⏳KAPAN BERSIWAK KETIKA AKAN BERWUDHU

⏳KAPAN BERSIWAK KETIKA AKAN BERWUDHU 


Ada dua pendapat ulama : 


1️⃣. Pendapat pertama ; 


Bersiwak sebelum berwudhu.(sebelum mengucapkan tasmiyyah/ bismillah) 


Dan ini adalah pendapat madzhab Al_Hanafiyyah dan Malikiyyah.


๐Ÿ“š Lihat Al_Bahr Ar_rooiq 1/21.


Berdalilkan ;


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : 


ู„َูˆْู„َุง ุฃَู†ْ ุฃَุดُู‚َّ ุนَู„َู‰ ุฃُู…َّุชِูŠ ู„َุฃَู…َุฑْุชُู‡ُู…ْ ุจِุงู„ุณِّูˆَุงูƒِ ุนِู†ْุฏَ ูƒُู„ِّ ูˆُุถُูˆุกٍ


“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali ketika berwudhu” (HR. Al-Bukhari secara mu'allaq 3/31, Imam An_nasai dalam Al_kubro 3020, Imam Ahmad 2/400, Imam malik dalam al_Muwaththa no 143, dan dishahihkan oleh Syaikh Al_Allamah Al_Albany dalam Irwaul Ghalil no 70_1/109).


Sisi pendalilan : 


ุนู†ุฏ ูƒู„ ูˆุถูˆุก.


Setiap kali ketika berwudhu.


Dan kalimat ' ุนู†ุฏ ' tidak mengharuskan bersama.


Dan pendapat pertama ini dikuatkan oleh Syaikh Al_Allamah Al_Albany bahwa bersiwak itu sebelum mengucapkan tasmiyyah (bismillah) dalam wudhu. 


Beliau berkata : 


" ุตูุชู‡ – ูŠุนู†ูŠ ุงู„ูˆุถูˆุก - : ุงู„ุณูˆุงูƒ ، ุงู„ุชุณู…ูŠุฉ ، ุบุณู„ ุงู„ูƒููŠู† ุซู„ุงุซุง - ูˆู‡ู…ุง ุณู†ุฉ - ุงู„ู…ุถู…ุถุฉ ูˆุงู„ุงุณุชู†ุดุงู‚ ูˆุงู„ุงุณุชู†ุซุงุฑ " 


"Sifat wudhu : bersiwak, tasmiyyah (mengucapkan bismillah) mencuci kedua tangan 3 kali, berkumur kumur dan menghirup/memasukkan air kedalam hidung dan kedua hal ini sunnah)


๐Ÿ“š Ats_tsamr al_mustathabah hal 9 


2️⃣. Pendapat kedua : 


Bersiwak setelah mencuci kedua tangan sebelum berkumur_kumur.


๐Ÿ“š Lihat Syar Az_zarkasy 1/30


Berdalilkan : 


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: 


ูˆْู„َุง ุฃَู†ْ ุฃَุดُู‚َّ ุนَู„َู‰ ุฃُู…َّุชِูŠ ู„َุฃَู…َุฑْุชُู‡ُู…ْ ุจِุงู„ุณِّูˆَุงูƒِ ู…ุน ูƒُู„ِّ ูˆُุถُูˆุกٍ


“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali bersama wudhu” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrok no.516, Ibnu Khuzaimah 140 dan dishahihkan oleh Imam Al_Albany dalam Shahih Al_Jami' 5317)


Sisi pendalilan : 


ู…ุน ูƒُู„ِّ ูˆُุถُูˆุกٍ


bersiwak setiap kali bersama wudhu”


Dan kalimat ' ู…ุน'  pada hadits tersebut mengharuskan kebersamaan (al_mushoohabah), sebab siapa yang bersiwak setelah mencuci kedua telapak tangan dan sebelum berkumur kumur , maka itu benar untuk dikatakan bahwa ia bersiwak bersama dengan wudhu.


Dan pendapat ini dikuatkan oleh Syaikh Al_Allamah Al_Utsaimin rahimahullah, beliau mengatakan: 


ู‚ุงู„ ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… : ูˆู…ุญู„ู‡ ุนู†ุฏ ุงู„ู…ุถู…ุถุฉ ؛ ู„ุฃู† ุงู„ู…ุถู…ุถุฉ ู‡ูŠ ุงู„ุชูŠ ูŠูƒูˆู† ุจู‡ุง ุชุทู‡ูŠุฑ ุงู„ูู… ، ููŠูƒูˆู† ุนู†ุฏ ุงู„ู…ุถู…ุถุฉ ، ูุฅู† ู„ู… ูŠุชูŠุณุฑ ู„ู‡ ุฐู„ูƒ ูุจุนุฏ ุงู„ูˆุถูˆุก ، ูˆุงู„ุฃู…ุฑ ููŠ ู‡ุฐุง ูˆุงุณุน " 


"Berkata ahli ilmu : tempatnya bersiwak adalah ketika berkumur-kumur, sebab itu keberadaannya untuk membersihkan mulut, maka dilakukan ketika berkumur kumur. Dan jika jika tidak dimudahkan untuknya hal tersebut maka dilakukan setelah berwudhu, dan perkara ini diberikan keluasan"


๐Ÿ“š Liqo' Al bab Al_maf'tuh 31/133..


⭕Dan pendapat yang kuat adalah : 


Bahwa kedua hadits di atas bermakna satu, dimana riwayat yang lain menafsirkan riwayat yang lain.

Maka kata " ุนู†ุฏ / ketika , itu tidak bertentangan dengan kata ู…ุน / bersama.


Dan bersiwak dan berkumur kumur,  keduanya berkaitan dengan mulut bukan pada seluruh anggota wudhu. Maka yang afdhalnya adalah bersiwak sebelum berkumur kumur, sama saja dilakukan setelah mencuci kedua telapak tangan (sebelum berkumur_kumur) atau sebelum memulai wudhu (sebelum mengucapkan tasmiyyah / bismillah).


ูˆุงู„ู„ู‡ ุงุนู„ู…


✍๐Ÿป Di susun:


Abu_hanan As_suhaily 


28 shafar 1444_25/9/2022



⏳HUKUM BERSIWAK DI DALAM MASJID ?

⏳HUKUM BERSIWAK DI DALAM MASJID ?


Ada dua pendapat ulama dalam hal ini : 


1️⃣. Pendapat pertama : 


ูŠูƒุฑู‡ ุงู„ุณูˆุงูƒ ูู‰ ุงู„ู…ุณุฌุฏ


Dimakruhkan bersiwak di dalam masjid.


Dan ini adalah pendapat sebagian madzhab hanifiyah dan malikiyyah.


๐Ÿ“š Lihat Minhal Jalil 8/89.


Dalil mereka : 


Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ia mengatakan: 


“Ketika kami berada di masjid bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tiba-tiba datang seorang A’rabi (Badui). Kemudian dia berdiri, buang air di masjid. Para sahabat Rasulullah  berkata: ‘Mah, mah.’


Maka Rasulullah  bersabda: ‘Jangan hentikan (buang air kecilnya). Biarkan dia.’ Para sahabat pun meninggalkannya hingga orang tersebut menyelesaikan buang air kecilnya. Kemudian Rasulullah memanggil A’rabi itu dan berbicara kepadanya:


ุฅู† ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ุณุงุฌุฏ ู„ุง ุชุตู„ุญ ู„ุดูŠุก ู…ู† ู‡ุฐุง ุงู„ุจูˆู„ ุฃูˆ ุงู„ู‚ุฐุฑ".


 ‘Sesungguhnya masjid-masjid ini tidaklah boleh untuk buang air kecil atau kotoran. 


Masjid itu tempat untuk dzikir kepada Allah , shalat dan membaca Al-Qur`an.’  (HR Muslim) 


๐Ÿ–‹️ Berkata Imam Al_Qurtuby rahimahullah : 


 " ููŠู‡ ุญุฌุฉ ู„ู…ุงู„ูƒ، ููŠ ู…ู†ุน ุฅุฏุฎุงู„ ุงู„ู…ูŠุช ุงู„ู…ุณุฌุฏ، ูˆุชู†ุฒูŠู‡ู‡ุง ุนู† ุงู„ุฃู‚ุฐุงุฑ ุฌู…ู„ุฉ، ูู„ุง ูŠู‚ุต ููŠู‡ุง ุดุนุฑ، ูˆู„ุง ุธูุฑ، ูˆู„ุง ูŠุชุณูˆูƒ ููŠู‡ุง؛ ู„ุฃู†ู‡ ู…ู† ุจุงุจ ุฅุฒู„ุฉ ุงู„ู‚ุฐุฑ، ูˆู„ุง ูŠุชูˆุถุฃ ููŠู‡ุง، ูˆู„ุง ูŠุคูƒู„ ููŠู‡ุง ุทุนุงู… ู…ู†ุชู† ุงู„ุฑุงุฆุญุฉ ุฅู„ู‰ ุบูŠุฑ ุฐู„ูƒ ู…ู…ุง ููŠ ู‡ุฐุง ุงู„ู…ุนู†ู‰ ".


"Pada hadits tersebut terdapat hujjahnya imam Malik tentang melarang memasukkan mayat di dalam masjid dan membersihkannya dari kotoran secara keumuman, masuk didalamnya tidak memotong rambut didalamnya dan tidak pula kuku, dan tidak pula bersiwak didalamnya karena itu termasuk dari bab " menghilangkan kotoran" dan tidak boleh berwudhu didalam masjid dan tidak boleh makan didalamnya yang mana makanan tersebut punya bau yang keras dan selain itu dari perkara yang masuk dalam makna ini".


๐Ÿ“š Al_Mufhim 1/544


 2️⃣. Pendapat kedua :


ู„ุง ูŠูƒุฑู‡ 


Tidak dimakruhkan:


Dan ini adalah pendapat jumhur ulama:


Berdalilkan dengan hadits : 


Dari Shahabat Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


ู„َูˆْู„ุงَ ุฃَู†ْ ุฃَุดُู‚َّ ุนَู„َู‰ ุฃُู…َّุชِูŠ ู„َุฃَู…َุฑْุชُู‡ُู…ْ ุจِุงู„ุณِّูˆَุงูƒِ ุนِู†ْุฏَ ูƒُู„ِّ ุตَู„ุงَุฉٍ


“Jikalau tidak memberatkan umatku; Niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak disetiap hendak sholat.” (HR. Al-Bukhori no.887, 7240, dan Muslim no.252)


Sisi pendalilannya : 


Pertama ;

_____


Hadits ini sebagai dalil akan disunnahkannya bersiwak ketika hendak shalat dan setiap kali bersiwak itu bergandengan dengan dekatnya perbuatan untuk melakukan shalat maka tentunya kata 'inda (yang bermakna di sisi) lebih banyak terealisasikan. Dan hadits-hadits tentang bersiwak ketika hendak shalat itu dalam Bukhari dan Muslim, maka tidak ada jalan untuk mencela hadist tersebut.


Kedua

__


Tidak diterima bahwa siwak termasuk dari bab " menghilangkan kotoran" seandainya itu diterima maka tidak mengharuskan masjid terkotori sehingga dilarang darinya bersiwak.


Kemudian kita katakan : tentang disyariatkannya bersiwak untuk shalat, walaupun mulut dalam keadaan bersih sebagai bentuk perwujudan akan penerapan terhadap sunnah, sebagaimana juga kita katakan: kedua tangan dicuci 3 kali saat berwudhu walaupun kita pastikan kedua tangan bersih.


๐Ÿ–‹️Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah : 


ุฃู…ุง ุงู„ุณูˆุงูƒ ููŠ ุงู„ู…ุณุฌุฏ ูู…ุง ุนู„ู…ุช ุฃุญุฏุงً ู…ู† ุงู„ุนู„ู…ุงุก ูƒุฑู‡ู‡ ุจู„ ุงู„ุขุซุงุฑ ุชุฏู„ ุนู„ู‰ ุฃู† ุงู„ุณู„ู ูƒุงู†ูˆุง ูŠุณุชุงูƒูˆู† ููŠ ุงู„ู…ุณุฌุฏ ، ูˆูŠุฌูˆุฒ ุฃู† ูŠุจุตู‚ ุงู„ุฑุฌู„ ููŠ ุซูŠุงุจู‡ ููŠ ุงู„ู…ุณุฌุฏ ูˆูŠู…ุชุฎุท ููŠ ุซูŠุงุจู‡ ุจุงุชูุงู‚ ุงู„ุฃุฆู…ุฉ ูˆุจุณู†ุฉ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุซุงุจุชุฉ ุนู†ู‡ ، ุจู„ ูŠุฌูˆุฒ ุงู„ุชูˆุถุค ููŠ ุงู„ู…ุณุฌุฏ ุจู„ุง ูƒุฑุงู‡ุฉ ุนู†ุฏ ุฌู…ู‡ูˆุฑ ุงู„ุนู„ู…ุงุก ، ูุฅุฐุง ุฌุงุฒ ุงู„ูˆุถูˆุก ููŠู‡ ، ู…ุน ุฃู† ุงู„ูˆุถูˆุก ูŠูƒูˆู† ููŠู‡ ุงู„ุณูˆุงูƒ ، ูˆุชุฌูˆุฒ ุงู„ุตู„ุงุฉ ููŠู‡ ، ูˆุงู„ุตู„ุงุฉ ูŠุณุชุงูƒ ุนู†ุฏู‡ุง ، ููƒูŠู ูŠูƒุฑู‡ ุงู„ุณูˆุงูƒ ؟! ูˆุฅุฐุง ุฌุงุฒ ุงู„ุจุตุงู‚ ูˆุงู„ุงู…ุชุฎุงุท ููŠู‡ ููƒูŠู ูŠูƒุฑู‡ ุงู„ุณูˆุงูƒ ؟


"Adapun bersiwak didalam masjid maka aku tidak mengetahui seorang pun ulama yang memakruhkannya, bahkan atsar atsar menunjukkan bahwa salaf dahulu mereka mereka bersiwak didalam masjid, dan boleh seorang lelaki meludah pada bajunya dalam masjid, dan membuang ingus pada bajunya berdasarkan kesepakatan para Imam dan Sunnah Rasulullah yang telah shahih darinya. Bahkan boleh berwudhu dalam masjid tanpa dimakruhkan menurut jumhur ulama. Maka jika berwudhu boleh didalam masjid, bersamaan dengan itu berwudhu didalamnya ada bersiwak, dan juga boleh shalat didalam masjid dan juga ada bersiwak ketika hendak shalat, maka bagaimana bisa bersiwak dimakruhkan?

Dan jika membuang ludah, mengeluarkan ingus boleh didalam masjid, maka bagaimana bisa bersiwak dimakruhkan?


๐Ÿ“š Fatawa Al kubro 1/272,302


๐Ÿ–‹️Berkata Al_'Iraqi rahimahullah : 


ูˆู„ูˆ ุณู„ู… ุฃู† ุงู„ุณูˆุงูƒ ู…ู† ุจุงุจ ุฅุฒุงู„ุฉ ุงู„ู‚ุงุฐูˆุฑุงุช، ูู‡ูˆ ู„ุง ูŠู„ู‚ูŠู‡ ููŠ ุงู„ู…ุณุฌุฏ، ูˆุฅู†ู…ุง ูŠุฒูŠู„ู‡ ููŠ ุงู„ุณูˆุงูƒ، ูุฅุฐุง ูƒุงู† ุงู„ุณูˆุงูƒ ู…ุญููˆุธًุง ู…ุนู‡ ูู„ุง ุจุฃุณ، ูˆู‚ุฏ ู†ุฏุจ ุฅู„ู‰ ุงู„ุณูˆุงูƒ ู„ูƒู„ ุตู„ุงุฉ، ููŠุคู…ุฑ ุญุงุถุฑ ุงู„ู…ุณุฌุฏ ุฃู† ูŠุฎุฑุฌ ุญุชู‰ ูŠุณุชุงูƒ ุฎุงุฑุฌ ุงู„ู…ุณุฌุฏ؟‍ ู‡ุฐุง ู…ู…ุง ู„ุง ูŠุนู‚ู„ ู…ุนู†ุงู‡، ูˆุงู„ู„ู‡ ุฃุนู„ู…". ุงู‡ู€


"Seandainya di terima bahwa bersiwak termasuk dari bab " menghilangkan kotoran" maka kotoran itu tidak dibuang didalam masjid, hanya saja kotoran tersebut dihilangkan didalam siwak, dan jika siwak itu terjaga bersamanya, maka tidak mengapa, dan sungguh telah disunnahkan bersiwak untuk setiap shalat.

Maka apakah diperintah orang yang ada didalam masjid agar keluar dari masjid untuk bersiwak? Ini dari perkara yang tidak  masuk akal akan maknanya.


๐Ÿ“š Tharhu at_tatsrib 2/141.


Dan pendapat yang kuat adalah tidak dimakruhkan bersiwak  didalam masjid dan pendapat ini yang juga dikuatkan oleh Syaikhuna Yahya Al hajury hafidzahullah.


ูˆุงู„ู„ู‡ ุงุนู„ู… ุจุงู„ุตูˆุงุจ.




✍๐Ÿป Diterjemahkan:


Abu_hanan As_suhaily 


26 shafar 1444_23/9/2022


๐Ÿ“Eating camel meat:

๐ŸŒด ุจุณู€ู€ู€ู… ุงู„ู„ู€ู€ู‡ ุงู„ุฑุญู€ู€ู…ู€ู€ู† ุงู„ู€ุฑุญู€ู€ู€ูŠู€ู€ู… ๐ŸŒด


๐Ÿ”ถ๐Ÿ”น’Ad-Durar Al-Bahiyyah’๐Ÿ”น๐Ÿ”ถ


▪️Author: Imฤm Ash-Shawkฤni

-May Allah have mercy on him-


▪️Explanation: By Shaykh Hassan bin Muhammed Ba Shu'ayb 

-May Allah preserve him-


๐Ÿ“šChapter of the nullifiers of the Wudhu


๐Ÿ“Eating camel meat:


Regarding it is the Hadith of Jabir bin Samurah, that a man asked the Messenger of Allah ๏ทบ:


Do I perform Wudhu for eating sheep/goat meat? 


He said: 


(ุฅِู†ْ ุดِุฆْุชَ ูَุชَูˆَุถَّุฃْ، ูˆَุฅِู†ْ ุดِุฆْุชَ ูَู„َุง ุชَูˆَุถَّุฃْ)

"If you wish then perform Wudhu and if you wish don't perform Wudhu".


Then he said:


Do I perform Wudhu for eating camel meat? 


He said:


(ู†َุนَู…ْ ูَุชَูˆَุถَّุฃْ ู…ِู†ْ ู„ُุญُูˆู…ِ ุงู„ْุฅِุจِู„ِ)

"Yes perform Wudhu for eating camel meat".


Then he said:


Can I pray where camels are rest? 


He said:


(ู„َุง)

"No".


Reported by Muslim (360).


And the Hadith of Baraa bin 'Aazib, he said:


The Messenger of Allah ๏ทบ was asked regarding making Wudhu due to camel meat, then he said:


(ุชَูˆَุถَّุฆُูˆุง ู…ِู†ْู‡َุง)

"You perform Wudhu for it".


And he was asked regarding sheep/goat meat:


(ู„َุง ุชَูˆَุถَّุฆُูˆุง ู…ِู†ْู‡َุง)

"You don't perform Wudhu for it".


And he was asked about the prayer where camels are rest, and then he said:


 (ู„َุง ุชُุตَู„ُّูˆุง ูِูŠ ู…َุจَุงุฑِูƒِ ุงู„ْุฅِุจِู„ِ؛ ูَุฅِู†َّู‡َุง ู…ِู†ْ ุงู„ุดَّูŠَุงุทِูŠู†ِ)

"Don't pray where camels rest because they have the characteristics of the Shayateen.


And he asked regarding the prayer in the areas for sheep/goats, and then he said:


(ุตَู„ُّูˆุง ูِูŠู‡َุง؛ ูَุฅِู†َّู‡َุง ุจَุฑَูƒَุฉٌ)

"Pray there, because it is a blessing".


These Hadiths are an evidence for those that say that eating camel meat nullifies the Wudhu. 


It's the Madhab of:


➖Ahmed 

➖Ishaaq

➖Abu Thawr

➖Ibnl Mundhir

➖Ibn Hazm

➖Bayhaqi narrated to be from all the people of Hadith entirely. 


Bayhaqi said:


Some of our companions relayed from Shaafi'i that he said:


If the Hadith regarding camel meat is authentic then I take it as a position. 


Bayhaqi said:


There are two authentic Hadiths regarding it, the Hadith of Jaabir bin Samurah, and the Hadith of Baraa. 


At-Talkhees (1/154).


Ibn Khuzaimah said:


I haven't seen a differing between the scholars of the people of Hadith that this narration is authentic from the angle of it being relayed. 


End of speech from his Sahih (1/62).


Nawawi said:


This Madhab has the strongest proof even though the Majority are upon its contrary. 


End of speech from Sharh Muslim (4/49).


The proof for the majority of the scholars of fiqh is the Hadith of Jaabir bin 'Abdullah, he said:


The last of the two affairs from the Messenger of Allah ๏ทบ is not making Wudhu for that which was cooked on fire. 


Reported by Abu Daud (192), Nasaa'i (185), declared Sahih by Albaani. 


Nawawi, said:


But this Hadith is general and the Hadith due to camel meat is specific, and the specific is preceded over the general, and Allah knows best.


End of speech from Sharh Muslim (4/49).


From those that chosen the position of making Wudhu for camel meat being obligatory is:


➖Shaykh-Ul-Islam Ibn Taymiyyah

➖his student Ibn-Ul-Qayyim

➖Shawkaani

➖San'aani

➖Ibn Baz

➖Albaani

➖Ibn 'Utheymeen

➖our Shaykh, Al-Waadi'i. 


May Allah have mercy upon them all. 

____

Translated by: 

Abu 'Abdirrahman 'Abdullaah bin Ahmed Ash-Shingaani


_*NASEHAT UNTUK SEKIRANYA TIDAK MEMONDOKKAN ANAK SEBELUM MENCAPAI BALIGH*_

_*Telah Di Periksa Oleh Asy-Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Bin Soekojo Al Indonesiy ุญูุธู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰*_                ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„ّู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†...