*Hukum Membaca Ta'awudz di Dalam Sholat*

 _*HUKUM MEMBACA TA'AWUDZ DI DALAM SHOLAT*_


Assalaamu 'alaykum wa rahmatillahi wa barakaatuh

Ahsanallahu ilayka yaa ustadz hafidhakallah

'Afwan ana izin bertanya yaa ustadz

Tentang membaca ta'awudz di dalam shalat ketika akan membaca Al Fatihah,pendapat yang lebih kuat di baca di setiap reka'at atau cukup di reka'at pertama saja,ustadz

Dan bagaimana bacaan ta'awudz di dalam shalat yang sesuai Sunnah;apakah boleh membaca " a'uudzu billahi minasy syaithoonir rojiiiim.

Mohon penjelasannya ustadz

Baarakallahu fiikum


*JAWABAN :*


بسم الله الرحمن الرحيم


وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته


الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد:


At taawudz sebelum memulai bacaan dalam shalat hukumnya di perselisihkan. 


1️⃣ sebagian ulama berpendapat wajib, dengan artian bahwa yang tidak membacanya berdosa, dengan dalil ucapan Allah ﷻ


 فَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّیۡطَـٰنِ ٱلرَّجِیمِ 


Maka apabila engkau hendak membaca Al-Qur`ān, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. [Surat An-Nahl: 98]


Dan ini merupakan pendapat Dawud Adh Dhzahiri, Ats tsauri, Ibnu Katsir dan selainnya, dan dipilih oleh Syaikh Al Albaani rahimahumullah. 


2️⃣ Dan sebagian lainnya berpendapat tidak membaca at ta'awudz, berdasarkan hadits  *Al musi' fii shalatihi* "orang yang buruk shalatnya." Dalam hadits itu Nabi ﷺ tidak mengajarkan ta'awudz kepada al musii' . Dan hadits itu dalam shahih. 


3️⃣ Adapun Jumhur Ulama maka mereka berpendapat bahwa at ta'awudz diawal shalat hukumnya sunnah/dianjurkan. Berdasarkan 2 dalil diatas. 


Ayat An Nahl adalah perintah,  dan pada asalnya perintah itu wajib. Dan wajib nya perkara itu tidak akan berubah hingga ada dalil lain yang memalingkan kewajibannya menjadi dianjurkan. 


Sementara hadits Al Musii' fii shalatihi adalah dalil yang memalingkan perintah wajibnya at ta'awudz. Sehingga jumhur berpendapat bahwa at ta'awudz hukumnya mustahab [dianjurkan]


🍃 Adapun pada raka'at raka'at yang lain maka jumhur Ulama berpendapat hal itu juga dianjurkan, berbeda dengan Syaikh Al Albaani yang mewajibkan nya pada setiap raka'at. 


✏️ Apakah hukum ini berlaku tuk makmum juga? 


Khilaf, sebagaimana adanya khilaf dalam bacaan shalat bagi makmum... 


Dan yang benar bahwa sebagaimana makmum wajib membaca Al Fatihah pada setiap raka'at, maka disyariat kan juga baginya tuk membaca at ta'awudz. 


Dan hukum ta'awudz itu sendiri telah berlalu diatas. 


🍃 Adapun teks atau bentuk at ta'awudz, maka boleh sebagai berikut:


1-  أعوذ بالله من الشيطان الرجيم .


Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk


2-  أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم .



Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk


3-  أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم من همزه ونفخه ونفثه


Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk berupa desakan [cekikan] nya, tiupan [keangkuhan] nya dan hembusan [syi'ir] nya. 


📚 " تفسير ابن كثير " ( 1 / 13 ) .


Barakallah fiikum



✍️ *Faedah dari Al Ustadz Abu Ubaiyd Fadhliy Al Bugisi حفظه الله تعالى di Majmu'ah روضة الطالبين منكوتانا*







#faedah

⏳ BAGAIMANA TATA CARA PEMGGUNAAN SIWAK YANG BENAR

⏳ BAGAIMANA TATA CARA PEMGGUNAAN SIWAK YANG BENAR.


Penggunaan siwak pada dua hal : 


1️⃣. Paga gigi sekaligus gusi.


Jumhur ulama dari kalangan Al_hanafiyyah, Al_malakiyyah, Asy_syafiiyyah dan Al_hanabilah mengatakan ; 


المستحب أن يستاك عرضا فى الأسنان إلا فى اللسان فإنه يستاك طولا.


Disunnahkan bersiwak secara melebar menyamping (posisi horisontal) pada gigi, kecuali pada lisan maka bersiwak dengan cara memanjang ke atas-kebawah ( posisi vertikal) .


📚 Lihat Hasyiah Ibni 'Abidin 1/114, Hasyiah Al_khurasy 1/139, Al_Majmu 1/100, Kasy'fu Al_Qina' 1/73.


Berdalilkan :


1. Dengan dengan hadits Robi'ah bin Ak'tsam ia berkata : 


كان رسول الله ش يستاك عرضاً ويشرب مصاً 


"Dahulu rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersiwak dengan cara melebar menyamping dan minum dengan cara menyedot (Diriwayatkan oleh Al_Baihaqi dalam As_sunan Al_Kubro 1/40 dalam Thaharah Bab ma jaa fi Al_Is'tiyaak 'ardhan, dan ia berkata: tidak dipakai berhujjah dengan hadits tersebut dan 

Imam An_nawawi melemahkan hadits tersebut dalam Al_Maj'mu 1/280, dan juga diriwayatkan oleh Ath_thabrani dalam Al_Mu'jam Al_kabir 1/47 no 1242 dari sahabat Bahzun dan dilemahkan oleh imam Asy_syaukani dalam Majmu'ah al_fawaid).


2. Melalui pertimbangan, mereka mengatakan : bahwa bersiwak dengan cara memanjangkan ke atas ke bawah maka itu akan membahayakan gusi bisa membuat berdarah dan merusak pertumbuhan gigi.


⭕ Yang benar dalam masalah ini : 


Karena hadits tidak shahih dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam akan sunnahnya bersiwak dengan cara melebar menyamping, maka boleh bagi seseorang bersiwak dengan apa yang dia melihatnya itu cocok untuk membersihkan. Maka yang dituntut adalah dia bersiwak dengan cara bagaimanapun ia menggunakannya maka sunnah telah terwujud.


Karena itulah tidak dimakruhkan bersiwak dengan cara memanjang ke atas ke bawah sebagaimana yang disebutkan oleh imam An_Nawawi dan Al_khatib dari sebagian ahli fuqaha madzhab asy_syafi'iyyah.


📚 Lihat Al_Maj'mu 2/334.


Dan yang terbaik adalah apa disebutkan ahli kedokteran gigi.


أطباء الأسنان يقولون إن الإستياك الصحيح يكون طولا أي اعلى واسفل لأن الغشاء العاجي الأملس الذي يكسو الأسنان ينبغي المحافظة عليه، فالإستياك عرضا يضر بهذا الغشاء فيسرع الى الأسنان الفساد.


" Para ahli dokter gigi mengatakan bahwa bersiwak yang benar adalah dengan cara memanjang yaitu atas dan ke bawah, sebab membran (selaput) dentin (bagian tertebal dari jaringan gigi dan mempunyai sifat yang menyerupai tulang) yang halus dan menutupi gigi gigi, maka sepantasnya untuk di jaga.


Karena bersiwak melebar menyamping akan membahayakan selaput tersebut dan cepat membuat kerusakan pada gigi.


📚 Hasyiah Al_Maj'mu Syarh Al_Muhadzdzab 1/313.


Dan juga para ahli dokter gigi mensifatkan cara bersiwak.


Maka yang harus untuk diterapkan pada arah tegak lurusnya poros gigi dan gusi dari apa apa yang bisa membantu dari  lancarnya peredaran darah pada gusi.


Dan pembersihan yang efektif tanpa menimbulkan gangguan pada gigi dan gusi.


Maka yang harus dilakukan: 


أن يكون تسويك الأسنان العلوية على حدة وكذلك الأسنان السفلية.


Bersiwak pada gigi bagian atas secara terpisah, tersendiri, demikian pula gigi bagian bawah.


أما اتجاه حركة التسويك لتنظيف للأسطح الخارجية والداخلية للأسنان العلوية فيجب ان يكون من اعلى الى اسفل نحو الأسطح الماضغة والقاطعة للأسنان، وتكون حركة التنظيف شاملة حواف اللثة لتدليكها


" Adapun arah gerakan siwak untuk membersihkan permukaan gigi atas bagian dalam dan bagian luar, maka harus dari atas ke bawah, semisal permukaan gigi geraham dan gigi taring. Dan gerakan membersihkan itu juga mencakup tepi tepi gusi untuk digosok, 


فيزداد تقرنها والوارد الدموي لإنسجتها فتزداد مقاومتها للأمراض وحيويتها.


Sehingga akan bertambah kekuatan gusu dan terjaga dari datangnya pendarahan pada gusi, dan akan bertambah pula perlawanan gusi terhadap berbagai macam penyakit serta menambah vitalitas kerja gusi.


أما اتجاه حركة التنظيف للأسنان السفلية فيجب ان يكون ومن أسفل الى اعلى وساملة حواف اللثة.


" Adapun arah gerakan membersihkan gigi bagian bawah itu dari bawah ke atas dan ini juga mencakup tepi gusi.


📚 Lihat Ah'kam Ath_thoharah 771.



2️⃣. Pada lisan (lidah) dan langit² mulut.


Maka dengan cara memanjang (posisi vertikal) atas ke bawah.


Berdalilkan dengan hadits Abu Musa Al_Asy'ari Radhiallahu Anhu :


" دخلت على رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو " يستاك وهو واضع طرف السواك على لسانه يستن إلى فوق " فوصف حماد: كأنه يرفع سواكه.

قال حماد ووصفه لنا غيلان قال: كان يستن طولا


"Aku masuk menemui Rasullullah shalallahu alaihi wasallam dalam keadaan ia bersiwak dan beliau meletakkan ujung siwak di atas lisannya, dia bersiwak sampai ke atas, dan Hammad (seorang rawi)  mensifatkan : seakan akan beliau mengangkat siwaknya.


Berkata Hammad dan telah mensifatkan kepada kami oleh Ghailan, ia berkata : beliau shalallahu alaihi wasallam bersiwak dengan memanjang (posisi vertikal)  atas ke bawah. ( Diriwayatkan oleh imam Ahmad dengan sanad yang shahih sesuai dengan syarat Bukhari Muslim, dan juga dikeluarkan oleh Imam Bukhari no 244, Muslim 254, An_Nasai dalam Al_Mu'taba 1/9, Ibnu khuzaimah 141, Al_Baihaqi dalam sunan 1/35)


Sisi pendalilan : 


Berkata seorang rawi : 


Siwak tersebut di atas ujung lisannya.


Berkata Al_Hafidz : 


والمراد طرف الداخل 


Dan yang dimaksudkan adalah ujung lisan bagian dalam.


Dan beliau juga mengatakan : 


أما اللسان فيستاك طولا كما فى حديث ابي موسى فى الصحيحين ولفظ احمد وطرف السواك على لسانه يستن الى الفوق.


Adapun di lisan maka ia bersiwak dengan cara memanjang dan lafadznya imam Ahmad bahwa ujung siwaknya di atas lisannya ia bersiwak sampai ke atas (langit_langit).


📚 Iihat Tal'khis Al_habiir 1/109.


🖊 Berkata Al_Allamah Al_'Aini rahimahullah : 


وفى مسند احمد واضع طرف السواك على لسانه يستن الى الفوق فوصف حماد كان يرفع لسانه ووصفه غيلان كان يستن طولا وكلها عبارة عن ابلاغ السواك الى اقصى الحلق


Pada musnad Imam Ahmad : semua lafadz itu adalah sebagai ibarat menyampaikan siwak kepada tenggorokan paling bawah


Dan juga dari sisi pertimbangan: 


🖋️Berkata Imam Ibnu Daqiqil ed rahimahullah :


"العلة التي تقتضي الاستياك على الأسنان موجودة في اللسان، بل هي أبلغ وأقوى؛ لما يرتقي إليه من أبخرة المعدة"


" 'Illat (sebab) yang mengharuskan bersiwak pada gigi, itu ada pada lisan bahkan lebih mengena dan lebih kuat padanya dikarenakan gas dari lambung naik ke lisan


📚 Ih'kamul Ah'kam 1/111


والله اعلم بالصواب.


✍🏻 Diterjemahkan 


Abu_hanan As_suhaily 


29 shafar 1444_26/9/2022


⏳KAPAN BERSIWAK KETIKA AKAN BERWUDHU

⏳KAPAN BERSIWAK KETIKA AKAN BERWUDHU 


Ada dua pendapat ulama : 


1️⃣. Pendapat pertama ; 


Bersiwak sebelum berwudhu.(sebelum mengucapkan tasmiyyah/ bismillah) 


Dan ini adalah pendapat madzhab Al_Hanafiyyah dan Malikiyyah.


📚 Lihat Al_Bahr Ar_rooiq 1/21.


Berdalilkan ;


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : 


لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوءٍ


“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali ketika berwudhu” (HR. Al-Bukhari secara mu'allaq 3/31, Imam An_nasai dalam Al_kubro 3020, Imam Ahmad 2/400, Imam malik dalam al_Muwaththa no 143, dan dishahihkan oleh Syaikh Al_Allamah Al_Albany dalam Irwaul Ghalil no 70_1/109).


Sisi pendalilan : 


عند كل وضوء.


Setiap kali ketika berwudhu.


Dan kalimat ' عند ' tidak mengharuskan bersama.


Dan pendapat pertama ini dikuatkan oleh Syaikh Al_Allamah Al_Albany bahwa bersiwak itu sebelum mengucapkan tasmiyyah (bismillah) dalam wudhu. 


Beliau berkata : 


" صفته – يعني الوضوء - : السواك ، التسمية ، غسل الكفين ثلاثا - وهما سنة - المضمضة والاستنشاق والاستنثار " 


"Sifat wudhu : bersiwak, tasmiyyah (mengucapkan bismillah) mencuci kedua tangan 3 kali, berkumur kumur dan menghirup/memasukkan air kedalam hidung dan kedua hal ini sunnah)


📚 Ats_tsamr al_mustathabah hal 9 


2️⃣. Pendapat kedua : 


Bersiwak setelah mencuci kedua tangan sebelum berkumur_kumur.


📚 Lihat Syar Az_zarkasy 1/30


Berdalilkan : 


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: 


وْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مع كُلِّ وُضُوءٍ


“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali bersama wudhu” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrok no.516, Ibnu Khuzaimah 140 dan dishahihkan oleh Imam Al_Albany dalam Shahih Al_Jami' 5317)


Sisi pendalilan : 


مع كُلِّ وُضُوءٍ


bersiwak setiap kali bersama wudhu”


Dan kalimat ' مع'  pada hadits tersebut mengharuskan kebersamaan (al_mushoohabah), sebab siapa yang bersiwak setelah mencuci kedua telapak tangan dan sebelum berkumur kumur , maka itu benar untuk dikatakan bahwa ia bersiwak bersama dengan wudhu.


Dan pendapat ini dikuatkan oleh Syaikh Al_Allamah Al_Utsaimin rahimahullah, beliau mengatakan: 


قال أهل العلم : ومحله عند المضمضة ؛ لأن المضمضة هي التي يكون بها تطهير الفم ، فيكون عند المضمضة ، فإن لم يتيسر له ذلك فبعد الوضوء ، والأمر في هذا واسع " 


"Berkata ahli ilmu : tempatnya bersiwak adalah ketika berkumur-kumur, sebab itu keberadaannya untuk membersihkan mulut, maka dilakukan ketika berkumur kumur. Dan jika jika tidak dimudahkan untuknya hal tersebut maka dilakukan setelah berwudhu, dan perkara ini diberikan keluasan"


📚 Liqo' Al bab Al_maf'tuh 31/133..


⭕Dan pendapat yang kuat adalah : 


Bahwa kedua hadits di atas bermakna satu, dimana riwayat yang lain menafsirkan riwayat yang lain.

Maka kata " عند / ketika , itu tidak bertentangan dengan kata مع / bersama.


Dan bersiwak dan berkumur kumur,  keduanya berkaitan dengan mulut bukan pada seluruh anggota wudhu. Maka yang afdhalnya adalah bersiwak sebelum berkumur kumur, sama saja dilakukan setelah mencuci kedua telapak tangan (sebelum berkumur_kumur) atau sebelum memulai wudhu (sebelum mengucapkan tasmiyyah / bismillah).


والله اعلم


✍🏻 Di susun:


Abu_hanan As_suhaily 


28 shafar 1444_25/9/2022



Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...