan menimbang Antara kebaikannya dan kejelekannya.

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

sumber: https://thaifahalmanshurah.wordpress.com/

╭─┅─═ঊঊঈ═─┅─╮ 

       SEBARKANLAH 
       ENGKAU AKAN 
       MENDAPATKAN 
           PAHALANYA 
╰─┅─═ঊঊঈ═─┅─╯ 

 🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 


_*NASEHAT UNTUK SEKIRANYA TIDAK MEMONDOKKAN ANAK SEBELUM MENCAPAI BALIGH*_

_*Telah Di Periksa Oleh Asy-Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Bin Soekojo Al Indonesiy حفظه الله تعالى*_                بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَن...