DEFINISI & MAKNA "SUNNAH"
1. Menurut Ahli Bahasa :
Perkataan 'Sunnah atau Sunnat" bentuk jamaknya adalah "Sunan".
Secara asalnya, perkataan ini dlm bhsa arab bermakna thoriqoh (cara, metode atau adat kebiasaan yg berulang), baik adat itu berupa kebaikan ataupun keburukan. [Lihat: Lisanul Arab]
Perkataan 'Sunnah atau Sunnat" bentuk jamaknya adalah "Sunan".
Secara asalnya, perkataan ini dlm bhsa arab bermakna thoriqoh (cara, metode atau adat kebiasaan yg berulang), baik adat itu berupa kebaikan ataupun keburukan. [Lihat: Lisanul Arab]
Diantara yg menunjukkan makna ini adalah sabda Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallam yg dinukilkan oleh Abu Sa'id Al Khudri rodhiyallohu 'anhu
(( لتتبعن سنن من كان قبلكم، شبرا شبرا و ذراعا بذراع، حتى لو دخلوا جحر ضب تبعتموهم ))
"Sesungguhnya kalian akan mengikuti sunan (adat kebiasaan dan metode) org sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai2 seandainya mereka masuk ke lubang Dhobb, kalian akan mengikutinya."
Kami katakan: "Wahai Rosululloh, apakah Yahudi dan Nashroni?"
Beliau menjawab: "Maka siapa lagi?" [HR Al Bukhori]
Kami katakan: "Wahai Rosululloh, apakah Yahudi dan Nashroni?"
Beliau menjawab: "Maka siapa lagi?" [HR Al Bukhori]
Karena itu takdir yg baik atau takdir yg buruk disebut dgn "sunnatulloh", yakni perkara yg menjadi suatu yg tetap di sisi Alloh.
2. Menurut Istilah Fiqih :
Perkataan "Sunnah atau Sunnat" di pembahasan ilmu fiqih bermakna perintah yg tdk sampai pd tingkatan wajib, yaitu amalan yg sekiranya dikerjakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tdk diancam dgn dosa.
Terkadang disebut juga dgn istilah tathowwu', mandub, naafilah atau mustahabb.
Perkataan "Sunnah atau Sunnat" di pembahasan ilmu fiqih bermakna perintah yg tdk sampai pd tingkatan wajib, yaitu amalan yg sekiranya dikerjakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tdk diancam dgn dosa.
Terkadang disebut juga dgn istilah tathowwu', mandub, naafilah atau mustahabb.
3. Menurut Istilah Ahli Ushul Fiqih :
Apa2 yg dtg penukilannya dari Nabi sholallohu 'alaihi wa sallam dan tdk termasuk yg terdapt dlm Al Qur'an. [Lihat: Al Faqih Wal Mutafaqqih (87-88), Syarah Kaukabul Munir (2/160)
Apa2 yg dtg penukilannya dari Nabi sholallohu 'alaihi wa sallam dan tdk termasuk yg terdapt dlm Al Qur'an. [Lihat: Al Faqih Wal Mutafaqqih (87-88), Syarah Kaukabul Munir (2/160)
Ahli Ushul memandang sunnah dari sisi penggunaannya sbg dalil dlm penetapan hukum syar'i.
Maka makna ucapan ini mencakup segala sesuatu yg dinukilkan dari Nabi sholallohu 'alaihi wa sallam yg dpt digunakan dlm sisi pendalilan, yaitu berupa perkataan (Qouliyyah), perbuatan (Fi'liyyah) dan persetujuan (Taqririyyah; yakni amalan yg dilakukan sahabat dihadapan Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallam, namun beliau tdk mengingkari).
Maka makna ucapan ini mencakup segala sesuatu yg dinukilkan dari Nabi sholallohu 'alaihi wa sallam yg dpt digunakan dlm sisi pendalilan, yaitu berupa perkataan (Qouliyyah), perbuatan (Fi'liyyah) dan persetujuan (Taqririyyah; yakni amalan yg dilakukan sahabat dihadapan Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallam, namun beliau tdk mengingkari).
4. Menurut Istilah Ahli Hadits :
Mencakup makna yg lebih luas lagi, karena dlm bidang ilmu ini, "Sunnah" dilihat dari sisi pandang keteladanan, karena itu selain ucapan, perbuatan dan persetujuan beliau, juga dimasukkan ke dlm makna sunnah : sifat2 fisik, akhlak, tabiat, keadaan beliau sebelum ataupun setelah hijroh.
Mencakup makna yg lebih luas lagi, karena dlm bidang ilmu ini, "Sunnah" dilihat dari sisi pandang keteladanan, karena itu selain ucapan, perbuatan dan persetujuan beliau, juga dimasukkan ke dlm makna sunnah : sifat2 fisik, akhlak, tabiat, keadaan beliau sebelum ataupun setelah hijroh.
5. Makna "Sunnah" yg disinggung didlm berbagai kitab2 aqidah :
Istilah sunnah yg kerap digunakan oleh para ulama ahlussunnah wal jama'ah, terlebih yg banyak dijumpai didlm kitab2 aqidah adalah: lawan dari bid'ah.
Istilah sunnah yg kerap digunakan oleh para ulama ahlussunnah wal jama'ah, terlebih yg banyak dijumpai didlm kitab2 aqidah adalah: lawan dari bid'ah.
Sunnah adalah cara bagi seorg hamba dlm menjalankan agama Alloh meliputi amalan dzohir dan keyakinan, yg diketahui melalui syariat yg dibawa oleh Rosululloh sholallohu 'alaihi wasallam. Dlm makna lain, sunnah adalah petunjuk dlm menjalankan syariat Islam yg murni. [Lihat: Jami'ul 'Ulum Wal Hikam Li Ibni Rojab (2/120)]
Hal ini berdasarkan wasiat Nabi sholallohu 'alaihi wasallam sbgmna disebutkan oleh 'Irbadh bin Sariyah rodhiyallohu 'anhu:
"Rosululloh mengimamin kami pd sholat fajar, kemudian beliau mghadap kpd kami, lalu memberikan sebuah nasehat yg membuat air mata menetes dan hati2 bergetar. Maka kami berkata: "Wahai rosululloh nasehat ini sperti nasehat org yg akan berpisah, maka berikanlah wasiat kpd kami." beliau berkata:
"Rosululloh mengimamin kami pd sholat fajar, kemudian beliau mghadap kpd kami, lalu memberikan sebuah nasehat yg membuat air mata menetes dan hati2 bergetar. Maka kami berkata: "Wahai rosululloh nasehat ini sperti nasehat org yg akan berpisah, maka berikanlah wasiat kpd kami." beliau berkata:
(( أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن كان عبدا حبشيا فإنه من يعش منكم يرى بعدي اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين، وعضوا عليها بالنواجد، وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل محدثة بدعة، وإن كل بدعة ضلالة ))
"Aku wasiatkan kpd kalian utk bertakwa kpd Alloh, serta mendengar dan taat (kpd pemimpin negeri) walaupun dia adalah seorg hamba budak dari habasyah.
Sesungguhnya brgsiapa diantara kalian yg tetap hidup, maka dia akan melihat perselisihan yg banyak sepeninggalku. Maka tetaplah kalian berpegang dgn SUNNAHku dan sunnah para khulafa' Ar-Rosyidun[1] yg diberi petunjuk. Gigitlah perkara tsb dgn gigi geraham kalian.
Hindarilah setiap perkara yg muhdats (perkara2 yg baru dlm agama)[2], karena sesungguhnya setiap perkara muhdats adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat."[3]
Sesungguhnya brgsiapa diantara kalian yg tetap hidup, maka dia akan melihat perselisihan yg banyak sepeninggalku. Maka tetaplah kalian berpegang dgn SUNNAHku dan sunnah para khulafa' Ar-Rosyidun[1] yg diberi petunjuk. Gigitlah perkara tsb dgn gigi geraham kalian.
Hindarilah setiap perkara yg muhdats (perkara2 yg baru dlm agama)[2], karena sesungguhnya setiap perkara muhdats adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat."[3]
Makna yg terakhir inilah yg rojih disisi pemahaman salafush sholeh.
Keterangan:
[1] yaitu khalifah yg berada diatas petunjuk Nabi sholallohu 'alaihi wasallam: Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman dan 'Ali rodhiyallohu 'anhum, sekiranya mereka sepakat diatas suatu perkara maka itu adalah sunnah mereka.
[2] "dalam agama", inilah makna bid'ah yg dipahami dari hadits2 yg lain serta dari penjelasan Salafush Sholeh.
Adapun sesuatu yg baru dlm perkara dunia maka hukum asalnya adalah dibolehkan selama tdk menyelisihi hukum syar'i.
[3] Hadits shohih, seluruh periwayatannya adalah org2 yg tsiqoh. Diriwayatkan oleh Ahmad di Al-Musnad no.17144, Ad-Darimi no.96, At-Tirmidzi no.2676 dan Abu Daud no.4607
[1] yaitu khalifah yg berada diatas petunjuk Nabi sholallohu 'alaihi wasallam: Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman dan 'Ali rodhiyallohu 'anhum, sekiranya mereka sepakat diatas suatu perkara maka itu adalah sunnah mereka.
[2] "dalam agama", inilah makna bid'ah yg dipahami dari hadits2 yg lain serta dari penjelasan Salafush Sholeh.
Adapun sesuatu yg baru dlm perkara dunia maka hukum asalnya adalah dibolehkan selama tdk menyelisihi hukum syar'i.
[3] Hadits shohih, seluruh periwayatannya adalah org2 yg tsiqoh. Diriwayatkan oleh Ahmad di Al-Musnad no.17144, Ad-Darimi no.96, At-Tirmidzi no.2676 dan Abu Daud no.4607
Ditulis oleh: Ust Abu Ja'far Al Minangkabawiy –hafidzhohulloh–