Tanggapan Terhadap Perkataan : "Kami Mengambil Ilmu Dai² Youtube berdasarkan Fatwa Syaikh Ibnu Baz rahimahullah"

 TANGGAPAN TERHADAP PERKATAAN :"Kami Mengambil Ilmu Dai² Youtube berdasarkan Fatwa Syaikh Ibnu Baz rahimahullah"


Pertanyaan :


 Bismillah, 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته. 

Saya membaca di telegram ada yg bertanya dan kasusnya,  seperti kasus saya saat ini. 

Saya mengambil ilmu melalui youtube bergambar 

Yang ingin saya tanyakan 

*Dai yg saya mengambil ilmu darinya berpendapat bahwa video youtube sama hukum nya dgn menggambar*

Namun beliau berhujjah dgn *Fatwa Syaikh Ibn Baz*

Bahwa masuk nya beliau di youtube utk membela agama Alloh contoh utk memberikan hujjah kepada orang  orang yg sembarangan berbicara tentang nama dan sifat Alloh. 

Kata beliau semoga dgn dosa yang sedikit ini Alloh mengampuni beliau. 

*Beliau mengutip fatwa Syaik ibn Baaz*

Bagaimana Nasihat Syaikh utk saya. 

Note : 

saya tinggal di lingkungan yg jauh dari kajian kajian sunnah dan juga saya belum bisa berbahasa arab. Jazakallah khairan Syaikh. 

-------------------------


Jawaban dengan memohon pertolongan pada Allah ta'ala :


وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته. 

حفظكِ الله. 


Cukuplah dalam membantah kebatilan itu memakai jalan² yang disyariatkan oleh Allah ta'ala dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم, melalui rekaman tanpa gambar makhluk bernyawa, atau cara lainnya yang halal, atau di dalam buku-buku yang ditulis untuk menolong syariat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.


Dan cukuplah sebagai bantahan terhadap pendapat yang berhujjah dengan amalan orang yang tidak ma'shum itu:

bahwasanya Nabi kita adalah Muhammad Bin Abdillah Al Qurasyiy , yang hadits²nya jelas, dan bukanlah nabi kita adalah Abdul Aziz Ibnu Baz, atau Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin, setinggi apapun derajat beliau-beliau itu رحمهما الله.

Setiap ucapan atau perbuatan orang yang tidak ma'shum diukur dengan Sunnah Nabi yang ma'shum, dan bukan sebaliknya.


Kenapa sebagian dai memakai perbuatan Syaikh Ibnu Baz yang keliru (jika beliau sengaja sih), dan tidak mengambil fatwa² tegas beliau yang sesuai ajaran Nabi, bahwasanya gambar makhluk bernyawa adalah haram dan termasuk dosa besar?


Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menyuruh kita kembali kepada Sunnah beliau dan Sunnah Khulafa Rasyidin, tatkala terjadi perselisihan, bukan kembali pada sunnah generasi belakangan.


Nabi menyuruh menggigit dengan gigi geraham, Sunnah yang terpandang tadi. 


dan beliau memberikan kabar gembira pada orang yang setia dengan ajaran beliau di hari-hari keterasingan yang bagaikan menggenggam bara api; dengan pahala 50 kali pahala pelaku amalan biasa.

Nabi tidak menyuruh memegang erat sunnah tokoh generasi belakangan, dan tidak pula menjamin pahala 50 kali tadi, untuk orang-orang yang memakai fatwa tokoh belakangan, jika menyelisihi Sunnah beliau dan Sunnah Khulafa Rasyidin.


Di hari-hari keterasingan ini akan nampaklah siapa yang setia pada Nabi dan siapa yang sekedar mengaku².


Ada kok ribuan rekaman durus ilmiyah yang tidak berbahasa Arab, dari para pendakwah Salafiy, sesuai dengan orang yang tidak paham bahasa Arab. 

Kita tidak memerlukan ilmu dan syubuhat para pendakwah yang berusaha mencari² celah untuk menyimpang dari ajaran Nabi demi mengikuti hawa nafsu masyarakat. 


والله تعالى أعلم بالصواب

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖


(Dijawab Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy Hafidzahullah )


Senin, 4 Jumadil Awwal 1444 / 28-11-2022

Dai Youtube? Tinggalkan, nggak perlu di Ambil Ilmunya!

 DAI YOUTUBE (BERGAMBAR) TAK PERLU DI AMBIL ILMUNYA


Pertanyaan :


Afwan mohon pencerahan nya (terhadap titipan pertanyaan ini) :

"Afwan umm...ini kan ana kalo share video ada ustadz atau ustadzahnya lagi ceramah itu hukumnya gimana ya umm...kalo mau ditutupi mukanya ngga bisa kalo ambil diyoutube kecuali kalo ada share dari orang lain di wa nya ana bisa tutupi wajahnya" 

-----------------------


Jawaban dengan memohon pertolongan pada Allah ta'ala :


Orang-orang yang tidak merasa cukup dengan syariat Allah di dalam metode dakwah, sehingga memakai dosa besar dalam menyebarkan dakwah, tak perlu diambil ilmunya. Kita diwajibkan ikut Allah dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم dengan pemahaman Salafush Shalih. Cara ini sama sekali tidak memakai gambar makhluk bernyawa, ternyata besar sekali berkahnya, berhasil membentuk generasi yang kuat dan tangguh serta setia pada Allah dan Rasul-Nya. Adapun cara-cara bid'ah dan maksiat, maka dia itu tidak diberkahi, tidak membentuk para huffazh, tidak menghasilkan  murid menjadi ulama yang hakiki (walaupun yang masuk TV dan video untuk mengajar adalah ulama yang salah ijtihad), dan yang terbentuk adalah generasi yang lembek atau salah dalam meletakkan semangat.


والله تعالى أعلم بالصواب

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖


(Dijawab Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy Hafidzahullah )


Senin, 4 Jumadil Awwal 1444 / 28-11-2022

Sikap Perwira Seorang Mukmin

 SIKAP PERWIRA SEORANG MUKMIN

( adalah Rujuk dari kesalahan menuju Kebenaran yang datang kepadanya )


Al Qadhi Ubaidullah Bin Hasan Al ‘Anbariy رحمه الله saat diberitahu akan kesalahan beliau, beliau rujuk dengan jujur. Al Imam Abdurrahman Bin Mahdiy رحمه الله bercerita tentang kejadian itu:


... فَأَطْرَقَ سَاعَةً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: إِذاً أَرْجِعُ وَأَنَا صَاغِرٌ، إِذاً أَرْجِعُ وَأَنَا صَاغِرٌ. لَأَنْ أَكُوْنَ ذَنَباً فِي اْلحَقِّ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَكُوْنَ رَأْساً فِي الْبَاطِلِ.


“... Lalu beliau (Ubaidullah Bin Hasan) menundukkan kepalanya sesaat, kemudian beliau mengangkat kepala beliau seraya berkata: “Jika demikian, saya rujuk, dan saya hina. Jika demikian, saya rujuk, dan saya hina. Sungguh saya menjadi ekor dalam kebenaran itu lebih saya sukai daripada saya menjadi pemimpin dalam kebatilan”. (“Tarikh Baghdad” (10/hal. 308), “Tahdzibul Kamal” (19/hal. 25), dan “Tahdzibut Tahdzib” (7/hal. 7)).

 

Al Imam Asy Syathibiy رحمه الله berkata tentang ketergelinciran yang pernah dialami oleh Al Qadhiy Ubaidullah Ibnul Hasan: “Kalaupun tuduhan tadi memang jelas terjadi pada beliau, maka hal itu adalah ketergelinciran dari seorang yang alim, dan beliau telah rujuk dari kekeliruan tadi dengan cara rujuknya tokoh-tokoh utama kepada kebenaran”. (“Al I’tisham”/hal. 113).


Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Maka senantiasa seorang hamba yang mukmin itu selalu menjadi jelaslah baginya kebenaran yang sebelumnya tidak diketahuinya, dan rujuk dari amalan yang dulu dia zholim di dalamnya.” (“Majmu’ul Fatawa”/3/hal. 348).

-------------------------


( "Hukum Gambar dan Sikap Yang Benar terhadap Perselisihan Para Pakar" | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy )


Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta

Berhutang Atau Berniaga Lebih Baik Daripada Meminta-minta Ditulis oleh: Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy Al Indonesy -semoga Alloh me...