⏳TA'AWUN DAN BERSEMANGAT MEMBERI IFTHAR (HIDANGAN BUKA PUASA) KEPADA ORANG YANG BERPUASA.

نصـيـحـة للـنــساء:

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda dari Zaid Bin Khalid Al_Juhany Radhiallahu Anhu:

من فطَّر صائمًا كان له مثلُ أجرِه ، غير أنه لا ينقُصُ من أجرِ الصائمِ شيءٌ

"Siapa yang memberi hidangan buka puasa untuk orang yang berpuasa, maka dia mendapatkan seperti pahalanya, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu."

📚 HR. At Tirmidzi no 807, Ibnu Majah no 1746, Imam Ahmad 5/182 dan
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib no 1078, dan Shahih Al_Jami' 6415.

⭕BAGAIMANA UKURAN PORSI MEMBERI HIDANGAN BUKA PUASA SEHINGGA IA MENDAPATKAN PAHALA NYA ORANG BERPUASA SEBAGAIMANA DALAM HADITS ?

🖋️Berkata Imam As-Shon'aany rahimahullah :

( من فطر صائما ) أعطاه ما يفطر به ولو جرعة من ماء ( كان له مثل أجره ) أي مثل أجر صومه ( غير أنه لا ينقص ) مما يعطاه المفطر ( من أجر الصائم شيئا ) وينبغي للصائم قبول ما يعطاه أن يفطر به إعانة لأخيه على الآخرة وإجابته إن دعاه للعشاء.

(Barangsiapa yang memberikan buka kepada orang berpuasa) memberikan kepadanya sesuatu untuk dia berbuka walaupun hanya SATU TEGUK AIR, (baginya pahala semisal pahalanya), yaitu semisal pahala puasanya, (tanpa mengurangi) dari apa yang diberikan kepada orang yang berbuka, (dari pahala orang berpuasa sedikitpun) dan sepantasnya bagi orang berpuasa menerima apa yang diberikan kepadanya untuk dia berbuka dengannya sebagai bentuk pertolongan bagi saudaranya atas akhiratnya (sehingga ia mendapatkan pahala), dan memenuhi panggilannya jika dia mengundangnya untuk makan malam.

📚 At_Tanwiir Syarh Al Jaami'is Shoghiir/1/329

🖋️Berkata Imam Nawawi rahimahullah,

قَالَ الْمُتَوَلِّي فَإِنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى عَشَائِهِ فَطَّرَهُ عَلَى تَمْرَةٍ أَوْ شَرْبَةِ مَاءٍ أَوْ لَبَنٍ 

"Al-Mutawalli mengatakan, jika seseorang tidak mampu memberi buka puasa dengan hidangan makan malam, maka dia bisa memberi buka dengan KURMA, AIR MINUM, ATAU SUSU."

📚Al-Majmu', 6/363

🖋️Al Allamah Ibnul Utsaimin mengatakan,

ولكن ظاهر الحديث : أن الإنسان لو فطر صائما ولو بتمرة واحدة فإنه له مثل أجره .

"Namun, zhahir hadis ini, seseorang memberi makan orang yang puasa, MESKIPUN SEBUTIR KURMA, maka dia mendapat semisal pahalanya."

📚 Syarh Riyadus_shalihin 5/315

🖋️Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullah

Penanya :

هل يلزم الإشباع في أجر مَن فطَّر صائمًا؟

“Barangsiapa yang memberi hidangan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala semisal pahala puasanya, apakah hal ini harus sampai kenyang.
Apa pendapat anda dalam perkara ini?

Jawaban :

لا، الأحاديث تدل على أنه ما هو لازم الإشباع.

Tidak, hadits-hadits menunjukkan, bahwasanya TIDAK HARUS SAMPAI MENGENYANGKAN.

Penanya : Berarti bisa diperoleh pahalanya, walaupun tidak mengenyangkan?

Jawaban :

ولو ما أشبعه نعم

Iya , walaupun tidak mengenyangkan.

📚Fatawa Ad-Durus

Jangan menganggap kesempatan terbatasi dan peluang tertutup serta terhalangi demi mendapatkan keutamaan pahala orang yang berpuasa sebagaimana dalam hadits, karena dengan alasan ketidakmampuan kita dalam menyiapkan nasi dos dan kue yang beranekaragam dan sementara kemampuan kita sekedar hanya memberikan buka puasa dengan sebutir kurma atau satu gelas air minum ukuran kecil.

Apa yang kita sumbangkan berupa hidangan buka puasa besar atau kecil itu termasuk:

Dari kesempurnaan iman dan baiknya keislaman seseorang,

Sebagai dalil akan berbaik sangkanya ia kepada Allah dan tsiqah terhadapnya.

Sebagai bentuk menjalankan kesyukuran atas nikmat Allah Ta'ala,

Sebagai sebab mendapatkan kecintaan Allah dan kecintaan makhluk.

Sebagai bentuk antipati dan rasa kasihan untuk saling berbagi serta demi menutup hajat pada orang yang miskin dan orang yang butuh

Sebagai bentuk pensucian diri dengan mengeluarkan kekikiran dan kebakhilan dari jiwa.

Sebagai sebab keberkahan harta dan berkembangnya dan terjaganya seseorang dari segala musibah dan bala'

Sebagai jalan untuk sampai kesurga Allah.


⭕APAKAH YANG DIBERI HIDANGAN BUKA PUASA ITU HARUS ORANG MISKIN?

DAN TERMASUK SALAH SATU SUNNAH ISLAM ADALAH MEMBERI HIDANGAN BUKA PUASA PADA ORANG YANG MISKIN

🖋️Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

إعانة الفقراء بالإطعام في شهر رمضان ؛ هو من سنن الإسلام ، فقد قال النبي ﷺ (من فطّر صائماً فله مثل أجره)

"Membantu kepada orang miskin dengan memberi makanan pada bulan ramadhan termasuk dari sunnah Islam,

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

'Barang siapa memberi hidangan berbuka bagi seorang yang sedang berpuasa maka baginya pahala semisal pahala berpuasa.'

📚 Majmu' Fatawa 25/298

Bukan suatu keharusan hidangan buka puasa diberikan kepada orang yang miskin, tapi bisa juga diberikan orang yang mampu baik dari kerabat atau teman, maka ia akan mendapatkan keutamaan dari hadits tersebut, hanya saja lebih dianjurkan memberikan hidangan buka puasa bagi orang yang miskin.

🖋️ Al-'Allamah Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah menerangkan,

الحديث عام يعم الغني والفقير، والفرض والنفل، وفضل الله واسع سبحانه وتعالى

"Hadits di atas bersifat umum, mencakup orang yang berpuasa tersebut berkecukupan dan orang yang miskin, baik itu puasa wajib atau sunnah. Keutamaan Allah subhanahu wa ta'ala amat luas."

📚Majmu' Fatawa wa Maqalat, 25/207

🖋️Asy-Syaikh Muhammad al-'Utsaimin berkata,

ينبغي للإنسان أن يحرص على تفطير الصوام بقدر المستطاع لاسيما مع حاجة الصائمين وفقرهم أو حاجتهم لكونهم ليس في بيوتهم من يقوم بتجهيز الفطور لهم وما أشبه ذلك

"Sepantasnya bagi seseorang untuk bersemangat memberi hidangan berbuka bagi orang yang berpuasa sesuai dengan kemampuannya, terkhusus lagi orang orang yang berpuasa kondisinya butuh dan kehidupannya miskin, dikarenakan keberadaan mereka yang tidak ada menyiapkan buka puasa di rumah rumah mereka ataupun yang semisal itu.

📚Syarah Riyadhus_ Shalihin, 5/314

🖋️ Dan beliau rahimahullah juga berkata :

وينبغي لمَن عنده القدرة أن يحرص على تفطير الصُوَّام إما في المساجد، أو في أماكن أخرى؛ لأن مَن فطَّر صائمًا له مثل أجره، فإذا فطَّر الإنسان إخوانه الصائمين، فإن له مثل أجورهم، فينبغي أن ينتهز الفرصة مَن أغناه الله تعالى حتى ينال أجرًا كثيرًا.

Dan sepantasnya bagi siapa yang punya kemampuan untuk bersemangat memberikan hidangan buka puasa, sama saja di masjid masjid atau ditempat lain, karena siapa yang memberikan hidangan buka puasa, maka baginya pahala semisal pahalanya orang yang berpuasa, dan jika seseorang memberikan hidangan buka puasa pad a saudara saudaranya yang berpuasa, maka baginya semisal pahala mereka yang berpuasa. Dan sepantasnya siapa yang Allah berikan kecukupan padanya untuk bersemagat mengambil kesempatan dalam hal ini hingga ia mendapatkan pahala yang besar.

📚 As_sual Fish_shiyam hal 19_20.

والله اعلم بالصواب


Abu Hanan As-Suhaily

2 Sya'ban 1444 -22/2/2023


⏳BERBUKA PUASA DENGAN KURMA.

نصـيـحـة للـنــساء:


Datang hadits ari Salman bin 'Amir Adh_dhobbi radhialloohu 'anhu dari Nabi Shollallaahu 'alaihi wassallam ia berkata

إذا أفطر أحدكم فليفطر على التمر ، فإن لم يجد فليفطر على الماء فإنه طهور.

Dan jika salah seorang dari kalian ingin berbuka, maka hendaknya ia berbuka dengan kurma , dan jika ia tidak mendapatkan maka hendaknya ia berbuka dengan air, sebab air itu thahur (suci )(HR imam Ahmad 4/17, 18, 213 , Abu Dawud no 2355 , At_tirmidzi no 658 , Ibnu Majah 1699 , An _ Nasai dalam Al kubro 2/214-215 , Ibnu Hibban no 3515 , Al hakim 1/431 dan hadits ini dilemahkan oleh syaikh Al_Allamah  Al_Albani dalam Al' irwa 4/49-50, sebab dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang maj'hulah yaitu ar_rabab bintu Ash_shulay'i .)

Dan juga datang hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata :

ٍ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam selalu berbuka dengan ruthab / kurma basah sebelum shalat, jika beliau tidak mendapatinya, maka (beliau berbuka) dengan beberapa kurma kering dan jika tidak mendapatkan kurma kering, beliau berbuka dengan meneguk beberapa tegukan air (HR  At Tirmidzi 3/381 dan selainnya dan dihasankan oleh Syaikh Al Allamah Al_Muhaddits Muqbil Al wadi'i dalam Al_ Jami'  Ash_shohih mimma laysa fi Ash_Shohihain 2/470_471 no 1460 dan Imam Al_Albany dalam Irwaul Ghalil 4/45 no 922).

Akan tetapi disebutkan oleh ahli Ilmi beberapa illah/cacat yang menjadikan sebab kelemahan hadits tersebut :

▪️Abdur_razzaq Ash_Shan'any bersendirian dengan lafazd tersebut dari Ja'far Bin Sulaiman  Adh_Dhubai' dari Tsabit al_Bunani dari Anas Radhiyallahu Anhu.

Berkata Abu Zur'ah dan Abu Hatim, kami tidak mengetahui meriwayatkan hadits ini kecuali Abdur razzaq dan kami tidak mengetahui dari mana Abdur Razzaq datang dengan hadits ini. (Lihat Al_Ilal karya Ibnu Abi Hatim 1/224-225). 

Dan hadits tersebut disebutkan oleh Imam Adz_dzahabi dalam Al_Mizan (1/408) bahwa hadits tersebut dari perkara yang diingkari atas Ja'far Bin Sulaiman Adh_dhubai' .

▪️ Dan didalamnya terdapat gharobah, dan juga dari sisi Ja'far Bin Sulaiman Adh_Dhubai' bersendirian dengan konteks tersebut dari tsabit Al_Bunani dalam penyebutan kalimat ruthab (kurma basah) dan tidak ada seorang pun yang mengikuti atasnya dari sisi yang shahih.

🖋️ Berkata Syaikhuna Fathul Qadasi hafidzahullah Ta'ala dari apa yang kami tanyakan tentang hadits di atas :

شيخنا المقبل يتراجع عنه او ذكر فيه العلة

Syaikh kami Muqbil Al_Wadi'i taroju' dari menghasankan hadits tersebut atau beliau menyebutkan illah (cacat) pada hadits itu.

📚 Selesai penukilan

Dan telah datang hadits Anas dari jalan jalan lain dari Humaid Ath_thawil, Qatadah, Buraid Bin Abi Maryam, Ibnu Juraij dan selain mereka dengan tidak menyebutkan ruthab/kurma basah.

Dari Humaid Ath_thowil dari Anas, ia berkata:

ما رأيت النبي صلى الله عليه وسلم قط صلى صلاة المغرب حتى يفطر ولو كان على شربة ماء.

Aku tidak pernah melihat Nabi shalallahu alaihi wasallam sama sekali shalat magrib kecuali beliau telah berbuka walaupun dengan meminum air. (Dikeluarkan oleh Abu Ya'la 3792, Ibnu Hibban 3504 dan dishahihkan oleh Al_Albany dalam Shahih At_targhib 1/259).

Dan juga dari Buraid Bin Abi Maryam dari Anas Radhiyallahu Anhu :

كان يبدأ إذا أفطر بالتَّمرِ

Dan kebiasaannya rasulullah beliau memulai  jika berbuka dengan kurma"  (Dikeluarkan An_Nasai dalam As_sunan Al_Kubro no 3318, Ath_Thabrany dalam Al_Mu'jam Al_Awshat 5/348 no 5517, dan dishahihkan oleh Syaikh Al_Allamah Al_Albany dalam Shahih al_Jaami' no 4892) .

Dan hadits Anas di atas

كان يبدأ إذا أفطر بالتَّمرِ

Dan kebiasaannya rasulullah beliau memulai  jika berbuka dengan kurma"  (diriwayatkan Al_Firyabi dalam kitab Ash_shiyam 69, dengan sanad yang shahih).

⭕Kesimpulan dari hadits di atas :

Disunnahkan bagi seseorang yang berpuasa agar berbuka dengan kurma, jika tidak ada kurma maka berbuka dengan air.

Dan ini adalah madzhab asy_syafiiyyah dan kebanyakan dari kalangan Hanabilah dan Imam Asy_syairozi dalam Muhadzdzab menyatakan dengan tegas:

على استحباب الإفطار على التمر

akan disunnahkannya berbuka dengan kurma،

Berkata An_nawawi rahimahullah dalam syarhnya  :

مستحب ان يفطر على تمر فإن لم يجد فعلى الماء

Disunnahkan berbuka dengan kurma, jika tidak ada, maka dengan air.

📚 Lihat Al_Majmu' Syarh al_muhadzdzab 6/362, Al_Inshaf 331, Al_Mughni 3/175.

🖋️Syaikh Ibnu Shalih al-‘Utsaimin berkata :

فإن لم يجد رُطَبًا ولا تمرًا ولا ماء أفطر على ما تيسَّر من طعام أو شراب حلال، فإن لم يجد شيئًا نوى الإفطار بقلبه، ولا يَمصُّ إصبعه، أو يجمع ريقه ويبلعه، كما يفعل بعض العوام

“Jika seseorang tak mendapati kurma basah, tak juga kurma kering, bahkan tak ada air, maka hendaknya dia berbuka dengan makanan atau minuman halal yang mudah dia dapatkan. Namun jika dia masih tak mendapat apapun, maka hendaknya dia meniatkan di dalam hati bahwa dia telah berbuka, bukan dengan cara mengisap jari, atau mengumpulkan air liur dalam mulut kemudian menelannya seperti yang dilakukan sebagian orang awam.”

📚 Majmu’ Fatawa
20/261.

📒 Soal yang kami ajukan pada ulama Yaman .

[19/2 04:27] ابو حنان عثمان السندكاني: بعض الناس يقولون يقطر الإنسان على ما تيسر له من الطيبات حتى ولو على شربة ماء لأن الإفطار بالتمر يبلغ الى كونه سنة فالأدلة لم ثثبت_ ضعيفة_.

وجاء في الصحيحين عن عبد الله بن أبي أوفى أن النبي صلى الله عليه وسلم كان في سفر فلما غربت الشمس قال لأحد الصحابة انزل فاجدح لنا قال يا رسول الله إن عليك نهاراً قال انزل فاجدح لنا قال لو أمسيت فنزل فجدح لهم فشرب النبي صلى الله عليه وسلم.

الشاهد: 

إذأ افطر النبي صلى الله عليه وسلم على سويق او نحو ذلك ولم ينقل أنه أكل التمر .

هل يفهم من ذلك الحديث :  ليس من السنة ان يفطر بالتمر؟؟
[19/2 07:27] ابو حنان عثمان السندكاني: يا شيخنا

قد راينا فى الجامع الصحيح مما ليس فى الصحيحين ٢/٤٧٠ رقم ١٤٦٠ عن انس بن مالك قال كان رسول الله يفطر قبل ان يصلى على رطبات، فإن لم تكن رطبات فتميرات فإن لم تكن تميرات حسا حسوات من ماء

قال الشيخ المقبل الوادعى هو حديث حسن على شرط مسلم.

Sebagian orang mengatakan bahwa seseorang berbuka dengan apa yang mudah baginya dari makanan yang baik baik walaupun dengan meminum air, sebab berbuka dengan kurma yang keberadaannya sampai pada tingkat sunnah maka dalilnya lemah.

Dan telah datang dalam shahihain dari Abdullah Bin Abi Aufa bahwa

Kami bersama Rasulullah  dalam suatu perjalanan di bulan ramadhan, ketika tenggelam matahari,  (Rasulullah) bersabda  “ Ya Fulan, turun dan siapkan makanan buat kami (adonan gandum yang dicampur dengan air)”, Ia berkata, “YA Rasulullah hari masih siang”, ,  (Rasulullah) berkata “Turun dan siapkan bagi kami ”, maka ia turun dan menyiapkan makanan tersebut dan menghidangkanya, dan Nabi minum darinya kemudian beliau bersabda “ Jika telah hilang matahari, dari arah sini (barat), dan datang malam dari arah sini (timur), maka telah berbuka orang yang berpuasa.

Titik penekanannya:

Kalau begitu Nabi berbuka dengan adonan tepung gandum yang dicampur dengan air atau semisal itu dan tidak dinukil berbuka dengan makan kurma.

Apakah dipahami dari hadits tersebut, bukan merupakan sunnah berbuka dengan kurma ?

Dan telah datang dalam Al_Jam'i Ash_shahih mimma laysa fish_shahihain 2/470 no :  1460 dari Anas Bin Malik Radhiyallahu Anhu :

Bahwa rasulullah shalallahu alaihi wasallam berbuka sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada, maka dengan beberapa kurma, jika tidak ada, maka dengan beberapa tegukan air. Dan Syaikh Muqbil Al_Wadi' rahimahullah menghasankan hadits tersebut.

🖋️ Jawaban Syaikhuna Hasan Bin Qasim hafidzahullah :

[19/2 08:08] الشيخ حسن بن قاسم الريمي:

هذه هي السنة ولايمنع ان يحصل خلاف ذلك حتى لايكون واجبا

Inilah yang merupakan sunnah (berbuka dengan kurma), dan tidak menghalangi didapatkan tidak seperti itu, sampai berbuka dengan kurma bukanlah hal yang wajib..

📚 Selesai penukilan

🖋️ Jawaban Syaikhuna Fathul Qadasy hafidzahullah tentang berbuka dengan kurma :

لا يقال ليس من السنة الفطر على التمر أوالرطب فإن هذا عند اكثر أهل العلم انه من السنة، لكن يقال لا يلزم، لا سيما لمن لم يجد الرطب او التمر ، يفطر على ما يتيسر له.

Tidak dikatakan (bahwa berbuka dengan ruthab atau kurma bukan dari sunnah), sebab kebanyakan dari para ahli ilmu mengatakan itu sunnah, hanya saja dikatakan tidak diharuskan, terkhusus lagi bagi orang yang tidak mendapatkan ruthab atau kurma, maka ia berbuka dengan apa yang mudah.

📚 Selesai penukilan.

والله اعلم بالصواب .

Abu Hanan As-Suhaily

2 Sya'ban 1444 -22/2/2023


⏳HUKUM ADZAN DI TELINGA BAYI YANG BARU LAHIR?

نصـيـحـة للـنــساء:


Sebagian ahli ilmi berpendapat disunnahkan adzan di telinga kanan, sedangkan iqamah di telinga kiri pada bayi yang baru lahir.

Pada permasalahan ini ada 3 hadits yang dijadikan sandaran :

▪️ hadits pertama:

Hadits Abi Raafi’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata;

رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” أَذَّنَ فِي أُذُنَيِ الْحَسَنِ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ “

“Aku melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengumandangkan adzan pada kedua telinga Hasan bin ‘Ali ketika Fatimah melahirkannya.” (HR Iman Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Pada sanadnya ada kelemahan yaitu hadits ini diriwayatkan melalui jalur  ‘Aashim bin ‘Ubaidillah, dia seorang perawi yang sangat dha’if (lemah).

🖋️ Berkata Ibnu Hajar rahimahullah :

ضعيف 

Lemah ( Taqribu Tahdzib 1/472)

🖋️Berkata Ibnu Khuzaimah :

لست أحتج به لسوء حفظه

Aku tak berhujjah dengannya karena ia buruk hapalannya. ( Tahdzibu Tahdzib 2/254)

🖋️Berkata Ibnu Hibban :

كان سيء الحفظ كثير الوهم فاحش الخطأ فترك من أجل كثرة خطئه

Dia buruk hapalannya, banyak wahmnya (kekeliruannya), fatal kesalahannya, maka tinggalkan ia karena sering banyak kesalahannya. (Ikmal Tahdzibul Kamal 7/108).

🖋️Berkata Abu Hatim Ar_Razi

منكر الحديث مضطرب الحديث ليس له حديث يعتمد عليه.

Haditsnya mungkar dan goncang dan tidak ada padanya hadits yang dijadikan sandaran. ( Al_Jarh Wa ta'dil Li Abi Hatim 6/347).

▪️ hadits kedua :

Dari Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ، فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى، وَأَقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى، لَمْ يَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ

“Barangsiapa dilahirkan seorang anak, kemudian dia kumandangkan adzan di telinga kanannya (bayi) dan iqamah di telinga kirinya, maka Ummu Shibyan (jin yang suka mengganggu anak kecil) tidak akan dapat membahayakannya.” (diriwayatkan Ibnu Sunny dalam kitabnya Amalul Yaum Wal lailah no 8619, Abu Ya,'la Al_Mushily dalam Musnadnya 6/180, Ibnu 'Adi dalam Al_Kamil 7/198)

Sanad hadits ini maudhu,  didalamnya ada perawi yang bernama :

Yahya Bin Alaa Al_Bajily Ar_Raaziy

🖋️ Berkata Imam Ahmad tentang rawi tersebut  :

كذاب، يضع الحديث

Pendusta, pemalsu hadist (Mizanul I'tidal 4/397.

Dan juga ada rawi bernama Marwan bin Saalim al-Ghifaari .

🖋️Berkata Daraquthni dan selainnya;
متروك

Ditinggalkan haditsnya.

Berkata Al_Hafifz

 متروك، ورماه الساجي وغيره بالوضع

Ditinggalkan haditsnya, dan As_Saji dan selainnya menuduh dia memalsukan hadits.

📚 Tahdzib Kamal 27/393, Mizanul I'tidal 4/90-91

▪️hadits ketiga :

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma :

أن النبي -صلى الله عليه وآله وسلم- أذن في أذن الحسن بن علي يوم ولد؛ فأذن في أذنه اليمنى وأقام في أذنه اليسرى.

Bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam mengadzankan pada telinga kanan Hasan Bin 'ali pada hari kelahirannya dan Iqamah pada telinga kirinya (Diriwayatkan oleh Al_Baihaqi dalam Syuabul Iman)

Dan sanadnya maudhu, ada seorang rawi bernama Hasan Bin 'Amr dan ia didustakan.

🖋️ Berkata Syaikhuna Abu Hatim Yusuf Al_Jaizairy hafidzahullah (setelah menyebutkan 3 hadits di atas) :

فالخلاصة أنه لايثبت في ذلك شيء، وعليه؛ فلا يُشرع التأذين ولا الإقامة في أذن المولود عند ولادته

Maka kesimpulannya, bahwa tidak shahih pada perkara ini sedikit pun, sehingga tidak disyariatkan adzan dan Iqamah pada telinga bayi saat kelahirannya.
(https://t.me/youssefalgazairi/1163)

🖋️ Berkata Syaikhuna Al_Faqih Hasan Basy_Syuaib Hafidzahullah :

ما حال حديث الأذان في أذن المولود وهل هي سنه أم بدعه ؟

Bagaimana keadaan hadits adzan pada telinga bayi baru lahir? , apakah amalan tersebut hukumnya sunnah atau bid'ah ?

الإجابة :  حديث الأذان في أذن المولود ضعيف وعليه فيكون هذا العمل بدعة

وللتنبيه فإن الشيخ الألباني رحمه الله تراجع عن تصحيحه للحديث
وعليه فمن وقع نظره على الحديث في صحيح سنن الترمذي فلا ينسب للألباني صحة الحديث فإنه تراجع عنه في الضعيفة والله الموفق

Beliau menjawab :

Hadits adzan pada telinga bayi yang baru lahir adalah lemah, dan atas dasar ini, maka amalan tersebut adalah bid'ah..

Dan diingatkan, bahwa Syaikh Al_Albany rahimahullah beliau taroju' akan pentashihan hadits tersebut.

Atas dasar inilah, maka siapa yang telah melihat akan hadist tersebut dalam shahih sunan At_Tirmidzi, maka tidak boleh disandarkan lagi akan keshahihan hadits tersebut pada Syaikh Al_Albany, dan beliau telah taroju' dari hadist tersebut dalam Adh_dhaifah.(bisa dilihat Al_Silsislah Adh_dhaifah 321, tambahan pent')

📚 Lihat fatwa beliau dalam telegram.

والله اعلم بالصواب .

Abu Hanan As-Suhaily

29 Rajab 1444 -20/2/2023

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...