✨FAIDAH :✨
🌾Termasuk dari keutamaan ikhlas adalah: menghadap Allah ta’ala pada hari Kiamat dan dapatkan pengampunan.🍃
❄️Dari Abdullah bin Amr ibnil ‘Ash رضي الله عنهما yang berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
«إن الله سيخلص رجلا من أمتي على رؤوس الخلائق يوم القيامة فينشر عليه تسعة وتسعين سجلا كل سجل مثل مد البصر ثم يقول: أتنكر من هذا شيئا ؟ أظلمك كتبتي الحافظون ؟ فيقول : لا يا رب. فيقول : أفلك عذر ؟ فيقول: لا يارب فيقول : بلى إن لك عندنا حسنة فإنه لا ظلم عليك اليوم فتخرج بطاقة فيها : أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله فيقول : احضر وزنك. فيقول : يا رب ما هذه البطاقة مع هذه السجلات فقال : إنك لا تظلم قال : فتوضع السجلات في كفة والبطاقة في كفة فطاشت السجلات وثقلت البطاقة فلا يثقل مع اسم الله شيء».
“Sesungguhnya Allah akan menyendirikan seseorang dari umatku di hadapan seluruh makhluq pada Hari Kiamat, lalu Allah menebarkanlah padanya sembilan puluh sembilan lembaran catatan amalannya, yang mana setiap lembaran itu sejauh mata memandang. Kemudian Allah bertanya kepadanya: “Apakah ada sesuatu dari yang tertulis di sini yang engkau mengingkarinya? Apakah para penulis-Ku yang mengawasimu mendzhalimimu?” Dia menjawab: “Tidak wahai Rabb.” Maka Allah bertanya: “Maka apakah engkau punya udzur?” Dia menjawab: “Tidak wahai Rabb.” Maka Allah menjawab: “Bahkan engkau punya udzur, sungguh engkau punya kebaikan di sisi Kami, sesungguhnya engkau tidak akan dizholimi pada hari ini.” Lalu dikeluarkanlah satu kartu, di dalamnya tertulis: “Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.” Lalu Allah berfirman: “Datangkanlah timbanganmu.” Maka orang tadi berkata: “Wahai Rabb, apalah arti kartu ini dibandingkan dengan lembaran-lembaran itu?” Maka Allah menjawab: “Sesungguhnya engkau tidak dizholimi.” Lalu diletakkanlah lembaran-lembaran itu dalam satu daun timbangan, dan kartu itu diletakkan dalam daun timbangan yang lain, lalu melayanglah lembaran-lembaran tadi dan beratlah kartu itu. Tidak ada sesuatu apapun yang berat jika dibandingkan dengan nama Allah.” (HR. Ahmad (6994) dan At Tirmidziy (2639)/shohih).
Apakah yang menyebabkan kartu syahadat tadi menjadi berat melampaui beratnya lembaran-lembaran catatan dosa besar dan kecil? Jawabnya adalah: kejujuran, keikhlasan dan bagusnya niat orang yang mengucapkannya, tidak seperti keadaan para munafiqin.
❄️Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Maka itu tadi dikarenakan kalimat tauhid tadi diiringi dengan kejujuran, keikhlasan, kejernihan dan bagusnya niat. Itu dikarenakan ucapan-ucapan dan ibadah-ibadah itu sekalipun nampak sama dalam bentuk lahiriyyahnya, tapi mereka itu berbeda-beda dengan kadar perbedaan yang besar, sesuai dengan kondisi-kondisi hati para pelakunya.” (“Majmu’ul Fatawa”/10/hal. 735).
❄️Al Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata: “Karena amalan-amalan itu tidaklah bertingkat-tingkat dengan sebab bentuk lahiriyyah dan jumlahnya semata, akan tetapi dia itu bertingkat-tingkat dengan perbedaan-perbedaan yang ada di dalam hati-hati para pelakunya. Maka boleh jadi ada dua amalan yang bentuknya sama, akan tetapi di antara keduanya ada perbedaan keutamaan bagaikan perbedaan antara langit dan bumi. Dan ada dua orang yang sholat di satu tempat, di satu shof, akan tetapi perbedaan di antara sholat keduanya bagaikan perbedaan antara langit dan bumi.
Dan renungkanlah hadits Kartu yang diletakkan dalam daun timbangan, dan dia ditimbang dengan sembilan puluh sembilan lembaran catatan amalannya, yang mana setiap lembaran itu sejauh mata memandang. Maka menjadi beratlah kartu itu dan melayanglah lembaran-lembaran tadi, sehingga dirinya tidak disiksa.
Dan telah diketahui bahwasanya setiap ahli tauhid itu punya kartu semisal kartu orang tadi, tapi kebanyakan dari mereka masuk ke dalam Neraka dengan sebab dosa-dosanya. Akan tetapi rahasia yang menyebabkan kartu orang tadi berat sementara lembaran-lembaran catatan amalan yang lain itu menjadi ringan, manakala rahasia tadi tidak dimiliki oleh para pemilik kartu yang lain, kartu orang ini menyendiri dengan bobot yang sangat besar.
Dan jika engkau menginginkan tambahan penerangan tentang makna tadi, maka perhatikan ingatan orang yang hatinya itu penuh dengan rasa cinta padamu, dengan ingatan orang yang berpaling darimu dan dia itu lalai dan lupa padamu, sibuk dengan orang lain, hasrat-hasrat hatinya telah tercabut menuju pada rasa cinta pada orang lain, dan dia lebih mengutamakannya daripada dirimu. Apakah ingatan mereka berdua itu sama? Dan apakah kedua anakmu yang kondisinya seperti tadi itu sama bagimu? Atau kedua hamba sahayamu yang kondisinya seperti tadi itu sama bagimu? Atau kedua istrimu yang kondisinya seperti tadi itu sama bagimu?... dan seterusnya.”
Dan renungkanlah sesuatu yang tegak pada hati orang yang telah membunuh seratus orang (kisah yang disebutkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri –pent), berupa hakikat keimanan yang memenuhi dirinya ketika dia hendak sekarat, saat dia pergi ke desa yang shalih, dan hakikat keimanan tadi membawanya –dalam kondisi sekarat- untuk merayap dengan dadanya sambil dia menghadapi sakaratul maut, maka ini adalah perkara lain, keimanan yang lain, sehingga tidak heran jika dia disusulkan ke desa yang shalih dan digabungkan ke penduduknya.
Dan yang mirip dengan masalah ini adalah: perkara yang tegak pada hati si perempuan pezina yang melihat anjing -yang sudah sangat kehausan hingga memakan tanah-, lalu si pezina tadi bangkit dengan hatinya seketika itu juga –pada dia tidak punya alat, tidak punya penolong, tidak ada orang yang perlu dicari pujiannya dengan amalan tadi- dengan melakukan perkara yang bisa membahayakan jiwanya dengan turun ke dalam sumur, memenuhi sepatunya dengan air, dan dia tidak peduli bahwasanya dirinya terancam oleh kebinasaan, dia membawa sepatu yang penuh air tadi dengan mulutnya, hingga dia mampu menaiki dinding sumur. Dan juga ketawadhu’annya pada makhluk yang biasa dipukuli oleh manusia itu, pezina tadi memegang sepatunya dengan tangannya hingga anjing tadi selesai meminumnya, tanpa pezina tadi mengharapkan balasan ataupun syukur dari anjing tadi. Maka cahaya tauhid sebesar tadi membakar dosa-dosa perzinaannya yang lampau, hingga dirinya diampuni.
Maka seperti itulah amalan-amalan dan para pekerja di sisi Allah, sementara orang yang lalai adalah orang yang melalaikan “zat kimia” tadi, yang mana zat tadi jika diletakkan pada satu dzarrah dari lempengan-lempengan besar “tembaga amal” itu akan merubahnya menjadi emas. Hanya Allah sajalah Yang dimintai pertolongan.”
(Selesai dari “Madarijus Salikin”/1/hal. 253-254).).
( Dinukil dari kitab “Sirajul Ubbad Taudhih Kitabil Ikhlash Lisy Syaikh Abdil Muhsin Al Abbad”" / Terjemah bebas: " KEIKHLASAN" Karya As Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar