KEDUDUKAN TAQWA

KEDUDUKAN TAQWA

Ditulis Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Jawiy حفظه الله
-------------------------------------------------

Maka barangsiapa berpuasa Romadhon sebagaimana yang diperintahkan, dia akan mencapai derajat orang-orang yang bertaqwa. Kedudukan taqwa itu banyak, di antaranya adalah:

Pertama: Orang yang bertaqwa akan mendapatkan solusi dan jalan keluar dari setiap masalah

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَمَنْ يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ﴾ [الطلاق: 2، 3].

“Dan barangsiapa bertaqwa pada Alloh, Alloh akan menjadikan untuknya jalan keluar, dan memberinya rizqi dari arah yang tak diduganya.”

Kedua: rizqi dari arah yang tak mereka duga

Sebagaimana dalam ayat terdahulu. Dan Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون﴾ [الأعراف/96].

“Seandainya penduduk kota-kota itu mau beriman dan bertaqwa pastilah Kami akan bukakan kepada mereka keberkahan-keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan oleh apa yang mereka perbuat.”

Ketiga: permudahan urusan bagi orang yang bertaqwa

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَمَنْ يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا﴾ [الطلاق: 4]

“Dan barangsiapa bertaqwa kepada Alloh, Dia akan menjadikan untuknya kemudahan dari urusannya.”

Keempat: penghapusan dosa orang yang bertaqwa

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَمَنْ يَتَّقِ الله يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا﴾ [الطلاق: 5]

“Dan barangsiapa bertaqwa pada Alloh, Dia akan menghapus darinya kesalahan-kesalahannya, dan memperbesar pahala untuknya.”

Alloh ta’ala berfirman:

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا الله يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَالله ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيم﴾ [الأنفال/29]

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Alloh, Alloh akan menjadikan untuk kalian pembeda (antara kebenaran dan kebatilan), dan menghapus dari kalian kesalahan kalian. Dan Alloh itu memiliki karunia yang agung.”

Kelima: besarnya pahala orang yang bertaqwa

Sebagaimana dalam ayat terdahulu. Alloh ta’ala juga berfirman:

﴿وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ﴾ [يوسف/57].

“Dan sungguh pahala Akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.”

Keenam: cepatnya pulihnya kesadaran ketika dibisiki setan

Alloh ta’ala berfirman:

﴿إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُون﴾ [الأعراف: 201]

“Sesunggunya orang-orang yang bertaqwa jika terkena dorongan untuk berbuat dosa dari setan, mereka tersadar, maka tiba-tiba mereka bisa melihat.”

Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: 

“Alloh ta’ala mengabarkan tentang orang-orang yang bertaqwa dari para hamba-Nya yang menaati-Nya dalam perkara yang diperintahkan-Nya, dan meninggalkan apa yang dicegah-Nya, bahwasanya mereka itu “jika terkena” yaitu: tertimpa “thoif” –sampai pada ucapan beliau:- di antara ahli tafsir ada yang menafsirkannya dengan “kemarahan”, ada yang menafsirkannya dengan “kesurupan dari setan” dan semisalnya, di antara mereka ada yang menafsirkannya dengan “keinginan untuk berbuat dosa”, di antara mereka ada yang menafsirkannya dengan “berbuat dosa”. 

Firman-Nya: “mereka segera sadar” yaitu: mereka ingat hukuman Alloh dan banyaknya pahalanya, ingat janji dan ancaman-Nya, maka merekapun bertobat dan kembali, memohon perlindungan pada Alloh, dan kembali pada-Nya dalam waktu dekat. “maka tiba-tiba mereka bisa melihat” yaitu: mereka telah lurus kembali, dan sehat kembali dari penyakit yang mereka semula ada di situ.” 

(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/3/hal. 534).

Ketujuh: orang yang bertaqwa itu dicintai Alloh

Alloh ta’ala berfirman:

﴿بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ الله يُحِبُّ الْمُتَّقِين﴾ [آل عمران/76].

“Justru orang yang memenuhi perjanjiannya dan bertaqwa, maka sesungguhnya Alloh itu mencintai orang-orang yang bertaqwa.”

Kedelapan: sesungguhnya Alloh menyertai orang yang bertaqwa dengan pertolongan-Nya, dukungan-Nya dan penjagaan-Nya

Alloh ta’ala berfirman:

﴿إِنَّ الله مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ﴾ [النحل/128].

“Sesungguhnya Alloh bersama dengan orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang mereka itu berbuat kebaikan.”
Alloh subhanah berfirman:

﴿وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالله وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ﴾ [الجاثية/19]

“Dan sesungguhnya orang-orang yang zholim itu sebagiannya adalah wali bagi sebagian yang lain, dan Alloh itu adalah wali bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Kesembilan: orang-orang yang bertaqwa itu adalah orang-orang yang dirohmati

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُون﴾ [الأعراف/156].

“Dan rohmat-Ku itu meliputi segala sesuatu, dan Aku akan menetapkannya untuk orang-orang yang bertaqwa, membayarkan zakat, dan orang-orang yang mereka itu beriman pada ayat-ayat Kami.”

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَاتَّقُوا الله لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ﴾ [الحجرات/10].

“Dan bertaqwalah kalian kepada Alloh agar kalian dirohmati.”

Kesepuluh: orang-orang yang bertaqwa mereka itulah orang-orang yang berakal, yang mengambil manfaat dengan ayat-ayat Alloh

Alloh ta’ala berfirman:

﴿إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ الله فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُون﴾ [يونس/6].

“Sesungguhnya di dalam pergantian malam dan siang, dan apa yang Alloh ciptakan di langit dan di bumi benar-benar ada ayat-ayat bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Al Imam Asy Syaukaniy rohimahulloh berkata dalam tafsir ayat ini:

“Yaitu: orang-orang yang bertaqwa pada Alloh subhanah dan menjauhi kedurhakaan kepada-Nya. Alloh mengkhususkan mereka dengan ayat-ayat ini karena mereka itulah yang mencurahkan pandangan dan pikiran terhadap makhluq-makhluq Alloh Yang Mahasuci, karena mereka berusaha menghindar dari terjatuh kepada sedikit saja dari perkara yang menyelisihi keinginan Alloh Yang Mahasuci, dan dalam rangka memperhatikan kesudahan urusan mereka, dan apa yang membikin bagus di akhirat mereka.” 

(“Fathul Qodir”/Asy Syaukaniy/3/hal. 348).

Kesebelas: orang-orang yang bertaqwa dan beriman, mereka itulah para wali Alloh

Alloh ta’ala berfirman: 

﴿أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ الله لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُون﴾ [يونس/62، 63].

“Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.”

Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: 

“… bahwasanya di kalangan manusia itu ada wali-wali Ar Rohman dan wali-wali setan. Maka wajib untuk membedakan antara mereka dan mereka, sebagaimana Alloh dan Rosul-Nya membedakan antara keduanya. Maka para wali Alloh adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa, sebagaimana dalam firman Alloh ta’ala: “Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.” 

(“Majmu’ul Fatawa”/11/hal. 159).

Kedua belas: orang-orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang akan mendapatkan kabar gembira di dunia dan akhirat

Alloh ta’ala berfirman:

﴿فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا﴾ [مريم/97].

“Maka Kami hanyalah memudahkan Al Qur’an itu dengan lisan (bahasa) mu agar engkau memberikan kabar gembira dengannya untuk orang-orang yang bertaqwa, dan engkau memberikan peringatan pada kaum yang sangat zholim dan melenceng dari kebenaran.”

Alloh ta’ala berfirman:

﴿أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ الله لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُون* لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ الله ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ﴾ [يونس/62-64].

“Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa. Bagi merekalah kabar gembira di kehidupan dunia dan di Akhirat. Tiada perubahan terhadap ketetapan-ketetapan Alloh. Yang demikian itulah keberuntungan yang agung.”

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Maka pujian merupakan kabar gembira. Mimpi yang baik merupakan kabar gembira. Berita gembira dari para malaikat untuknya saat kematian merupakan kabar gembira. Jannah merupakan termasuk kabar gembira yang terbesar. 

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وبشر الذين آمنوا وعملوا الصالحات أن لهم جنات تجري من تحتها الأنهار﴾

“Dan berikanlah berita gembira pada orang-orang yang beriman dan beramal sholih bahwasanya mereka itu akan mendapatkan Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.”

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وأبشروا بالجنة التي كنتم توعدون﴾.

“Dan bergembiralah dengan Jannah yang kalian dulu dijanjikan dengannya.”

(“Madarijus Salikin”/3/hal. 160).

Ketiga belas: orang yang bertaqwa akan mendapatkan kehidupan yang bagus di dunia sebelum Akhirat

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا خَيْرًا لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ﴾ [النحل/30].

“Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa: “Apakah yang diturunkan oleh Robb kalian?” Mereka menjawab: “Kebaikan.” Orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia ini akan mendapatkan kebaikan, dan benar-benar negri Akhirat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik negri orang-orang yang bertaqwa.”

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Dan sungguh Al Qur’an telah menunjukkan di lebih dari satu tempat bahwasanya setiap orang yang beramal sholih itu akan mendapatkan dua pahala: amalannya di dunia, dan akan disempurnakan untuknya pahalanya di Akhirat. Seperti firman Alloh ta’ala:

﴿للذين أحسنوا في هذه الدنيا حسنة ولدار الآخرة خير ولنعم دار المتقين﴾

“Orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia ini akan mendapatkan kebaikan, dan benar-benar negri Akhirat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik negri orang-orang yang bertaqwa.”

Dan dalam ayat yang lain:

﴿ وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي الله مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ﴾ [النحل/41]

“Dan orang-orang yang berhijroh di jalan Alloh setelah mereka dizholimi, pastilah Kami akan menempatkan mereka di dunia dalam kebaikan. Dan benar-benar pahala akhirat itu lebih besar, seandainya mereka mengetahui.”

Dan Alloh berfirman dalam surat ini:

﴿مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾ [النحل/97]

“Barangsiapa beramal sholih baik dia itu lelaki ataupun perempuan dalam keadaan dia itu mukmin, pastilah Kami akan memberinya kehidupan yang bagus, dan pastilah Kami akan membalasi mereka pahala mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang dulu mereka lakukan.”

Dan berfirman dalam surat ini tentang kekasih-Nya:

﴿وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِين﴾ [النحل/122].

“Dan Kami berikan padanya kebaikan di dunia, dan sesungguhnya dia di Akhirat benar-benar termasuk dari orang-orang yang sholih.”

Dan telah terulang makna ini dalam surat (Al Nahl) ini, bukan di surat yang lain, di empat tempat karena suatu rahasia yang bagus, karena sesungguhnya surat ini adalah surat kenikmatan yang Alloh merinci di dalamnya pokok-pokok kenikmatan dan cabang-cabangnya. Maka Alloh memperkenalkan pada para hamba-Nya bahwasanya mereka akan mendapatkan di sisi-Nya di Akhirat kenikmatan yang berlipat ganda dari yang ini, dengan kenikmatan yang tak bisa diketahui kadar perbedaannya, dan bahwasanya kenikmatan ini (yang di dunia) adalah bagian dari kenikmatan Alloh yang disegerakan pada mereka, dan bahwasanya mereka jika menaati-Nya, Dia akan menambahkan untuk mereka pada kenikmatan-kenikmatan yang ini kenikmatan-kenikmatan yang lain, kemudian di Akhirat Dia akan mencukupi pahala amalan mereka dengan pencukupan yang sempurna.” 

(“I’lamul Muwaqqi’in”/2/hal. 183).

Keempat belas: orang yang bertaqwa adalah orang yang mendapatkan hidayah

Alloh ta’ala berfirman:

﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِين﴾ [البقرة/2]

“Yang Kitab ini tiada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Maka setiap kali sang hamba bertaqwa pada Robbnya, naiklah dirinya kepada hidayah yang lain, maka dia ada pada penambahan hidayah selama dirinya ada pada penambahan taqwa. Dan setiap kali meluputkan satu langkah dari ketaqwaan, luputlah darinya satu langkah dari hidayah sesuai dengan kadarnya.” 

(“Al Fawaid”/hal. 130).

Kelima belas: pakaian taqwa lebih baik daripada pakaian lahiriyyah

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ﴾ [الأعراف/26].

“Dan pakaian ketaqwaan itu lebih baik”

Al Imam As Sa’diy rohimahulloh berkata: 

“… karena sesungguhnya pakaian taqwa itu lestari bersama sang hamba, tidak lusuh dan tidak binasa. Dan dia itu adalah kecantikan hati dan ruh. Adapun pakaian lahiriyyah, maka paling puncaknya adalah untuk menutup aurot, di suatu waktu, atau menjadi pakaian keindahan bagi manusia, dan tidak ada di belakang itu manfaat darinya.” 

(“Taisirul Karimir Rohman”/hal. 285).

Keenam belas: barangsiapa meninggalkan sesuatu dalam rangka bertaqwa pada Alloh, maka Alloh akan memberinya sesuatu yang lebih baik dari itu

Dari salah seorang penduduk badui yang berkata:

أخذ بيدي رسول الله صلى الله عليه وسلم فجعل يعلمني مما علمه الله تبارك وتعالى، وقال: «إنك لن تدع شيئا اتقاء الله جل وعز إلا أعطاك الله خيرا منه».

“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam mengambil tanganku, lalu beliau mulai mengajariku dari apa yang Alloh تبارك وتعالى ajarkan pada beliau. Dan beliau bersabda: 

“Sesungguhnya engkau tidaklah dirimu meninggalkan sesuatu dalam rangka bertaqwa pada Alloh عز وجل kecuali Alloh akan memberimu dengan sesuatu yang lebih baik dari itu.” 

(HR. Al Imam Ahmad (20758) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” (1489)).

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Karena sesungguhnya barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Alloh, maka Alloh عز وجل akan memberinya ganti dengan sesuatu yang lebih baik dari itu.” 

(“Ighotsatul Lahfan”/hal. 47).

Ketujuh belas: keberuntungan adalah bagi orang-orang yang bertaqwa

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَاتَّقُوا الله لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ [البقرة/189].

“Dan bertaqwalah kalian pada Alloh agar kalian beruntung.”

Al Imam Abu Ja’far Ath Thobariy rohimahulloh berkata: 

“Alloh Yang Mahatinggi penyebutan-Nya menginginkan dengan itu: Dan bertaqwalah kalian wahai manusia pada Alloh, dan takut dan gentarlah kalian pada-Nya, dengan ketaatan pada-Nya terhadap kewajiban-kewajiban yang Dia perintahkan, dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, sehingga Kalian bisa sukses dalam pencarian kalian apa yang ada di sisi Alloh, dan kalian mendapatkan kekekalan di Janah-jannah-Nya, dan lestari di dalam kenikmatan-Nya.” 

(“Jami’ul Bayan”/3/hal. 561).

Kedelapan belas: keselamatan dari siksaan di dunia

Alloh ta’ala berfirman:

﴿فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ * فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ * وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ﴾ [النمل/51-53].

“Maka perhatikanlah bagaimana akibat tipu daya mereka: Kami menghancurkan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan telah kosong disebabkan oleh kezholiman mereka. sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada alamat kekuasaan Alloh bagi orang-orang yang mengetahui. Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.”

Al Imam Ath Thobariy rohimahulloh berkata: “Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman” Alloh berfirman: Dan Kami selamatkan Sholih dan orang-orang yang beriman kepadanya dari hukuman dan siksaan Kami yang Kami turunkan kepada Tsamud. “dan senantiasa bertaqwa” Alloh berfirman: dan mereka dengan keimanan mereka, dan pembenaran mereka kepada Sholih, mereka senantiasa berusaha melindungi diri dari apa yang menimpa kaum mereka yaitu Tsamud, siksaan Alloh yang menimpa mereka. maka demikian Kami akan menyelamatkan dengan dan para pengikutmu wahai Muhammad, ketika Kami menurunkan hukuman Kami kepada orang-orang musyrik dari kaummu di tengah-tengah mereka.” 

(“Jami’ul Bayan”/19/hal. 481).

Kesembilan belas: orang-orang yang bertaqwa itu aman dan tidak bersedih hati pada hari kiamat

Alloh ta’ala berfirman:

﴿فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُون﴾ [الأعراف/35]

“Maka barangsiapa bertaqwa dan perbuat perbaikan, maka mereka tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati”

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَيُنَجِّي الله الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُون﴾ [الزمر/61].

“Dan Alloh akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dengan ketetapan keberuntungan mereka, mereka tidak tertimpa kejelekan dan mereka tidak bersedih hati.”

Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: 

“Firman Alloh “Dan Alloh akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dengan ketetapan keberuntungan mereka” yaitu: ketetapan yang telah lalu akan kebahagiaan dan keberuntungan untuk mereka di sisi Alloh, “mereka tidak tertimpa kejelekan” yaitu: pada hari Kiamat, “dan mereka tidak bersedih hati” yaitu: mereka tidak dibikin sedih oleh hari Kejutan Yang Terbesar, bahkan mereka itu aman dari segala kejutan, terjauhkan dari segala kejelekan, diharapkan untuk mereka segala kebaikan.” 

(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 111).

Kedua puluh: taqwa adalah bekal terbaik yang menyampaikan kepada Alloh dan kenikmatan abadi

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى﴾ [البقرة/197]

“Dan berbekallah, karena sesungguhnya bekal terbaik adalah taqwa.”

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Alloh memerintahkan para jamaah haji untuk berbekal demi perjalanan mereka, dan jangan bepergian tanpa bekal. Kemudian Dia mengingatkan mereka akan bekal perjalanan ke Akhirat, yaitu taqwa. Maka sebagaimana musafir tak bisa sampai kepada maksudnya kecuali dengan bekal yang menyampaikannya kesitu, maka demikian pula orang yang berjalan ke Alloh dan negri Akhirat tidak akan sampai kecuali dengan bekal taqwa. Maka dia mengumpulkan dua macam perbekalan.” 

(“Ighotsatul Lahfan”/hal. 58).

Kedua puluh satu: keselamatan saat melewati Shiroth

Alloh ta’ala berfirman:

﴿وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا * ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا﴾ [مريم/71، 72]

“Dan tiada seorangpun dari kalian kecuali akan melewati Jahannam itu. Itu merupakan kewajiban atas Robbmu yang pasti akan ditunaikan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan Kami akan biarkan orang-orang zholim di dalamnya dalam keadaan berlutut.”

Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: 

“Firman Alloh: “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa” yaitu: jika seluruh makhluq telah lewat di atas neraka, dan telah jatuh ke dalamnya orang-orang yang jatuh dari kalangan orang-orang kafir dan pendurhaka, sesuai dengan kadar mereka, Alloh ta’ala akan menyelamatkan orang-orang yang beriman dan bertaqwa dari Neraka sesuai dengan amalan mereka. maka proses lewatnya mereka di atas Shiroth, dan kecepatan mereka itu dengan kadar amalan mereka saat dulu dunia. Kemudian para pelaku dosa dari kalangan mukminin akan diberi syafaat, …” dst. 

(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/5/hal. 256).

Kedua puluh dua: orang-orang bertaqwa adalah delegasi yang terhormat yang menghadap Alloh pada Hari Kiamat

Alloh ta’ala berfirman:

﴿يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا * وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا﴾ [مريم/85، 86].

“Pada hari Kami menggiring orang-orang yang bertaqwa menuju kepada Ar Rohman sebagai delegasi, dan Kami menggiring orang-orang yang jahat menuju ke Jahannam dalam keadaan haus.”

Al Imam As Sa’diy rohimahulloh berkata: 

“Alloh ta’ala mengabarkan tentang perbedaan dua kelompok: orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang jahat, dan bahwasanya orang-orang yang bertaqwa kepada Alloh itu –dengan menghindari syirik, bid’ah dan ma’shiyyat- Alloh akan mengumpulkan mereka ke tempat perhentian Kiamat dengan dimuliakan, dibanggakan dan dihormati, dan bahwasanya tempat kembali mereka adalah Ar Rohman, tujuan mereka adalah Al Mannan. 

Mereka sebagai delegasi-delegasi kepada Alloh. Telah diketahui bersama bahwa delegasi itu haruslah di hatinya ada harapan, dan dugaan yang bagus terhadap pihak yang dikunjungi. Maka orang-orang yang bertaqwa itu mengunjungi Ar Rohman dalam keadaan berharap dari-Nya rohmat-Nya dan keluasan kebaikan-Nya, dan keberuntungan dengan pemberian-Nya di negri keridhoan-Nya. 

Dan yang demikian itu disebabkan oleh amalan taqwa yang mereka kerjakan, dan mereka mengikuti perkara-perkara yang diridhoi-Nya, dan bahwasanya Alloh telah berjanji pada mereka dengan pahala itu melalui lisan para Rosul-Nya. Maka mereka bergerak ke arah Robb mereka dengan ketenangan hati dan kepercayaan akan karunia-Nya.
Adapun orang-orang yang jahat, maka sungguh mereka digiring ke Jahannam dalam keadaan haus, yaitu: dahaga. Dan ini adalah keadaan yang paling buruk, mereka digiring dengan kehinaan, kerendahan ke penjara terbesar dan hukuman yang paling mengerikan, yaitu Jahannam, dalam keadaan mereka haus, capek, minta bantu tapi tidak dibantu, mereka berdoa tapi tidak dikabulkan, dan minta syafaat tapi tidak diberi syafaat.” 

(“Taisirul karimir Rohman”/hal. 500).

Keduapuluh tiga: masuk Jannah

Alloh ta’ala berfirman:

﴿لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِنْ عِنْدِ الله وَمَا عِنْدَ الله خَيْرٌ لِلْأَبْرَار﴾ [آل عمران: 198].

“Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Robb mereka, mereka akan mendapatkan Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, sebagai hidangan dari sisi Alloh bagi para tamu, dan apa yang di sisi Alloh itu lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.”

Alloh subhanah juga berfirman:

﴿جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي الله الْمُتَّقِينَ﴾ [النحل/30، 31].

“Yaitu Jannah-jannah ‘Aden yang mereka memasukinya, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka di dalamnya akan mendapatkan apapun yang mereka inginkan. Demikianlah Alloh membalas orang-orang yang bertaqwa.”

Keduapuluh empat: mendapatkan ridho Alloh

Alloh ta’ala berfirman:

﴿قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ الله وَالله بَصِيرٌ بِالْعِبَاد﴾ [آل عمران: 15].

“Katakanlah: maukah kalian untuk kukabari dengan yang lebih baik dari yang demikian itu? Bagi orang-orang yang bertaqwa di sisi Robb mereka Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan istri-istri yang disucikan, dan keridhoan dari Alloh. Dan Alloh itu Maha Melihat para hamba-Nya.”

Keduapuluh lima: orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertaqwa

Alloh ta’ala berfirman:

﴿إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ الله أَتْقَاكُم﴾ [الحجرات/13].

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Alloh adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian.”

Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: 

“Yaitu: Kalian itu berbeda-beda keutamaannya di sisi Alloh hanyalah dengan taqwa, bukan dengan derajat kebangsawanan.” 

(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 386).

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata:

قيل: يا رسول الله من أكرم الناس؟ قال: «أتقاهم».

Ditanyakan: “Wahai Rosululloh, siapakah orang yang paling mulia?” Beliau menjawab: “Orang yang paling bertaqwa di antara mereka.” 

(HR. Al Bukhoriy (3353) dan Muslim (6311)).

Masih tersisa banyak keutamaan taqwa, dan masih tersisa banyak dari keutamaan puasa Romadhon. Dan yang telah saya sebutkan itu cukup sebagai pelajaran dan dorongan dengan seidzin Alloh.

Dengan ini kita mengetahui bahwasanya Alloh itu mensyariatkan puasa Romadhon untuk para hamba-Nya adalah demi kemaslahatan mereka sendiri di dunia dan Akhirat mereka. 

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Syari’ah itu dasar dan asasnya ada di atas hikmah dan maslahah para hamba dalam kehidupan dunia dan akhirat. Syari’ah ini semuanya adil, rohmah, maslahah, dan hikmah. Maka semua masalah yang keluar dari keadilan kepada kezholiman, dari rohmah kepada lawannya, dari maslahah kepada mafsadah, dan dari hikmah kepada kesia-siaan, maka itu bukanlah bagian dari syari’ah.” 

(“I’lamul Muwaqqi’in”/3/hal. 5).
(Disadur dari buku : “Nashihatun Mu’ajjalah Li Man Shoma Romadhon Wa Tarokash Sholatal Maktubah” | “Empat Puluh Tiga Kerugian Jika Sholat Wajib Ditinggalkan” )


🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼


telah tercetak kitab “Kumpulan Zikir Dan Doa Pilihan" (jilid pertama)

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين

Dengan pertolongan Allah semata telah tercetak kitab “Kumpulan Zikir Dan Doa Pilihan" (jilid pertama), terjemah Kitab “Al Muntaqa Min Adzkaril Mushthafa” (Kumpulan Zikir dan Doa Pilihan) karya Fadhilatusy Syaikh Adnan bin Husain Adz Dzamariy Al Mishqariy حفظه الله, yang berisi:

☑Pertama: Pentingnya zikir dan doa.

☑Dalil Tentang Pastinya Nama Mushthafa Untuk Rasulullah ﷺ.

☑Pembahasan Tentang Mengeraskan Suara Saat Berzikir.

☑Bab: Keikhlasan Dalam Zikir Dan Doa.

☑Bab: Keutamaan Zikir Dan Doa.

☑Bab: Sebagian Dari Doa-doa Yang Bersifat Menyeluruh.

☑Bab: Zikir Bangun Tidur.
☑Bab: Doa Memakai Pakaian.
☑Bab: Zikir Sebelum Masuk Kamar Mandi.
☑Bab: Zikir Keluar Kamar Mandi.
☑Bab: Zikir Seusai Berwudhu.
☑Bab: Zikir Saat Keluar Rumah.
☑Bab: Zikir Saat Masuk Rumah.
☑Bab: Zikir Saat Keluar Rumah Menuju Masjid.
☑Bab: Zikir Saat Masuk Masjid.
☑Bab: Zikir Saat Keluar Dari Masjid.
☑Bab: Zikir Saat Ada Adzan.
☑Bab: Ucapan Imam Dalam Meluruskan Barisan.
☑Bab: Ucapan-ucapan Setelah Takbiratul Ihram Hingga Salam.
☑Bab: Zikir-zikir Yang Shahih Setelah Shalat.
☑Bab: Zikir-zikir Yang Shahih Untuk Pagi Dan Petang.
☑Bab: Zikir-zikir Yang Shahih Sebelum dan Setelah Tidur.
☑Bab: Doa Jika Berbolak-balik Terbangun di Suatu Malam.
☑Bab: Doa Jika Terkejut Dari Tidurnya.
☑Bab: Apa Yang Dilakukan Jika Bermimpi Yang Menggembirakannya.
☑Bab: Apa Yang Dilakukan Jika Bermimpi Yang Menyusahkannya.
☑Bab: Doa Qunut Witir.
☑Bab: Bacaan Di Dalam Witir Dan Setelahnya.
☑Bab: Bacaan Sebelum Makan.
☑Bab: Bacaan Jika Ingin Makan Atau Minum.
☑Bab: Bacaan Jika Lupa Membaca Basmalah Di Awal Makan.
☑Bab: Bacaan Seusai Makan.
☑Bab: Doa Tamu Untuk Tuan Rumah Yang Menjamunya.
☑Bab: Doa Orang Yang Diundang Ke Jamuan Padahal Dirinya Puasa.
☑Bab: Ucapan Orang Yang Puasa Jika Diajak Untuk Saling mencaci.
☑Bab: Doa Di Saat Sedih Atau Gundah.
☑Bab: Doa Saat Mengalami Kesulitan Besar.
☑Bab: Doa Saat Berjumpa Musuh.
☑Bab: Doa Untuk Kekalahan Musuh.

والحمد لله رب العالمين.

Spec :
✔Hardcover 202 hal
✔uk. A5 ( 14.5 x 21.5 ) cm

Pemesanan :
*Maktabah Fairuz Ad Dailamiy*
0821-3300-2293 ) WA / SMS / Telpn )


Telegram: @fawaaidassunnah 
https://t.me/fawaaidassunnah

Hukum Minum Dengan Dua Tangan

بسم الله الرحمن الرحيم
Hukum Minum dengan Dua Tangan

الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمداً عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم، أما بعد:
            Pertanyaan: apa hukum meminum dengan tangan kiri sambil tangan kanan ditempelkan ke bawah gelas? Kabarnya Asy Syaikh Al Utsaimin membolehkan itu.

            Jawaban kami dengan memohon pertolongan pada Alloh semata:

            Meminum dengan tangan kiri adalah harom, berdasarkan dalil-dalil yang jelas tentang masalah ini. Adapun orang yang memegang gelas dengan tangan kiri sambil punggung tangan kanan memikul dasar gelas, maka hal ini kembali pada kondisi yang dominannya. Jika tangan kanan itulah yang dominan memegang gelas, maka tidak apa-apa. Tapi jika tangan kiri itulah yang dominan dalam memegang gelas, maka dia jatuh ke dalam perkara yang harom.

            Al Imam Ibnu Daqiq Al ‘Id rohimahulloh berkata: 

“Syariat itu memandang adalah kondisi yang dominan, dan membuang kondisi yang langka dan jarang.” 

(“Ihkamul Ahkam”/hal. 407).

            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Dan hukum-hukum itu hanyalah berlaku pada yang dominan dan banyak. Sementara yang langka itu masuk dalam hukum tidak ada.”

 (“Zadul Ma’ad”/5/hal. 378/cet. Ar Risalah).

            Al Qorofiy rohimahulloh berkata: 

“Dan syariat itu hanyalah membangun hukum-hukumnya di atas perkara yang dominan.” 

(“Anwarul Buruq Fi Anwa’I Furuq”/7/hal. 460).
         
   Adapun alasan orang yang membolehkan cara minum semacam tadi dengan fatwa Al Imam Ibnu ‘Utsaimin rohimahulloh, maka silakan membaca fatwa beliau secara lengkap:

            Al Imam Ibnu ‘Utsaimin rohimahulloh ditanya: 

“Memakan dengan tangan kiri itu diharomkan, ataukah masalah ini masih diperselisihkan oleh para ulama?”

            Maka beliau rohimahulloh menjawab:

 memakan dengan tangan kiri karena suatu udzur itu tidak mengapa. Adapun tanpa udzur, maka dia itu adalah harom, karena Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam melarangnya dan bersabda:

(إن الشيطان يأكل بشماله ويشرب بشماله)
“Sesungguhnya setan itu makan dengan tangan kirinya, dan minum dengan tangan kirinya.”

            Dan Alloh ta’ala telah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ [النور:21]
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Dan barangsiapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu memerintahkan pada kekejian dan kemungkaran.”

            Kemudian sesungguhnya setan itu gembira jika engkau makan dengan tangan kirimu, karena engkau menjadi pengikut dia dan menjadi orang yang menyelisihi Rosul shollallohu ‘alaihi wasallam. Masalah ini tidaklah remeh! Jika engkau makan dengan tangan kirimu atau engkau minum dengan tangan kirimu, setan gembira dengan kegembiraan yang lebih besar daripada sekedar perkara tadi adalah suatu perbuatan. 

Dia gembira karena engkau mencocoki dia dan engkau menyelisihi Rosul shollallohu ‘alaihi wasallam dan sabda beliau dan perbuatan beliau. Maka masalah ini tidaklah remeh.

            Oleh karena itulah maka para penuntut ilmu wajib mengingatkan masyarakat tentang hal itu. Banyak dari orang-orang kita dapati mereka ketika makan, mereka memakan dengan tangan kiri, dan mereka berkata: “Kami khawatir gelasnya akan kotor.” 

Padahal kondisi kebanyakan gelas sekarang adalah terbuat dari wariq (semacam polyestrin) yang tidak ada satu orangpun minum darinya setelahmu. Biarkan saja dia terkotori.

            Kemudian mungkin saja engkau memegangnya, sekalipun dia itu terbuat dari kaca, engkau pegang di bagian bawahnya, di antara jari telunjuk dan ibu jari, dan engkau minum. 

Kemudian jika ditetapkan bahwasanya engkau tidak mungkin memegang dengan cara ini ataupun itu, kalaupun gelasnya terkotori, cuci sajalah, bukanlah itu suatu masalah, karena selama diketahui bahwasanya memegang dengan tangan kiri adalah harom, dan pelakunya melakukan dosa dengan meminum dengan cara itu, maka perkara yang harom itu tidak boleh dikerjakan kecuali karena dhoruroh.”

            Si penanya berkata: “Jika dia memegangnya dengan tangan kiri dan meletakkan gelas tadi di atas tangan kanan?”

            Asy Syaikh menjawab: 

“Jika hajat mengharuskan dirinya melakukan itu, maka tidak apa-apa. Jika dia meletakkan gelas tadi di punggung tangan kanan, dan dia memegangnya dengan tangan kiri, jika hajat mengharuskan dia berbuat itu. 

Akan tetapi aku tidak melihat adanya hajat yang mengharuskan dia berbuat itu. Aku telah mencobanya sendiri. Aku memagang gelas di bagian bawahnya dan gelas itu tidak terkotori sama sekali. Kemudian jika dia terkotori, dia begitu terus selama lima menit, dan kotorannya bisa dihilangkan dengan pencucian. Perkaranya mudah saja.

            Demikian pula mengambil dan memberi dengan tangan kiri. Ini juga menyelisihi sunnah, dan hal itu dilarang.”

            Si penanya bertanya: “Akan tetapi apakah ada perkataan ulama yang membolehkannya?”

            Asy Syaikh menjawab: 

“Sebagian ulama berpandangan bahwasanya hal itu adalah makruh. Akan tetapi wahai Saudaraku! Aku nasihati engkau dan yang lainnya: jika Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam mengucapkan suatu perkataan, janganlah engkau berkata: “Apakah sebagian ulama berkata demikian?” 

Para ulama berfatwa dengan pemahaman, jika suatu dalil sampai pada mereka, terkadang mereka keliru dalam memahami. Dan terkadang dalil itu belum sampai pada mereka. Dan terkadang dalil itu tersamarkan.

            Bukankah hadits tentang wabah Tho’un itu tersamarkan pada para Shohabat rodhiyallohu ‘anhum semuanya? Manakala Umar rodhiyallohu ‘anhu datang ke Syam, dikatakan pada beliau: “Sesungguhnya di Syam sedang ada Tho’un.” Maka Umar berhenti dan bermusyawarah dengan para Shohabat. 

Beliau mendatangkan para Muhajirin, dan Anshor, lalu beliau mengajak mereka bermusyawarah sendiri-sendiri. Dan mereka semua tidak tahu hadits tadi. Akan tetapi segala pujian bagi Alloh semata, Alloh memberi mereka taufiq pada kebenaran, untuk pulang kembali dan tidak mendatangi Syam. Saat itu Abdurrohman bin Auf rodhiyallohu ‘anh itulah yang meriwayatkan hadits tadi, akan tetapi beliau sedang tidak ada karena suatu hajat. 

Kemudian beliau datang, lalu beliau menyampaikan hadits tadi pada mereka. Hadits tadi tersamarkan pada semua Shohabat tadi, padahal kita tahu bahwasanya mereka masih terbatas di suatu tempat. Maka bagaimana setelah umat dan ulama itu tersebar?!!

            Maka kita tidak boleh membantah sabda Rosul shollallohu ‘alaihi wasallam dengan ucapan: “Apakah ada perselisihan di dalam masalah ini?” “Bukankah sebagian ulama berkata demikian?”

            Jika Rosul shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda pada kita:

(لا يأكل أحدكم بشماله، ولا يشرب بشماله فإن الشيطان يأكل بشماله ويشرب بشماله)
“Janganlah salah seorangpun dari kalian makan dengan tangan kirinya, dan jangan pula minum dengan tangan kirinya, karena sesungguhnya setan itu makan dengan tangan kirinya, dan minum dengan tangan kirinya.”

            Selesai pembahasan.

            Jika engkau memberikan pilihan pada seorang mukmin manapun: “Apakah engkau mencintai jalan Rosul shollallohu ‘alaihi wasallam, ataukah langkah-langkah setan?” apa yang akan dia katakan? 
Dia akan berkata: “Jalan Rosul shollallohu ‘alaihi wasallam.”

            Si penanya bertanya: “Wahai Fadhilatusy Syaikh, maksud saya adalah: bahwasanya sebagian orang menisbatkan pada sebagian ulama bahwasanya hal itu adalah tidak harom. Maka saya ingin memastikan.”
            Asy Syaikh menjawab: 

“Ini baik. Dan Ibnu Abbas rohdiyallohu ‘anhuma berkata:

يوشك أن تنزل عليكم حجارة من السماء، أقول: قال رسول الله وتقولون: قال أبو بكر وعمر
“Hampir-hampir akan turun batu dari langit menimpa kalian. Aku berkata: “Rosululloh bersabda,” dan kalian berkata: “Abu Bakr dan Umar berkata.”

Dan siapakah para ulama itu dibandingkan dengan Abu Bakr dan Umar? Padahal Rosul shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda tentang mereka berdua:

(إن يطيعوا أبا بكر وعمر يرشدوا)
“Jika mereka menaati Abu Bakr dan Umar niscaya mereka akan terbimbing.”

            Dan beliau bersabda:
(اقتدوا باللذين من بعدي: أبي بكر وعمر )
“Teladanilah dua orang sepeninggalku: Abu Bakr dan Umar.”
        
    Telah ditetapkan untuk mengambil pendapat mereka berdua maka jika Abu Bakr dan Umar menyelisihi Rosul shollallohu ‘alaihi wasallam dan kita mengambil pendapat mereka berdua, dikhawatirkan akan turun pada kita batu dari langit. Maka bagaimana mengambil pendapat dari selain mereka berdua?!!

            Oleh karena itu, hakikat yang sangat menyakitiku: jika seseornag berkata jika misalkan aku katakan padanya: “Rosul shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda demikian dan demikian,” dia menjawab: “Dalam masalah ini ada perselisihan.”

            Orang yang menyelisihi boleh jadi punya udzur dalam penyelisihan nash tadi karena penakwilannya, atau tidak tahunya dia. Akan tetapi aku tidak punya udzur. Dan bukanlah jika orang yang diikuti itu mendapatkan udzur maka pengikutnya juga mendapatkan udzur.”

(selesai dari “Liqoatul Babil Maftuh”/4/hal. 55).

            Dari fatwa tadi kita mendapatkan faidah sebagai berikut:
Yang pertama: makan atau minum dengan tangan kiri adalah harom, karena yang demikian itu menyerupai perbuatan setan.

Yang kedua: tidak boleh membantah dalil yang jelas dengan ijtihad sebagian ulama.

Yang ketiga: Asy Syaikh Al Utsaimin hanyalah memboleh perkara yang ditanyaka dalam soal tadi dengan syarat: orang tadi berhajat pada amalan tersebut.

Yang keempat: Asy Syaikh berkata setelah menyebutkan bolehnya amalan tadi dengan syarat adanya hajat: “Akan tetapi aku tidak melihat adanya hajat yang mengharuskan dia berbuat itu.”

Yang kelima: mencegah terkotorinya gelas karena adanya sisa-sisa makanan di tangan kanan itu bukanlah termasuk hajat yang membolehkan dia melakukan perkara tadi.

            Maka kesimpulannya: tidak ada hajat untuk berbuat apa yang disebutkan dalam soal tadi. Dan hukumnya itu tetap harom. Akan tetapi jika ditetapkan kita memang berhajat untuk melakukan perkara tadi, maka tidak mengapa.

            Dan jika kita ditanya: kenapa meminum dengan dua tangan semacam tadi diperbolehkan ketika ada hajat, padahal hukum asal meminum dengan tangan kiri adalah harom?

            Jawabannya dengan memohon pertolongan Alloh: hal itu dikarenakan larangannya tadi adalah dalam rangka menutup pintu dan memutuskan sarana penyerupaan dengan setan, oleh karena itulah maka perbuatan tadi diperbolehkan jika memang ada HAJAT atau MASLAHAT YANG LEBIH KUAT. Dan hal ini berhubungan dengan kaidah: KESULITAN ITU MENDATANGKAN PEMUDAHAN.

            Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata: 

“Suatu perkara yang dilarang dalam rangka menutup sarana kejelekan, bukan karena perkara tadi pada dasarnya adalah suatu kerusakan, dia itu disyariatkan di dalamnya ada suatu maslahat yang lebih kuat. Dan kemaslahatan itu tidak boleh disia-siakan tanpa adanya kerusakan yang lebih besar.” 
(“Majmu’ul Fatawa”/23/hal. 214).

            Dan demikian pula larangan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dari mengerjakan sholat setelah sholat Ashr atau setelah sholat Shubh dalam rangka menghindari menyerupai para penyembah matahari, lalu beliau sendiri membolehkan sholat yang punya sebab khusus itu dikerjakan pada waktu yang terlarang tadi, DIKARENAKAN KEMASLAHATANNYA ITU LEBIH BESAR.

            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: 

“Larangan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam untuk sholat sebelum terbitnya matahari dan setelah Ashr adalah demi menutup sarana menyerupai orang-orang kafir. Dan beliau membolehkan sholat yang punya kemaslahatan yang lebih besar untuk dikerjakan saat itu,seperti: membayar sholat yang terluputkan, membayar sholat sunnah, sholat jenazah dan sholat tahiyyatul masjid, karena maslahat pengerjaannya itu lebih besar daripada mafsadah larangan tadi. Dan Alloh lebih tahu.” 

(“Zadul Ma’ad”/3/hal. 426).

            Dan apa arti HAJAT itu?

            Al Imam Asy Syathibiy rohimahulloh berkata: 

“Adapun HAJAT-HAJAT itu maknanya adalah: bahwasanya perkara-perkara tersebut diperlukan dalam rangka perluasan dan menghilangkan kesempitan yang biasanya akan menyebabkan kesulitan dan kesukaran jika perkara yang diinginkan tadi tidak dilakukan. 

Maka jika perkara tadi tidak diperhatikan, niscaya secara umum para mukallaf (orang-orang yang terbebani oleh syari’at) akan tertimpa kesukaran dan kesulitan, akan tetapi perkara tadi tidak mencapai derajat kerusakan biasa yang dikhawatirkan mengganggu kemaslahatan orang banyak.” (“Al Muwafaqot”/2/hal. 11-10).

            Maka kita semua wajib bersikap jujur pada Alloh: apakah kita memang sudah mencapai batasan HAJAT untuk minum dengan dua tangan seperti tadi? Ataukah kondisinya adalah seperti yang dikatakan oleh Al Imam Ibnu ‘Utsaimin rohimahulloh: 

“Akan tetapi aku tidak melihat adanya hajat yang mengharuskan dia berbuat itu.”?


والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.

sumber: http://maktabahfairuzaddailamiy.blogspot.com/2016/10/hukum-minum-dengan-dua-tangan.html


Telegram: @fawaaidassunnah 

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...