Sebab² Keridhaan Allah ﷻ :

Sebab² Keridhaan Allah :

1. Tauhid
2. Berpegang teguh dengan Tali Allahﷻ
3. Nasihat kepada Penguasa
4. Keimanan secara umum
5. Beramal Shalih
6. Infaq karena Allahﷻ
7. Ittiba'us Shohabah
8. Membenci orang kafir
9. Kokoh diatas kebenaran
10. At Taqwa

(Faidah muhadhoroh bersama Asy Syaikh Abu Fairuz Al Jawiy حفظه الله, 27 Romadhon 1439 / 12 -6-2018 )

-----------------------------

Tanbih :
10 poin diatas adalah bukan bentuk pembatasan dari Sebab- sebab mendapatkan Ridho Allah ﷻ , dikarenakan masih banyak lagi sebab sebab ridho Allah berdasarkan Alqur'an dan Assunnah yang belum tersampaikan dikarenakan terbatas nya waktu muhadhoroh
Baarakallahu fiykum..


🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

كيف حالك يا أخي الكريم

Tolong tanyakan kepada syaikh Abu Fairuz.

Apakah ibadah ahlul bid'ah di malam Lailatul Qadar mendapat ganjaran dari Alloh seperti ibadah seribu bulan ?

--------------------------------

Syaikh Abu Fairuz حفظه الله :

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.

__Mubtadi' yang bid'ahnya menyebabkan dia murtad, maka amalannya gugur. Adapun yang bid'ahnya tidak sampai menyebabkan dia murtad, maka dia itu masih muslim. Seorang muslim jika amalannya memenuhi syarat2 sah amalan dan tidak digugurkan oleh faktor2 lain, maka ibadahnya tadi diterima dan mendapatkan pahala. Sekalipun dia punya bid'ah di dalam perkara yang lain.__

-selesai-

🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

SYARIAT I'TIKAF

SYARIAT I'TIKAF

Ditulis Oleh :
Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
------------------------------------

Adapun I’tikaf, Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ﴾ [البقرة/187]

“Dan janganlah kalian menggauli istri-istri kalian dalam keadaan kalian beri’tikaf di masjid-masjid.”

Dari Abdulloh bin Umar رضي الله عنهما yang berkata:

كَانَ رَسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم - يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ.

“Dulu Rosululloh صلى الله عليه وسلم beri’tikaf pada sepuluh malam terakhir dari Romadhon.” 

(HR. Al Bukhoriy (2025) dan Muslim (1171)).

Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: 

“Dan mensyariatkan untuk mereka yang mana maksudnya dan ruhnya adalah berhentinya hati dan terus-menerusnya hati di dekat Alloh ta’ala, konsentrasinya kepada-Nya dan menyendiri dengan-Nya, serta memutuskan diri dari tersibukkan diri dengan para makhluq, lalu menyibukkan diri hanya dengan Alloh semata Yang Mahasuci, yang mana jadilah ingatannya, rasa cintanya dan konsentrasinya kepada-Nya adalah pengganti bagi lainnya. Dan jadilah seluruh keinginan itu dengan taufiq dan pertolongan-Nya, seluruh khayalan adalah dengan mengingat-Nya, dan berpikir untuk mendapatkan keridhoan-Nya dan apa yang mendekatkan dirinya kepada-Nya. 

Maka jadilah keakrabannya kepada-Nya sebagai pengganti dari keakrabannya dengan makhluq, dan dia menganggapnya dengan itu sebagai keakraban untuknya pada hari keterasingan di alam kubur ketika dirinya tak lagi punya teman akrab dan apa yang boleh dengannya dia bergembira selain-Nya. Maka inilah maksud I’tikaf yang terbesar.
-sampai pada ucapan beliau:- adapun masalah pembicaraan, sesungguhnya disyariatkan pada umat ini untuk menahan lidah dari seluruh perkara yang tidak bermanfaat di akhirat. Adapun tidur yang berlebihan, sesungguhnya disyariatkan pada mereka untuk sholat malam yang mana itu lebih utama daripada begadang, dan lebih terpuji akibatnya. Dan sholat malam adalah begadang yang pertengahan yang bermanfaat bagi hati dan badan, dan tidak menghalangi kemaslahatan hamba. Dan poros olah raga para ahli riyadhoh dan suluk (ibadah ruhaniyyah) ada di atas tiang-tiang utama ini. Dan orang yang paling berbahagia di antara mereka dengan “olah raga ruhani” ini adalah orang yang menempuh jalan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم , dan tidak menyeleweng seperti penyimpangannya orang-orang yang berlebihan, dan tidak bersikap kurang seperti pengurangan yang dilakukan oleh orang-orang yang menyepelekan.

Dan kami telah menyebutkan jalan Nabi صلى الله عليه وسلم dalam masalah puasa dan sholat beliau. Dan kami akan menyebutkan jalan beliau dalam masalah I’tikaf. Dulu beliau صلى الله عليه وسلم beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari Romadhon hingga Alloh عز وجل mewafatkan beliau. Beliau pernah meninggalkan I’tikaf sekali, lalu membayarnya di bulan Syawwal. Beliau pernah juga beri’tikaf pada sepuluh hari pertama, lalu yang pertengahan, lalu sepuluh yang terakhir untuk mencari lailatul Qodr.

Kemudian jelaslah bagi beliau bahwasanya lailatul Qodr itu ada di sepuluh malam terakhir. Lalu beliau meneruskan I’tikafnya hingga berjumpa dengan Robbnya عز وجل. Beliau dulu memerintahkan untuk dipasang tenda di dalam masjid, untuk beliau menyendiri dengan Robbnya عز وجل.
__-sampai pada ucapan beliau:- dulu beliau صلى الله عليه وسلم jika beri’tikaf, beliau masuk ke tendanya sendirian. 

Beliau tidak masuk rumah dalam keadaan I’tikaf kecuali karena keperluan manusiawi. Beliau pernah mengeluarkan kepalanya dari masjid ke rumah ‘Aisyah, lalu ‘Aisyah menyisirnya dan mencucinya, dalam keadaan beliau di masjid, dan dalam keadaan ‘Aisyah haidh. Dan terkadang sebagian istri beliau mengunjungi beliau dalam keadaan beliau I’tikaf. Jika istri beliau tadi bangkit untuk pergi, beliau bangkit bersamanya mengantarnya pulang, dan waktu itu malam hari. 

Dan beliau tidak menggauli satu orangpun dari istri beliau dalam keadaan beliau beri’tikaf, tidak menciumnya atupun perbuatan yang lain. Dan beliau jika beri’tikaf dihamparkanlah untuk beliau kasur beliau. Dan diletakkan untuk beliau ranjang beliau di tempat I’tikaf beliau. Jika beliau keluar karena keperluan beliau, lalu melewati orang sakit dan dia di jalan beliau, beliau tidak menuju kepadanya dan tidak menanyakan keadaannya.__

Pernah juga beliau beri’tikaf di kubah turki (kubah kecil dari anyaman) dan menjadikan di pintunya kerikil. Itu semua untuk menghasilkan maksud dari I’tikaf dan ruh I’tikaf, berlawanan dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang bodoh yang mejadikan tempat I’tikaf mereka luas untuk sepuluh orang, dan menarik kedatangan para pengunjung, lalu mereka mengobrol. Maka ini adalah dua jenis amalan, sementara I’tikaf yang diajarkan Nabi adalah amalan lain. Semoga Alloh memberikan taufiq.”

(selesai dari “Zadul Ma’ad”/hal. 370-371/cet. Dar Ibni Hazm).
---------------

( “Ba’dhu Muhimmati Ahlil Iman Fi Syahri Romadhon Wa Sairil Azman” terjemah bebas : Tuga Penting Ahli Iman di Bulan Romadhon dan Di seluruh Zaman | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Jawiy حفظه الله)

🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

_*NASEHAT UNTUK SEKIRANYA TIDAK MEMONDOKKAN ANAK SEBELUM MENCAPAI BALIGH*_

_*Telah Di Periksa Oleh Asy-Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Bin Soekojo Al Indonesiy حفظه الله تعالى*_                بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَن...