⏳HUKUM BERSIWAK DI DALAM MASJID ?

⏳HUKUM BERSIWAK DI DALAM MASJID ?


Ada dua pendapat ulama dalam hal ini : 


1️⃣. Pendapat pertama : 


يكره السواك فى المسجد


Dimakruhkan bersiwak di dalam masjid.


Dan ini adalah pendapat sebagian madzhab hanifiyah dan malikiyyah.


📚 Lihat Minhal Jalil 8/89.


Dalil mereka : 


Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ia mengatakan: 


“Ketika kami berada di masjid bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tiba-tiba datang seorang A’rabi (Badui). Kemudian dia berdiri, buang air di masjid. Para sahabat Rasulullah  berkata: ‘Mah, mah.’


Maka Rasulullah  bersabda: ‘Jangan hentikan (buang air kecilnya). Biarkan dia.’ Para sahabat pun meninggalkannya hingga orang tersebut menyelesaikan buang air kecilnya. Kemudian Rasulullah memanggil A’rabi itu dan berbicara kepadanya:


إن هذه المساجد لا تصلح لشيء من هذا البول أو القذر".


 ‘Sesungguhnya masjid-masjid ini tidaklah boleh untuk buang air kecil atau kotoran. 


Masjid itu tempat untuk dzikir kepada Allah , shalat dan membaca Al-Qur`an.’  (HR Muslim) 


🖋️ Berkata Imam Al_Qurtuby rahimahullah : 


 " فيه حجة لمالك، في منع إدخال الميت المسجد، وتنزيهها عن الأقذار جملة، فلا يقص فيها شعر، ولا ظفر، ولا يتسوك فيها؛ لأنه من باب إزلة القذر، ولا يتوضأ فيها، ولا يؤكل فيها طعام منتن الرائحة إلى غير ذلك مما في هذا المعنى ".


"Pada hadits tersebut terdapat hujjahnya imam Malik tentang melarang memasukkan mayat di dalam masjid dan membersihkannya dari kotoran secara keumuman, masuk didalamnya tidak memotong rambut didalamnya dan tidak pula kuku, dan tidak pula bersiwak didalamnya karena itu termasuk dari bab " menghilangkan kotoran" dan tidak boleh berwudhu didalam masjid dan tidak boleh makan didalamnya yang mana makanan tersebut punya bau yang keras dan selain itu dari perkara yang masuk dalam makna ini".


📚 Al_Mufhim 1/544


 2️⃣. Pendapat kedua :


لا يكره 


Tidak dimakruhkan:


Dan ini adalah pendapat jumhur ulama:


Berdalilkan dengan hadits : 


Dari Shahabat Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ


“Jikalau tidak memberatkan umatku; Niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak disetiap hendak sholat.” (HR. Al-Bukhori no.887, 7240, dan Muslim no.252)


Sisi pendalilannya : 


Pertama ;

_____


Hadits ini sebagai dalil akan disunnahkannya bersiwak ketika hendak shalat dan setiap kali bersiwak itu bergandengan dengan dekatnya perbuatan untuk melakukan shalat maka tentunya kata 'inda (yang bermakna di sisi) lebih banyak terealisasikan. Dan hadits-hadits tentang bersiwak ketika hendak shalat itu dalam Bukhari dan Muslim, maka tidak ada jalan untuk mencela hadist tersebut.


Kedua

__


Tidak diterima bahwa siwak termasuk dari bab " menghilangkan kotoran" seandainya itu diterima maka tidak mengharuskan masjid terkotori sehingga dilarang darinya bersiwak.


Kemudian kita katakan : tentang disyariatkannya bersiwak untuk shalat, walaupun mulut dalam keadaan bersih sebagai bentuk perwujudan akan penerapan terhadap sunnah, sebagaimana juga kita katakan: kedua tangan dicuci 3 kali saat berwudhu walaupun kita pastikan kedua tangan bersih.


🖋️Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah : 


أما السواك في المسجد فما علمت أحداً من العلماء كرهه بل الآثار تدل على أن السلف كانوا يستاكون في المسجد ، ويجوز أن يبصق الرجل في ثيابه في المسجد ويمتخط في ثيابه باتفاق الأئمة وبسنة رسول الله الثابتة عنه ، بل يجوز التوضؤ في المسجد بلا كراهة عند جمهور العلماء ، فإذا جاز الوضوء فيه ، مع أن الوضوء يكون فيه السواك ، وتجوز الصلاة فيه ، والصلاة يستاك عندها ، فكيف يكره السواك ؟! وإذا جاز البصاق والامتخاط فيه فكيف يكره السواك ؟


"Adapun bersiwak didalam masjid maka aku tidak mengetahui seorang pun ulama yang memakruhkannya, bahkan atsar atsar menunjukkan bahwa salaf dahulu mereka mereka bersiwak didalam masjid, dan boleh seorang lelaki meludah pada bajunya dalam masjid, dan membuang ingus pada bajunya berdasarkan kesepakatan para Imam dan Sunnah Rasulullah yang telah shahih darinya. Bahkan boleh berwudhu dalam masjid tanpa dimakruhkan menurut jumhur ulama. Maka jika berwudhu boleh didalam masjid, bersamaan dengan itu berwudhu didalamnya ada bersiwak, dan juga boleh shalat didalam masjid dan juga ada bersiwak ketika hendak shalat, maka bagaimana bisa bersiwak dimakruhkan?

Dan jika membuang ludah, mengeluarkan ingus boleh didalam masjid, maka bagaimana bisa bersiwak dimakruhkan?


📚 Fatawa Al kubro 1/272,302


🖋️Berkata Al_'Iraqi rahimahullah : 


ولو سلم أن السواك من باب إزالة القاذورات، فهو لا يلقيه في المسجد، وإنما يزيله في السواك، فإذا كان السواك محفوظًا معه فلا بأس، وقد ندب إلى السواك لكل صلاة، فيؤمر حاضر المسجد أن يخرج حتى يستاك خارج المسجد؟‍ هذا مما لا يعقل معناه، والله أعلم". اهـ


"Seandainya di terima bahwa bersiwak termasuk dari bab " menghilangkan kotoran" maka kotoran itu tidak dibuang didalam masjid, hanya saja kotoran tersebut dihilangkan didalam siwak, dan jika siwak itu terjaga bersamanya, maka tidak mengapa, dan sungguh telah disunnahkan bersiwak untuk setiap shalat.

Maka apakah diperintah orang yang ada didalam masjid agar keluar dari masjid untuk bersiwak? Ini dari perkara yang tidak  masuk akal akan maknanya.


📚 Tharhu at_tatsrib 2/141.


Dan pendapat yang kuat adalah tidak dimakruhkan bersiwak  didalam masjid dan pendapat ini yang juga dikuatkan oleh Syaikhuna Yahya Al hajury hafidzahullah.


والله اعلم بالصواب.




✍🏻 Diterjemahkan:


Abu_hanan As_suhaily 


26 shafar 1444_23/9/2022


📝Eating camel meat:

🌴 بســـم اللــه الرحــمــن الـرحـــيــم 🌴


🔶🔹’Ad-Durar Al-Bahiyyah’🔹🔶


▪️Author: Imām Ash-Shawkāni

-May Allah have mercy on him-


▪️Explanation: By Shaykh Hassan bin Muhammed Ba Shu'ayb 

-May Allah preserve him-


📚Chapter of the nullifiers of the Wudhu


📝Eating camel meat:


Regarding it is the Hadith of Jabir bin Samurah, that a man asked the Messenger of Allah ﷺ:


Do I perform Wudhu for eating sheep/goat meat? 


He said: 


(إِنْ شِئْتَ فَتَوَضَّأْ، وَإِنْ شِئْتَ فَلَا تَوَضَّأْ)

"If you wish then perform Wudhu and if you wish don't perform Wudhu".


Then he said:


Do I perform Wudhu for eating camel meat? 


He said:


(نَعَمْ فَتَوَضَّأْ مِنْ لُحُومِ الْإِبِلِ)

"Yes perform Wudhu for eating camel meat".


Then he said:


Can I pray where camels are rest? 


He said:


(لَا)

"No".


Reported by Muslim (360).


And the Hadith of Baraa bin 'Aazib, he said:


The Messenger of Allah ﷺ was asked regarding making Wudhu due to camel meat, then he said:


(تَوَضَّئُوا مِنْهَا)

"You perform Wudhu for it".


And he was asked regarding sheep/goat meat:


(لَا تَوَضَّئُوا مِنْهَا)

"You don't perform Wudhu for it".


And he was asked about the prayer where camels are rest, and then he said:


 (لَا تُصَلُّوا فِي مَبَارِكِ الْإِبِلِ؛ فَإِنَّهَا مِنْ الشَّيَاطِينِ)

"Don't pray where camels rest because they have the characteristics of the Shayateen.


And he asked regarding the prayer in the areas for sheep/goats, and then he said:


(صَلُّوا فِيهَا؛ فَإِنَّهَا بَرَكَةٌ)

"Pray there, because it is a blessing".


These Hadiths are an evidence for those that say that eating camel meat nullifies the Wudhu. 


It's the Madhab of:


➖Ahmed 

➖Ishaaq

➖Abu Thawr

➖Ibnl Mundhir

➖Ibn Hazm

➖Bayhaqi narrated to be from all the people of Hadith entirely. 


Bayhaqi said:


Some of our companions relayed from Shaafi'i that he said:


If the Hadith regarding camel meat is authentic then I take it as a position. 


Bayhaqi said:


There are two authentic Hadiths regarding it, the Hadith of Jaabir bin Samurah, and the Hadith of Baraa. 


At-Talkhees (1/154).


Ibn Khuzaimah said:


I haven't seen a differing between the scholars of the people of Hadith that this narration is authentic from the angle of it being relayed. 


End of speech from his Sahih (1/62).


Nawawi said:


This Madhab has the strongest proof even though the Majority are upon its contrary. 


End of speech from Sharh Muslim (4/49).


The proof for the majority of the scholars of fiqh is the Hadith of Jaabir bin 'Abdullah, he said:


The last of the two affairs from the Messenger of Allah ﷺ is not making Wudhu for that which was cooked on fire. 


Reported by Abu Daud (192), Nasaa'i (185), declared Sahih by Albaani. 


Nawawi, said:


But this Hadith is general and the Hadith due to camel meat is specific, and the specific is preceded over the general, and Allah knows best.


End of speech from Sharh Muslim (4/49).


From those that chosen the position of making Wudhu for camel meat being obligatory is:


➖Shaykh-Ul-Islam Ibn Taymiyyah

➖his student Ibn-Ul-Qayyim

➖Shawkaani

➖San'aani

➖Ibn Baz

➖Albaani

➖Ibn 'Utheymeen

➖our Shaykh, Al-Waadi'i. 


May Allah have mercy upon them all. 

____

Translated by: 

Abu 'Abdirrahman 'Abdullaah bin Ahmed Ash-Shingaani


📝The other Madhabs in the subject matter of sleep:

🌴 بســـم اللــه الرحــمــن الـرحـــيــم 🌴


🔶🔹’Ad-Durar Al-Bahiyyah’🔹🔶


▪️Author: Imām Ash-Shawkāni

-May Allah have mercy on him-


▪️Explanation: By Shaykh Hassan bin Muhammed Ba Shu'ayb 

-May Allah preserve him-


📚Chapter of the nullifiers of the Wudhu


📝The other Madhabs in the subject matter of sleep:


Sa'eed bin Al-Musayyib and Al-Hassan Al-Basri said:


If sleep crosses the heart of one of you then perform Wudhu. 


'Ataa bin Abi Rabaah said:

If sleep overtakes you then perform Wudhu, sitting or lying down. 


'Ataa, Tawuus, and Mujaahid said:

Whoever sleeps while in Rukuu', or in prostration, then let them perform Wudhu. 


Ishaaq and Al-Qaasim bin Salaam said:

Whenever one was to sleep until it overtook their minds they're to perform Wudhu. 


Az-Zuhri, Rabee'ah and Maalik:

If one slept a little it doesn't nullify their Wudhu, if it went further then Wudhu is performed. 


Al-Awzaa'i said:

If the sleep becomes heavy while sitting Wudhu is performed, as for those whose sleep is illusive, sleeping and waking, then there is no Wudhu upon them. 


Ahmed bin Hanbal said:

If the sleep for those sleeping while seated becomes lengthy then Wudhu is performed. 


Al-Hakam, Hamaad and Sufyaan Ath-Thawri said:

It's not obligatory upon the sleeping to perform Wudhu up until they lie on their side. 


The people of Intellect based opinions (Ra'yi) said:

If one was standing or in Rukuu' or prostrating or sitting, then this doesn't nullify the Wudhu, as for when sleeping lying down or leaning, then it nullifies the Wudhu. 


Abu Yusuf said:

It's like that except for the one prostrating in the prayer, he claims that even when intentionally sleeping while praying that Wudhu is obligatory to be made, and the prayer is invalid, and if sleep was to overtake them then there is no Wudhu upon them. 


Ibn Al-Mubarak said:

If a man was to sleep while prostrating in the prayer then there is no Wudhu upon him, and if one was to sleep while prostrating outside the prayer then it's upon them to perform Wudhu, if they intentionally slept during prostrating in the prayer then it's upon them to perform Wudhu. 


Shaafi'i said:

Regardless for the one thats on a boat or a camel or a donkey, and the lifted off the ground, whenever they were to descend, and snored or slept standing, or in Rukuu', or prostrating, or lying down, then Wudhu is to made, because the one that's sleeping while seated is flat on the ground and it's the case that nothing comes out from them except that they will notice it. 


Abu Thawr said:

The one that is sleeping while seated doesn't make Wudhu, and the one sleeping while lying down makes Wudhu. 


End of speech summarised from Al-Awsat of Ibnl Mundhir (1/142).



____

Translated by: 

Abu 'Abdirrahman 'Abdullaah bin Ahmed Ash-Shingaani


Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...