نصـيـحـة للـنــساء:
Datang hadits ari Salman bin 'Amir Adh_dhobbi radhialloohu 'anhu dari Nabi Shollallaahu 'alaihi wassallam ia berkata
إذا أفطر أحدكم فليفطر على التمر ، فإن لم يجد فليفطر على الماء فإنه طهور.
Dan jika salah seorang dari kalian ingin berbuka, maka hendaknya ia berbuka dengan kurma , dan jika ia tidak mendapatkan maka hendaknya ia berbuka dengan air, sebab air itu thahur (suci )(HR imam Ahmad 4/17, 18, 213 , Abu Dawud no 2355 , At_tirmidzi no 658 , Ibnu Majah 1699 , An _ Nasai dalam Al kubro 2/214-215 , Ibnu Hibban no 3515 , Al hakim 1/431 dan hadits ini dilemahkan oleh syaikh Al_Allamah Al_Albani dalam Al' irwa 4/49-50, sebab dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang maj'hulah yaitu ar_rabab bintu Ash_shulay'i .)
Dan juga datang hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata :
ٍ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam selalu berbuka dengan ruthab / kurma basah sebelum shalat, jika beliau tidak mendapatinya, maka (beliau berbuka) dengan beberapa kurma kering dan jika tidak mendapatkan kurma kering, beliau berbuka dengan meneguk beberapa tegukan air (HR At Tirmidzi 3/381 dan selainnya dan dihasankan oleh Syaikh Al Allamah Al_Muhaddits Muqbil Al wadi'i dalam Al_ Jami' Ash_shohih mimma laysa fi Ash_Shohihain 2/470_471 no 1460 dan Imam Al_Albany dalam Irwaul Ghalil 4/45 no 922).
Akan tetapi disebutkan oleh ahli Ilmi beberapa illah/cacat yang menjadikan sebab kelemahan hadits tersebut :
▪️Abdur_razzaq Ash_Shan'any bersendirian dengan lafazd tersebut dari Ja'far Bin Sulaiman Adh_Dhubai' dari Tsabit al_Bunani dari Anas Radhiyallahu Anhu.
Berkata Abu Zur'ah dan Abu Hatim, kami tidak mengetahui meriwayatkan hadits ini kecuali Abdur razzaq dan kami tidak mengetahui dari mana Abdur Razzaq datang dengan hadits ini. (Lihat Al_Ilal karya Ibnu Abi Hatim 1/224-225).
Dan hadits tersebut disebutkan oleh Imam Adz_dzahabi dalam Al_Mizan (1/408) bahwa hadits tersebut dari perkara yang diingkari atas Ja'far Bin Sulaiman Adh_dhubai' .
▪️ Dan didalamnya terdapat gharobah, dan juga dari sisi Ja'far Bin Sulaiman Adh_Dhubai' bersendirian dengan konteks tersebut dari tsabit Al_Bunani dalam penyebutan kalimat ruthab (kurma basah) dan tidak ada seorang pun yang mengikuti atasnya dari sisi yang shahih.
🖋️ Berkata Syaikhuna Fathul Qadasi hafidzahullah Ta'ala dari apa yang kami tanyakan tentang hadits di atas :
شيخنا المقبل يتراجع عنه او ذكر فيه العلة
Syaikh kami Muqbil Al_Wadi'i taroju' dari menghasankan hadits tersebut atau beliau menyebutkan illah (cacat) pada hadits itu.
📚 Selesai penukilan
Dan telah datang hadits Anas dari jalan jalan lain dari Humaid Ath_thawil, Qatadah, Buraid Bin Abi Maryam, Ibnu Juraij dan selain mereka dengan tidak menyebutkan ruthab/kurma basah.
Dari Humaid Ath_thowil dari Anas, ia berkata:
ما رأيت النبي صلى الله عليه وسلم قط صلى صلاة المغرب حتى يفطر ولو كان على شربة ماء.
Aku tidak pernah melihat Nabi shalallahu alaihi wasallam sama sekali shalat magrib kecuali beliau telah berbuka walaupun dengan meminum air. (Dikeluarkan oleh Abu Ya'la 3792, Ibnu Hibban 3504 dan dishahihkan oleh Al_Albany dalam Shahih At_targhib 1/259).
Dan juga dari Buraid Bin Abi Maryam dari Anas Radhiyallahu Anhu :
كان يبدأ إذا أفطر بالتَّمرِ
Dan kebiasaannya rasulullah beliau memulai jika berbuka dengan kurma" (Dikeluarkan An_Nasai dalam As_sunan Al_Kubro no 3318, Ath_Thabrany dalam Al_Mu'jam Al_Awshat 5/348 no 5517, dan dishahihkan oleh Syaikh Al_Allamah Al_Albany dalam Shahih al_Jaami' no 4892) .
Dan hadits Anas di atas
كان يبدأ إذا أفطر بالتَّمرِ
Dan kebiasaannya rasulullah beliau memulai jika berbuka dengan kurma" (diriwayatkan Al_Firyabi dalam kitab Ash_shiyam 69, dengan sanad yang shahih).
⭕Kesimpulan dari hadits di atas :
Disunnahkan bagi seseorang yang berpuasa agar berbuka dengan kurma, jika tidak ada kurma maka berbuka dengan air.
Dan ini adalah madzhab asy_syafiiyyah dan kebanyakan dari kalangan Hanabilah dan Imam Asy_syairozi dalam Muhadzdzab menyatakan dengan tegas:
على استحباب الإفطار على التمر
akan disunnahkannya berbuka dengan kurma،
Berkata An_nawawi rahimahullah dalam syarhnya :
مستحب ان يفطر على تمر فإن لم يجد فعلى الماء
Disunnahkan berbuka dengan kurma, jika tidak ada, maka dengan air.
📚 Lihat Al_Majmu' Syarh al_muhadzdzab 6/362, Al_Inshaf 331, Al_Mughni 3/175.
🖋️Syaikh Ibnu Shalih al-‘Utsaimin berkata :
فإن لم يجد رُطَبًا ولا تمرًا ولا ماء أفطر على ما تيسَّر من طعام أو شراب حلال، فإن لم يجد شيئًا نوى الإفطار بقلبه، ولا يَمصُّ إصبعه، أو يجمع ريقه ويبلعه، كما يفعل بعض العوام
“Jika seseorang tak mendapati kurma basah, tak juga kurma kering, bahkan tak ada air, maka hendaknya dia berbuka dengan makanan atau minuman halal yang mudah dia dapatkan. Namun jika dia masih tak mendapat apapun, maka hendaknya dia meniatkan di dalam hati bahwa dia telah berbuka, bukan dengan cara mengisap jari, atau mengumpulkan air liur dalam mulut kemudian menelannya seperti yang dilakukan sebagian orang awam.”
📚 Majmu’ Fatawa
20/261.
📒 Soal yang kami ajukan pada ulama Yaman .
[19/2 04:27] ابو حنان عثمان السندكاني: بعض الناس يقولون يقطر الإنسان على ما تيسر له من الطيبات حتى ولو على شربة ماء لأن الإفطار بالتمر يبلغ الى كونه سنة فالأدلة لم ثثبت_ ضعيفة_.
وجاء في الصحيحين عن عبد الله بن أبي أوفى أن النبي صلى الله عليه وسلم كان في سفر فلما غربت الشمس قال لأحد الصحابة انزل فاجدح لنا قال يا رسول الله إن عليك نهاراً قال انزل فاجدح لنا قال لو أمسيت فنزل فجدح لهم فشرب النبي صلى الله عليه وسلم.
الشاهد:
إذأ افطر النبي صلى الله عليه وسلم على سويق او نحو ذلك ولم ينقل أنه أكل التمر .
هل يفهم من ذلك الحديث : ليس من السنة ان يفطر بالتمر؟؟
[19/2 07:27] ابو حنان عثمان السندكاني: يا شيخنا
قد راينا فى الجامع الصحيح مما ليس فى الصحيحين ٢/٤٧٠ رقم ١٤٦٠ عن انس بن مالك قال كان رسول الله يفطر قبل ان يصلى على رطبات، فإن لم تكن رطبات فتميرات فإن لم تكن تميرات حسا حسوات من ماء
قال الشيخ المقبل الوادعى هو حديث حسن على شرط مسلم.
Sebagian orang mengatakan bahwa seseorang berbuka dengan apa yang mudah baginya dari makanan yang baik baik walaupun dengan meminum air, sebab berbuka dengan kurma yang keberadaannya sampai pada tingkat sunnah maka dalilnya lemah.
Dan telah datang dalam shahihain dari Abdullah Bin Abi Aufa bahwa
Kami bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan di bulan ramadhan, ketika tenggelam matahari, (Rasulullah) bersabda “ Ya Fulan, turun dan siapkan makanan buat kami (adonan gandum yang dicampur dengan air)”, Ia berkata, “YA Rasulullah hari masih siang”, , (Rasulullah) berkata “Turun dan siapkan bagi kami ”, maka ia turun dan menyiapkan makanan tersebut dan menghidangkanya, dan Nabi minum darinya kemudian beliau bersabda “ Jika telah hilang matahari, dari arah sini (barat), dan datang malam dari arah sini (timur), maka telah berbuka orang yang berpuasa.
Titik penekanannya:
Kalau begitu Nabi berbuka dengan adonan tepung gandum yang dicampur dengan air atau semisal itu dan tidak dinukil berbuka dengan makan kurma.
Apakah dipahami dari hadits tersebut, bukan merupakan sunnah berbuka dengan kurma ?
Dan telah datang dalam Al_Jam'i Ash_shahih mimma laysa fish_shahihain 2/470 no : 1460 dari Anas Bin Malik Radhiyallahu Anhu :
Bahwa rasulullah shalallahu alaihi wasallam berbuka sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada, maka dengan beberapa kurma, jika tidak ada, maka dengan beberapa tegukan air. Dan Syaikh Muqbil Al_Wadi' rahimahullah menghasankan hadits tersebut.
🖋️ Jawaban Syaikhuna Hasan Bin Qasim hafidzahullah :
[19/2 08:08] الشيخ حسن بن قاسم الريمي:
هذه هي السنة ولايمنع ان يحصل خلاف ذلك حتى لايكون واجبا
Inilah yang merupakan sunnah (berbuka dengan kurma), dan tidak menghalangi didapatkan tidak seperti itu, sampai berbuka dengan kurma bukanlah hal yang wajib..
📚 Selesai penukilan
🖋️ Jawaban Syaikhuna Fathul Qadasy hafidzahullah tentang berbuka dengan kurma :
لا يقال ليس من السنة الفطر على التمر أوالرطب فإن هذا عند اكثر أهل العلم انه من السنة، لكن يقال لا يلزم، لا سيما لمن لم يجد الرطب او التمر ، يفطر على ما يتيسر له.
Tidak dikatakan (bahwa berbuka dengan ruthab atau kurma bukan dari sunnah), sebab kebanyakan dari para ahli ilmu mengatakan itu sunnah, hanya saja dikatakan tidak diharuskan, terkhusus lagi bagi orang yang tidak mendapatkan ruthab atau kurma, maka ia berbuka dengan apa yang mudah.
📚 Selesai penukilan.
والله اعلم بالصواب .
Abu Hanan As-Suhaily
2 Sya'ban 1444 -22/2/2023
Beberapa dari kumpulan faedah - faedah yang bermanfaat, yang in syaa allah dapat mengantarkan kita menuju taman taman surganya allah, .
⏳HUKUM ADZAN DI TELINGA BAYI YANG BARU LAHIR?
نصـيـحـة للـنــساء:
Sebagian ahli ilmi berpendapat disunnahkan adzan di telinga kanan, sedangkan iqamah di telinga kiri pada bayi yang baru lahir.
Pada permasalahan ini ada 3 hadits yang dijadikan sandaran :
▪️ hadits pertama:
Hadits Abi Raafi’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata;
رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” أَذَّنَ فِي أُذُنَيِ الْحَسَنِ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ “
“Aku melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengumandangkan adzan pada kedua telinga Hasan bin ‘Ali ketika Fatimah melahirkannya.” (HR Iman Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Pada sanadnya ada kelemahan yaitu hadits ini diriwayatkan melalui jalur ‘Aashim bin ‘Ubaidillah, dia seorang perawi yang sangat dha’if (lemah).
🖋️ Berkata Ibnu Hajar rahimahullah :
ضعيف
Lemah ( Taqribu Tahdzib 1/472)
🖋️Berkata Ibnu Khuzaimah :
لست أحتج به لسوء حفظه
Aku tak berhujjah dengannya karena ia buruk hapalannya. ( Tahdzibu Tahdzib 2/254)
🖋️Berkata Ibnu Hibban :
كان سيء الحفظ كثير الوهم فاحش الخطأ فترك من أجل كثرة خطئه
Dia buruk hapalannya, banyak wahmnya (kekeliruannya), fatal kesalahannya, maka tinggalkan ia karena sering banyak kesalahannya. (Ikmal Tahdzibul Kamal 7/108).
🖋️Berkata Abu Hatim Ar_Razi
منكر الحديث مضطرب الحديث ليس له حديث يعتمد عليه.
Haditsnya mungkar dan goncang dan tidak ada padanya hadits yang dijadikan sandaran. ( Al_Jarh Wa ta'dil Li Abi Hatim 6/347).
▪️ hadits kedua :
Dari Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ، فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى، وَأَقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى، لَمْ يَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ
“Barangsiapa dilahirkan seorang anak, kemudian dia kumandangkan adzan di telinga kanannya (bayi) dan iqamah di telinga kirinya, maka Ummu Shibyan (jin yang suka mengganggu anak kecil) tidak akan dapat membahayakannya.” (diriwayatkan Ibnu Sunny dalam kitabnya Amalul Yaum Wal lailah no 8619, Abu Ya,'la Al_Mushily dalam Musnadnya 6/180, Ibnu 'Adi dalam Al_Kamil 7/198)
Sanad hadits ini maudhu, didalamnya ada perawi yang bernama :
Yahya Bin Alaa Al_Bajily Ar_Raaziy
🖋️ Berkata Imam Ahmad tentang rawi tersebut :
كذاب، يضع الحديث
Pendusta, pemalsu hadist (Mizanul I'tidal 4/397.
Dan juga ada rawi bernama Marwan bin Saalim al-Ghifaari .
🖋️Berkata Daraquthni dan selainnya;
متروك
Ditinggalkan haditsnya.
Berkata Al_Hafifz
متروك، ورماه الساجي وغيره بالوضع
Ditinggalkan haditsnya, dan As_Saji dan selainnya menuduh dia memalsukan hadits.
📚 Tahdzib Kamal 27/393, Mizanul I'tidal 4/90-91
▪️hadits ketiga :
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma :
أن النبي -صلى الله عليه وآله وسلم- أذن في أذن الحسن بن علي يوم ولد؛ فأذن في أذنه اليمنى وأقام في أذنه اليسرى.
Bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam mengadzankan pada telinga kanan Hasan Bin 'ali pada hari kelahirannya dan Iqamah pada telinga kirinya (Diriwayatkan oleh Al_Baihaqi dalam Syuabul Iman)
Dan sanadnya maudhu, ada seorang rawi bernama Hasan Bin 'Amr dan ia didustakan.
🖋️ Berkata Syaikhuna Abu Hatim Yusuf Al_Jaizairy hafidzahullah (setelah menyebutkan 3 hadits di atas) :
فالخلاصة أنه لايثبت في ذلك شيء، وعليه؛ فلا يُشرع التأذين ولا الإقامة في أذن المولود عند ولادته
Maka kesimpulannya, bahwa tidak shahih pada perkara ini sedikit pun, sehingga tidak disyariatkan adzan dan Iqamah pada telinga bayi saat kelahirannya.
(https://t.me/youssefalgazairi/1163)
🖋️ Berkata Syaikhuna Al_Faqih Hasan Basy_Syuaib Hafidzahullah :
ما حال حديث الأذان في أذن المولود وهل هي سنه أم بدعه ؟
Bagaimana keadaan hadits adzan pada telinga bayi baru lahir? , apakah amalan tersebut hukumnya sunnah atau bid'ah ?
الإجابة : حديث الأذان في أذن المولود ضعيف وعليه فيكون هذا العمل بدعة
وللتنبيه فإن الشيخ الألباني رحمه الله تراجع عن تصحيحه للحديث
وعليه فمن وقع نظره على الحديث في صحيح سنن الترمذي فلا ينسب للألباني صحة الحديث فإنه تراجع عنه في الضعيفة والله الموفق
Beliau menjawab :
Hadits adzan pada telinga bayi yang baru lahir adalah lemah, dan atas dasar ini, maka amalan tersebut adalah bid'ah..
Dan diingatkan, bahwa Syaikh Al_Albany rahimahullah beliau taroju' akan pentashihan hadits tersebut.
Atas dasar inilah, maka siapa yang telah melihat akan hadist tersebut dalam shahih sunan At_Tirmidzi, maka tidak boleh disandarkan lagi akan keshahihan hadits tersebut pada Syaikh Al_Albany, dan beliau telah taroju' dari hadist tersebut dalam Adh_dhaifah.(bisa dilihat Al_Silsislah Adh_dhaifah 321, tambahan pent')
📚 Lihat fatwa beliau dalam telegram.
والله اعلم بالصواب .
Abu Hanan As-Suhaily
29 Rajab 1444 -20/2/2023
Sebagian ahli ilmi berpendapat disunnahkan adzan di telinga kanan, sedangkan iqamah di telinga kiri pada bayi yang baru lahir.
Pada permasalahan ini ada 3 hadits yang dijadikan sandaran :
▪️ hadits pertama:
Hadits Abi Raafi’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata;
رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” أَذَّنَ فِي أُذُنَيِ الْحَسَنِ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ “
“Aku melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengumandangkan adzan pada kedua telinga Hasan bin ‘Ali ketika Fatimah melahirkannya.” (HR Iman Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Pada sanadnya ada kelemahan yaitu hadits ini diriwayatkan melalui jalur ‘Aashim bin ‘Ubaidillah, dia seorang perawi yang sangat dha’if (lemah).
🖋️ Berkata Ibnu Hajar rahimahullah :
ضعيف
Lemah ( Taqribu Tahdzib 1/472)
🖋️Berkata Ibnu Khuzaimah :
لست أحتج به لسوء حفظه
Aku tak berhujjah dengannya karena ia buruk hapalannya. ( Tahdzibu Tahdzib 2/254)
🖋️Berkata Ibnu Hibban :
كان سيء الحفظ كثير الوهم فاحش الخطأ فترك من أجل كثرة خطئه
Dia buruk hapalannya, banyak wahmnya (kekeliruannya), fatal kesalahannya, maka tinggalkan ia karena sering banyak kesalahannya. (Ikmal Tahdzibul Kamal 7/108).
🖋️Berkata Abu Hatim Ar_Razi
منكر الحديث مضطرب الحديث ليس له حديث يعتمد عليه.
Haditsnya mungkar dan goncang dan tidak ada padanya hadits yang dijadikan sandaran. ( Al_Jarh Wa ta'dil Li Abi Hatim 6/347).
▪️ hadits kedua :
Dari Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ، فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى، وَأَقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى، لَمْ يَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ
“Barangsiapa dilahirkan seorang anak, kemudian dia kumandangkan adzan di telinga kanannya (bayi) dan iqamah di telinga kirinya, maka Ummu Shibyan (jin yang suka mengganggu anak kecil) tidak akan dapat membahayakannya.” (diriwayatkan Ibnu Sunny dalam kitabnya Amalul Yaum Wal lailah no 8619, Abu Ya,'la Al_Mushily dalam Musnadnya 6/180, Ibnu 'Adi dalam Al_Kamil 7/198)
Sanad hadits ini maudhu, didalamnya ada perawi yang bernama :
Yahya Bin Alaa Al_Bajily Ar_Raaziy
🖋️ Berkata Imam Ahmad tentang rawi tersebut :
كذاب، يضع الحديث
Pendusta, pemalsu hadist (Mizanul I'tidal 4/397.
Dan juga ada rawi bernama Marwan bin Saalim al-Ghifaari .
🖋️Berkata Daraquthni dan selainnya;
متروك
Ditinggalkan haditsnya.
Berkata Al_Hafifz
متروك، ورماه الساجي وغيره بالوضع
Ditinggalkan haditsnya, dan As_Saji dan selainnya menuduh dia memalsukan hadits.
📚 Tahdzib Kamal 27/393, Mizanul I'tidal 4/90-91
▪️hadits ketiga :
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma :
أن النبي -صلى الله عليه وآله وسلم- أذن في أذن الحسن بن علي يوم ولد؛ فأذن في أذنه اليمنى وأقام في أذنه اليسرى.
Bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam mengadzankan pada telinga kanan Hasan Bin 'ali pada hari kelahirannya dan Iqamah pada telinga kirinya (Diriwayatkan oleh Al_Baihaqi dalam Syuabul Iman)
Dan sanadnya maudhu, ada seorang rawi bernama Hasan Bin 'Amr dan ia didustakan.
🖋️ Berkata Syaikhuna Abu Hatim Yusuf Al_Jaizairy hafidzahullah (setelah menyebutkan 3 hadits di atas) :
فالخلاصة أنه لايثبت في ذلك شيء، وعليه؛ فلا يُشرع التأذين ولا الإقامة في أذن المولود عند ولادته
Maka kesimpulannya, bahwa tidak shahih pada perkara ini sedikit pun, sehingga tidak disyariatkan adzan dan Iqamah pada telinga bayi saat kelahirannya.
(https://t.me/youssefalgazairi/1163)
🖋️ Berkata Syaikhuna Al_Faqih Hasan Basy_Syuaib Hafidzahullah :
ما حال حديث الأذان في أذن المولود وهل هي سنه أم بدعه ؟
Bagaimana keadaan hadits adzan pada telinga bayi baru lahir? , apakah amalan tersebut hukumnya sunnah atau bid'ah ?
الإجابة : حديث الأذان في أذن المولود ضعيف وعليه فيكون هذا العمل بدعة
وللتنبيه فإن الشيخ الألباني رحمه الله تراجع عن تصحيحه للحديث
وعليه فمن وقع نظره على الحديث في صحيح سنن الترمذي فلا ينسب للألباني صحة الحديث فإنه تراجع عنه في الضعيفة والله الموفق
Beliau menjawab :
Hadits adzan pada telinga bayi yang baru lahir adalah lemah, dan atas dasar ini, maka amalan tersebut adalah bid'ah..
Dan diingatkan, bahwa Syaikh Al_Albany rahimahullah beliau taroju' akan pentashihan hadits tersebut.
Atas dasar inilah, maka siapa yang telah melihat akan hadist tersebut dalam shahih sunan At_Tirmidzi, maka tidak boleh disandarkan lagi akan keshahihan hadits tersebut pada Syaikh Al_Albany, dan beliau telah taroju' dari hadist tersebut dalam Adh_dhaifah.(bisa dilihat Al_Silsislah Adh_dhaifah 321, tambahan pent')
📚 Lihat fatwa beliau dalam telegram.
والله اعلم بالصواب .
Abu Hanan As-Suhaily
29 Rajab 1444 -20/2/2023
⏳ APAKAH DI SYARATKAN BAGI ORANG YANG INGIN MENGHAJIKAN ORANG LAIN, IA TELAH HAJI TERLEBIH DAHULU ATAS DIRINYA SENDIRI?
نصـيـحـة للـنــساء:
Telah datang hadits dalam masalah ini :
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma :
ان النبي صلى الله عليه و سلم سمع رجلا يقول : لبيك عن شبرمة ، قال : من شبرمة ؟ قال : أخ لى أو قريب لى ، قال : حججت عن نفسك ؟ قال : لا ، قال : حج عن نفسك ، ثم حج عن شبرمة
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendengar seorang laki-laki mengatakan : " aku sambut seruan-Mu -untuk haji- atas nama Syubrumah, Rasulullah – shallallahu 'alaihi wasallam bertanya : siapakah Syubrumah ? laki-laki tersebut menjawab : saudaraku atau kerabatku, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya : sudahkah engkau pernah berhaji untuk dirimu sendiri ?, laki-laki itupun menjawab : belum, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : " Hajilah atas dirimu sendiri terlebih dahulu, kemudian setelah itu hajikanlah Syubrumah
(HR Abu Dawud 1811, Ibnu Majah 2903, Ibnu Hibban 862, dan berkata Imam Al_Baihaqi bahwa sanadnya shahih sebagaimana dalam As_sunan al_Kubro 4/336, Ibnul Qoththan menguatkan hukumnya rafa' dan dishahihkan Ibnu Hajar secara marfu' dalam At_Talkhis Al_habir 2/223_224 dan Ibnul mulaqqin mengatakan : sanadnya shahih atas syarat imam Muslim dalam Al_Badr Al_Munir 1/345 dan juga dishahihkan oleh Imam Asy_Syaukany lihat dalam at_taudhihul Ahkam 4/36 dan juga dishahihkan oleh Al_Albany rahimahullah dalam Irwaul Ghalil 4/171 no 994) .
🖋️ Berkata Imam Ash_shan'any rahimahullah :
قال ابن تيمية: إن أحمد حكم في رواية ابنه صالح عنه أنه مرفوع، فيكون قد اطلع على ثقة من رفعه، قال: وقد رفعه جماعة على أنه وإن كان موقوفًا فليس لابن عباس فيه مخالف. اهـ.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan Imam Ahmad menghukumi pada riwayat anaknya Shalih darinya bahwa hadits tersebut marfu', ini menunjukkan bahwa beliau telah menelaah atas ketsiqahan yang merafa'kannya. Ia berkata sekelompok jama'ah telah merafa'kannya, dan hadits tersebut walaupun mauquf, akan tetapi tidak ada seorang pun yang menyelisihi Ibnu Abbas.
📚 Lihat Subulus_salam.
Ada beberapa pendapat ulama dalam masalah ini ;
▪️ Pertama :
Tidak disyaratkan akan hal itu dan boleh bagi siapa yang belum haji atas dirinya, ia menghajikan orang lain, dan ini adalah pendapat Al-Hasan, An-Nakhaiy, imam Malik, abu Hanifah
▪️kedua :
Boleh menghajikan orang lain, dengan syarat yang menghajikan adalah orang yang miskin, tidak mampu atasnya haji.
Dan ini pendapat imam At_Tsauri .
Dan ini yang juga dikuatkan oleh Syaikh Al_Allamah Al_Utsaimin rahimahullah :
فإن كان لا يلزمه الحج ، كرجل فقير ، أعطاه شخصًا مالا يحج به عنه فهل يجوز أن يحج؟
الجواب: نعم، نعم يجوز لأن هذا الرجل لا يجب عليه الحج، فالله عز وجل يقول: (( ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا )) ، وهذا الرجل الآن لا يستطيع إليه السبيل لأنه ليس عنده مال ، فيجوز أن يحج عن غيره
Maka jika ia tidak diharuskan haji seperti orang yang miskin, di mana ada seseorang yang memberikan harta padanya untuk menghajikan selainnya, apakah boleh ia menghajikan?
Beliau menjawab, ia boleh, sebab lelaki tersebut tidak mampu atasnya haji, dan Allah telah berfirman: ( mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.) Dan lelaki tersebut sekarang tidak mampu menunaikan ibadah haji karena tidak punya harta, maka ia boleh menghajikan atas selainnya.
📚 Syarh Bulughul maram 3/315_316
▪️ketiga :
Disyaratkan akan hal itu jika ia melakukan menghajikan atas orang lain, ia telah haji sebelumnya dan jika tidak seperti itu, maka ibadah haji tersebut berubah dan beralih untuk dirinya sendiri, sama saja ia orang yang mampu atau tidak untuk haji dan ini adalah madzhab Imam Ahmad dan Al-Auzai, Asy_Syafi'.
🖋️Dan imam Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan:
ومن حج عن غيره ولم يكن حج عن نفسه رد ما أخذ وكانت الحجة عن نفسه لما روى ابن عباس رضى الله عنهما.
Dan siapa yang menghajikan atas selainnya dan ia belum pernah sebelumnya untuk dirinya, maka ia kembalikan apa yang ia telah ambil dan hajinya untuk dirinya sendiri, berdalilkan apa yang telah diriwayatkan Ibnu Abbas.
🖋️Berkata Imam Abu Thayyib rahimahullah:
وَظَاهِر الْحَدِيث أَنَّهُ لَا يَجُوز لِمَنْ لَمْ يَحُجّ عَنْ نَفْسه أَنْ يَحُجّ عَنْ غَيْره وَسَوَاء كَانَ مُسْتَطِيعًا أَوْ غَيْر مُسْتَطِيع لِأَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَآله وَسَلَّمَ لَمْ يَسْتَفْصِل هَذَا الرَّجُل الَّذِي سَمِعَهُ يُلَبِّي عَنْ شُبْرُمَةَ ، وَهُوَ يَنْزِل مَنْزِلَة الْعُمُوم ،
Menurut zhahir hadits ini, bahwa tidak dibolehkan orang yang belum menunaikan haji untuk dirinya sendiri, ia menghajikan untuk orang lain. Sama saja, apakah ia mampu atau tidak mampu, sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak merinci keadaan laki-laki (itu tidak mampu atau mampu haji) yang telah beliau mendengarkan ia berkata ' aku sambut seruan Mu untuk haji atas nama syubrumah, sehingga hal itu menunjukkan keadaan yang umum,
📚Aunul Ma’bud, 5/174
Dan ini yang dikuatkan oleh Syaikh Shalih Al_Fauzan hafidzahullah :
فدل على ان من شرط صحة النيابة عن الغير ان يكون النائب قد حج عن نفسه اولا وان من حج عن غيره قبل ان يحج عن نفسه لا تصح نيابته
Maka hadits tersebut menunjukkan akan syarat sahnya menggantikan haji atas selainnya, dimana yang menggantikan awal kalinya ia telah haji atas dirinya, dan siapa yang menggantikan haji atas selainnya sebelum ia haji, maka tidak sah haji untuk orang yang diwakilkan.
📚Lihat Tashil Al_mam 3/304
▪️ Ke empat.
Dipersyaratkan akan hal itu, jika ia melakukannya maka hajinya batal.
⭕Sebagai kesimpulan:
Pendapat yang kuat adalah pendapat yang ke tiga .
Dan ini juga disebutkan dalam Fatwa Al-Lajnah AD-Daimah
لا يجوز للإنسان أن يحج عن غيره قبل حجه عن نفسه
“Tidak bolehseseorang menghajikan orang lain sebelum ia sendiri melakukan haji untuk dirinya.”
📚Fatwa Al-Lajnah 11/50
Dan permasalahan ini juga kami tanyakan pada ulama Yaman.
[18/2 19:37] ابو حنان عثمان السندكاني: السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
احسن الله اليك يا شيخنا
هل يشترط في الرجل يحج عن غيره ان يكون قد حج عن نفسه :
علما ان ذاك الرجل فقير لا يستطيع إليه السبيل لكن الشخص يعطيه مالا يحج عن ابيه المتوفى؟؟
جزاك الله خيرا
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh .
Ahsanallahu ilaika ya syaikhana .
Apakah disyaratkan bagi seorang lelaki untuk menghajikan atas selain, ia telah haji atas dirinya sendiri terlebih dahulu, dan perlu diketahui : bahwa lelaki tersebut orang yang miskin yang tidak mampu haji, akan tetapi ada orang yang memberikannya uang untuk menghajikan atas nama bapaknya yang telah meninggal?
🖋️ Jawaban Syaikhuna Hasan Bin Qasim hafidzahullah :
[18/2 19:40] الشيخ حسن بن قاسم الريمي: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
هذا هو القول الصحيح ، ان الذي يحج عن غيره لابد ان يحج عن نفسه
Wa Alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh.
Inilah pendapat yang shahih, bahwa yang menghajikan atas selainnya, harus ia telah haji atas dirinya sendiri terlebih dahulu.
📚 Selesai penukilan.
Dan ini juga yang dikuatkan oleh Syaikhuna Hasan Basy_syuaib Hafidzahullah dalam fatwa beliau.
⭕ Kemudian hukum bagi siapa yang ingin menggantikan haji pada orang lain, ia harus telah haji atas dirinya sendiri, maka ini juga berlaku bagi yang menggantikan ibadah umrah atas orang lain.
📒Soal yang kami tanyakan pada ulama Yaman.
[18/2 19:44] ابو حنان عثمان السندكاني:
هل هذا الحكم أيضا يشمل لمن اراد أن ينوب عن غيره فى العمرة؟
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakaatih.
Apakah hukum ini juga mencakup bagi siapa saja yang ingin menggantikan dari selainnya dalam ibadah umrah?
🖋️ jawaban Syaikhuna Hasan Bin Qasim hafidzahullah :
[18/2 19:48] الشيخ حسن بن قاسم الريمي : نعم ، يكون قد اعتمر عن نفسه اولا ثم يعتمر عن غيره
Iya, ia terlebih dahulu telah umrah atas dirinya sendiri, kemudian ia mengumrahkan atas orang lain.
📚 Selesai penukilan.
✍🏻 Di susun oleh :
Abu Hanan As-Suhaily
28 Rajab 1444 -19
Telah datang hadits dalam masalah ini :
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma :
ان النبي صلى الله عليه و سلم سمع رجلا يقول : لبيك عن شبرمة ، قال : من شبرمة ؟ قال : أخ لى أو قريب لى ، قال : حججت عن نفسك ؟ قال : لا ، قال : حج عن نفسك ، ثم حج عن شبرمة
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendengar seorang laki-laki mengatakan : " aku sambut seruan-Mu -untuk haji- atas nama Syubrumah, Rasulullah – shallallahu 'alaihi wasallam bertanya : siapakah Syubrumah ? laki-laki tersebut menjawab : saudaraku atau kerabatku, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya : sudahkah engkau pernah berhaji untuk dirimu sendiri ?, laki-laki itupun menjawab : belum, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : " Hajilah atas dirimu sendiri terlebih dahulu, kemudian setelah itu hajikanlah Syubrumah
(HR Abu Dawud 1811, Ibnu Majah 2903, Ibnu Hibban 862, dan berkata Imam Al_Baihaqi bahwa sanadnya shahih sebagaimana dalam As_sunan al_Kubro 4/336, Ibnul Qoththan menguatkan hukumnya rafa' dan dishahihkan Ibnu Hajar secara marfu' dalam At_Talkhis Al_habir 2/223_224 dan Ibnul mulaqqin mengatakan : sanadnya shahih atas syarat imam Muslim dalam Al_Badr Al_Munir 1/345 dan juga dishahihkan oleh Imam Asy_Syaukany lihat dalam at_taudhihul Ahkam 4/36 dan juga dishahihkan oleh Al_Albany rahimahullah dalam Irwaul Ghalil 4/171 no 994) .
🖋️ Berkata Imam Ash_shan'any rahimahullah :
قال ابن تيمية: إن أحمد حكم في رواية ابنه صالح عنه أنه مرفوع، فيكون قد اطلع على ثقة من رفعه، قال: وقد رفعه جماعة على أنه وإن كان موقوفًا فليس لابن عباس فيه مخالف. اهـ.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan Imam Ahmad menghukumi pada riwayat anaknya Shalih darinya bahwa hadits tersebut marfu', ini menunjukkan bahwa beliau telah menelaah atas ketsiqahan yang merafa'kannya. Ia berkata sekelompok jama'ah telah merafa'kannya, dan hadits tersebut walaupun mauquf, akan tetapi tidak ada seorang pun yang menyelisihi Ibnu Abbas.
📚 Lihat Subulus_salam.
Ada beberapa pendapat ulama dalam masalah ini ;
▪️ Pertama :
Tidak disyaratkan akan hal itu dan boleh bagi siapa yang belum haji atas dirinya, ia menghajikan orang lain, dan ini adalah pendapat Al-Hasan, An-Nakhaiy, imam Malik, abu Hanifah
▪️kedua :
Boleh menghajikan orang lain, dengan syarat yang menghajikan adalah orang yang miskin, tidak mampu atasnya haji.
Dan ini pendapat imam At_Tsauri .
Dan ini yang juga dikuatkan oleh Syaikh Al_Allamah Al_Utsaimin rahimahullah :
فإن كان لا يلزمه الحج ، كرجل فقير ، أعطاه شخصًا مالا يحج به عنه فهل يجوز أن يحج؟
الجواب: نعم، نعم يجوز لأن هذا الرجل لا يجب عليه الحج، فالله عز وجل يقول: (( ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا )) ، وهذا الرجل الآن لا يستطيع إليه السبيل لأنه ليس عنده مال ، فيجوز أن يحج عن غيره
Maka jika ia tidak diharuskan haji seperti orang yang miskin, di mana ada seseorang yang memberikan harta padanya untuk menghajikan selainnya, apakah boleh ia menghajikan?
Beliau menjawab, ia boleh, sebab lelaki tersebut tidak mampu atasnya haji, dan Allah telah berfirman: ( mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.) Dan lelaki tersebut sekarang tidak mampu menunaikan ibadah haji karena tidak punya harta, maka ia boleh menghajikan atas selainnya.
📚 Syarh Bulughul maram 3/315_316
▪️ketiga :
Disyaratkan akan hal itu jika ia melakukan menghajikan atas orang lain, ia telah haji sebelumnya dan jika tidak seperti itu, maka ibadah haji tersebut berubah dan beralih untuk dirinya sendiri, sama saja ia orang yang mampu atau tidak untuk haji dan ini adalah madzhab Imam Ahmad dan Al-Auzai, Asy_Syafi'.
🖋️Dan imam Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan:
ومن حج عن غيره ولم يكن حج عن نفسه رد ما أخذ وكانت الحجة عن نفسه لما روى ابن عباس رضى الله عنهما.
Dan siapa yang menghajikan atas selainnya dan ia belum pernah sebelumnya untuk dirinya, maka ia kembalikan apa yang ia telah ambil dan hajinya untuk dirinya sendiri, berdalilkan apa yang telah diriwayatkan Ibnu Abbas.
🖋️Berkata Imam Abu Thayyib rahimahullah:
وَظَاهِر الْحَدِيث أَنَّهُ لَا يَجُوز لِمَنْ لَمْ يَحُجّ عَنْ نَفْسه أَنْ يَحُجّ عَنْ غَيْره وَسَوَاء كَانَ مُسْتَطِيعًا أَوْ غَيْر مُسْتَطِيع لِأَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَآله وَسَلَّمَ لَمْ يَسْتَفْصِل هَذَا الرَّجُل الَّذِي سَمِعَهُ يُلَبِّي عَنْ شُبْرُمَةَ ، وَهُوَ يَنْزِل مَنْزِلَة الْعُمُوم ،
Menurut zhahir hadits ini, bahwa tidak dibolehkan orang yang belum menunaikan haji untuk dirinya sendiri, ia menghajikan untuk orang lain. Sama saja, apakah ia mampu atau tidak mampu, sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak merinci keadaan laki-laki (itu tidak mampu atau mampu haji) yang telah beliau mendengarkan ia berkata ' aku sambut seruan Mu untuk haji atas nama syubrumah, sehingga hal itu menunjukkan keadaan yang umum,
📚Aunul Ma’bud, 5/174
Dan ini yang dikuatkan oleh Syaikh Shalih Al_Fauzan hafidzahullah :
فدل على ان من شرط صحة النيابة عن الغير ان يكون النائب قد حج عن نفسه اولا وان من حج عن غيره قبل ان يحج عن نفسه لا تصح نيابته
Maka hadits tersebut menunjukkan akan syarat sahnya menggantikan haji atas selainnya, dimana yang menggantikan awal kalinya ia telah haji atas dirinya, dan siapa yang menggantikan haji atas selainnya sebelum ia haji, maka tidak sah haji untuk orang yang diwakilkan.
📚Lihat Tashil Al_mam 3/304
▪️ Ke empat.
Dipersyaratkan akan hal itu, jika ia melakukannya maka hajinya batal.
⭕Sebagai kesimpulan:
Pendapat yang kuat adalah pendapat yang ke tiga .
Dan ini juga disebutkan dalam Fatwa Al-Lajnah AD-Daimah
لا يجوز للإنسان أن يحج عن غيره قبل حجه عن نفسه
“Tidak bolehseseorang menghajikan orang lain sebelum ia sendiri melakukan haji untuk dirinya.”
📚Fatwa Al-Lajnah 11/50
Dan permasalahan ini juga kami tanyakan pada ulama Yaman.
[18/2 19:37] ابو حنان عثمان السندكاني: السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
احسن الله اليك يا شيخنا
هل يشترط في الرجل يحج عن غيره ان يكون قد حج عن نفسه :
علما ان ذاك الرجل فقير لا يستطيع إليه السبيل لكن الشخص يعطيه مالا يحج عن ابيه المتوفى؟؟
جزاك الله خيرا
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh .
Ahsanallahu ilaika ya syaikhana .
Apakah disyaratkan bagi seorang lelaki untuk menghajikan atas selain, ia telah haji atas dirinya sendiri terlebih dahulu, dan perlu diketahui : bahwa lelaki tersebut orang yang miskin yang tidak mampu haji, akan tetapi ada orang yang memberikannya uang untuk menghajikan atas nama bapaknya yang telah meninggal?
🖋️ Jawaban Syaikhuna Hasan Bin Qasim hafidzahullah :
[18/2 19:40] الشيخ حسن بن قاسم الريمي: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
هذا هو القول الصحيح ، ان الذي يحج عن غيره لابد ان يحج عن نفسه
Wa Alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh.
Inilah pendapat yang shahih, bahwa yang menghajikan atas selainnya, harus ia telah haji atas dirinya sendiri terlebih dahulu.
📚 Selesai penukilan.
Dan ini juga yang dikuatkan oleh Syaikhuna Hasan Basy_syuaib Hafidzahullah dalam fatwa beliau.
⭕ Kemudian hukum bagi siapa yang ingin menggantikan haji pada orang lain, ia harus telah haji atas dirinya sendiri, maka ini juga berlaku bagi yang menggantikan ibadah umrah atas orang lain.
📒Soal yang kami tanyakan pada ulama Yaman.
[18/2 19:44] ابو حنان عثمان السندكاني:
هل هذا الحكم أيضا يشمل لمن اراد أن ينوب عن غيره فى العمرة؟
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakaatih.
Apakah hukum ini juga mencakup bagi siapa saja yang ingin menggantikan dari selainnya dalam ibadah umrah?
🖋️ jawaban Syaikhuna Hasan Bin Qasim hafidzahullah :
[18/2 19:48] الشيخ حسن بن قاسم الريمي : نعم ، يكون قد اعتمر عن نفسه اولا ثم يعتمر عن غيره
Iya, ia terlebih dahulu telah umrah atas dirinya sendiri, kemudian ia mengumrahkan atas orang lain.
📚 Selesai penukilan.
✍🏻 Di susun oleh :
Abu Hanan As-Suhaily
28 Rajab 1444 -19
Langganan:
Postingan (Atom)
Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta
Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...
-
Audio Majaalis AhlisSunnah: بسم الله الرحمن الرحيم Faedah Tanya - Jawab TANYA : Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh bang , k...
-
SAYYIDUL ISTIGHFAR عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَيِّدُ الْاِس...
-
_*(Disertai sedikit kritikan kepada Ust. Abu Ubaid Al bughisy terkait permasalahan shurah)*_ _*Telah di periksa oleh Al Ustadz Abu Abdirro...