⏳ APAKAH BENAR UNGKAPAN KEBANYAKAN ORANG YANG MENGATAKAN SUNNAHNYA MEMINUM AIR ZAM ZAM DALAM KEADAAN BERDIRI?

نصـيـحـة للـنــساء:
Mereka berdalilkan dengan hadits Muslim bahwa rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam minum air zam-zam dalam keadaan berdiri.

Dan juga sisi pengkhususannya bahwa yang dituntut pada air zam-zam adalah at-tadhallu' (meminumnya dengan banyak sampai puas hingga memenuhi lambung dan rongga tulang tulang rusuk) dengan sampainya keberkahan pada semua tulang, maka jika ia meminum dalam keadaan berdiri maka ini lebih memungkinkan seseorang untuk segar dan puas, dan maksud syari'at adalah seseorang merasa puas dengan air zamzam.
________

📒Soal di atas kami ajukan pada ulama Yaman 

[14/1 15:37] ابو حنان عثمان السندكاني: السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة

احسن الله إليك يا شيخنا 

هل الصحيح بعض الناس يقولون أن شرب ماء زمزم قائما مستحب؟

بالدليل كما فى صحيح مسلم ان النبي صلى الله عليه وسلم شرب ماء زمزم قائما.

ووجه التخصيص أن المطلوب فى ماء زمزم التضلع بوصول بركته الى جميع الأعضاء، فاذا شرب قائما كان أمكن فى الري ومقصود الشرع أن يرتوى الإنسان من ماء زمزم؟؟؟

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Ahsanallahu Ilakika Ya syaikhana .

Apakah shahih sebagian manusia mengatakan minum air zamzam dalam keadaan berdiri itu disunnahkan?

Dengan dalil sebagaimana dalam shahih Muslim bahwa rasulullah shalallahu alaihi wasallam minum air zamzam dalam keadaan berdiri.

Dan sisi pengkhususan bahwa yang dituntut pada air zam-zam adalah at-tadhallu' (meminumnya dengan banyak sampai puas hingga memenuhi lambung dan rongga tulang tulang rusuk) dengan sampainya keberkahan pada semua tulang, maka jika ia meminum dalam keadaan berdiri maka ini lebih memungkinkan untuk segar dan puas, dan maksud syari'at adalah seseorang merasa puas dengan air zamzam?

🖋️ Jawaban Syaikh kami Thariq Al-Ba'dany hafidzahullah : 

[15/1 02:12] الشيخ طارق: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته .

شرب زمزم خاص بمورده قيل لوجود الزحام ويستحب الشرب جالسا منه ومن غيره والله اعلم

Wa Alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh.

Minum air zam zam berdiri apalagi khusus di tempat sumbernya air, itu karena padatnya manusia dan hukumnya disunnahkan minum dalam keadaan duduk, baik dari air zamzam dan air selainnya. Wallahu A'lam

🖋️ Jawaban Syaikh kami Abdul Ghani Al-Umary hafidzahullah ;

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاتة.

لا، شربه جالسا أفضل ولو شربته قائما يجوز لكن الأفضل أن تكون جالسا أفضل للأدلة غير هذا.

Wa Alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh.
 
Tidak disunnahkan, meminum air zamzam lebih afdal dalam keadaan duduk, dan seandainya kamu meminumnya dalam keadaan berdiri, maka itu boleh, akan tetapi kamu minum dalam keadaan duduk itu lebih afdhal karena dalil dalil selain ini (yang disebutkan penanya)

📚 Selesai penukilan

Tambahan penjelasan :

•Telah datang hadits-hadits dari Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ tentang larangam minum berdiri.

Diantaranya : apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Anas dan dari Abi Sa'id al Khudry

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَجَرَ ( في لفظ : نَهَى) عَنْ الشُّرْبِ قَائِمًا .

 Bahwasanya Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ melarang minum berdiri.

• Dan juga telah datang hadits-hadits yang lain, bahwasanya Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ minum berdiri.


Diantaranya adalah apa yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Ibnu Abbas _radhiyallahu ta'ala anhuma_ 

سَقَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ زَمْزَمَ فَشَرِبَ وَهُوَ قَائِمٌ .

Saya memberi minum kepada Rasulullaah _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ dari air zam-zam. Maka beliau meminumnya dalam keadaan berdiri. 

Dan diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Ali bin Abi thalib :

أنه شَرِبَ قَائِمًا ثم قَالَ : إِنَّ نَاسًا يَكْرَهُ أَحَدُهُمْ أَنْ يَشْرَبَ وَهُوَ قَائِمٌ ، وَإِنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَ كَمَا رَأَيْتُمُونِي فَعَلْتُ .

Dan telah diriwayatkan imam Ahmad dengan sanad yang shahih bahwa : 

أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ شَرِبَ قَائِمًا ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ النَّاسُ كَأَنَّهُمْ أَنْكَرُوهُ فَقَالَ : مَا تَنْظُرُونَ ! إِنْ أَشْرَبْ قَائِمًا فَقَدْ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْرَبُ قَائِمًا ، وَإِنْ أَشْرَبْ قَاعِدًا فَقَدْ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْرَبُ قَاعِدًا 

Bahwa Ali Radhiyallahu Anhu minum dalam keadaan berdiri, maka manusia pun melihatnya, seakan-akan mereka mengingkarinya.

Maka Ali Radhiyallahu Anhu mengatakan: 

Apa yang kalian lihat ?

Jika aku minum berdiri maka aku telah melihat rasulullah shalallahu alaihi wa sallam minum dalam keadaan berdiri, dan jika aku minum dalam keadaan duduk, maka sungguh aku telah melihat Nabi shalallahu alaihi wasallam minum dalam keadaan duduk.

Dan telah diriwayatkan oleh Imam At-tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albany .

كُنَّا نَأْكُلُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ نَمْشِي ، وَنَشْرَبُ وَنَحْنُ قِيَامٌ .

Kami dahulu pernah makan di masa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sambil berjalan dan kami minum sambil berdiri.”

📌Dan sepakat para ulama antara hadits-hadits yang nenyebutkan tentang larangan minum berdiri, bukan menunjukkan keharoman. *Dan yang afdhol adalah minum dalam keadaan duduk.* dan hadits-hadits tentang Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ minum dalam keadaan berdiri menunjukkan bolehnya hal tersebut.

💡Berkata Imam Annawawi _rahimahullaah_

"لَيْسَ فِي هَذِهِ الأَحَادِيث بِحَمْدِ اللَّه تَعَالَى إِشْكَال , وَلا فِيهَا ضَعْف , بَلْ كُلّهَا صَحِيحَة , وَالصَّوَاب فِيهَا أَنَّ النَّهْي فِيهَا مَحْمُول عَلَى كَرَاهَة التَّنْزِيه . وَأَمَّا شُرْبه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا فَبَيَان لِلْجَوَازِ , فَلا إِشْكَال وَلا تَعَارُض , وَهَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ يَتَعَيَّن الْمَصِير إِلَيْهِ .

فَإِنْ قِيلَ : كَيْف يَكُون الشُّرْب قَائِمًا مَكْرُوهًا وَقَدْ فَعَلَهُ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟

فَالْجَوَاب : أَنَّ فِعْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ بَيَانًا لِلْجَوَازِ لا يَكُون مَكْرُوهًا , بَلْ الْبَيَان وَاجِب عَلَيْهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَكَيْف يَكُون مَكْرُوهًا وَقَدْ ثَبَتَ عَنْهُ أَنَّهُ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ مَرَّة مَرَّة وَطَافَ عَلَى بَعِير مَعَ أَنَّ الإِجْمَاع عَلَى أَنَّ الْوُضُوء ثَلاثًا وَالطَّوَاف مَاشِيًا أَكْمَل , وَنَظَائِر هَذَا غَيْر مُنْحَصِرَة , فَكَانَ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنَبِّه عَلَى جَوَاز الشَّيْء مَرَّة أَوْ مَرَّات , وَيُوَاظِب عَلَى الأَفْضَل مِنْهُ, وَهَكَذَا كَانَ أَكْثَر وُضُوئِهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاث ثَلاثًا , وَأَكْثَر طَوَافه مَاشِيًا , وَأَكْثَر شُرْبه جَالِسًا ، وَهَذَا وَاضِح لا يَتَشَكَّك فِيهِ . وَاللَّهُ أَعْلَم" اهـ .

Tidak ada pada hadits-hadits tersebut,_ dengan memuji kepada Allooh_ ada padanya isykal (permasalahan) dan tidak ada padanya kedhoifan bahkan seluruh hadits-hadits menunjukkan shohih dan yang benar pada hadits-hadits tersebut bahwasanya larangan minum berdiri itu dibawa hukumnya kepada makruh. Dan adapun minumnya Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ dalam keadaan berdiri itu menjelaskan tentang bolehnya hal tersebut. Tidak ada permasalahan dan pertentangan dan inilah yang kita telah sebutkan dan kita berjalan diatasnya.

❔Jika ada yang mengatakan bagaimana bisa minum dalam keadaan berdiri hukumnya makruh, sementara Nabi _shallalaahu 'alaini wa sallam_ melakukan hal tersebut?

❕Maka jawabannya,

Adapun perbuatan Nabi _shallalaahu 'alaihi wa sallam_ jika hal tersebut dilakukan dalam rangka penjelasan akan bolehnya (minum berdiri) maka hal tersebut tidak menjadi makruh pada diri Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam,_ bahkan penjelasan akan bolehnya minum berdiri adalah wajib atas Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ untuk menjelaskannya. 

Maka bagaimana mungkin hal tersebut menjadi makruh bagi Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ dan telah shohih bahwa Nabi _shallallaah 'alaihi wa sallam_ itu berwudhu satu kali satu kali dan juga Nabi thawaf di ka'bah diatas kendaraannya.

Bersamaan dengan itu bahwasanya Ijma' (kesepakatan para ulama) bahwasanya berwudhu tiga kali tiga kali. Dan thawaf dengan berjalan kaki. Itu lebih afdhol dan sempurna. 

Dan yang semisal ini sangat banyak tanpa terbatas. Maka Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ menjelaskan akan bolehnya sesuatu kadang sekali dan lebih dalam berwudhu untuk setiap anggota wudhu, akan tetapi Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ terus menerus melakukan apa yang lebih afdhol darinya (berwudhu tiga kali tiga kali) 

Dan demikianlah kebanyakan wudhu Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ tiga kali tiga kali. Dan kebanyakan thawafnya dengan berjalan kaki. Dan kebanyakan minumnya dalam keadaan duduk.
Dan ini yang sangat jelas, tidak ada keraguan didalamnya.

Wallahu a'lam.

📚Syarah Shahih Muslim 13/195

Al-Maziri rahimahullah mengatakan: 

اِخْتَلَفَ النَّاس فِي هَذَا ، فَذَهَبَ الْجُمْهُور إِلَى الْجَوَاز ، وَكَرِهَهُ قَوْم

“Para ulama berselisih pendapat tentang masalah ini. Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat boleh (makan dan minum sambil berdiri). Sebagian lainnya menyatakan makruh .” 

📚Lihat Fathul Bari, 10/ 82

Dan sebagian ulama menyebutkan beberapa udzur dan alasan yang menyebabkan rasulullah minum air zamzam dalam keadaan berdiri : 

وقد كان لعذر ويحمل على أنه لم يجد موضعا للقعود لإزدحام الناس على ماء زمزم وبتلال المكان وقيل أن شرب من ماء زمزم من غير قيام يشق لارتفاع ما عليها من الحائط ولأن الناس كانوا ينظرون إليه ليتقتدوا به فى نسكهم فكان القعود والطمانينة مع هذا كله كالمتعذر

Dan beliau shalallahu alaihi wasallam melakukan minum berdiri karena suatu udzur, dan kemungkinan beliau tidak mendapatkan tempat untuk duduk karena padatnya manusia pada sumur zam-zam dan basahnya tempat tersebut, sebagian ulama mengatakan : minum air zamzam tanpa dengan berdiri, maka ini akan sulit dikarenakan tingginya dinding yang mengelilingi air zamzam, dan orang orang ( pada waktu haji dan umrah beliau) ingin melihat rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, agar mereka bisa mencontohi beliau dalam ibadah manasik mereka. Maka untuk minum dalam keadaan duduk dan tenang, bersamaan dengan semua apa yang telah disebutkan (berupa alasan rasulullah minum berdiri) itu seperti orang yang terhalangi dan sulit melakukannya (minum sambil duduk)

📚 Lihat Umdatul Qari 9/278, Kasyful Musykil 3/184, Syarh Sunan An-Nasai Lis-suyuti 5/237, Faidhul Qadir 6/440, Mirqatul Mafatih 8/164, Hasyiah As-sundi 5/237, Syarah Sunan Ibnu Majah 1/244.

Dan ini juga dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau berkata,

أن النهي للكراهة التنزيهية، وإن فعله صلى الله عليه وسلم بيان للجواز عند الحاجة

“Larangan hadits tersebut menunjukkan karohah at-tanzih (makruh).
Sesungguhnya perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam minum berdiri menunjukkan bolehnya ketika ada hajat.” 

📚Lihat Zaadul Ma’ad 1/149, 4/229

Dan apabila ada hajat untuk minum berdiri, maka dibolehkan dan hukum makruh hilang.

Dan kaidah fikih :

الكَرَاهَةُ تَزُوْلُ بِالحَاجَةِ

“Sesuatu yang hukumnya makruh menjadi hilang (hukumnya) karena ada hajat (kebutuhan).”

🖋️Dan Syaikhul Islam di tanya tentang makan dan minum berdiri, apakah halal, haram atau makruh ?

Beliau menjawab : 

أما مع العذر فلا باس، فقد ثبت أن النبي شرب من ماء زمزم وهو قائم فإن الموضع لم يكن موضع قعود، وأما مع عدم الحاجة فيكره لأنه ثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عنه وبهذا التفصيل يحصل الجمع بين النصوص.

"Adapun tanpa udzur, Mala tidak mengapa, telah shahih bahwa rasulullah minum air zamzam dalam keadaan berdiri, sebab tempat waktu itu bukan tempat untuk duduk. Adapun minum berdiri tanpa ada hajat, maka di 
makruhkan, sebab Nabi shalallahu alaihi wasallam melarang dari minum berdiri, dan inilah rincian yang dengannya terwujud kompromi antara dalil dalil.

📚 Majmu fatawa 32/211

Dan beliau juga berfatwa : 

ويكره الأكل والشرب قائما لغير حاجة " انتهى .

Dimakhruhkan makan dan minum berdiri tanpa ada hajat.

📚 Fatawa Al-Kubro 5/477

Dan telah datang fatwa lajnah daaimah :

"الأصل أن يشرب الإنسان قاعداً ، وهو الأفضل ، وله أن يشرب قائماً ، وقد فعل النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الأمرين للدلالة على أن الأمر في ذلك واسع" اهـ .

Bahwasanya asal seseorang itu minum dalam keadaan duduk dan boleh baginya untuk minum dalam keadaan berdiri. Dan Nabi _shallallaahu 'alaihi wa sallam_ telah melakukan 2 perkara tersebut. Dan ini menunjukkan bahwasanya pada perkara tersebut terdapat keluasan.

📚 Fatawa Lajnah Daaimah 22/33

🖋️ Dan ini juga yang difatwakan oleh Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah :

 الشرب قاعداً افضل بلا شك، 
 بل يكره الشرب قائماً إلا لحاجة؛ دليل ذلك أن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم: 
«نهى أن يشرب الرجل قائماً».
 كذلك أيضاً إذا كان المكان ضيقاً لا يمكن أن يجلس فليشرب قائماً؛ لأن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم شرب من زمزم وهو قائم. أما في حالة السعة فليشرب وهو قاعداً. 

Minum dalam keadaan duduk lebih afdhal, tanpa diragukan lagi. Bahkan dimakruhkan minum berdiri kecuali kalau ada hajat, dan dalil akan hal tersebut: bahwa rasulullah shalallahu alaihi wasallam melarang seorang lelaki minum berdiri....

Demikian pula jika ditempat tersebut sempit, yang tidak memungkinkan duduk, hendaknya ia minum berdiri. Sebab Nabi shalallahu minum air zamzam dalam keadaan berdiri. Adapun dalam keadaan longgar, maka hendaknya ia minum dalam keadaan duduk.

📚 Nur 'Ala Darb 367

Dan pendapat ini juga dikuatkan oleh Imam Ibnu Baz rahimahullah : 

الأحاديث الواردة في هذا صحيحة جاء عن النبي ﷺ النهي عن الشرب قائمًا والأكل مثل ذلك، وجاء عنه ﷺ أنه شرب قائمًا، فالأمر في هذا واسع وكلها صحيحة، والحمد لله، فالنهي عن ذلك للكراهة، فإذا احتاج الإنسان إلى الأكل واقفًا أو إلى الشرب واقفًا فلا حرج، وقد ثبت عن النبي ﷺ أنه شرب قاعدًا وقائمًا، فإذا احتاج الإنسان إلى ذلك فلا حرج أن يأكل قائمًا وأن يشرب قائمًا، وإن جلس فهو أفضل وأحسن، 

Hadits-hadits yang datang dalam masalah ini shahih. 

Datang riwayat dari Nabi shalallahu alaihi wasallam akan larangan minum berdiri dan makan demikian juga. Dan juga datang hadits kalau beliau minum sambil berdiri. Maka perkara ini ada kelapangan, semuanya shahih.

Dan larangan makan berdiri itu bermakna makruh. Jika seorang membutuhkan untuk makan berdiri atau minum sambil berdiri maka tidak mengapa dan telah shahih dari beliau bahwa beliau pernah minum sambil duduk dan sambil berdiri. 

Apabila seorang membutuhkan hal itu, maka tidak mengapa makan atau minum sambil berdiri. Dan jika dia duduk maka itu lebih afdhal dan lebih baik.

📚Majmu Al-Fatawa 25/275

Jadi meminum air zamzam walaupun dimudahkan pada hari ini baik di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, hanya saja di tempat tersebut seringnya basah dengan air, tempatnya sempit karena padatnya manusia, yang kadang hal itu menyulitkan untuk duduk, terkhusus lagi saat waktu haji dan waktu umrah ramadhan. Adapun jika dimudahkan untuk minum dalam keadaan duduk, maka itu lebih utama dan afdhal.

Kesimpulannya bahwa sunnah dalam minum dari zamzam adalah duduk dengan dalil umum dari hadits-hadits yang melarang minum sambil berdiri kecuali karena suatu keperluan mendesak dan kebutuhan, dan ini dikuatkan dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari 

Dari Asy-Sya'biy bahwa : 

أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا حَدَّثَهُ قَالَ سَقَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ زَمْزَمَ فَشَرِبَ وَهُوَ قَائِمٌ قَالَ عَاصِمٌ فَحَلَفَ عِكْرِمَةُ مَا كَانَ يَوْمَئِذٍ إِلَّا عَلَى بَعِيرٍ

Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma menceritakan kepadanya, dia berkata: "Aku memberi minum Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dengan air zamzam. Maka Beliau meminumnya sambil berdiri". Berkata, 'Ashim: 'Ikrimah bersumpah bahwa saat itu Beliau shalallahu alaihi wasallam tidak lain kecuali berada diatas untanya. (HR Bukhari 2/167)

Jadi bukanlah seperti yang dipahami sebagian orang bahwasanya termasuk dari sunnah adalah meminum air zamzam dengan berdiri.

Jadi hukum minum air zamzam berdiri adalah makruh dan boleh dilakukan dalam keadaan berdiri jika ada hajat (kebutuhan), misalnya sulit untuk duduk, atau keadaan lainnya yang tidak memungkinkan duduk sebagaimana yang telah lewat penjelasannya.

Wallahu A'lam 

Di susun : 

Abu Hanan As_suhaily.

22 Jumadil Tsani 1444 -15/1/20



╭─┅─═ঊঊঈ═─┅─╮ 
       SEBARKANLAH 
       ENGKAU AKAN 
       MENDAPATKAN 
           PAHALANYA 
╰─┅─═ঊঊঈ═─┅─╯ 

 🅹🅾🅸🅽 🅲🅷🅰🅽🅽🅴🅻 🆃🅴🅻🅴🅶🆁🅰🅼 
📡 https://t.me/fawaaidassunnah

Web : https://bit.ly/Fawaaidassunnah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

_*NASEHAT UNTUK SEKIRANYA TIDAK MEMONDOKKAN ANAK SEBELUM MENCAPAI BALIGH*_

_*Telah Di Periksa Oleh Asy-Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Bin Soekojo Al Indonesiy حفظه الله تعالى*_                بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَن...