*15 BAHAYA KEDZOLIMAN*

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
*15 BAHAYA KEDZOLIMAN*
1. *Kedzoliman sebab tidak mendapatkan hidayah.*
وَاللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ . [البقرة: 258]
“Dan Alloh tidaklah memberi hidayah (petunjuk) kepada orang-orang yang dzolim.” [QS. Al-Baqoroh:258]
2. *Kedzoliman tidak akan mendapatkan penolong.*
وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ. [البقرة: 270]
“Maka tidaklah ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang berbuat dzolim.” [QS, Al-Baqoroh:270]
3. *Kedzoliman sebab terhalangi dari mendapatkan pengampunan dari Alloh.*إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَظَلَمُوا لَمْ يَكُنِ اللهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيقًا. [النساء: 168]
“Orang-orang yang kafir lagi dzolim, Alloh tidak akan mengampuni dosa mereka dan tidak pula menunjukkan kepada mereka jalan yang lurus.” [QS. An-Nisa’:168]
4. *Kedzoliman sebab kesengsaraan dan tidak mendapatkan keberuntungan.*
إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ. [الأنعام: 21]
“Sesungguhnya orang-orang yang dzolim tidaklah akan mendapatkan keberuntungan.” [QS. Al-An’am:21]
5. *Kedzoliman sebab kebinasaan.*
قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ .[الأنعام: 47]
Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Alloh kepadamu dengan tiba-tiba, atau terang-terangan, Maka tidakkah yang dibinasakan oleh Alloh kecuali hanya orang-orang yang zalim?"
6. *Alloh melarang duduk bersama orang yang berbuat dzolim.*
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ} [الأنعام: 68]
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, Maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” [QS. Al-An’am:68]
7. *Malaikat akan cabut nyawa orang-orang berbuat dzolim dengan keras.*
وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ } [الأنعام: 93]
"Alangkah dahsyatnya Sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzolim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang Para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu.” [QS. Al-An’am:93]
8. *Kedzoliman adalah sebab kerugian.*
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ. [الأعراف: 9]
“Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, Maka Itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.” [QS.Al-A’rof:9]
9. *Alloh melaknat orang yang berbuat dzolim.*
أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ. [هود: 18]
“Ketahuilah, laknat Alloh kepada orang-orang yang berbuat dzolim.” [QS. Hud:18]
10. *Orang yang berbuat dzolim adalah orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ini.*
ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ مُوسَى بِآيَاتِنَا إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَظَلَمُوا بِهَا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ . [الأعراف: 103]
“Kemudian Kami utus Musa sesudah Rosul-rosul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka berbuat dzolim (mengingkari) terhadap ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.” [QS. Al-A’rof:103]
11. *Kedzoliman sebab kecelakaan bagi hamba.*
{قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ (14) فَمَا زَالَتْ تِلْكَ دَعْوَاهُمْ حَتَّى جَعَلْنَاهُمْ حَصِيدًا خَامِدِينَ} [الأنبياء: 14، 15]
Mereka berkata: “Aduhai, celaka Kami, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang dzoIim.” Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi.” [QS. Al-Anbiya’:14-15]
12. *Kedzoliman sebab dibinasakan suatu kaum.*
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ. [يونس: 13]
“Dan Sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, Padahal Rosul-rosul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.” [QS. Yunus:13]
13. *Orang yang berbuat dzolim terancam dengan siksaan pedih.*
وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ. [هود: 83]
“Dan siksaan itu Tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” [QS. Hud:83]
إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [الشورى: 42]
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat dzalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. mereka itu mendapat azab yang pedih.” [QS. Asy-Syuro:42]
14. *Orang dzolim akan ditimpa dengan orang lebih dzolim.*
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ } [الأنعام: 129]
“Dan Demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang dzolim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” [QS. Al-An’am:129]
15. *Kedzoliman sebab penyesalan.,*
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا } [الفرقان: 27]
"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dzolim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rosul.” [QS. Al-Furqon:27]
Abu Muhammad Fuad Hasan.

PENTINGNYA IKHLASH DALAM BERAMAL

Fawâid Dârul Hadîts Dammâj:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

PENTINGNYA IKHLASH DALAM BERAMAL

Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ.

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” 

[QS. Al-Bayyinah:5]

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ.

“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka ibadahilah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” 

[QS. Az-Zumar:2]

قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ.

Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” 

[QS. Az-Zumar:11]

Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ خَالِصًا وَابْتُغِى بِهِ وَجْهُهُ»

“Alloh tidak menerima amalan kecuali apa yang ikhlash serta mengharapkan dengannya wajahNya.” 

[HR. An-Nasa’i (no.3140) Ath-Thobroni (no.7628) dari Abu Umamah rodhiyaAllohu anhu. berkata Al-Hafidz dalam “Fathul Bari” (6/28): sanadnya jayyid. ]

Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ كَانَ هَمُّهُ الْآخِرَةَ جَمَعَ اللهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الدُّنْيَا فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ»

“Barang siapa yang tujuannya adalah akhirah, Alloh akan kumpulkan urusannya yang tercecer serta menjadikan rasa cukup di hatinya dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan dia tidak susah-susah mendapatkannya. Dan barang siapa niatnya untuk dunia, Alloh akan sempitkan baginya serta menjadikan kemiskinan di depan matanya dan tidak datang dunia kepadanya kecuali apa yang telah di tuliskan baginya.” 

[HR. Ahmad (no.21590) Ath-Thobroni (no.4891) lihat “Shohih Musnad” oleh Asy-Syaikh Muqbil rohimahulloh]

Syaikhul Islam rohimahulloh berkata:

«وَلَا بُدَّ فِي جَمِيعِ الْوَاجِبَاتِ والمستحبات أَنْ تَكُونَ خَالِصَةً لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ»

“Diharuskan pada semua perkara wajiban dan mustahab untuk diikhlashkan karena Alloh; Robbil ‘Alamin.” 

[lihat “Majmu’ Fatawa” (1/190)]

«كُلُّ عَمَلٍ لَا يُرَادُ بِهِ وَجْهُ اللَّهِ فَهُوَ بَاطِلٌ»
“Setiap amalan yang tidak di inginkan dengannya wajah Alloh, maka hal itu bathil.” 

[lihat “Majmu’ Fatawa” (10/213)]

«فَالْعَمَلُ الصَّالِحُ لَا بُدَّ أَنْ يُرَادَ بِهِ وَجْهُ اللهِ تَعَالَى ؛ فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى لَا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إلَّا مَا أُرِيدَ بِهِ وَجْهُهُ وَحْدَهُ»

“Amal sholih harus di peruntukkan dengannya wajah Alloh ta’ala, karena Alloh ta’ala tidaklah menerima dari amalan kecuali apa yang di inginkan dengannya wajahNya semata.” 

[lihat “Majmu’ Fatawa” (28/134)]

 ‘Abdulloh bin Imam Ahmad rohimahumalloh berkata kepada bapaknya, wahai bapakku, wasiatkanlah untukku:

«يَا بُنَيَّ انْوِ الْخَيْرَ فَإِنَّكَ لَا تَزَالُ بِخَيْرٍ مَا نَوَيْتَ الْخَيْرَ»

“Wahai anakku, niatkanlah kebaikan, karena kau senantiasa dalam kebaikan selama masih meniatkan kebaikan.” 

[lihat “Adabusy Syari’ah” (1/139)]

Sa’id bin Jubair dan Hasan Al-Bashri rohimahumalloh berkata:

«لَا يُقْبَلُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ إلَّا بِنِيَّةٍ، وَلَا يُقْبَلُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ وَنِيَّةٌ إلَّا بِمُوَافَقَةِ السُّنَّةِ»

“Tidak di terima perkataan dan amal kecuali dengan niat. Dan tidak di terima ucapan, amal dan niat kecuali dengan mencocoki sunnah.” 

[lihat “Majmu’ Fatawa” (28/177) di sandarkan sumber atsar ke Ibnu Syahin dan Al-Lalika’i]

Ibnu Qoyyim rohimahulloh berkata:

«فَلاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ خَالِصًا لِوَجْهِهِ عَلَى مُتَابَعَةِ أَمْرِهِ»

“Alloh tidak menerima dari amalan kecuali apabila amalan tersebut ikhlash karena wajahNya serta mengikuti perintahNya.”

[lihat “Tafsir Al-Qoyyim li Ibni Qoyyim” (1/72)]

Ibnu Katsir

rohimahulloh berkata:

«وَالخَالِصُ أَنْ يَكُونَ للهِ، وَالصَّوَابُ أَنْ يَكُونَ مُتَّبِعًا لِلشَّرِيْعَةِ فَيَصِحُّ ظَاهِرُهُ بِالمُتَابَعَةِ، وَبَاطِنُهُ بِالإِخْلاَصِ، فَمَنْ فُقِدَ العَمَلُ أَحَدٌ هَذَيْنِ الشَّرْطَيْنِ فَسَدٌ. فَمَنْ فُقِدَ الإِخْلاَصُ كَانَ مُنَافِقًا، وَهُمُ الَّذِيْنَ يُرَاءُوْنَ النَّاسَ، وَمَنْ فُقِدَ المُتَابَعَةِ كَانَ ضَالاً جَاهِلاً. وَمَتَى جَمْعُهُمَا فَهُوَ عَمَلُ المُؤْمِنِيْنَ»: { الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ [فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ] (1) } [الأحقاف: 16]

“Orang yang ikhlash adalah yang menjadikan untuk Alloh. Dan yang benar adalah mengikuti syari’at, maka dengan itu sah amalan dzohirnya dengan mengikuti sunnah serta bathinnya dengan ikhlash. Maka barang siapa yang hilang dua syarat tersebut pada amalan akan rusak. Dan barang siapa hilang keikhlasan maka dia munafiq yang mereka memamerkan amalannya kpada manusia. Dan barang siapa hilang mutaba’ah (mengikuti sunnah) maka dia seorang yang tersesat lagi bodoh. Maka siapa saja yang menggabungkan keduanya, maka itulah amalan kaum mukminin: Mereka Itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.”

[lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (surat An-Nisa’:125)]

«وَلاَ يَكُونُ العَمَلُ حَسَنًا حَتَّى يَكُونُ خَالِصًا لله عَزَّ وَجَلَّ، عَلَى شَرِيْعَةِ رَسُولِ الله صَلَّى اللُه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَمَتَى فُقِدَ العَمَلُ وَاحِدًا مِنْ هَذَيْنِ الشَّرْطَيْنِ بَطَلَ وَحَبِطَ».

“Tidaklah suatu amal itu menjadi bagus sampai menjadikan ikhlash untuk Alloh, serta di atas syari’at Rosululloh `. maka ketika hilang amalan pada salah satu dari dua syarat tersebut akan batal dan hilang.” 

[lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (surat Hud:7)]

«فَكُلُّ عَمَلٍ لاَ يَكُونُ خَالِصًا وَعَلَى الشَّرِيْعَةِ المَرْضِيَّةِ، فَهُوَ بَاطِلٌ».

“Setiap amalan yang tidak ikhlash dan di atas syari’at yang di ridhoi, maka dia bathil.” 

[lihat “Tafsir Ibnu Katsir” Al-Furqon:23]

Fudhoil bin ‘Iyadh rohimahulloh berkata:

«إِنَّ العَمَلَ إِذَا كَانَ خَالِصًا وَلَمْ يَكُنْ صَوَابًا لَمْ يُقْبَلْ ، وَإِذَا كَانَ صَوَابًا وَلَمْ يَكُنْ خَالِصًا لَمْ يُقْبَلْ حَتَّى يَكُوْنَ خَالِصًا وَصَوَابًا قَالَ وَالخَالِصُ إِذَا كَانَ للهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالصَّوَابُ إِذَا كَانَ عَلَى السُّنَّةِ.»

“Sesungguhnya amalan apabila pelakunya ikhlash aka tetapi tidak benar (mencocoki syari’at), maka tidak di terima. Dan apabila benar akan tetapi tidak ikhlash, maka tidak di terima sampai dia ikhlash serta benar. Dan orang yang ikhlas adalah apabila amalannya untuk Alloh azza wa jalla dan benar apabila mencocoki sunnah.” 

[lihat “Jami’ ‘Ulumul Hikam” (1/13)]

Abu Bakr Ahmad bin ‘Ali bin Tsabit Al-Khothib Al-Baghdadi rohimahulloh berkata:

«إِنِّي مُوصِيكَ يَا طَالِبَ الْعِلْمِ بِإِخْلَاصِ النِّيَّةِ فِي طَلَبِهِ»

“Aku mewasiatkan kepadamu wahai penuntut ‘ilmu untuk mengikhlaskan niat ketika mencarinya.” 

[lihat “Iqtidho’ Al-‘Ilmi wal ‘Amal” (1/14)]

Muthorrif bin ‘Abdillah rohimahulloh berkata:

«صَلاَحُ القَلْبِ بِصَلاَحِ العَمَلِ وَصَلاَح العَمَلِ بِصَلاَحِ النِّيِّةِ»

“Bagusnya hati itu dengan bagusnya amalan, dan bagusnya amalan dengan bagusnya niat.”

 [lihat “Jami’ ‘Ulumul Hikam” (1/13)]

Imam ‘Abdulloh bin Mubarok rohimahulloh berkata: 

«رُبَّ عَمَلٍ صَغِيْرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيِّة وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيْرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيِّة»

“Terkadang amalan yang kecil dibesarkan dengan niat. Dan terkadang amal yang besar dikecilkan dengan niat.” 

[lihat “Siyar A’lamin Nubala”]

Muhanna rohimahulloh berkata:

قُلْتُ لِأَحْمَدَ : «حَدِّثْنَا مَا أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ» قَالَ : «طَلَبُ الْعِلْمِ» قُلْتُ : «لِمَنْ»، قَالَ : «لِمَنْ صَحَّتْ نِيَّتُهُ» قُلْتُ : «وَأَيُّ شَيْءٍ يُصَحِّحُ النِّيَّةَ» قَالَ «يَنْوِي يَتَوَاضَعُ فِيهِ وَيَنْفِي عَنْهُ الْجَهْلَ»

“Aku berkata kepada Ahmad: beritahukanlah kepada kami; apa seafdhol-afdhol amalan? Dia berkata: “Menuntut ‘ilmu”, aku katakan: hal tersebut bagi siapa? Berkata: “Bagi yang benar niatnya.” Aku katakan: “Dengan sesua

tu apa membenarkan niat?” Beliau rohimahulloh berkata: “Meniatkan untuk bersikap tawadhu’ padanya dan menghilangkan darinya kebodohan.” 

[lihat “Adabus Syari’ah” (2/104)]

Bisyr Al-Hafi rohimahulloh berkata:

«لَا أَعْلَمُ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ عَمَلًا أَفْضَلَ مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ وَالْحَدِيثِ لِمَنْ اتَّقَى اللَّهَ وَحَسُنَتْ نِيَّتُهُ»

“Aku tidak mengetahui di atas muka bumi ini amalan yang lebih afdhol dari menuntut ‘ilmu dan hadits bagi yang bertaqwa kepada Alloh dan bagus niatnya.”

[lihat “Adabus Syari’ah” (2/104)]

Imam ‘Abdulloh bin Mubarok rohimahulloh berkata:

«مَا مِنْ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ لِلَّهِ وَمَا مِنْ شَيْءٍ أَبْغَضُ إلَى اللَّهِ مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ لِغَيْرِ اللَّهِ»

“Tidak ada sesuatu yang lebih afdhol daripada menuntut ‘ilmu karena Alloh. Dan tidak ada sesuatu yang paling di benci Alloh dari menuntut ‘ilmu karena bukan untuk Alloh.” 

[lihat “Adabus Syari’ah” (2/105)]

Syaikhul Islam rohimahulloh mengatakan:

«فَهَذَا الْعَامِلُ لِلْخَيْرِ مَأْمُورٌ بِأَنْ يَفْعَلَ ذَلِكَ خَالِصًا لِلَّهِ يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ لَا يَطْلُبُ بِهِ مِنْ الْمَخْلُوقِ جَزَاءً وَلَا دُعَاءً وَلَا غَيْرَهُ لَا مِنْ نَبِيٍّ وَلَا رَجُلٍ صَالِحٍ وَلَا مِنْ الْمَلَائِكَةِ فَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْعِبَادَ كُلَّهُمْ أَنْ يَعْبُدُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ »

“Dan orang yang mengerjakan kebaikan di anjurkan baginya untuk mengerjakan hal itu dengan ikhlash karena Alloh; mengharapkan dengannya wajahNya, tidak mengharap dengan dari makhluq balasan, do’a dan lainnya, tidak dari Nabi, tidak pula seorang yang sholih dan tidak pula dari Malaikat. Karena Alloh memerintahkan hamba-hambanya untuk beribadah kepadaNya dengan memurnikan dalam menjalankan agama.” 

[lihat “Majmu’ Fatawa” (1/188)]

As-Sa’di rohimahulloh berkata:

«لاَ يُقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ خَالِصًا لِوَجْهِ اللهِ، مُوَافِقًا فِيْهِ صَاحِبُهُ الشَّرِيْعَة»

“Tidak di terima  dari amalan kecuali yang ikhlash karena wajah Alloh. Yang pelakunya melakukannya mencocoki syari’at.”

 [lihat “Tafsir As-Sa’di” (surat An-Najm:26)]

Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rohimahulloh berkata:

«وَمَعْلُوْمٌ أَنَّ الفِعْلَ لاَ يَكُونُ طَاعَةً إِلاَّ إِذَا كَانَ مُوَافِقاً لِمَرْضَاةِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ بِأَنْ يَكُوْنَ خَالِصاً لِوَجْهِهِ مُوَافِقاً لِشَرِيْعَتِهِ؛ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ خَالِصاً لَمْ يَكُنْ طَاعْةً، وَلاَ يُقْبَلُ؛ وَإِنْ كَانَ خَالِصاً عَلَى غَيْرِ الشَّرِيْعَةِ لَمْ يَكُنْ طَاعَةً، وَلاَ يُقْبَلُ؛ لِأَنَّ الأَوَّلَ شِرْكٌ؛ وَالثَّانِيُّ بِدْعَةٌ».

“Perkara yang maklum adalah perbuatan tidak menjadi keta’atan kecuali hal tersebut mencocoki dengan apa yang di ridhoi Alloh yaitu dengan ikhlas karena wajahNya serta mencocoki syari’atnya, maka apabila tidak ikhlash bukanlah keta’atan dan tidak di terima. Dan apabila ikhlash, akan tetapi bukan di atas syari’at bukanlah keta’atan dan tidak pula di terima, karena yang pertama adalah syirik dan yang kedua adalah bid’ah.” 

[lihat “Tafsir Al-Qur’an Ibnu ‘Utsaimin” (surat Al-Baqoroh:184)]

«أَنَّ العَمَلَ إِذَا لَمْ يَكُنْ خَالِصاً للهِ فَهُوَ مَرْدُوْدٌ»

“Bahwa amalan apabila tidak ikhlash, maka dia tertolak.” 

[lihat “Tafsir Al-Qur’an Ibnu ‘Utsaimin” (surat Al-‘Ashr)]

«وَكَذَلِكَ أَيْضاً مِنَ المُهِمِ أَنَّ الإِنْسَانَ لاَ يَفْرَحُهًُ أَنْ يَقْبَلَ النَّاسُ قَوْلُهُ لِأَنَّهُ قَوْلُهُ، لَكِنْ يَفْرَحُهُ أَنْ يَقْبَلَ النَّاسُ قَوْلُهُ إِذَا رَأَى أَنَّهُ الحَقّ لِأَنَّهُ الحَقّ، لاَ أَنَّهُ قَوْلُهُ، وَكَذَا لاَ يَحْزُنُهُ أَنْ يَرْفَضَ النَّاسُ قَوْلُهُ لِأَنَّهُ قَوْلُهُ، لِأَنَّهُ حِيْنَئِذٍ يَكُونُ قَدْ دَعَا لِنَفْسِهِ، لَكِنْ يَحْزَنُهُ أَنْ يَرْفَضُوْهُ لِأَنَّهُ الحَقّ، وَبِهَذَا يَتَحَقَّقُ الإِخْلاَص»

“Begitu juga termasuk dari perkara yang penting adalah seorang janganlah senang apabila manusia menerima perkataannya karena itu perkataannya, akan tetapi dia bergembira  perkataannya di terima manusia karena perkataannya dia itu benar, karena itu kebenaran, bukan karena itu perkataannya. Maka begitu juga, janganlah dia sedih ketika orang-orang meninggalkan perkataannya, karena itu perkataannya, dan mungkin saja pada waktu itu dia menyeru kepadanya dirinya sendiri, akan tetapi seharusnya

dia sedih ketika orang-orang meninggalkan perkataannya karena hal itu kebenaran, maka dengan inilah akan terwujud keikhlasan.” 

[lihat “Qoulul Mufid” (1/86)]

Aku mendengar Syaikhuna Yahya Al-Hajuri hafidzohulloh:

«مَا كَانِ للهِ دَامَ وَاتَّصَلْ، وَمَا كَانَ لِغَيْرِ اللهِ انْقَطَعَ وَانْفَصَلْ».

“Apa-apa yang untuk Alloh akan senantiasa membekas dan terus-menerus, dan apa-apa yang diperuntukkan selain Alloh (maka) akan terputus dan sirna.”

Maka ikhlash adalah syarat di terimanya amalan yang disertai mencocoki syari’at.

Hafidz Al-Hakami rohimahulloh mengatakan dalam kitabnya “Sullamul Wushul”:

شَـرْطُ قُـبُـولِ السَّـعْـيِ أَنْ يـَجْـتَـمِـعَا ... فِيْـِه إِصَـابَـةٌ وَإِخْـلاَصٌ مَـعـَا

“Syarat di terimanya perbuatan adalah terkumpulnya  padanya kecocokan (dengan syari’at) dan ikhlash.”

والحمد لله رب العالمين

Ngawi, 18 Muharrom 1437 Hijriyyah.

RINGKASAN FATWA-FATWA ‘ULAMA AHLUSSUNNAH SEPUTAR DAKWAH DENGAN VIDEO BERGAMBAR (MAKHLUK BERNYAWA -edt)


RINGKASAN FATWA-FATWA ‘ULAMA AHLUSSUNNAH SEPUTAR DAKWAH DENGAN VIDEO BERGAMBAR (MAKHLUK BERNYAWA -edt)







1⃣ Lajnah Dâimah (lembaga riset dan fatwa Saudi -edt).




SOAL:

هَلِ التَّصْوِيْرُ الَّذِي تَسْتَخْدِمُ فِيْهِ كَامِيْرَا الفِيْدِيُو يَقَعُ حُكْمُهُ تَحْتَ التَّصْوِيْرِ الفُوتُوغْرَافِي؟




“ Apakah gambar yang menggunakan padanya kamera video hukumnya seperti gambar fotografi..?"




JAWAB:

نَعَم ، حُكْمُ التَّصْوِيْرِ بِالفِيدِيُو حُكْمُ التَّصْوِيْرِ الفُوتُوغْرَافِيِّ بِالمَنْع وَالتَّحْرِيمِ لِعُمُومِ الأَدِلَّةِ».




“ Iya, hukum gambar dengan video adalah hukum gambar dengan fotografi dalam larangan dan keharomannya sesuai dengan keumuman dalil.”

[📚 fatwa (no.16259)]




2⃣ Asy-Syaikh Muhammad Nâshiruddîn Al-Albânîy rohimahullôh mengatakan:




كُلُّ الصُّوَرِ مُحرَّمَةٌ سَوَاءٌ كَانَتْ يَدَوِيَّةٌ أَو فُوتُو غْرَافِيَّةٌ أَو هَذِهِ (الموضة) الجَدِيْدَةُ الَّتِي سَمَّيْتَهَا -آنِفاً- (فِيْدِيُو)، كُلُّ هَذِهِ وَهَذِهِ وَهَذِهِ مُحرَّمَةٌ».




“ Setiap gambar adalah harom, sama saja dengan cara tangan, fotografi atau model baru yang sekarang engkau namakan dengan (video), maka semua ini, ini dan ini adalah harom.”

[dinukil dari 📚 “Al-Ibrôz li aqwâlil ‘Ulamâ fie hukmit tilfâz” (hal.14)]




3⃣ Asy-Syaikh Ibnu Bâz rohimahulloh.




SOAL:

س: مَا حُكْمُ التَّغْسِيْلِ وَالتَّكْفِيْنِ عَنْ طَرِيْقِ الفِيْدِيُو؟




“ Apa hukum memandikan dan mengkafani (jenazah) melalui cara video ?"




JAWAB:

ج: التَّعْلِيْمُ يَكُونُ بِغَيْرِ الفِيْدِيُو لِمَا فِي الأَحَادِيْثِ الكَثِيْرَةِ الصَّحِيْحَةِ مِنَ النَّهْيِ عَنِ التَّصْوِيْرِ وَلَعْنِ المُصَوِّرِيْنَ».




“ Pengajaran dilakasanakan dengan tanpa video karena terdapat pada hadits-hadits yang banyak lagi shohih, yang melarang dari menggambar dan melaknat orang-orang yang menggambar.”

[dari 📚 “As’ilah Al-Jam’iyyah Al-Khoiriyyah bi Syaqrô”]




Beliau juga mengatakan:

«وَظُهُورُ صُورَتِي لَيْسَ دَلِيْلاً عَلَيَّ اِجَازَتِي التَّصْوِيْر وَلاَ عَلَى رِضَايَ بِهِ فَاِنِّي لَمْ أَعْلَمْ أَنَّهُمْ صَوَّرُونِي».




“ Nampaknya gambarku bukanlah dalil tentang pembolehan dariku tentang gambar, tidak pula juga bentuk keridhoanku padanya, karena aku tidaklah tahu bahwasanya mereka (mengambil) gambarku.”

[lihat 📚 “Lajnah Dâimah” (1/460)]




4⃣ Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdî Al-Wâdi’îy rohimahulloh mengatakan:




»وَمُنْكَرٌ عَظِيْمٌ أَنْ يَقُومَ المُحَاضِرُ فِي المَسَاجِدِ يُحَاضِرُ النَّاسَ وَالمُصَوَّرَة أي الكَامِيْرَا مُوَجَّهَةٌ اِلَيْهِ ..... وَالبَثُّ المُبَاشِرُ أَيّ النَّقْلُ الحَيُّ دَاخِلٌ فِي التَّحْرِيْمِ فَهُوَ يُعْتَبَرُ صُوْرَةً وَالنَّاسُ يُسَمَّونَهَا صُورَةً فَهِيَ مُحَرَّمَةٌ«




“ Kemungkaran yang besar adalah ketika seorang pemberi ceramah di Masjid; memberikan ceramah kepada orang-orang dalam keadaan kamera menghadap ke arahnya... dan siaran langsung masuk juga padanya dalam hal yang harom, maka hal tersebut termasuk gambar, dan orang-orang (pun) menamakannya juga gambar, dan ini adalah harom.”

[lihat 📚 “Hukmu Tashwîr” (70-71)]




5⃣ Asy-Syaikh Ahmad bin Yahyâ An-Najmîy rohimahullôh mengatakan:




«أَمَّا يَعْنِي ظُهُورُهُ عَلَى الشَّاشَةِ هَذَا لاَ شَكَّ أَنَّهُ مُنْكَرٌ ..»




“Adapun nampaknya da’i di layar (TV), ini tidaklah diragukan bahwa itu mungkar.”

[dinukil dari 📚 “Al-Ibrôz li aqwâlil ‘Ulamâ fie hukmit tilfâz” (hal.32)]




6⃣ Asy-Syaikh Shôlih Al-Fauzân hafidzohullôh.




SOAL:

مَا حُكْمُ اسْتِخْدَامِ الوَسَائِلِ التَّعْلِيْمِيَّةِ مِن فِيدِيُو وَسِيْنِمَا وَغَيرِهِمَا فِي تَدْرِيْسِ المَوَّادِ الشَّرْعِيَّةِ كَالفِقْهِ وَالتَّفْسِيْرِ وَغَيرِهَا مِنَ المَوَّادِ الشَّرْعِيَّةِ‏؟‏ وَهَلْ فِي ذَلِكَ مَحْذُورٌ شَرْعِيٌّ‏؟‏ أَفْتُونَا مَأجُورِيْنَ‏.


“ Apa hukukmnya menggunakan wasilah untuk pengajaran dengan video dan sinema atau selain keduanya dalam mengajarkan bidang syari’ah seperti Fiqh, Tafsir atau selain keduanya dari bidang syari'ah..?

Apakah dalam hal tersebut ada larangan secara syari’at..?

Berikanlah kami fatwa, semoga anda diberikan pahala.




JAWAB:

الَّذِي أَرَاهُ أَنَّ ذَلِكَ لَا يَجُوزُ؛ لِأَنَّهُ لاَبُدَّ أَن يَكُونَ مَصْحُوبًا بِالتَّصْوِيْرِ، وَالتَّصْوِيْرُ حَرَامٌ، وَليسَ هُنَاك ضَرُورَة تَدْعو إِلَيهِ‏.‏ والله أعلم




“Dan yang aku pandang (dalam hal ini) adalah tidak boleh !, karena diharuskan darinya disertai dengan (pengambilan) gambar, dan gambar adalah harom. Dan tidaklah ada disana namanya darurat yang dibutuhkan padanya, Wa Allôhu a’lam.”

[lihat 📚 “Al-Muntaqo” (no.513)]







🏼 Disusun oleh:

Ust Abu Muhammad Fuad Hasan Ngawi -hafidzhohulloh-


Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...