LUQMANIYIN ITU APA

Audio Majaalis AhlisSunnah:
بسم الله الرحمن الرحيم
Faedah Tanya - Jawab
TANYA :
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh bang , kalau LUQMANIYIN ITU APA (maksudnya -edt) bang...?
afwan ini titipan pertanyaan ustadz, mohon faedah, penjelasannya serta nasehatnya buat kaum muslimin secara umum dan buat ikhwah yg baru belajar utk lebih mengenal manhaj dakwah assalafiyah. Jazaakallohu khoiro.
JAWAB :
wa'alaikumussalaam warohmatullohi wabarokaatuh...
Bismillaah..
Na'am ya akhi gelar LUQMANIYYUUN di telinga Ahli sunnah yg paham masalah fitnah sudah tidak asing lagi.... Tapi tidak mengapa jika kita sebutkan sedikit siapakah LUQMANIYYUUN.. .?
LUQMANIYYUUN : adalah penisbahan kepada para pengekor /pengikut pak LUQMAN BAA'ABDUH (pengasuh ponpes assalafiy Jember) yg mana dakwah mereka tidak di ragukan lagi kehizbiyan nya, mulai dari sarananya dalam berdakwah maupun praktik dalam pendidikan pengajaran dsm...
Adapun sarana dakwah yg mereka gunakan adalah : bersembunyi /bernaung dibawah YAYASAN, PROPOSAL, TASAWWUL, PENGGALANGAN DANA.. hal ini bisa di ketahui dg kita menyaksikan sendiri pada pondok pondok mereka.... Pasti dan seringnya mereka paparkan pada plang plang pondok mereka: nama pondok, nama yayasan,... Dan jarang yg tidak... Kemudian ketika hendak mengadakan dauroh nasional dsm , mereka mengadakan penghalangan dana dg cara lembut dan halus yg mereka ubah namanya dg TA'AAWUN sehingga banyak manusia /kaum muslimin yg tertipu dan tergiur dg gerak gerik mereka... Allohul musta'aan.
Adapun dari sisi pendidikan mereka sudah mulai mengikuti langkah langkahnya sekolahan umum, seperti : sistem belajar di kelas, ijazah, seragam dsm... Namun mereka pandai untuk mengelabuhi manusia /ahli sunnah dg mengubah nama nama sekolahan mereka dg tambahan IT (Islam Terpadu)... Padahal yg terjadi adalah (Islam Tertipu)..
Nasehat ana bagi kaum muslimin secara umum dan ahli sunnah secara khusus di manapun mereka berada... Agar mereka senantiasa bertaqwa kepada Alloh serta bertawakal kepada Nya... Karena dg dua kunci tersebut - biidznillah - Alloh ta'aala akan bukakan pintu pintu rizqi tanpa kita harus TASAWWUL, MENGEMIS, membikin PROPOSAL, YAYASAN dsm...
Alloh ta'aala berfirman :
ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب
"Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh, niscaya Alloh ta'aala akan berikan padanya jalan keluar (kemudahan) dan Alloh ta'aala akan mencurahkan rizqi kepadanya dari arah yg tidak di sangka sangka "
- Dan juga firmanNya :
ومن يتوكل على الله فهو حسبه
" Dan barang siapa yang bertawakal kepada Alloh, maka Alloh ta'aala akan berikan kecukupan padanya."
Dan jangan tertipu dg rayuan dan bujukan mereka..... Dan perlu di ingat..! Bahwa HIZBIYYUUN yg semisal dg mereka (LUQMANIYYUUN) banyak, walaupun mereka menamakan diri diri mereka dg ahli sunnah, salafiyyuun, dsm..... Seperti : kubu DZULQORNAIN dkk, Tv RODJA dkk, SURURIYYUUN dkk... Semua dakwah mereka tidak terlepas dari hizbiyyah, baik dg YAYASAN, PROPOSAL, TASAWWUL, TV, VIDEO MAKHLUK BERNYAWA, DUNIA, IJAZAH, bermudah mudahan bermu'aamalah dg BANK dsm..... Allohul musta'aan...
نسأل الله أن يثبّتنا على الكتاب والسنة حتى نلقاه
Wallohu a'lam..
Dijawab oleh : Ustadz Abu Zakariya Harits Al Jabaliy Jogja -hafidzhohulloh-
JOIN CHANNEL Telegram
@majaalisahlissunnah_audio


Audio Majaalis AhlisSunnah:

بسم الله الرحمن الرحيم

Faedah Tanya - Jawab

TANYA :
Bismillah. 
Afwan abu. Mohon keterangan yg lebih terperinci tentang kesalahan luqmaniyun dkk. Dan keterangan lengkap pula dari ulama dari saudi maupun yaman. 

Harap maklum bagi hamba Allah yg kurang ilmu seperti ana. Jazakolllohu khoiron

Mohon kemakluman pula, abu... 

Istilah Hizbi dan penghizbian terdengar saling tuding menuding. 

Ana berharap, semoga ulama ahlussunnah membimbing kita. Bukan yang meng- Ulama kan diri atau kelompok tertentu. Allahu a'lam.

Berikut pula tentang apa itu ulama? Defenisi ulama? Dan siapakah ulama pewaris nabi sekarang ini? Yang berhak menuntun kita. Ulama fulan atau si alan?

👆🏽Pertanyaan titipan yg masuk ke japri admin berkaitan postingan terbaru ttg tanya jawab "luqmaniyun". 
Ini yg nanya sprtinya mmg btul2 awam dan ingin mencari alhaq ustadz... Mohon faedahnya ya ustadz

JAWAB :
بسم الله...
Afwan ya akhi (jawaban dlm bentuk audio -edt)... Jika audio ini terlalu ringkas... Karena membahas perkara tersebut tidak cukup dg waktu yg cepat... Tapi ana kirim ke antum secara ringkas... Baarokallohu fiik

ADMIN :
Laa ba'sa ustadz walhamdulillaah 'ala kulli haal wa jazaakallohu khoiro

Ijin utk kami share di majmu'ah WhatsApp dan channel telegram boleh ya ustadz..?

JAWAB :
Waiyyaak...
Na'am (tafadhdhol -edt)... Jika di butuhkan

ADMIN : 
Thoyyib,  fahimtu ustadz


Dijawab dgn audio oleh : Ustadz Abu Zakariya Harits Al Jabaliy Jogja -hafidzhohulloh-
Dengar jawabannya dalam dua audio dibawah ini


JOIN CHANNEL Telegram
@majaalisahlissunnah_audio

bit.do/majaalisahlissunnahaudio


HUKUM RINGKAS SEPUTAR QUNUT NAZILAH

Makna Qunut
Qunut dalam bahasa Arab mempunyai banyak arti. Diantaranya mempunyai arti : “Taat, Khusyu’, Sholat, Doa, Ibadah, Berdiri, Lama berdiri dalam sholat, dan Diam.”
Al-Ambari rohimahulloh berkata : “Qunut itu ada empat macam makna : Sholat, Lama Berdiri dalam sholat, Menegakkan Ketaatan (benar-benar melakukan amal ketaatan), dan Diam.” (lihat An-Nihayah fii Goribil Hadits wal Atsar, 4/96)
Adapun yang dimaksud disini adalah doa di dalam sholat, yang dilakukan setelah bangkit dari ruku’ pada roka’at  terakhir setiap sholat-sholat fardhu, atau pada roka’at terakhir dari sholat witir.
Yang dimaksud dengan Nazilah disini adalah peristiwa atau kejadian besar (luar biasa) yang dialami oleh kaum muslimin, apakah itu berupa bencana/musibah, serangan musuh atau peperangan, dan lain-lainnya.
Dalil-Dalil tentangnya
Banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan disyari’atkannya hal itu, diantaranya adalah hadits Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata : “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam mendoakan kejelakan terhadap orang-orang yang membunuh para sahabatnya di Bi’ruma’unnah selama 30 hari, beliau mendoakan kejelekan terhadap kabilah Ri’il, Dzakwan, Lihyan dan Ushoyyah, yang mereka telah durhaka kepada Alloh dan Rosul-Nya…..” (HR Muslim no. 677)
Dalam riwayat lainnya : “Bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut selama satu bulan, setelah bangkit dari ruku’, beliau mendoakan kejelekan kepada suatu kabilah dari beberapa kabilah bangsa arab, kemudian setelah itu beliau meninggalkannya.” (HR Imam Al-Bukhori no. 4089 dan Muslim no. (677) (204) )
Dalam riwayat lainnya disebutkan, beliau berdoa : “Ya Alloh, laknatlah Lihyan, Ri’il, Dzakwan dan Ushoiyyah, yang mereka telah durhaka kepada Alloh dan Rosul-Nya.”Anas berkata : “Kemudian sampailah berita kepada kami bahwa beliau meninggalkan qunut nazilah tersebut ketika turun ayat :
لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ (١٢٨)
“Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.” (QS Ali Imron : 128) (HR  Imam Muslim no. 274)
Dalam hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma, dia berkata : “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut nazilah terus menerus selama satu bulan, pada sholat dhuhur, ashar, maghrib, isya’ dan shubuh, di akhir sholat apabila beliau mengucapkan : “Sami’allohu liman hamidah”, dari roka’at yang terakhir, beliau mendoakan kebinasaan atas mereka, yakni atas kabilah Bani Sulaim, Ri’il, Dzakwan, dan Ushoiyyah, dan orang-orang yang di belakang beliau (yakni para makmum) mengaminkannya, (dan sebab beliau melakukan qunut ini adalah) beliau mengutus para sahabat kepada mereka (kabilah-kabilah yang tersebut di atas) untuk mendakwahi mereka kepada Islam, tetapi ternyata kemudian mereka membunuhnya.”(HR Imam Ahmad dalam Al-Musnad (1/301), Ibnu Khuzaimah dalam As-Shohih (no. 618) dan yang selainnya, sanadnya shohih, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam Irwa’ul Gholil (2/163) dan juga guru kami, Syaikh Muhammad bin Hizam hafidzhohulloh dalam Fathul Allam, 1/773)   
Dan masih banyak dalil-dalil lainnya. Berdasarkan dalil-dalil tersebut, maka jumhur ulama berpendapat disunnahkannya melakukan qunut nazuilah ketika terjadi musibah yang menimpa kaum muslimin, seperti ketika terjadi peperangan yakni diserangnya kaum muslimin oleh orang-orang kafir dan yang lainnya. Qunut nazilah itu bentuknya adalah mendoakan kebaikan atau kemenangan untuk kaum muslimin, dan mendoakan kehancuran atau kekalahan di pihak kaum kafirin atau musyrikin yang memerangi kaum muslimin.
(lihat : Syarh Al-Muhadzdzab (3/494) dan Al-Mughni (2/586-587) )
Pada sholat yang manakah qunut nazilah itu dilakukan ?
Dalam masalah ini ada beberapa pendapat para ulama sebagai berikut :
Pertama : Qunut Nazilah itu dilakukan secara khusus pada waktu sholat fajr / sholat shubuh saja, bukan pada waktu sholat-sholat lainnya. Ini pendapat Imam Ahmad dan Ishaq rohimahulloh. Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik sebagaimana disebutkan dalam shohih Al-Bukhori dan Muslim dan yang lainnya, disebutkan dengan taqyid (kepastian) bahwa beliau melakukan itu pada saat Sholat Fajr (Sholat Shubuh). (HRImam Al-Bukhori no. 1001Muslim no. 675 dan 677 (298, 299) )
Kedua : Qunut Nazilah itu dilakukan hanya pada waktu sholat Shubuh dan Sholat Maghrib saja, karena kedua sholat ini adalah sholat yang bacaan Al-Qur’annya dibaca dengan jahr (keras/nyaring), pada kedua ujung siang. Ini adalah pendapatnya Abul Khoththob Al-Hambali rohimahulloh. Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu dalam As-Shohihain : “Bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut pada sholat maghrib dan fajr (shubuh).” (HR Imam Al-Bukhori no. 1004 dan Muslim no. 678)
Ketiga : Bahwa Qunut Nazilah itu dilakukan pada semua sholat yang lima waktu. Ini adalah pendapat para ulama Syafi’iyyah. Dalilnya adalah hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, bahwa beliau berkata : “Sungguh aku akan mendekatkan (yakni menunjukkan dan mencontohkan) kepada kalian sholatnya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, adalah beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam qunut pada roka’at terakhir dari sholat dhuhur, sholat isya’ yang diakhirkan, sholat shubuh …….” (HRImam Al-Bukhori no. 797 dan Muslim no. 676)
Dalil lainnya adalah hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma sebagaimana yang telah disebutkan di atas. (HR Imam Ahmad dalam Al-Musnad (1/301), Ibnu Khuzaimah dalam As-Shohih (no. 618) dan yang selainnya, sanadnya shohih, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam Irwa’ul Gholil (2/163) dan juga guru kami, Syaikh Muhammad bin Hizam hafidzhohulloh dalam Fathul Allam, 1/773)   
Dari sekian pendapat di atas, yang insya Alloh rojih (kuat dan terpilih) adalah pendapat terakhir, yakni pendapat para ulama Syafi’iyyah, dan inilah yang dirojihkan oleh Al-Imam As-Syaukani rohimahulloh dalam Nailul Author.
Adapun pendapat pertama dan kedua, yang berdalil dengan hadits-hadits yang menyebutkan sebagian sholat tertentu, hal itu tidak menunjukkan bahwa beliau tidak melakukan doa qunut pada sholat-sholat yang lainnya. Hanya saja diambil faedah dari dalil-dalil tersebut, bahwa beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam menjaga betul doa qunut pada waktu sholat tersebut lebih banyak dan lebih ditekankan daripada di waktu-waktu sholat yang lainnya. Wallohu a’lamu bis showab.
(lihat Syarh Al-Muhadzdzab (3/505-506), Al-Mughni (2/586-587) dan Syarhus Sunnah (2/243-245) )
Dimanakah letak Doa Qunut Nazilah yang kita lakukan dalam sholat ?
Hadits-hadits yang menjelaskan tentang Doa Qunut Nazilah, sebagian besarnya menjelaskan letaknya, yaitu ba’da ruku’ (yakni setelah bangkit dari ruku’, pada roka’at terakhir dari sholat yang kita lakukan)
Dalil yang menunjukkan hal itu diantaranya adalah hadits Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhuma dalam Shohih Al-Bukhori (no. 4560) : “Bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut setelah ruku’.” Juga hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu dalam Shohih Al-Bukhori (no. 797) dan Shohih Muslim (no. 676), kemudian juga hadits Khofaf bin Ima’ Al-Ghifari rodhiyallohu ‘anhu dalam Shohih Muslim (no. 679), juga kebanyakan dari hadits Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu dalam As-Shohihain, semuanya menjelaskan bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut ba’da (setelah) ruku’.
Kemudian datang pula riwayat-riwayat lainnya dari Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut sebelum ruku’. Lalu mana yang benar dari riwayat-riwayat tersebut ?
Al-Imam Ibnu Rojab Al-Hambali rohimahulloh menjelaskan : “Para A’immah (imam-imam Ahlul Hadits, yakni para ulama) mengingkari riwayat dari Ashim yang meriwayatkan dari Anas bin Malik, yang menjelaskan tentang qunut sebelum ruku’. Imam Ahmad mengatakan : “Ashim menyelisihi mereka semuanya, yakni menyelisihi sahabat-sahabat Anas. Kemudian beliau juga berkata : “(Dalam riwayat) Hisyam, dari Qotadah, dari Anas, bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut ba’da ruku’.” (Dalam riwayat) At-Taimi, dari Abu Majlaz, dari Anas (seperti itu juga). (Dalam riwayat) Ayyub, dari Mujahid dia berkata : “Aku bertanya kepada Anas….” (Dalam riwayat) Handholah As-Sadusi, dari Anas : Ada empat sisi.. Abu Bakar Al-Khotib berkata dalam kitab Al-Qunut : “Adapun hadits Ashim Al-Ahwal, dari Anas, maka sesungguhnya dia bersendirian dalam riwayatnya (tentang qunut sebelum ruku’), dia menyelisihi semua sahabat-sahabat Anas yang meriwayatkan tentang qunut ba’da ruku’, oleh karena itu hukumnya adalah riwayat-riwayat yang banyak itu mengalahkan riwayat yang hanya satu orang saja (sebab riwayat yang demikian itu dianggap syadz, yakni ganjil atau “nyeleh”, menyelisihi riwayat yang mayoritas, edt.). Sebagian ulama muta’akhirin membawa pengertian hadits Anas tentang qunut sebelum ruku’ itu pada pengertian/makna lain dari ruku’ itu, yakni maksudnya adalah “itholatul qiyaam”(lama berdiri sebelum ruku’, bukan bermakna melakukan doa qunut, edt.), sebagaimana dalam hadits : “Afdholus Sholati thulul qunut” (seutama-utama sholat adalah yang panjang/lama berdirinya…” (Fathul Bari, Syarh Shohih Al-Bukhori (6/276), karya Al-Hafidz Ibnu Rojab Al-Hambali rohimahulloh) Hal seperti inipun juga dijelaskan oleh Al-Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh dalam kitab beliau Zaadul Ma’aad.
Al-Imam Al-Baihaqy rohimahulloh berkata : “Riwayat-riwayat tentang qunut ba’da ruku’ itu lebih banyak dan lebih terjaga/terpelihara. Atas pendapat inilah para Kholifah Ar-Rosyidun rodhiyallohu ‘anhum ajma’in berjalan/berpendapat, sebagaimana riwayat-riwayat yang shohih dan masyhur dari mereka.” (As-Sunan Al-Kubro, 2/208)
Guru kami, Syaikh Muhammad bin Ali bin Hizam hafidzohulloh berkata pula : “Jumhur ulama telah berpendapat bahwa qunut itu adalah ba’da ruku’, dan inilah pendapat yang benar.” (Fathul ‘Allam, 1/775) Wallohu a’lamu bis showab.
(lihat Al-Mughni (2/581-582), Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab (3/506) )
Apakah disyari’atkan dengan mengangkat tangan ketika doa qunut ?
Jawabnya : Ya benar, disunnahkan untuk mengangkat tangan tatkala melakukan doa qunut. Ini adalah pendapat para ulama, diantaranya Imam Ahmad, Ishaq, Ashabur Ro’yi, dan pendapat yang shohih dari beberapa pendapat para ulama madzhab As-Syafi’iyyah.
Mereka berdalil dengan keumuman hadits-hadits yang menganjurkan mengangkat tangan ketika berdoa, seperti hadits Salman Al-Farisi rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Robb-mu Pemalu lagi Pemurah. Apabila hamba-Nya mengangkat tangan kepada-Nya, maka Dia malu kalau hamba-Nya tersebut mengembalikan tangannya dalam keadaan kosong (tidak dikabulkan doanya, edt.)” (HR Abu Dawud no. 1488, At-Tirmidzi no. 3556, Ibnu Majah no. 3865, dan Al-Hakim (1/497), dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam Shohih Ibnu Majah no. 3131 dan Al-Misykah no. 2244, tetapi guru kami, Syaikh Muhammad bin Ali bin Hizam hafidzhohulloh mengatakan : “Yang rojih hadits ini Mauquf pada Salman, adapun secara Marfu’ hadits ini Dho’if.” (Bulughul Marom, dengan Tahqiq dan Takhrij oleh guru kami tersebut, penerbit Maktabah Ibnu Taimiyyah, Darul Hadits Dammaj, Sho’dah, Yaman) Wallohu a’lamu bis showab.
Mereka juga berdalil dengan hadits Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata :“Aku melihat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam setiap kali sholat pagi hari (yakni Sholat Shubuh) beliau mengangkat kedua tangannya mendoakan kebinasaan atas mereka, yakni orang-orang yang telah membunuh sahabat-sahabat beliau.” (HRImam Muslim)
Imam Ahmad bin hambal rohimahulloh juga menyebutkan riwayat hadits dengan sanad-sanadnya dari Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu, dalam suatu hadits yang panjang, Anas rodhiyallohu ‘anhu berkata : “Aku tidak pernah melihat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam mendapati suatu permasalahan yang membuat beliau berduka/bersedih karenanya (kecuali beliau bersedih) atas mereka (para sahabatnya yang terbunuh). Sungguh, aku melihat  Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam setiap kali sholat di pagi hari (yakni sholat shubuh) beliau mengangkat kedua tangannya, beliau mendoakan kebinasaan atas mereka (kaum yang telah membunuh para sahabatnya tersebut..).” (HR Imam Ahmad, no. 12.402, sanad-sanadnya shohih menurut syarat Imam Muslim)
Dan masih banyak dalil-dalil lainnya yang menunjukkan disunnahkan untuk mengangkat tangan ketika melakukan doa qunut, baik oleh Imam maupun makmum semuanya, wallohu a’lamu bis showab.
(lihat Syarh Al-Muhadzdzab (3/507)
Apakah Makmum disunnahkan untuk mengaminkan doa qunutnya Imam ?
Jawabnya : Ya, disunnahkan bagi makmum mengaminkan doa qunutnya imam. Dalilnya sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma yang telah disebutkan di atas.
Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma berkata : “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut nazilah terus menerus selama satu bulan, pada sholat dhuhur, ashar, maghrib, isya’ dan shubuh, di akhir sholat apabila beliau mengucapkan : “Sami’allohu liman hamidah”, dari roka’at yang terakhir, beliau mendoakan kebinasaan atas mereka, yakni atas kabilah Bani Sulaim, Ri’il, Dzakwan, dan Ushoiyyah, dan orang-orang yang di belakang beliau (yakni para makmum) mengaminkannya, (dan sebab beliau melakukan qunut ini adalah) beliau mengutus para sahabat kepada mereka (kabilah-kabilah yang tersebut di atas) untuk mendakwahi mereka kepada Islam, tetapi ternyata kemudian mereka membunuhnya.” (HR Imam Ahmad dalamAl-Musnad (1/301), Ibnu Khuzaimah dalam As-Shohih (no. 618) dan yang selainnya, sanadnya shohih, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalamIrwa’ul Gholil (2/163) dan juga guru kami, Syaikh Muhammad bin Hizam hafidzhohulloh dalam Fathul Allam, 1/773)   
Para ulama berdalil dengan hadits tersebut di atas untuk menunjukkan disunnahkannya bagi makmum mengaminkan doa qunutnya imam. Bahkan Al-Imam Ibnu Khuzaimah rohimahulloh dalam Shohih-nya (1/313) membawakan bab dengan judul “BAB BAHWA QUNUT ITU UNTUK SEMUA SHOLAT (YANG LIMA WAKTU), DAN MAKMUM MENGAMINKAN IMAM KETIKA MELAKUKAN DOA QUNUT”. Setelah itu beliau membawakan dalil-dalil tentang masalah ini.
Al-Imam Ibnu Qudamah rohimahulloh mengatakan : “Apabila imam melakukan doa qunut, maka orang-orang yang dibelakangnya (yakni para makmum) hendaknya mengaminkannya. Dalam masalah ini tidak ada khilaf (perselisihan diantara para ulama).” (Al-Mughni, 2/584)
Apakah ada dalil yang menunjukkan lafadz doa tertentu untuk Qunut Nazilah ?
Sepanjang yang kami ketahui, tidak ada dalil khusus yang menunjukkan lafadz tertentu untuk doa dalam qunut nazilah. Para ulama memberikan keluasan dalam masalah ini. Oleh karena itu boleh berdoa apa saja sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan sesuai keadaan orang yang tertimpa musibah.
Al-Qodhi Iyyadh rohimahulloh menukil ijma’ (kesepakatan) para ulama tentang tidak adanya doa khusus/tertentu dalam qunut nazilah ini. Al-Imam Ibnu Sholah rohimahulloh menganggap orang yang berpendapat adanya doa khusus dalam qunut nazilah ini adalah pendapat yang keliru dan menyelisihi pendapat jumhur ulama. Wallohu a’lamu bis showab.
(lihat Al-Majmu’ (3/477) karya Al-Imam An-Nawawi rohimahulloh dan Majmu’ Al-Fatawa (23/108) karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh)

Abu Abdirrohman Yoyok WN
sumber : darul ilmi

KESALAHAN PARA JAMA’AH HAJI DAN UMROH


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

*KESALAHAN PARA JAMA’AH HAJI DAN UMROH*


Berikut adalah ringkasan dari sebagian khutbah jum’ah dari Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i (murid dari Imâm Muqbil bin Hâdî Al-Wâdi’i rohimahullôh) yang berkaitan dengan kesalahan para jam’ah haji dan ‘umroh dalam ibadah mereka:

1.  *Wanita pergi haji atau ‘umroh tanpa mahrom, walaupun dia punya rombongan bersama wanita lainnya*

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لاَ تُسَافِرِ المَرْأَةُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ»

Dari Ibnu ‘Umar rodhiyaAllôhu ‘anhuma menagtakan: bahwasanya Nabi shollallôhu alaihi wa sallam bersabda: _*“Tidak boleh bagi wanita untuk safar selama 3 hari kecuali disertai dengan mahrom.”*_ [HR. Al-Bukhori (no.1086) Muslim (no.827)]

2.  *Keyakinan diharuskannya para wanita memakai pakaian putih ketika melaksanakan manasik haji atau ‘umroh*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

«وَمِنْ أَخْطَاءِ الحُجَّاجِ وَالمُعْتَمِرِيْنَ: اعتِقَادُ بَعْضِ النِّسَاءِ لَا بُدَّ لَهَا أَنْ تَلْبَسَ الثِّيَابَ البَيْضَاء، وَالنَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ رَغَّبَ فِي ذَلِكَ لِبَاسَ البَيْضَاء، قَالَ: *«البِسُوا البَيَاضَ مِنْ ثِيَابِكُم فَإِنَّهَا مِنْ خَيرِ ثِيَابِكُمْ وَكَفِّنُوا فِيْهَا مَوتَاكُمْ»*. لَكِنْ المَرْأَة لَو لَبِسَتْ البَيَاضَ وَصَبَّ عَلَيهَا المَاءَ لَشُفَّ عَنْ جَسَدِهَا كَان ذَلِكَ فِتْنَة لِلرِّجَالِ، فَإِنَّها تَلْبَس خِمَارَ أَسْوَد...

*“Termasuk dari kesalahan para jama’ah haji dan umroh adalah keyakinan sebagian wanita yang mengharuskan memakai pakaian putih-putih.* Dan Nabi shollallôh alaihi wa sallam menganjurkan untuk memakai pakaian putih, beliau bersabda: _*”Pakaialah pakaian putih karena itu adalah sebaik-baik (warna) pakaian kalian dan jadikanlah kafan mayit kalian.”_ akan tetapi kalau wanita memakai pakaian putih kemudian terkena siraman air, maka nanti akan kelihatan dari (bentuk) jasadnya yang itu menjadi fitnah bagi para lelaki, akan tetapi ia hendaknya memakai kerudung hitam.”

3.   *Roml (lari-lari ringan) pada tujuh kali putaran thowaf.*

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: «رَمَلَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مِنَ الحِجْرِ إِلَى الحِجْرِ ثَلاَثًا، وَمَشَى أَرْبَعًا».

Dari Ibnu ‘Umar rodhiyaAllôhu ‘anhuma mengatakan: _“Rosulullôh shollallôhu aliahi wa sallam melakukan roml dari hajr-ke hajar sebanyak 3 kali, dan berjalan sebanyak 4 kali.”_ [HR. Muslim (no.1262)]

4.   *Mencium Rukun Yamani.*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

فَقُلْتُ لِنَافِعٍ: أَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ يَمْشِي إِذَا بَلَغَ الرُّكْنَ اليَمَانِيَ؟ قَالَ: «لاَ، إِلَّا أَنْ يُزَاحَمَ عَلَى الرُّكْنِ، فَإِنَّهُ كَانَ لاَ يَدَعُهُ حَتَّى يَسْتَلِمَهُ»

Aku (‘Ubaidullôh bin ‘Umar) katakan kepada Nafi’: Apakah ‘Abdullôh (Ibnu ‘Umar) apabila sampai ke Rukun Yamani berjalan (saja)? _“Tidak, kecuali kalau banyak orang di Rukun (Yamani), karena beliau tidaklah meninggalkannya sampai memegannya.”_ [HR. Al-Bukhôri (1644)]

5.  *Memberikan isyarat pada Rukun Yamani ketika tidak bisa memegangnya.*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

«أَمَّا الرُّكْنُ اليَمَانِي فَمَا لَكَ إِلَّا اللَّمْسَ فَقَطْ، تَسْتَلِمُهُ بِيَدِكَ ولَا تُقَبِّلُهُ وَلا تُشِرْ إِلَيْهِ إِذَا عَجَزْتَ عَنِ القُرْبِ مِنْهَا».

*“Adapun Rukun Yamani tidak ada bagimu kecuali memegang saja, engkau memegang dengan tanganmu. Tidak perlu mencium tidak pula mengisyaratkan padanya apabila tidak bisa mendekat.”*
6.  *Ketika thowaf masuk ke Hijr (pagar melingkar di samping Ka’bah)*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

«وَمِنْ أَخْطَاءِ الحُجَّاجِ وَالمُعْتَمِرِيْنَ في أَثْنَاءِ الطَّوَّافِ بَعْضُهُمْ يَدْخُلُ فِي الحِجْرِ، بَعْضُ العَوَّامِ يُسَمِّيْهِ حِجْرَ إِسْمَاعِيْلَ، وَهَذِهِ التَّسْمِيَةُ غَيْرُ صَحِيْحَةٍ!. إِنَّمَا اسْمُهُ حِجْرُ وَهُوَ السُوْرُ الَّذِي بِجَانِبِ الكَعْبَة، هَذَا السُّورُ مِنَ الكَعْبَةِ، لَو دَخَلْتَ فِي السُّورِ فَأَنْتَ لَم تُكْمِلِ الطَّوَّافَ تَمَامًا، فَالشَّوطُ لاَ بُدَّ أَن يَكونَ بَعْدَ السُّورِ لاَ قَبْلَ السُّورِ».

*“Termasuk dari kesalahan para jama’ah haji dan umroh ketika thowaf; sebagian dari mereka masuk ke Hijr*, sebagian orang awwam menamakan dengan Hijr Isma’il, ini adalah penamaan yang tidak benar. Akan tetapi namanya adalah Hijr, yang itu adalah pagar yang di samping Ka’bah, *maka seandainya engkau masuk ke pagar, maka engkau belumlah menyempurnakan thowaf secara sempurna, karena putaran (thowaf) harus setelah pagar, bukan sebelum pagar.”*

7.  *Ith-thibâ’ (menampakkan lengan kanan dan menutup lengan kiri) selama menjalankan ‘umroh.*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

«وَمِنْ أَخْطَاءِ الحُجَّاجِ وَالمُعْتَمِرِيْنَ بَعضُهُمْ يَضْطَبِعُ وَيَكْشِفُ كَتِفَهُ الأَيْمَن وَيُغَطِّي كَتِفَهُ الأَيْسَر فِي عُمْرَةٍ كَامِلَةٍ، هَذَا غَيْرُ صَحْيِح! إِنَّمَا الإِضْطِبَاعُ يَكُونُ عِنْدَ الطَّوَّافِ خَاصَّةٌ».

“Termasuk dari kesalahan jama’ah haji dan umroh; sebagaian dari mereka berith-thiba’ menampakkan lengan kanan dan menutup lengan kiri pada (manasik) umroh semuanya, ini tidaklah benar, akan tetapi it-thiba’ itu hanya dikerjakan ketika thowaf saja.”

8.  *Berusaha keras untuk sholat di belakang maqom Ibrohim.*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

«وَمِنْ أَخْطَاءِ الحُجَّاجِ وَالمُعْتَمِرِيْنَ أيضًا أَنَّ بَعْضَهُمْ يُشَدِّدُ عَلَى الصَّلاَةِ مَقَامُ إِبْرَاهِيْم، وَالصَّلاَةُ مَقَامُ إِبْرَاهِيْم فَعَلَهُ النَّبِيِّ كَمَا فِي حَدِيْثِ حابِرٍ فِي صَحِيْحِ مُسْلِمٍ، لَكِنْ بِإِجْمَاعِ العُلَمَاءِأَنَّهُ إِذَا ازْدَحَمَ الصَّحْن –يعني صحنُ الحَرَمِ- فَإِنَّهُ يَجُوزُ أَن يُصَلِّي فِي أَيِّ مَكَانٍ وَ فِي أَيِّ مَوْضِعٍ مِنَ الحَرَمِ كَمَا ذَكَرَهُ ذَلِكَ ابْنُ رُشْدٍ».

*“Termasuk dari kesalahan para jama’ah haji dan umroh adalah sebagian dari mereka berusaha keras untuk sholat di belakang maqom Ibrohim*, dan sholat di maqom Ibrohim telah dilakukan oleh Nabi sholllallôhu alaihi wa sallam sebagaimana hadits Jabir dalam shohih Muslim. Akan tetapi dengan Ijma’ ‘Ulama bahwasanya apabila ramai orang di Shohn –lingkaran Ka’bah-, maka nboleh baginya untuk sholat di tempat manapun dari Harom, sebagaimana disebutkan hal tersebut oleh Ibnu Rusyd.”

9  *Terus menerus lari kencang di antara Shofa Marwah*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

أَمَّا مَا يَتَعَلَّقُ بِالسَّعْيِ بَعْضُهُمْ رُبَّمَا يَسْعَى وَيَجْرِي مِنَ الصَّفَا إلى المَروَةِ، وَمِنَ المَرْوَةِ إلى الصَّفَا، وَهَذَا غَيْرُ صَحِيْحٍ! إِنَّمَا الجَرِيُّ فِي وَادِي الأَبْطَحِ...»

“Adapun yang berkaitan dengan sa’yi; sebagian terkadang sa’yi serta lari dari Shofa ke Marwah, dan dari Marwah ke Shofa, ini tidaklah benar! *Karena lari itu hanya ketika di Wâdi Abthoh...”*

10.  *Mencukur sedikit saja ketika tahallul*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

«وَمِنْ أَخْطَاءِ الحُجَّاجِ وَالمُعْتَمِرِيْنَ أيضًا أَنَّ بَعْضَهُمْ أَرَادَ قَصَّ الشَّعْرِ أَنَّهُ يَقُصُّ قَصًّا خَفِيْفًا لاَ يَظْهَرُ أَنَّهُ قَدْ قَصَّ مِنْ شَعْر، وَهَذَا غَيْرُ صَحِيْحٍ! كَمَا يَقُولُ العُلَمَاءُ لَا بُدَّ أَنْ يَظْهَرَ لِلأَخَرِيْنَ أَنّهُ قَدْ أَخَذَ منْ شَعْرِهِ...»

“Termasuk dari kesalahan jama’ah haji dan umroh adalah sebagian dari mereka apabila ingin mencukur rambut; mereka memangkas dengan sedikit yang tidaklah nampak bahwasanya dia telah mencukur rambutnya, ini tidaklah benar! Sebagaimana dikatakan oleh para ‘Ulama adalah harus menampakkan kepada lainnya bahwasanya ia telah mengambil dari rambutnya.”
11.  *Menjamak sholat wajib pada hari tarwiyah.*

«وَمِنْ أَخْطَاءِ الحُجَّاجِ وَالمُعْتَمِرِيْنَ أَنَّهُ فِي يَوْمِ التَّرْوِيَةِ، يَوْمُ الثَّامِنِ فَيَجْمَعُونَ الصَّلَوَاتِ، يَجْمَعُونَ الظُّهْرَ مع العَصْرَ، وَالمَغْرِبَ مَعَ العِشَاءِ، وَهَذَا لَيْسَ مِنْ هَدْيِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَمَا جَاءَ مِنْ حَدِيْثٍ جَابِر أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى كُلُّ صَلاَةٍ فِي وَقْتِهَا».

*“Termasuk dari kesalahan para jama’ah haji dan umroh adalah ketika pada Tarwiyah, hari ke-8. Mereka menjamak dzuhur dengan ashar, maghrib dengan Isya.* Maka ini bukanlah termasuk dari petunjukknya Nabi sholallôhu alaihi wa sallam, sebagaimana hadits Jâbir bahwasanya Nabi sholllallôhu alaihi wa sallam sholat pada setiap waktunya.”

12.  *Langsung pergi dari Mina ke Arofah.*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

«وَمِنْ أَخْطَاءِ الحُجَّاجِ وَالمُعْتَمِرِيْنَ أَنَّ بَعْضَهُمْ يَذْهَبُ رَأْسًا مِنْ مِنَى إِلَى عَرَفَةَ، مَعَ أَنَّ السُّنَّةَ أَن يَذْهَبَ أَوَّلًا إِلَى نَمِرَة ثُمَّ إِلَى عُرَنَة ثُمَّ إِلَى عَرَفَة كَمَا فَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ مُسْتَحَبًّا ، وَهَذَا هَدْيُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

“Termasuk dari kesalahan para jama’ah haji dan umroh adalah sebagian pergi langsung dari Mina ke ‘Arofah, karena yang sesuai sunnah adalah ia pergi terlebih dahulu ke Namiroh, kemudian ke ‘Uronah kemudian ke ‘Arofah sebagaimana apa yang dilakukan oleh Nabi shollallôhu ‘alaihi wa salla , walaupun itu adalah perkara yang mustahab, maka itulah petunjuknya Nabi shollallôhu ‘alaihi wa sallam.”

13.  *Duduk di muqoddimah (depan) masjid Namiroh.*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

«وَمِنْ أَخْطَاءِ الحُجَّاجِ وَالمُعْتَمِرِيْنَ وَنَخْشَى عَلَيهِمْ مِنْ بُطْلاَنِ حَجِّهِم أَنَّهُ يَمْكُثُ بَعْضُهُمْ فِي مُقَدِّمَةِ الصُّفُوفِ فِي مَسْجِدِ النَمِرة بِعَرَفَة، وَهَذَا لَيْسَ فِي مَوضِع عَرَفَة أَصْلًا، وَإِنَّمَا بِالقُربِ مِنْ عَرَفَة، فَيَمْكُثُ إِلَى المَغْرِبِ ثُمَّ يَخْرُجُ مَعَ رِفْقتِهِ إِلَى مُزْدَلِفَةَ، وَهَذَا غَيْرُ صَحِيْحٍ! لِأَنَّ النَّبِيَّ قَالَ : «الحَجُّ عَرَفَة». وَمُقَدِّمَةُ المَسْجِدِ لَيْسَ مِنْ عَرَفَة».

*“Termasuk dari kesalahan jama’ah haji dan umroh dan kami khawatirkan akan membatalkan ibadah haji mereka adalah sebagian dari mereka berdiam di muqoddimah shof di masjid Namiroh di Arofah, ini sebenarnya bukanlah di ‘Arofah*, akan tetapi tempat itu di dekat dari ‘Arofah, yang ia berdiam di Maghrib kemudian keluar bersama para jama’ahnya ke Muzdalifah, maka ini tidaklah benar! Karena Nabi sholallôhu ‘alaihi wa sallam bersabda: _*”Haji adalah ‘Arofah”*_. Depan (muqoddimah) masjid bukanlah termasuk ‘Arofah ”
14.  *Beranjak pergi dari ‘Arofah menuju Muzdalifah sebelum tenggelamnya matahari.*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

«وَمِنْ أَخْطَاءِ الحُجَّاجِ وَالمُعْتَمِرِيْنَ بعضهم يفيض أي يخرج من عرفة إلى مزدلفة إلى غروب الشمس وهذا لا يحوز لأنه يجب عليه أن يبقى إلى غروب الشمس لفعل النبي ولقول النبي: «خذوا عني مناسككم» وبه قال اهل العلم.

*“Termasuk dari kesalahan jama’ah haji dan umroh adalah sebagian mereka keluar dari ‘Arofah menuju Muzdalifah sebelum tenggelamnya matahari* , yang ini tidak boleh, karena ia diwajibkan untuk tinggal sampai tenggelamnya matahari sebagaimana perbuatan dan sabda Nabi shollallôhu ‘alaihi wa sallam: _*“Ambillah dariku manasik kalian.”*_ dengan pendapat ini Ahlul ‘Ilmi .

15.  *Mencuci batu untuk lempar jumroh ketika di ‘Arofah.*

Asy-Syaikh Abû ‘Ammâr Yâsir Ad-Duba’i berkata:

«وَمِنْ أَخْطَاءِ الحُجَّاجِ وَالمُعْتَمِرِيْنَ فِي مَسْأَلَةِ الرَّمْيِ بَعضُهُمْ يُغَسِّلُ الأَحْجَارَ وَبَعضُهُمْ رُبَّمَا يَأْتِي بِأَحْجَارٍ كَبِيْرَةٍ مَعَ أَنَّ النَّبِيَّ أَمَرَ الفَضْلَ بْنِ عَبَّاسٍ أَنْ يَحضُرَ لَهُ أَحْجَار صَغِيْرَة ثُمَّ رَآه النَّبِيُّ النَّاسَ، فَقَالَ: «يَأَيُّهَا النَّاسُ لاَ تَغْلُوا فِي دِيْنِكُمْ» عرفت حبة الذر؟ هِيَ أَكْبَرُ مِنْهَا بِقَلِيْلٍ. هَذِهِ هِيَ الَّتِي تَرْمِيْهَا رَمْيَ الجَمَارَاتِ.لماذا الناس يُكَبِّرُونَ الأَحْجَارَ؟ لِأَنَّ بَعْضَهُمْ يَعْتَقِدُ أَنَّ الشَّيْطَانَ فِي ذَلِكَ المَوْضِع، وَهَذاَ غَيرُ صَحِيْحٍ لَم يَثْبُتْ ذَلِكَ فِي كِتَاب الله وَلاَ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللهِ ، وَإِنَّمَا جَاءَت بِالإِسْرَائِيلِيَّات أَنَّ الشَّيْطَانَ اعتَرَضَ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيهِ السَّلاَمَ فَرَمْىُ هَذِهِ الأَحْجَارَ، وَهَذَا غَيْرُ صَحِيْحٍ».

*“Termasuk dari kesalahan jama’ah haji dan umroh dalam masalah melempar jumroh adalah sebagian mereka mencuci batu-batu*, sebagian dari mereka juga mendatangkan batu dengan ukuran besar, padahal Nabi memerintahkan kepada Al-Fadhl bin ‘Abbâs untuk mendatangkan batu kecil, seraya memlihatkan kepada manusia: _“Wahai segenap manusia, janganlah kalian berbuat ghuluw dalam agama kalian.”_ Tahukah engkau biji gandum? Maka batu (untuk melempar jumroh) adalah lebih besar sedikit dari itu. Kenapa orang-orang ingin bawa batu besar? Karena sebagian meyakini bahwasanya Syaithon ada pada tempat tersebut, maka yang seperti ini tidaklah benar! Tidaklah terdapat dalam Kitabulloh tidak pula dalam sunnah Rosulullôh shollallôhu alaihi wa sallam, akan tetapi hal tersebut datangnya ada pada hadits Isro’iliyyat yang menyebutkan bahwa Syaithon terdapat pada tempat tersebut kemudian Nabi Ibrohim melemparinya dengan batu-batu tersebut, maka ini tidaklah benar!.”

Akhukum: Abu Muhamamd Fuad Hasan bin Mukiyi.
12 Dzulqo’dah 1437 Hijriyyah.

Channel Telegram:
elegram.me/MasjidImamAlWadii

_*NASEHAT UNTUK SEKIRANYA TIDAK MEMONDOKKAN ANAK SEBELUM MENCAPAI BALIGH*_

_*Telah Di Periksa Oleh Asy-Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Bin Soekojo Al Indonesiy حفظه الله تعالى*_                بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَن...